Anda di halaman 1dari 18

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PEMODELAN

(MATHEMATICAL MODELING) BERBASIS REALISTIK UNTUK MAHASISWA

Turmudi, Asep Syarif Hidayat, Sufyani Prabawanto, dan Aljupri

Jurusan Pendidikan Matematika, FPMIPA


Universitas Pendidikan Indonesia

ABSTRAK
Beberapa latar belakang dari penelitian ini adalah bahwa pengajaran matematika saat ini masih
menekankan pada metode ekspositori, komunikasi satu arah, dan penggunaan pendekatan kapur dan
bicara. Sebagian besar kinerja siswa dalam pengajaran matematika hanya menonton guru
memecahkan masalah di papan tulis . Kurang kesempatan diberikan kepada siswa untuk melakukan
matematika kreatif untuk menunjukkan kegiatan mereka. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam matematika pemodelan dan mengajar matematika
menggunakan model untuk siswa sekolah menengah pertama dan atas. Bahan awal dan workshop
pemodelan matematika dilakukan untuk sejumlah guru dan mahasiswa. Empat mahasiswa terlibat
dalam penelitian pemodelan matematika bersama dengan tim peneliti. Dengan menggunakan model
matematika memungkin bagi siswa untuk menemukan kembali konsep-konsep matematika, prosedur,
atau hukum matematika yang telah ditemukan oleh matematikawan sebelumnya. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pemodelan matematika meningkatkan komunikasi dalam matematika,
kompetensi siswa dalam matematika strategis, kemampuan dalam pemecahan masalah dan penalaran
adaptif siswa. Model matematika ini juga memuncul sikap positif terhadap matematika bahwa
kegiatan model matematika yang menarik, membantu siswa untuk memahami konsep-konsep
matematika , dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengkomunikasikan ide-ide matematika
mereka. Hal ini menunjukkan bahwa mahasiswa mampu untuk mengajar matematika dengan proses
pemodelan berdasarkan pendekatan realistis.
Kata kunci: matematika realistik, modeling

ABSTRACT
Some background of this research are that current mathematics teaching still emphasize on the
expository method, one way communication, and chalk and talk approaches. Most of students‟
performance in mathematics teaching are watching the teacher solved the problems on the
chalkboard. Less opportunity is given to the students for doing mathematics creatively to show their
activities. The aim of this study is to develop university students‟ ability in mathematical modeling
and teaching mathematics using modeling for junior as well as senior secondary students. The initial
materials and the workshop on mathematical modeling were conducted for a number of teachers and
university students. Four university students were involved in mathematical modeling research along
with the research team. By using mathematical modeling, it is possible for students to reinvent
mathematical concepts, procedures, or the law of mathematics which has been discovered by
mathematicians previously. Results indicated that mathematics modeling improved students‟
communication in mathematics, students‟ competence in mathematical strategic, students‟ ability in
problem solving and students‟ adaptive reasoning. This mathematical model also emerged positive
attitude towards mathematics that mathematical model activities were interesting, help students to
understand mathematical concepts, and to give opportunity for students to communicate their
mathematical ideas. This indicates that the university students were able to teach mathematics by
modeling process based on the realistic approaches.
Keywords: modeling, realistic mathematics

PENDAHULUAN bahwa “…an initial segment where the


previous day’s work is corrected. Next, the
Pembelajaran matematika pada umumnya
teacher presents new material, often working
disampaikan secara informatif, sebagaimana
one or two new problems followed by a few
disindir oleh Romberg dan Kaput (1999)
students working similar problems at the

1
2 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 19, Nomor 1, April 2014, hlm. 1-18

chalkboard. The final segment involves membuat model matematika yang pada
students working on an assignment for the mulanya cukup sederhana kemudian secara
following day”. Pada intinya kegiatan lambat laun siswa dapat menguji,
pembelajaran jenis ini terdiri atas tiga segmen memformalkan, dan menggeneralisasikan.
utama yang meliputi (1) Memeriksa PR hari
Karenanya dipandang perlu adanya suatu
sebelum-nya, (2) Menyajikan materi baru
pembelajaran matematika yang dapat
diikuti siswa, kemudian (3) Siswa
memfasilitasi siswa membuat dan
mengerjakan tugas-tugas, dan sisa tugasnya
menciptakan model matematika
dikerjakan di rumah sebagai PR dan ditagih
(mathematical modeling) yang dapat mereka
pada hari berikutnya.
temukan sendiri. Pembelajaran matematika
Bahkan sebelumnya, Silver (1989) juga dengan pemodelan (mathematical modeling)
memberikan kritikan secara lebih pedas lagi berbasis realistik menjadi fokus dalam
dengan mengemukakan argumentasinya penelitian ini.
bahwa “aktivitas siswa sehari-hari dalam
Usaha keras telah dilaksanakan melalui
pelajaran matematika di kelas terdiri atas
berbagai pembaharuan agar matematika yang
“menonton” gurunya menyelesaikan soal-soal
diajarkan dapat merangsang siswa mencari
di papan tulis kemudian bekerja sendiri
sendiri, melakukan penyelidikan sendiri,
dengan masalah-masalah matematika yang
melakukan pembuktian terhadap suatu dugaan
disediakan dalam buku kerja tradisional atau
(conjecture) yang mereka buat sendiri,
lembaran-lembaran kerja atau LKS”. Di
mencari tahu jawaban atas pertanyaan teman
samping itu cara pandang matematika sebagai
atau pertanyaan gurunya. Aktivitas siswa yang
ilmu pengetahuan yang ketat dan terstruktur
demikian hendaknya tidak selalu
secara rapi menyebabkan tidak ada “ruang
menggantungkan diri kepada guru, melainkan
gerak” bagi siswa untuk berkreasi, dan untuk
hendaknya siswa berkemauan keras mencari
mengembangkan kreativitasnya, sebagai mana
sendiri dengan catatan bahwa fasilitas, buku
tuntutan dari taksonomi Bloom yang direvisi
pelajaran, sumber matematika, konteks
pada tataran ranah kognitif tertinggi CREATE
matematika, dan alat-alat yang mendukung
(Anderson& Krathwohl, 2001). Sebaliknya
proses investigasi dan inquiry matematika
pandangan bahwa matematika adalah aktivitas
tersedia atau paling tidak diberi-tahu gurunya
kehidupan manusia mendorong siswa
bahwa di alam sekitar siswa sebenarnya
melakukan kegiatan-kegiatan berupa
tersedia konteks dan media matematika yang
percobaan, dan penyelidikan yang mengarah
memadai untuk belajar.
kepada pembuktian conjecture atau dugaan
yang dibuat siswa, serta kemauan melakukan Pembelajaran matematika berbasis
investigasi dan eksplorasi matematis, untuk realistik (RME) memfasilitasi siswa untuk
memunculkan sikap kreatifnya. terjadinya proses pemodelan matematika,
menyediakan konteks sebagai titik awal
Chalk and talk dan paper pencil test juga
pembelajaran matematika, dan proses pembel-
merupakan suatu strategi yang kurang melatih
ajaran di kelas sedemikian sehingga berlang-
siswa untuk menjadi kreatif, untuk mampu
sung secara interaktif. Namun demikian
menguji dugaan (conjecture), untuk dapat
diperkirakan masih akan muncul sejumlah
menempuh proses eksplorasi, untuk dapat
pertanyaan. Oleh karenanya rumusan masalah
melakukan proses investigasi dan proses
dalam kajian ini adalah: (1) Apakah benar
penelitian, sehingga siswa mampu mendapat-
kemampuan pemodelan matematika
kan suatu temuan konsep atau temuan
mahasiswa akan muncul dengan pembelajaran
prosedur atau temuan prinsip-prinsip
matematika berbasis RME? Kalau benar
matematika.
bagaimana proses pemodelan yang terjadi? (2)
Dengan prinsip seperti ini Apakah pemodelan matematika dapat
memungkinkan siswa (atau mahasiswa) dapat meningkatkan kemampuan matematika
menemukan kembali konsep-konsep atau mahasiswa? (3) Apakah dengan pemodelan
prosedur atau hukum matematika yang pernah matematika menyebabkan mahasiswa
ditemukan oleh para ahli sebelumnya, dapat memberikan respon secara aktif dalam belajar
Turmudi, Asep Syarif Hidayat, Sufyani Prabawanto, dan Aljupri, Pengembangan Pembelajaran Matematika dengan
Pemodelan (Mathematical Modeling) Berbasis Realistik untuk Mahasiswa 3

matematika? (4) Apakah melalui pemodelan ditandai oleh dua ciri utama, yaitu (1)
matematika ini akan muncul suatu teori lokal? pemodelan bermula dan berakhir dengan
dunia nyata, (2) pemodelan membentuk suatu
Sekaitan dengan penelitian ini, proses
siklus (Lihat gambar 1).
pemodelan ini mendorong siswa untuk
mampu memodelkan matematika Kelas-kelas matematika yang dilukiskan
(mathematical modeling), artinya aktivitas Silver (1989), Romberg & Kaput (1999), Senk
kolaboratif antara dosen, guru, dan mahasiswa &Thompson (2003), dan oleh Ernest (2004)
untuk meningkatkan kualitas pembelajaran memperlihatkan pasifnya siswa di dalam
matematika ini dan mendorong mahasiswa kelas. Hal ini dikuatkan oleh Wahyudin
(dan efeknya pada siswa) untuk dapat (1999) bahwa pilihan favorit guru-guru dalam
memodelkan gejala-gejala alam dalam bentuk mengajar matematika adalah dengan metode
model matematika. ceramah dan ekspositori di mana guru asyik
menerangkan materi baru di depan kelas dan
Pemodelan matematika merupakan
murid mencatat serta mengkopi apa yang
proses dalam memperoleh pemahaman
ditulis guru.
matematika melalui konteks dunia nyata.
Menurut Lovitt (1991) pemodelan matematika

Gambar 1. Pemodelan Matematika oleh Lovitt

Kemudian siswa disuruh mengerjakan Kelas matematika yang berjenis


latihan dan diberi sejumlah soal pekerjaan „transmission’ dilukiskan Senk &Thompson
rumah. Kalau demikian yang terjadi maka (2003) bahwa “setiap topik biasanya
sangat kecil kemungkinan siswa mampu diperkenalkan dengan menyatakan suatu
melakukan proses pemodelan matematika. aturan (rule) diikuti oleh sebuah contoh
Peneliti meminjam desain yang dikemukakan bagaimana menerapkan aturan (rules, dalil,
oleh Verschaffel, Greer, & De Corte (2002) hukum) tersebut, kemudian kepada siswa
sebagai berikut: diberikan sejumlah latihan soal (Senk &
Thompson, 2003).

Gambar 2. Diagram Proses Pemodelan


4 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 19, Nomor 1, April 2014, hlm. 1-18

Kini upaya pembaharuan matematika menjadi aktivitas sehari-hari pembelajaran


adalah dengan cara memerankan siswa matematika. Hal ini hanya mungkin terjadi
berpartisipasi secara aktif. Itulah hakikat kalau guru memiliki kemampuan
perubahan dari „transmission‟ ke menyelenggarakan pembelajaran seperti ini,
„participation‟. Dalam mempelajari manakala guru sabar menunggu jawaban
matematika peran siswa adalah siswa, menunggu siswa yang merenung
mengkonstruksi pengetahuan bersama dengan sejenak memikirkan pertanyaan guru.
bantuan guru. Guru mengungkapkan
Selain dari pada itu agar terjadi interaksi
permasalahan, menyampaikan pertanyaan,
antara siswa dengan siswa, maka guru
mendengar jawaban siswa, mengejar dengan
hendaknya memiliki kemampuan mengajar
pertanyaan lanjutan (probing questions)
dengan pendekatan kerja kelompok. Sebab
kemudian menunggu jawaban dari siswa
dengan kerja kelompok inilah maka interaksi
dalam pembentukan pengetahuan atau konsep
antara siswa dengan siswa akan terjadi. Hal
matematika yang diharapkan. Guru harus
ini pulalah yang memfasilitasi standar proses
sedikit sabar mendengarkan argumentasi yang
komunikasi matematika. Baik komunikasi
diungkapkan siswa, mendengar dan
matematika tertulis maupun komunikasi lisan,
menyimak presentasi serta penalaran siswa,
melalui kerja kelompok ini dapat terdeteksi.
baik itu dalam bentuk komunikasi lisan
Guru dapat melihat secara langsung
maupun komunikasi tulisan.
bagaimana siswa berargumentasi terhadap
Mendengar ide-ide matematika siswa konsep matematika yang sedang
merupakan aspek-aspek penting dalam dipelajarinya. Argumentasi ini mungkin akan
pembelajaran yang berwawasan berupa penalaran informal, yang pada
konstruktivisme “…to shift from ‘telling and gilirannya akan sampai kepada penalaran
describing’ to ‘listening and questioning’ and matematika formal yang dibangun bersama
‘probing for dengan siswa lain dibantu oleh gurunya di
understanding‟…”(Maher&Alston,1990). kelas. Membangun matematika dilalui siswa
dengan kemampuan membangun pemodelan
Dalam suatu pelatihan tentang
matematika, dan pemahaman matematika
pembelajaran matematika yang berwawasan
yang berangkat dari aktivitas kehidupan
pembaharuan salah seorang peserta
manusia. Dari kehidupan nyata yang
mengemukakan bahwa setelah mengikuti
dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.
kegiatan pengembangan profesi, ia menyadari
akan pentingnya “mendengar ide-ide para Dalam proses pemodelan, aspek
siswa”. Sebab mana bisa kita komunikasi menjadi sangat penting karena
mengembangkan kemampuan penalaran siswa dituntut untuk mampu
siswa, mana mungkin kita bisa mengkomunikasikan gagasan matematika
mengembangkan kemampuan komunikasi dalam bentuk model atau rumusan
siswa, apabila kita sendiri sebagai guru tidak matematika. Dengan mengetahui seperti apa
memberikan kesempatan dan waktu kepada pemodelan matematika berlangsung dan
siswa untuk berbicara dan mengetahui situasi saat ini yang ada di kelas-
mengkomunikasikan idenya. Adalah sangat kelas kita, maka dapat kita katakan bahwa
sulit untuk dapat dicapai, manakala kita mathematical modelling merupakan bagian
sebagai guru tidak „mau‟ mendengarkan ide- penting yang hendaknya menjadi kompetensi
ide yang dikemukakan siswa. Karenanya guru. Siswa diharapkan mampu berfikir dan
„pemberian kesempatan kepada siswa‟ dan melakukan pemodelan dalam bidang
„mendengarkan ide-ide matematik dari siswa‟ matematika.
akan menjadi kata-kata kunci untuk
Beberapa studi pendahuluan
tercapainya kemampuan berkomunikasi dan
memperlihatkan bahwa pendekatan realistik
kemampuan pemodelan matematika.
direspon secara positif oleh siswa-siswa SMP
Interaksi aktif antara siswa dengan siswa di Bandung. Turmudi & Dasari (2000), serta
dan antara siswa dengan guru hendaknya Jozua & Turmudi (2001) menemukan bahwa
Turmudi, Asep Syarif Hidayat, Sufyani Prabawanto, dan Aljupri, Pengembangan Pembelajaran Matematika dengan
Pemodelan (Mathematical Modeling) Berbasis Realistik untuk Mahasiswa 5

para siswa merespon positif terhadap hadirnya dilakukan pengujian statistika secara ketat,
pembelajaran matematika realistik. Namun namun analisis kualitatif terhadap data hasil
demikian masih diperlukan pengkajian lebih penelitian dilakukan secara mendalam. Pola
mendalam tentang kemampuan siswa dalam triangulasi digunakan untuk menghimpun
pemodelan matematika. Karenanya makalah data, menganalisis, dan menyimpulkan
ini mengkaji tentang “Pemodelan Matematika berdasarkan data tersebut yang berasal dari
(Mathematical Modelling) Berbasis Realistik berbagai sumber (Creswell, 1994; Denzin,
di Sekolah Menengah” 1994; Denzin& Lincoln, 2005). Data yang
berasal dari suatu sumber dengan data yang
lain digunakan untuk menjustifikasi
METODE kebenaran informasi dan untuk memberikan
Makalah ini merupakan hasil kajian jawaban atas pertanyaan penelitian yang
kualitatif yang mengungkapkan pendapat diungkapkan ini.
mahasiswa tentang pemodelan matematika Penelitian ini merupakan penelitian
dan kemampuan siswa untuk memodelkan kualitatif dalam pembelajaran matematika.
matematika. Rancangan proses pembelajaran Tahap pertama mengungkapkan kajian
matematika yang berkaitan dengan modeling teoritis, menyusun desain untuk bahan
(proses pemodelan) disusun dan divalidasi workshop, dan melakukan validasi instrumen
oleh tim ahli. Selanjutnya rancangan ini penelitian, tahap kedua implementasi dalam
disampaikan kepada para mahasiswa dalam pembelajaran matematika yang menekankan
proses workshop. Materi serupa dan materi kepada proses pembelajaran berbasis
yang telah dikembangkan lebih lanjut oleh pemodelan matematika, dan tahap ketiga
para mahasiswa juga dikemas untuk adalah analisis dilakukan lebih menekankan
penyelenggaraan workshop matematika kepada aspek kualitatif sehingga tidak
bersama dengan para guru matematika SMP mengedepankan kepada hasil akhir atau
dan SMA. Sejumlah alat peraga menyangkut (benar-salahnya jawaban), namun penekanan
pemodelan matematika didesain untuk kepada proses berfikir dan bernalarnya siswa.
memudahkan siswa berfikir dan memodelkan Karenanya analisis kualitatif akan menjadi
konsep abstrak. Kemudian sejumlah tumpuan utama penelitian ini.
instrumen penelitian berupa angket dan
Untuk mendesain bahan ajar yang
pedoman wawancara juga dirancang untuk
disampaikan kepada mahasiswa menyangkut
menggali bagaimana proses pemodelan yang
pola-pola ubin pada lantai di dalam gedung
dialami oleh para mahasiswa dan oleh para
JICA, tumpukan piring (pisin) yang akan
guru. Pada tingkat selanjutnya para
mengaitkan banyak piring dengan tinggi
mahasiswa dan guru yang terlibat dalam
tumpukan, dan wadah cairan untuk
penelitian ini merancang bahan ajar sesuai
menghubungkan antara volume cairan dalam
silabus di sekolahnya.
(ml) dan ketinggian cairan dalam wadah
Mahasiswa yang terlibat dalam penelitian (dinyatakan dalam mm) yang masing-masing
ini adalah mahasiswa yang mengambil skripsi akan diuraikan pada bagian berikut ini.
dengan tema utama pemodelan matematika,
Bahan ajar untuk training para peserta
sebanyak 4 orang. Dalam penelitian
penelitian dan para guru matematika diambil
skripsinya, para mahasiswa dituntut untuk
dari situasi-situasi yang tampak pada
menguji efektivitas pembelajaran matematika
kehidupan sehari-hari. Misalkan kepada
dengan pemodelan berbasis realistik sekaligus
mahasiswa disajikan konteks pola-pola lantai
mengukur kemampuan siswa melakukan
yang ada di gedung JICA, FPMIPA UPI.
proses pemodelan matematika. Tidak
6 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 19, Nomor 1, April 2014, hlm. 1-18

Gambar 3. Gedung JICA FPMIPA UPI Gambar 4. Lantai dan pola lantai

Dengan memperhatikan pola pada piring diperoleh informasi seperti pada uraian
gambar di atas, mahasiswa diminta membuat Gambar 5:
sketsa pola berikutnya, kemudian menentukan
Mahasiswa diminta membuat aturan
luas pada masing-masing gambar. Sekarang
umum yang menghubungkan antara banyak
bagaimana pola luas untuk bangun-bangun di
piring (n) dengan tinggi tumpukan T,
atas, dapatkah mahasiswa membangun aturan
sehingga akan didapat hubungan T: n 12 +
umum dari luas bangun-bangun pada pola
4n, dan mahasiswa diminta menelusuri
tersebut. Bagaimanakah aturannya?
bagaimana mendapatkan rumus tersebut untuk
Tumpukan piring menjadi konteks yang dapat memberikan bimbingan terhadap siswa
menarik untuk pemodelan matematika. Dari saat mereka melakukan penelitian dan
hasil pengukuran terhadap tinggi tumpukan pembelajaran di sekolah.

Gambar 5. Tumpukan piring awal sebuah pemodelan

Model dan grafik yang diperoleh dari untuk mengamati volume tabung, dan juga
pengamatan langsung dalam percobaan tinggi dari tabung tersebut. Melalui
penuangan cairan di dalam wadah tertentu pengamatan yang mereka lakukan, diharapkan
digunakan untuk melihat hubungan antara dua siswa mendapatkan sekumpulan data yang
variabel. Siswa diajak untuk memperhatikan menyangkut volume tertentu dari bagian
sebuah tabung yang siap diisi dengan cairan tabung dengan ketinggian volume cairan
tertentu yang dapat diamati. Siswa diajak dalam tabung yang bersangkutan.

Misalkan peralatan-peralatan yang diperlukan siswa adalah:


(1) Tabung kaca ukuran tinggi 20 cm dan
jari-jari alasnya 4 cm
(2) Gelas ukur berskala sampai 500 ml
(3) Penggaris (ukuran) cm
(4) Cairan (sebaiknya berwarna)
(5) Alat tulis pencatat (kertas, pulpen)
Turmudi, Asep Syarif Hidayat, Sufyani Prabawanto, dan Aljupri, Pengembangan Pembelajaran Matematika dengan
Pemodelan (Mathematical Modeling) Berbasis Realistik untuk Mahasiswa 7

Dengan peralatan-peralatan yang tersedia (2) mencatat data hasil pengukuran


siswa melaksanakan praktik dengan menakar volume dan ketinggian dalam bentuk
air: tabel
Tujuannya bahwa siswa dapat: (3) menggambarkan grafik dari tabel
yang terbentuk
(1) menghubungkan 2 variabel (pada
(4) memodelkan (menyusun persamaan
komponen volume dengan komponen
dari model grafik yang terbentuk).
ketinggian)
Tabel 1. Format hasil pengamatan
Volume (ml)
Ketinggian (cm)

Mula-mula siswa diminta membuat dugaan, kurva apakah yang terjadi apabila titik-titik
(V,T) diplot pada sebuah bidang koordinat? Andaikan pengukuran-pengukuran itu bukan tiap
kelipatan 100 ml, tetapi setiap kelipatan 50 ml, bagaimana grafik yang terbentuk? Mengapa?
Sekarang apakah mungkin anda membuat persamaan yang menghubungkan volume (V)
dengan ketinggian (T).

Gambar 7. Grafik yang menghubungkan volum dan tingi Tabung

Berdasarkan hasil pengamatan di atas apa dapatkan kepada teman-temanmu di kelas.


yang dapat kamu katakan perbedaan antara Bagaimana kalau tabung yang kamu ukur itu
dugaan yang kamu buat dengan hasil yang diganti dengan sebuah kerucut, bola, bola dan
kamu peroleh? Adakah perbedaan antara tabung, serta bangun-bangun lain, misalkan
yang kamu peroleh dengan yang kamu duga bangun-bangun berupa POT BUNGA.
sebelumnya? Jelaskan perbedaan yang kamu

Gambar 8. Bejana untuk praktek pemodelan

Meskipun model persamaan tidak atau kurangnya mahasiswa telah dapat


belum dapat dibangun mahasiswa, sekurang- membayangkan bagaimana gambar grafik
8 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 19, Nomor 1, April 2014, hlm. 1-18

yang menghubungkan antara variabel volume sekolah menengah pertama dan atas di Kota
dengan variabel ketinggian yang ada pada Bandung.
bangun-bangun geometri ruang di atas.
Dalam perjalanannya bagaimana
Variabel-variabel serupa akan anda mahasiswa memahami apa itu pemodelan dan
temukan dalam hubungan-hubungan berikut proses pemodelan itu berlangsung, serta
ini: bagaimana prosesnya sehingga mahasiswa
dapat memahami pengertian pemodelan dan
(1) Volume bahan bakar dengan harganya
kesanggupan mereka melakukan penelitian
(2) Ketinggian benda dari bumi dengan
tentang pemodelan berbasis realistik di
gaya grafitasinya
sekolah, uraian berikut ini akan disajikan
(3) Luas permukaan daun dengan
pemahaman masing-masing peserta dalam
respirasi yang dapat dihasilkan
pemodelan matematik. Selain daripada itu
(4) Tanggal dalam setahun dengan
pelaksanaan workshop bersama dengan
panjang hari (dinyatakan dalam detik)
sejumlah guru matematika SMP dan SMA
(5) Jarak penggunaan taksi dikaitkan
juga dilaporkan dalam penelitian ini.
dengan biaya (tariff) pemakaianannya
Kemudian bagaimana para mahasiswa dapat
(6) Banyaknya hitungan nafas ikan (ikan
memahami proses pemodelan matematik
membuka mulut) dengan suhu air di
dalam penelitian ini diraikan dalam makalah
kolam
ini.
Apabila siswa dapat mengamatinya Ketika pertama kali kepada para peserta
secara teliti dan seksama dan dapat diperkenalkan pola-pola ubin yang ada di
menyajikannya dalam bentuk tabel, Gedung JICA, mereka umumnya belum
menyajikannya dalam bentuk grafik, serta menyadari bahwa bahan yang disajikan adalah
membangun “rumus” hubungan antar kedua bagian dari proses pemodelan dalam
variabel tersebut, maka kompetensi- matematika. Mereka diminta mencari
kompetensi pemodelan telah dapat dimiliki hubungan antara nomor urut pola dengan luas
oleh siswa. bangun pada pola tersebut?
Bahan-bahan di atas dikembangkan lebih Bahan ajar untuk pelaksanaan workshop
lanjut oleh para mahasiswa, sebagai bahan dengan para mahasiswa yang terseleksi untuk
workshop sekaligus sebagai media latihan mengambil skripsi dengan tema pemodelan
untuk membuat pemodelan sesuai dengan meliputi “pola-pola ubin” yang mengkaitkan
SK/KD di sekolah sebagai bahan penelitian. antara nomor urut pola dengan luasnya. Mula-
mula diperkenalkan kepada para mahasiswa
bentuk-bentuk bangun yang berada di lantai II
HASIL DAN PEMBAHASAN “JICA Building”. Dengan memperhatikan
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa pola-bangun tersebut pada mulanya
penelitian ini bertujuan untuk mahasiswa merasa tidak begitu memahami
mengembangkan kemampuan pemodelan apa maksud dari nara sumber menyampaikan
matematika mahasiswa dan selanjutnya pola-pola yang ada di lantai tersebut. Namun
mahasiswa mengukur kemampuan siswa narasumber segera memberikan petunjuk,
sebagai berikut:
Turmudi, Asep Syarif Hidayat, Sufyani Prabawanto, dan Aljupri, Pengembangan Pembelajaran Matematika dengan
Pemodelan (Mathematical Modeling) Berbasis Realistik untuk Mahasiswa 9

Gambar 9. Pengamatan terhadap Model lantai Bangunan JICA-FPMIPA

Dengan dua petunjuk tersebut segera dengan seksama lantai tersebut akan
mahasiswa dapat menangkap apa yang membentuk pola-pola menarik
dipandang dari aspek matematika.
dimaksudkan. Mahasiswa mencoba
mendefinisikan apa yang dimaksudkan Jika dihubungkan dengan matematika, dan
dengan satu satuan luas dan menghitung dicari bentuk umumnya untuk n = k, maka
berapa luas Bentuk-1 dan berapa pula luas akan diperoleh suatu rumus. Dari pengamatan
Bentuk-2, dan selanjutnya mahasiswa diminta tersebut, dosen mulai mengenalkan apa itu
menggambarkan Bentuk-3. pemodelan. Proses dari awal mengamati suatu
fenomena atau peristiwa hingga diperoleh
Uraian berikut ini merupakan beberapa
bentuk matematis seperti pada pengamatan di
pengakuan dari mahasiswa yang terlibat
atas yang disebut dengan pemodelan.
dalam penelitian ini:
Sebenarnya mahasiswa diminta untuk mencari
Istilah modelling (pemodelan) dalam hubungan antara nomor pola dengan luas
pembelajaran matematika belum bangun-bangun tersebut, apakah ada
pernah saya dengar. Ketika ada
penelitian mengenai pemodelan yang hubungan tertentu, apabila ada bagaimana
dilakukan oleh tim dosen matematika, rumusan hubungannya, dan bagaimana model
saya pun tertarik dan ingin yang terbentuk dari hubungan tersebut.
mengetahui, memahami, serta
mendalami apa itu pemodelan dalam Bagian berikut adalah mahasiswa lain
pembelajaran matematika. Setelah yang menanggapi tentang pemodelan dan
saya bergabung dengan tim dosen, pemahaman mereka terhadap pemodelan
pertanyaan seperti “Apa itu
pemodelan?”, “Bagaimana penerapan
matematika:
dan pengembangannya dalam Ketika mendengar istilah pemodelan
pembelajaran matematika?” Dan matematika yang terbayang pertama kali oleh
pemodelan masih menjadi tanda tanya saya adalah membuat suatu alat peraga atau
besar dalam pikiran saya. Saya masih media pembelajaran yang berkaitan dengan
belum tahu apa itu pemodelan. [Selang materi matematika, seperti membuat kerangka
beberapa minggu diadakan kubus, balok, dan lain sebagainya. Kemudian
pertemuan]. Pada pertemuan pertama tim dosen mulai mengenalkan pemodelan
ini, saya dan rekan-rekan mahasiswa kepada saya melalui suatu permasalahan.
lainnya yang tergabung dalam Kepada saya (kami) diperlihatkan suatu pola
penelitian ini diajak mengamati lantai lantai seperti pada Gambar 10, jika banyak
di depan Jurusan Pendidikan lantai yang berbentuk perseginya satu lantai,
Matematika. Mulanya saya tidak dua lantai, dan tiga lantai.
mengerti apa maksud dari tugas kami
untuk mengamati lantai itu, dan Kemudian saya diminta untuk mencari luas
muncul dalam benak saya apa masing-masing pola lantai dan lalu mencari
hubungannya dengan matematika. suatu aturan atau rumus umum untuk luas
Lalu dosen mengarahkan kami untuk lantai di atas. Saya mengerjakannya dengan
mengamati pola yang akan terbentuk cara mencoba-coba, sampai akhirnya
dari lantai itu. Ternyata, jika diamati menemukan aturan/rumus yang cocok untuk
menghitung luas dari pola lantai di atas untuk
10 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 19, Nomor 1, April 2014, hlm. 1-18

banyak lantai yang berbentuk persegi n lantai. masalah yang sangat dekat dengan lingkungan
Setelah itu, tim dosen kemudian menunjukkan sekitar kampus yaitu tentang pola luas
beberapa cara untuk menemukan suatu aturan beberapa petak ubin di gedung JICA, seperti
untuk menghitung luas dari pola lantai di atas, tampak berikut:
dari cara yang sederhana sampai cara yang
kompleks yang tidak terpikirkan sebelumnya
oleh saya.

Untuk sampai kepada pemahaman


konsep pemodelan, mahasiswa bukan hanya
sekedar menggambarkan, tetapi mahasiswa
diharapkan juga mampu menghubungkan Gambar 10: Pemahaman
variabel-variabel yang muncul pada peragaan mahasiswa tentang Pola
yang diberikan dan menyusun atau membuat
hubungan dalam bentuk rumusan. Dengan bimbingan dari dosen, saya diarahkan
sehingga mendapatkan pola luas ubin untuk n
Mahasiswa yang menjadi anggota = 1, 2, 3,..., p. Saya merasa masalah yang
penelitian ini ternyata memiliki pemahaman diberikan tersebut sangat menarik, karena dari
yang berbeda tentang pemodelan sebagaimana sesuatu yang dekat dengan kehidupan sehari-
hari seperti ubin dapat diangkat menjadi suatu
dikemukakan oleh Femmy masalah matematika. Selain itu, para dosen
Pemodelan merupakan sebuah istilah yang belum juga memberikan masalah pemodelan lainnya
familiar bagi saya ketika pertama kali saya seperti masalah tarif taksi, lamanya waktu
mendengarnya dari dosen. Karena itu, saya mencoba siang di suatu negara, dan hubungan antara
mencarinya melalui internet. Tetapi sebagian besar volume dan tinggi air pada bejana dengan
yang saya dapat hanya mengenai model secara
beragam bentuk. Para dosen menugaskan
umum yaitu gambaran dari suatu objek yang dapat
mewakili objek aslinya. Sedangkan mengenai untuk mencari sendiri pengertian pemodelan
pemodelan, saya masih belum cukup mendapat dengan mempelajari referensi dari internet,
gambaran. Yang ada di dalam pikiran saya saat itu, yang diberikan oleh dosen sendiri, dan
pemodelan adalah membentuk model (berupa masalah-masalah yang sebelumnya telah
benda) yang berhubungan dengan matematika. diberikan untuk selanjutnya dipresentasikan
Gambaran pertama yang diberikan oleh dosen dan disosialisasikan dalam workshop RME
kepada saya dan rekan-rekan adalah ketika kami yang dihadiri oleh guru matematika SMP dan
diminta untuk mengamati ubin di depan ruang
SMA dari beberapa sekolah di Bandung.
Jurusan Pendidikan Matematika, selanjutnya kami
diminta menentukan polanya. Setelah kami
melakukan kegiatan itu, kemudian dosen Dari uraian pengakuan para peserta,
menginformasikan bahwa kegiatan yang baru saja
dilakukan merupakan salah satu contoh pemodelan. memang pada umumnya mahasiswa belum
Bermula dari kegiatan tersebut, saya mulai mencari mengetahui proses pemodelan dalam
referensi dan membaca beberapa referensi mengenai
pemodelan yang diberikan oleh dosen. Pengetahuan
pembelajaran matematika. Namun setelah
saya mengenai pemodelan pun mulai bertambah. memahami makna dari pemodelan
Yang dapat saya pahami kemudian, pemodelan matematika ini mereka tertarik untuk
merupakan proses menggunakan matematika untuk
menyelesaikan suatu masalah. mengambil topik penelitian skripsi dengan
tema pemodelan yang dikaitkan dengan
Pengakuan Ferry sebagai salah satu aspek-aspek yang mereka tertarik dengannya,
anggota dalam penelitan ini dikemukakan misalkan Arie (2010) mengkaji proses
dalam paragraf berikut ini pemodelan matematika berpengaruh terhadap
Skripsi yang saya kerjakan ini melalui kemampuan penalaran adaptif, Wulan(2010)
beberapa tahapan. Pada tahap awal, ketika mengkaji tentang pengaruh pemodelan
bergabung dalam penelitian bersama Bapak terhadap kompetensi strategik matematika
Turmudi dan tim mengenai pemodelan
berbasis Realistic Mathematics Education siswa, Ferry(2010) mengkaji tentang
(RME), saya belum mengetahui tentang pengaruh pemodelan terhadap kemampuan
pemodelan. Sama sekali tidak terbayang apa komunikasi siswa, dan Femmy(2010) meneliti
dan bagaimana pemodelan itu, yang terlintas tentang kemampuan pemecahan masalah
hanyalah tentang model yang menurut
pengertian saya merupakan representasi atau
matematika siswa akibat dari pembelajaran
yang mewakili sesuatu hal. Sebelum menggunakan pemodelan dalam matematika.
menjelaskan tentang pengertian pemodelan,
para dosen berusaha mengarahkan saya pada
Ketika mahasiswa yang tergabung dalam
pengertian pemodelan dengan memberikan penelitian ini tiba pada penjelasan tentang
Turmudi, Asep Syarif Hidayat, Sufyani Prabawanto, dan Aljupri, Pengembangan Pembelajaran Matematika dengan
Pemodelan (Mathematical Modeling) Berbasis Realistik untuk Mahasiswa 11

pemodelan tumpukan piring (pisin) (lihat akan terjadi pada berbagai bentuk gelas yang
Gambar 5), mahasiswa mencoba mencari tersedia, untuk menghubungkan volume
hubungan antara banyak piring (n) dengan dengan ketinggian dari dasar gelas. Kemudian
tinggi tumpukan (t), dan membangun rumus setelah percobaan dilakukan, dan hasil
untuk sampai ke kaitan t(n) = 12 + 4n. pencatatan dialihkan ke dalam tabel,
kemudian grafik pun digambar. Kami (para
Kepada mahasiswa diminta untuk mencari
mahasiswa) mengecek kembali kebenaran
pengaitan sebagai berikut:
asumsi yang dibuat sebelumnya mengenai
T : 1 17 bentuk grafik apakah sesuai atau tidak.
T : 2 21 Bentuk grafik yang dihasilkan sangat
beragam, ada yang berupa garis linear dan ada
T : 3 25
pula yang tidak linear. Grafik linear
T : 4 29 dihasilkan dari gelas yang bentuknya lurus
T : 5 33 seperti sebuah tabung, sedangkan yang selain
Rumus yang diperoleh bukan diberikan dari itu, menghasilkan grafik yang tidak linear.
awal, namun mahasiswa diminta membangun Untuk yang grafiknya linear, bisa dicari
pemahaman untuk mendapatkan rumus dengan mudah persamaan garis dan
tersebut secara induktif. Misalkan bagaimana (modelnya) dan ini dapat diterapkan di
mendapatkan barisan 17, 21, 25, 29, 33 … sekolah tingkat SMP misalkan untuk materi
persamaan garis lurus. Percobaan yang saya
Untuk proses pemodelan ini mahasiswa dan teman-teman lakukan di atas, kemudian
memiliki pengalaman sebagai berikut: ditampilkan dalam suatu workshop yang
Kemudian kepada saya diberikan dihadiri guru-guru SMP dan SMA, dengan
permasalahan lagi yang serupa dengan pemateri dari tim dosen sendiri. Dari sana,
sebelumnya, yaitu mencari suatu aturan kami (mahasiswa) menyimpulkan bahwa
mengenai tinggi tumpukan piring yang terus
ditumpuk satu per satu sampai n piring, dan suatu pemodelan itu adalah suatu proses
saya pun menemukan aturan dengan cara yang representasi dari suatu situasi (informal) ke
sebelumnya telah dijelaskan oleh tim dosen. dalam grafik, simbol-simbol, persamaan, atau
Kemudian tim dosen memberitahukan bahwa algoritma matematik (matematika formal) dan
yang tadi saya kerjakan itu adalah suatu
pembelajaran dengan pemodelan. Sehingga
sekarang pun pemahaman saya mengenai
pada saat itu saya menyimpulkan bahwa pemodelan meningkat. Selain itu saya juga
pemodelan matematik itu adalah suatu proses mendapat lebih banyak contoh materi
pembelajaran matematik, di mana anak mengenai pemodelan matematika.
melakukan suatu aktivitas/ekperimen ataupun
diberikan suatu permasalahan agar dapat Berdasarkan hasil workshop maupun saat
menemukan sendiri konsep matematikanya prosesnya, mahasiswa merasa pemodelan
berdasarkan pengalaman/ pengetahuan yang matematik ini sangat menarik untuk dipelajari
ada pada anak sebelumnya dan kemudian anak
dibimbing ke matematika yang lebih formal. lebih lanjut, karena membuat matematika
menjadi menyenangkan dan lebih nyata dan
Untuk melakukan percobaan yang membumi, apalagi setelah percobaan sendiri
disebutkan dalam materi grafik, kami kami menjadi tahu aplikasinya dalam
menyediakan beberapa alat dan bahan seperti: kehidupan sehari-hari.
bejana/gelas dengan berbagai ukuran dan
bentuk, gelas ukur, penggaris, pewarna Setelah dikaji lebih dalam, pemodelan
makanan, air, baskom kecil, lap/koran. matematik ini sejalan dengan suatu
Selanjutnya air berwarna dituangkan ke dalam pendekatan matematika yaitu Realistic
gelas sedikit demi sedikit dengan volume Mathematics Education (RME). Dalam RME
tetap dan diukur ketinggiannya setiap kali dijelaskan bahwa seharusnya dalam
penuangan. Hal ini dilakukan ke berbagai pembelajaran matematika, siswa diberi
bentuk gelas. Data hasil percobaan tadi kesempatan untuk menemukan kembali ide
kemudian dibuat grafiknya. Sebelum atau konsep matematika dengan suatu
melakukan percobaan, kami membuat asumsi aktivitas yang dilakukan sendiri oleh siswa
terlebih dahulu mengenai bentuk grafik yang dengan bimbingan dari orang dewasa/guru.
Prinsip penemuan kembali (guided
12 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 19, Nomor 1, April 2014, hlm. 1-18

reinvention) dapat dimulai dari prosedur harus diuji. Oleh karena itu, ia melakukan
pemecahan informal, sedangkan proses suatu penelitian untuk mengujinya dan
penemuan kembali menggunakan konsep sekaligus sebagai tugas dirinya dalam
matematisasi vertikal (matematika formal) penulisan skripsi yang berjudul “Pembelajaran
(Suharta, 2004). Dalam proses pemodelan pun Matematika dengan Menggunakan Pemodelan
kepada siswa tidak begitu saja diberikan Berbasis Realistic Mathematics Education
materi, tetapi hendaknya kita memberi (RME) untuk Meningkatkan Kompetensi
kesempatan kepada siswa untuk menemukan Stratejik Matematik Siswa.”
sendiri konsep matematikanya.
Penelitian yang dilakukan Wulan (2010)
Berdasarkan lima karakteristik RME, tersebut dilakukan di SMPN 12 Bandung dan
penggunaan konteks sebagai titik awal belajar ia berkerjasama dengan salah satu guru
matematika, seperti didominasi oleh masalah- matematika untuk melakukan penelitian dan
masalah nyata, dalam pemodelan pun dimulai menguji hipotesis di atas. Materi yang diambil
dari masalah nyata, misalnya dalam percobaan adalah persamaan garis lurus dengan
air yang telah dibahas sebelumnya. Kemudian pemodelan yang digunakan adalah percobaan
karakteristik selanjutnya adalah air yang telah ia bahas sebelumnya.
pengembangan model-model, situasi, skema, Sebenarnya banyak pemodelan yang dapat
simbol, dan pembelajaran yang konstruktif digunakan sebagai bahan pembelajaran,
dan produktif. Dalam contoh pemodelan terutama dalam materi persamaan garis lurus
dengan percobaan air misalnya, setelah ini, hanya untuk memunculkan ide itu sendiri
mendapatkan data hasil dari percobaan, kita tidaklah mudah, atau mungkin dikarenakan
dituntut agar dapat membuat grafik pemahaman dirinya mengenai pemodelan itu
(pengembangan model) dan juga membuat sendiri masih kurang sehingga ia merasakan
suatu aturan/rumus/persamaan dari data yang sulit menemukan suatu contoh pemodelan
menghasilkan grafik linear dan kita dapat matematik.
menggunakan konsep barisan dan deret yang
Terdapat beberapa kendala saat siswa
telah dipelajari oleh siswa sebelumnya untuk
melakukan percobaan air ini, pertama,
mendapatkan aturan/rumus/persamaan
mungkin karena kelas besar sehingga saya
tersebut. Setelah itu, guru membimbing siswa
tidak bisa mengontrol semua siswa, walaupun
menuju matematika formalnya seperti
saya sudah berkerjasama dengan guru
mengenalkan rumus umum persamaan garis
matematikanya, tetap saja masih ada siswa
lurus. Ini berarti pembelajaran yang dilakukan
yang bermain-main dengan bahan-bahan
konstruktif dan produktif, selain itu ada
percobaan, begitu pula dalam pengerjaan
keterkaitan dengan materi matematika lainnya
Lembar Kerja Siswa (LKS) tidak semua siswa
yaitu dengan barisan dan deret, operasi
dapat terbimbing. Selanjutnya, dalam
aljabar, dan sebagainya.
percobaan air ini, walaupun sudah
Dari penjelasan di atas, mahasiswa ini diperingatkan agar bekerja dengan rapi, tetap
mempunyai dugaan bahwa jika pemodelan saja airnya berceceran kemana-mana,
matematik yang berdasarkan RME ini sehingga membuat meja kotor dan
diterapkan, maka akan lebih meningkatkan membutuhkan waktu untuk
pemahaman siswa terhadap konsep membersihkannya. Hal ini akan berpengaruh
matematika, begitu pula dengan kemampuan pada alokasi waktu yang ditetapkan
representasinya, dan juga kemampuan sebelumnya. Kemudian, pembelajaran
memecahkan masalah matematik. Dengan matematika dengan pemodelan ini
kata lain dapat meningkatkan kemampuan membutuhkan banyak waktu/pertemuan,
kompetensi stratejiknya. Berikut adalah sedangkan materi SMP bisa dibilang banyak,
hipotesis yang ia buat: “Kompetensi Stratejik malah saya lihat, tidak sedikit guru yang
matematik siswa yang pembelajarannya keteteran mengejar materi agar dapat
menggunakan pemodelan berbasis RME lebih diselesaikan tepat pada waktunya. Saat
baik daripada kompetensi stratejik matematik penelitian pun, kelas eksperimen sedikit
siswa yang pembelajarannya menggunakan tertinggal materinya dibanding kelas kontrol.
cara biasa.” Hipotesis yang ia buat tentu saja Oleh karena itu, mungkin kita harus selektif
Turmudi, Asep Syarif Hidayat, Sufyani Prabawanto, dan Aljupri, Pengembangan Pembelajaran Matematika dengan
Pemodelan (Mathematical Modeling) Berbasis Realistik untuk Mahasiswa 13

memilih materi mana yang lebih efektif yang berbasis Realistic Mathematic Education
diajarkan dengan pemodelan, karenanya harus (RME). Dalam perjalanan mempersiapkan
workshop, saya menjadi lebih memahami apa
diperbanyak lagi referensi tentang pemodelan. itu pemodelan dan bagaimana proses
Di luar hal di atas, siswa terlihat antusias dan pemodelan dalam pembelajaran matematika.
tertarik mengikuti pembelajaran dengan
pemodelan ini. Pemodelan yang berbasis Realistic
Untuk mengatasi kendala di atas, yang Mathematic Education (RME) mengangkat
pertama menurut saya untuk kelas besar, permasalahan-permasalahan atau fenomena-
seperti khususnya di SMPN 12 Bandung fenomena yang ada di dunia nyata (real
memang tidak cukup satu atau dua guru saja, world) untuk dimodelkan atau
perlu adanya team teaching yang terdiri lebih direpresentasikan ke dalam bentuk
dari tiga orang guru agar semua siswa dapat representasi matematika.
terkontrol dan dapat terbimbing, serta guru Sebagai contoh, melambungnya bola
harus memiliki kemampuan penguasaan kelas ketika ditendang yang membentuk lintasan
yang baik, agar tercipta situasi belajar yang parabola. Peristiwa seperti ini mungkin sudah
kondusif. Selanjutnya, untuk guru ataupun sering dilihat atau bahkan dialami oleh siswa.
peneliti lain yang akan menggunakan Tetapi tanpa disadari ternyata peristiwa
percobaan air dalam pembelajarannya, agar tersebut dapat dikaitkan dengan materi fungsi
tidak terjadi permasalahan seperti di atas, kuadrat. Bagaimana cara mengaitkannya?
dapat mengganti air dengan pasir atau beras Pertama-tama kita harus memodelkan
atau biji-bijian. peristiwa tersebut ke dalam bentuk
Pemodelan juga merupakan salah satu representasi matematika, dapat berupa
bagian penting dari sebuah pendekatan gambar. Jika diperlukan, guru dapat membuat
pembelajaran matematika yaitu Realistic media untuk memudahkan siswa
Mathematics Education (RME). Sehingga memanipulasi atau bahkan mengalaminya
menurut pemahaman Femmy (2010), langsung, misalnya dengan membuat miniatur
pemodelan berbasis Realistic Mathematics untuk peristiwa tersebut. Kemudian dari
Education (RME) adalah pembentukan model- model atau representasi yang telah dibuat,
model matematika yang sesuai dengan dicoba dikomunikasikan ke dalam bahasa atau
kaidah-kaidah Realistic Mathematics simbol matematika dan dicari pola yang akan
Education (RME) untuk membantu dalam terbentuk.
menggali dan memahami masalah yang Dalam proses pemodelan, diharapkan ada
sebenarnya. Setelah kegiatan workshop, saya penemuan pola-pola yang kemudian akan
semakin yakin dengan kesimpulan yang telah mengarah pada suatu kesimpulan berupa
saya buat mengenai pemodelan. Karena dari konsep matematika. Proses matematisasi yang
pengalaman-pengalaman yang saya dapatkan ada dalam pemodelan berbasis RME akan
selama kegiatan ini, pemodelan dilakukan dapat menumbuhkan dan atau
untuk menyelesaikan masalah, baik di dalam mengembangkan kemampuan-kemampuan
maupun di luar bidang matematika. matematika siswa. Karena ketika siswa
Mahasiswa lain memahami pengertian diberikan atau dihadapkan dengan suatu
pemodelan dan mengalami proses pemodelan permasalahan atau suatu peristiwa di dunia
sebagai berikut: nyata untuk dimodelkan, berbagai
kemampuan matematika dicoba digali untuk
Dari pengamatan tersebut, dosen mulai
mengenalkan apa itu pemodelan. Proses dari dikembangkan, seperti kemampuan
awal mengamati suatu fenomena atau komunikasi ketika merepresentasikan suatu
peristiwa hingga diperoleh bentuk matematis masalah, kemampuan pemecahan masalah,
seperti pada pengamatan di atas disebut kemampuan penalaran, dan kemampuan
dengan pemodelan. Kemudian tim dosen
memberikan beberapa contoh lain mengenai
matematika lainnya. Oleh karena itu, saya
pemodelan dan memberikan beberapa mencoba menerapkan pembelajaran
referensi mengenai pemodelan untuk dipelajari matematika melalui pemodelan berbasis RME
dalam rangka mempersiapkan workshop ini untuk meningkatkan kemampuan
pembelajaran matematika melalui pemodelan
14 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 19, Nomor 1, April 2014, hlm. 1-18

penalaran adaptif siswa. Diharapkan dengan Pemodelan merupakan salah satu hal
pembelajaran matematika melalui pemodelan yang sangat menarik untuk dikaji, dan
berbasis RME kemampuan penalaran adaptif tentunya akan sangat baik bila kita mampu
siswa dapat meningkat atau lebih baik menerapkannya dalam pembelajaran
daripada pembelajaran matematika matematika di sekolah. Bila guru mampu
konvensional yang memfokuskan menerapkan pembelajaran melalui pemodelan
pembelajaran pada aktivitas guru. pada pembelajaran di kelas, belajar
matematika akan lebih menarik bagi siswa.
Tantangan yang dihadapi oleh Femmy sebagai
Namun dalam pelaksanaannya, sebaiknya
berikut:
guru mempersiapkan masalah pemodelan
Dalam pelaksanaannya, saya menemukan dengan sangat matang. Apakah masalah yang
beberapa tantangan atau hambatan, yaitu: dibuat telah sesuai dengan kriteria pemodelan,
apakah dalam pengerjaan masalah pemodelan
 Sulitnya menentukan materi yang dapat
ini telah sesuai dengan topik atau materi
diberikan kepada siswa melalui
matematika yang akan dituju. Tentunya ini
pemodelan. Hal ini menyebabkan saya
bukan merupakan suatu hal yang mudah,
agak sulit untuk mulai membuat masalah
namun akan sangat menarik dilakukan. Selain
pemodelan.
itu, pembelajaran melalui pemodelan akan
 Sulitnya menyusun masalah pemodelan membutuhkan alokasi waktu yang lebih lama
agar dapat memuat semua tahapan daripada pembelajaran biasa. Oleh karena itu,
pemodelan sekaligus juga memuat sebaiknya guru dapat memprediksi alokasi
indikator dari kemampuan pemecahan waktu dengan baik untuk menyelesaikan
masalah. masalah pemodelan. Demikian dilaporkan
oleh Femmy (2010) tentang kesulitan dan
 Masalah pemodelan masih belum familiar
tantangan yang dihadapi ketika mendesain
bagi siswa, sehingga dalam penerapannya
bahan ajar dengan pemodelan ini.
di kelas, siswa banyak mengajukan
pertanyaan. Hal ini menuntut saya untuk Untuk melihat bagaimana pekembangan
dapat membagi perhatian kepada seluruh kemampuan setiap peserta (mahasiswa) dalam
kelompok siswa secara merata. mengembangkan model matematika berbasis
realistik, tabel berikut ini menyajikan
 Masalah pemodelan menuntut saya lebih hubungan antara pertanyaan penelitian utama
aktif dan cepat dalam berpikir untuk dengan topik, kegiatan, dan efek pembelajaran
memberikan pertanyaan yang mampu yang dilakukan oleh masing-masing
membimbing siswa (guided reinvention) mahasiswa dengan penekanan masing-masing.
memperoleh penyelesaian tanpa memberi
tahu langsung.
Turmudi, Asep Syarif Hidayat, Sufyani Prabawanto, dan Aljupri, Pengembangan Pembelajaran Matematika dengan
Pemodelan (Mathematical Modeling) Berbasis Realistik untuk Mahasiswa 15

Tabel 2 : Pertanyaan Penelitian dan Pelaksanaan Penelitian Mahasiswa


SMP SMA
No Pertanyaan Penelitian Ket
Fery Wulan Arie Femmy
1. Apakah kemampuan Kemampuan Memodel- Pemodelan Pemodelan
pemodelan matematika membuat model kan kuadrat kuadrat
siswa akan muncul dengan linear persamaan dengan untuk
pembelajaran matematika Tarif Bus garis lurusmembuat persamaan
berbasis RME? Kalau hubungan antara dari kandang fungsi
benar bagaimana proses volume dan percobaan tertentu kuadrat
pemodelan yang terjadi? tinggi air dalam air dalam yang
bejana beragam bejana luasnya
bentuk maksimum
2. Apakah pemodelan v v v v
matematika dapat komunikasi kompetensi penalaran pemecahan
meningkatkan kemampuan strategik adaptif masalah
matematika siswa? matematika
3. Apakah dengan pemodelan * * * *
matematika menyebabkan
siswa memberikan respon
secara positif dan belajar
secara aktif?
Keterangan: v bermakna meningkatkan kemampuan * memberikan respon positif terhadap pemodelan

Baik pemodelan yang dibuat Ferry, Wulan, 3. Kesadaran mahasiswa mengenai


Arie, maupun oleh Femmy memperlihatkan pemodelan dalam matematika mendorong
hasil yang positif, meskipun terdapat beberapa mereka untuk melakukan penelitian skripsi
kendala dan tantangan yang dihadapi. dengan mendesain dan mengimplementasi-
kannya di sekolah.
Hasil implementasi di sekolah
KESIMPULAN DAN SARAN
memperlihatkan bahwa
Dari penelitian pemodelan matematika
(a) Kelompok siswa SMP yang belajar
yang dilakukan baik oleh Tim peneliti
matematika dengan pemodelan
maupun oleh para mahasiswa yang tergabung
berbasis realistik lebih baik
dalam penelitian kolaboratif ini dapatlah
kemampuan komunikasinya
disimpulkan sebagai berikut:
dibandingkan dengan kelompok siswa
1. Pada mulanya para peserta (mahasiswa) yang belajar dengan cara konvensional
tidak memahami apa yang dimaksudkan (Fery Nugraha, inpress)
dengan pemodelan dalam matematika.
(b) Kelompok siswa SMP yang belajar
2. Tahap demi tahap kemampuan matematika dengan pemodelan
mengembangkan proses pembelajaran berbasis realistik lebih baik
dengan pemodelan di SMP dan SMA dapat kompetensi strategic matematikanya
dikuasai mahasiswa. Mulai dari pertemuan dibaningkan dengan siswa yang
singkat di halaman Jurusan Pendidikan belajarnya menggunakan pendekatan
Matematika dengan melihat pola-pola pada konvensional (Wulan Nurul K.,
ubin bangunan JICA lantai 2, kemudian inpress).
mengangkat polanya mengamati besaran-
(c) Kelompok siswa SMA yang belajar
besaran yang dapat dibuat (dalam hal ini
matematika dengan menggunakan
adalah besaran luas) kemudian
pemodelan matematika berbasis
menghubungkan bilangan nomor anggota
realistik kemampuan penalaran
pola dengan luas masing-masing anggota
adaptifnya lebih baik daripada siswa
pola sehingga didapat aturan umum. Nah
yang belajar matematika menggunakan
inilah yang selanjutnya membentuk suatu
pendekatan konvensional (Arie
model.
Rahmawati, inpress).
16 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 19, Nomor 1, April 2014, hlm. 1-18

(d) Kelompok siswa SMA yang belajar penelitian ini memberikan dukungan
matematika dengan pemodelan terhadap gagasan ini.
berbasis realistic lebih baik
Sejumlah rekomendasi yang dapat dibuat
kemampuan pemecahan masalahnya
tim peneliti antara lain:
dibandingkan dengan siswa yang
belajar matematika dengan pendekatan 1. Dengan pemodelan matematika sebagai
konvensional (Femmy Diah Utami, salah satu alternatif membelajarkan
inpress). matematika siswa ternyata dapat
meningkatkan kemampuan-kemampuan
(e) Umumnya siswa bersikap positif
komunikasi, kemampuan penalaran
terhadap pembelajaran matematika
adaptif, kemampuan strategic matematika,
menggunakan pemodelan berbasis
serta kemampuan pemecahan masalah,
realistik.
karenanya tidak ada salahnya bahwa
4. Untuk pengembangan profesionalisme pemodelan dijadikan salah satu strategi
guru dalam bidang matematika pemodelan pembelajaran matematika baik di SMP
matematika berbasis realistik sangat ataupun di SMA
membantu mereka. Umumnya para guru
2. Untuk melakukan pengembangan profesi
merasa tertarik untuk membelajarkan siswa
guru dalam pembelajaran matematka,
menggunakan pemodelan karena melalui
nampaknya pemodelan matematika dapat
penekatan ini bisa menemukan hal-hal
dijadikan salah satu alternatif dalam
baru yang tidak terduga (re-invention),
meningkatkan kemampuan guru
dapat menyaksikan matematika dalam
mengajar.
aktivitas menusia, serta dapat melihat
matematika aplikasi.
5. Untuk melihat tingkat ketertarikan mereka DAFTAR PUSTAKA
dalam pemodelan matematika, para peserta
Anderson & Krathwohl (2001). Revised
workshop menghendaki agar workshop ini
Bloom Taxonomy.
dilaksanakan kembali dengan topik-topik
matematika yang lain. Crawford, K. & Adler, J. (1996). Teachers as
researchers in mathematics education.
6. Kemampuan siswa menerjemahkan situasi
In Alan J. Bishop et al. (eds.).
sehari-hari ke dalam model matematika
International Handbook of
dan sebaliknya membaca suatu model atau
Mathematics Education. 2, 1187-1206.
bentuk atau rumusan matematika ke dalam
Dordrecht, The Netherlands: Kluwer
bahasa verbal merupakan kompetensi yang
Academics Publishers.
esensial untuk dapat dikuasai siswa.
Dengan melakukan pemodelan berarti Crawford, K. & Adler, J. (1996). Teachers as
telah menjalankan amanat Depdiknas researchers in mathematics education.
(2006) bahwa salah satu tujuan dalam In Alan J. Bishop et al. (eds.).
pembelajaran matematika adalah agar International Handbook of
siswa “mampu memecahkan masalah, Mathematics Education. 2, 1187-1206.
merancang model matematika, Dordrecht, The Netherlands: Kluwer
menyelesaikan model dan menafsirkan Academics Publishers.
solusi yang diperoleh… dan Creswell, J. W. (1994). Research Design.
mengkomunikasikan gagasan dengan Qualitative & Quantitative Approaches
simbol, tabel, diagram, atau representasi London: Sage Publications
lainnya untuk menjelaskan keadaan atau
masalah…”. Karenanya kemampuan De Lange (1996).Looking through the TIMSS-
memodelkan matematika dan Mirror from a Teaching Angle.
menerjemahkan suatu model matematika Freudenthal Institute. Utrecht.
ke dalam bahasa yang dapat dipahami oleh De Lange, J. (1995). No Change without
siswa menjadi suatu tuntutan yang Problem. In T.A. Romberg (Ed.)
hendaknya merupakan kompetensi yang Reform in School Mathematics and
dimiliki siswa. Temuan-temuan dalam
Turmudi, Asep Syarif Hidayat, Sufyani Prabawanto, dan Aljupri, Pengembangan Pembelajaran Matematika dengan
Pemodelan (Mathematical Modeling) Berbasis Realistik untuk Mahasiswa 17

Authentic Assessment. Albany: State Japan Society of Mathematical


University of New York Press. Education, Vol.82, No.10 pp.18-19.
De Lange, J. (1996). Using and Applying Lewin, K (1951) Field heory in Social
Mathematics in Education. In A.J. Sciences. Hamper and Row, New York.
Bishop et al. (Eds.) International
Loucks-Horsley, Hewson, Love, dan Stiles
Handbook of Mathematics Education.
(1998).Designing Professional
Hal 49-97. Kluwer, Academic
Development for Teachers of Science
Publisher. The Netherlands.
and Mathematics. Corwin Press:
Denzin (1994). Triangulation in educational Calipornia.
research. In Husen, T., & Postletnwaite,
Manan A.A. (1998). Langkah-langkah
T.N. (Eds.) In International
strategis ke arah pemecahan masalah
Encyclopaedia of Education (2nd ed.),
peningkatan mutu SLTP. Kajian Dikbud
(6461-6466). Stockholm & Hamburg:
No. 014, September, 1998, hal 21-34.
Pargamon.
Mullis, I.V.S. et. al. (1999). TIMSS 1999
Depdiknas (2006). Kerangka dasar dan
International mathematics report.
struktur kurikulum Tingkat sekolah
USA: International Study Center,
dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Jakata:
Lynch School of Education, Boston
Media Pustaka.
College.
Freudenthal, H. (1983). Didactical
National Council of Teachers of Mathematics
Phenomenology of Mathematical
(2000). Principles and standards for
Structures. Dordrecht: D. Reidel
school mathematics. Reston, VA: USA.
Publishing Co.
Shizumi, S.(2000). Mathematics education in
Freudenthal, H. (1991). Revisiting
elementary schools: Viewing from the
Mathematics Education. Dordrecht: D.
change of objective. In Journal of
Reidel Publishing Co.
Japan Society of Mathematical
Gravemeijer, K. (1994). Developing Realistic Education, LXXXII (7 & 8), 115-125,
Mathematics Education. Freudenthal Special Issues: Mathematics Education
Institute, Utrecht CD-  Press. The in Japan during the Fifty-five Years
Netherlands. since War: Looking towards the 21st
Century.
Gravemeijer, K. (1994). Educational
Development and developmental Sowder, J.T., Phillip, R.A., Amstrong, B.E. &
Research in Mathematics education. Schapelle, B.P. (1998). Middle grade
Journal for Research in Mathematics teacher’s mathematical knowledge and
Education, 25(5), 443-471. its relationship to instruction: A
research monograph. SUNY Serries,
Indonesia (2005).Peraturan Pemerintah Reform in mathematics education,
Republik Indonesia No 19 Tahun 2005
Ithaca NY: State University of New
Tentang Standar Pendidikan Nasional York Press.
Indonesia (2005).Undang-Undang RI No 14 Stevenson, H.W. (1998). Mathematics
Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen achievement first in the world by the
Kolb, D.A. (1984). Experimental Learning. Year 2000? In Williams M. Evers (Ed.).
Prentice Hall, Englewood Cliffs: NJ.22 What’s gone wrong in America’s
classrooms, (pp. 137-154). Stanford,
Krathwohl, D. R. (1998). Method of
California: Hoover Institution Press,
educational and social science
Stanford University.
research. An integrated approach.
Longman: New York.. Stevenson, H.W. (1998). Mathematics
achievement first in the world by the
Kunimune, S. (2000). Towards the
Year 2000? In Williams M. Evers (Ed.).
Development of Studies on
What’s gone wrong in America’s
Mathematics Education. Journal of
classrooms, (pp. 137-154). Stanford,
18 Jurnal Pengajaran MIPA, Volume 19, Nomor 1, April 2014, hlm. 1-18

California: Hoover Institution Press, SMP Negeri Kota Bandung. Grant


Stanford University. Research Report, Bandung: Indonesian
University of Education, FPMIPA.
Stigler, J. dan Hiebert, J. (1999). The
Teaching Gap: Best ideas from the Turmudi (2003). Kenkyu Happyokai suatu
world’s teachers for improving upaya pengembangan profesi guru
education in the classroom. New York: matematika di Jepang. Proceding
Free Press. Seminar Nasional Matematika:
Universitas Pajajaran, Bandung. 18
TIMSS-R. (1999). Mathematics and science
Januari 2003.
achievement of eighth graders in 1999.
. In the International Comparison in Turmudi. (2003). Model buku pelajaran
Education, Trends in International matematika sekolah menengah
Mathematics and Sciences Studies. pertama: Panduan pengembangan.
http://nces.ed.gov/timss/results99_1.asp Jakarta: Pusat Perbukuan, Departement
(accessed November, 24, 2006). Pendidikan National.
Turmudi & Dasari, D. (2001). Peningkatan Verschaffel, L., Greer, B. & de Corte, E.
kemampuan pemahaman konsep (2002). Everyday Knowledge and
matematika bagi siswa SLTP melalui Mathematical Modeling of School
pendekatan realistic. Grant Research Word Problems. Dalam Koeno
Report, Bandung: Indonesian Gravemeijer, Richard Lehler, Bert van
University of Education, FPMIPA Oers dan Lieven Verschaffel (Eds.),
Symbolizing, Modeling and Tool use in
Turmudi & Sabandar, J. (2002). Kerjasama
Mathematics Education.(halaman 257-
mahasiswa calon guru dan guru bidang
276). Kluwer Academic Publishers:
studi dalam mengembangkan desain
Dordrecht.
pembelajaran matematika realistic di

Anda mungkin juga menyukai