Anda di halaman 1dari 5

Hallyu Pendekatan ‘Soft Power’ Merusak Pemuda

Oleh: Fajrianti Halik


Tujuan:
1. Menjelaskan ‘Hallyu’ gelombang korea
2. Menjelaskan ada apa dengan Hallyu?
3. Menjelaskan bagaimana umat mampu menghadang Hallyu

Pesatnya arus globalisasi saat ini membuat budaya asing masuk melalui beberapa platform
media tanpa adanya penyaringan. Termasuk budaya Korea yang masuk dan menyebar di
kalangan remaja. Budaya populer gelombang Korea atau yang lebih dikenal dengan “Korean
Wave/Hallyu”.

Hallyu berasal dari kata Han Liu yang berarti Korean Wave atau gelombang korea. Hallyu
merupakan penyebaran gelombang budaya populer modern dan dunia hiburan Korea ke
seluruh dunia yang berupa musik populer (K-Pop), drama tv (K-Drama), film, animasi, game,
kuliner, bahkan fashion.

Munculnya Hallyu ini merupakan hasil dari perjuangan panjang Korea, setelah kemerdekaan
Korea atas Jepang dan perang saudara yang mengakibatkan terpecahnya Korea menjadi bagian
Selatan dan utara. Pemerintah Korea Selatan mulai membangun kekuatan dengan merancang
program Five-Year Economic and Social Development Plan pada tahun 1962-1966. Program
inilah yang membawa kebangkitan Korea Selatan secara umum dan membangkitkan semangat
nasionalisme masyarakat Korea untuk berdikari, menggunakan produk dan karya sndiri.

Gerakan besar dilakukan oleh Korea Selatan dengan membuka 300 jurusan industri kebudayaan
hampir di seluruh universitas di Korea Selatan. Bahkan kementrian kebudayaan menjanjikan
beasiswa demi menarik perhatian mahasiswa.

Shiri adalah film pertama di Korea Selatan yang diproduksi dengn budget besar ala blockbuster
Hollywood bahkan film ini berhasil mengalahkan popularitas film titanic di Korea Selatan.
Berikut ini adalah timeline Hallyu:

• 1999 : K- Drama diputar di China


• 2000 : Boyband H.O.T idol pertama mengadakan konser di Beijing

• 2001 : Album Shinhwa sukses di pasar Asia

• 2002 : K-Drama pertama ‘Winter Sonata’ menyaingi ‘Meteor Garden’

• 2003 : Boyband TVXQ debut dan drama ‘ Dae Jang Geum’ booming di Asia

• 2004 : Drama ‘Full House’ booming di Asia

• 2005 : Super Junior debut

• 2006 : Turis asing mngunjungi Nami Island (tempat syuting ‘Winer Sonata’)

• 2007 : Hallyu 2.0 munculnya peraturan pemerintah terkait Hallyu.

• 2009 : Bekerjasama dengan Youtube

• 2012 : Lagu Gangkan Style viral, KCON Consert pertama kali di California

• …..2018: Boyband BTS mendapat kesempatan untuk menjadi pembicara di Sidang ke-73
PBB

Hallyu Menjadi Halu

Fenomena demam Korea ini merebak dan meluas yang akhirnya sampai ke Indonesia. Awalnya,
budaya Korea masuk ke Indonesia pada tahun 2002 dengan ditayangkan drama berjudul
Endless Love yang kemudian bermunculan berbagai drama, musik pop, atau budaya korea yang
lainnya.

Ketertarikan akan Hallyu pun semakin meningkat, mulai dari pemuda hingga ibu-ibu. Biasanya
mereka hanya sekedar menonton K-Dramanya saja, kemudian mereka akan mencari profil
pemain hingga pada akhirnya mengenal K-Pop, tv Show, mempelajari bahasanya, mencoba
berbagai kuliner yang pernah mereka lihat di K-Drama, mencintai berbagai produk dari Korea
Selatan (Skincare, elektronik, fashion).

Berawal dari ketertarikan terhadap Hallyu membuat mereka mencoba untuk


mengimplementasikan budaya tersebut ke dalam kehidupan, beberapa barang yang
dikeluarkan boyband/girlband yang mereka gemari seperti, photo card, poster, album, tumbler,
lightstick, baju, wallpaper, stiker, dan printilan lainnya yang berhubungan dengan idolanya,
hingga rela menghabiskan jutaan rupiah demi menonton konser secara langsung.

Bagaimana tidak menjadi seorang Idol tidaklah mudah seperti di Indonesia. Untuk menjadi
seorang idol butuh waktu yang lama, kerja keras, pantang menyerah, kreatif, dan inovatif.
Mereka para penggemar berdalih menghargai etos kerja mereka sehingga rela secara totalitas
mengeluarkan materi bahkan tenaganya untuk membuat kelompok se-fandom.

Para Idol begitu totalitas dalam hal fashion dan gaya hidupya demi tuntutan profesionalitas
dalam industri yang mendewakan syahwat. Performa K-Pop yang “sempurna” ini diharapkan
menjadi wasilah lahirnya para fandom fanatik. Kehidupan materialistis yang disodorkan drakor,
sukses membius penontonnya untuk berhalusinasi. Tidak jarang para penikmat Hallyu
bermutasi menuju Korean Style yang hedonis dan materialistis.

Ada Apa Dengan Hallyu?

Korea Selatan berhasil melakukan ‘soft power’ ke dalam diri pemuda, memasukkan racun
dengan nilai-nilai liberal, hedonis dan pemujaan idola ala Barat dengan kemasan budaya Korea.
Pemuda muslim tanpa sadar mengambil tsaqafah asing ke dalam diri mereka menjadi
perusakan dan pelemahan generasi muslim.

Berikut ini adalah bahaya yang ‘menghipnotis’ dari Hallyu:

1. Unsur LGBT: Dalam K-Drama ‘You’re Beautiful’, efek dari drama yang menceritakan
konsep kesetaraan antara laki-laki dan perempuan adalah kaburnya konsep gender
(maskulin/feminis). Sedangkan dalam K-Pop muncul fan service konsep bromance,
sebuah gimmick yang dipamerkan idol group di atas panggung yang menunjukkan
keromantisan antara sesama laki-laki.
2. Unsur Pergaulan Bebas: Aktifitas pacaran, campur baur, hingga seks bebas adalah hal
yang biasa dalam K-Drama, Tv show, sampai lirik lagu K-Pop. Bahkan seks bebas adalah
hal yang normal bahkan aneh jika pada usia 21 tahun belum melakukannya. Nilai-nilai
kebebasan seksual ini justru banyak ditonton pemuda muslim.
3. Unsur Hedonisme: Paham yang menganggap bahwa kesenangan atau kenikmatan
merupakan standar, tujuan hidup dan tindakan manusia semua dinilai dari materi
semata. Ini terlihat dari fenomena ‘plastik sugery’ yang dilakukan para Idol dan
masyarakat umum karena disana memiliki standar kecantikan yang tidak masuk akal.
Tindakan bullying dan kekerasan kerap kali mewarnai kehidupan para idol maupun
masyarakat umum. Fenomena bunuh diri pun banyak terjadi di negeri Ginseng ini.
4. Unsur Penyimpangan Aqidah: Mayoritan peduduk Korea Selatan adalah atheisme,
sehingga dalam K-Drama juga dikaitkan kepercayaan agama Buddha yang
bersinggungan dengan dewa-dewa, reinkarnasi dan karma contohnya The Bride of the
Water God, Goblin, 49 days, The Legend of The Blue Sea, Black, dll. Dibentuknya sosok
Idol (berhala atau sesuatu yang disembah). Faktanya Idol di Korea Selatan bukan hanya
sekedar manusia yang biasa, tetapi mereka sudah didesain sempurna, dilatih dan
dipoles agar nantinya dipuja. Bertebarannya simbol- simbol Iluminati, seperti simbol
mata satu di lagu “Mr. Simple” dan “Sorry Sorry” maupun koreografi mereka yaitu
tangan yang membentuk angka 666 milik SUJU. Exo di video klipnya ‘MAMA’. Begitupun
penampakan gambar mata satu di Drakor Descendant of The Sun.

Budaya korea adalah model penjajahan dengan pendekatan “soft power” yang lebih berbahaya
karena bersifat laten dan banyak bermain di area syubhat yang samar, kabur, dan tidak jelas.
Arus ini juga didampingi dengan wabah berbagai nilai pluralisme sekuler, seperti moderasi
beragama dan program deradikalisasi yang terus dikampanyekan di tengah pelajar muslim.
Pemuda muslim akhirnya makin mudah menjadi mangsa bagi kapitalisme.

Hilangnya peran Negara sebagai perisai menjadikan generasinya mengkonsumsi budaya asing
yang tidak sesuai dengan naluri dan fitrah, Negara gagal mengontorl dan menjaga generasi
muda dari isme yang merusak.

Menghadang Gelombang ‘Besar’

Pertama, Pemuda mesti memahami bahwa salah satu misi hegemoni barat adalah mengekspor
modernitas dan memprogandakan konsumerisme. Sehingga, dapat disimpulkan tujuan
hegemoni Barat terhadap bangsa lain adalah untuk melanggengkan dominasi peradabannya.
Maka dari itu budaya Hallyu tidak ada bedanya dengan budaya Barat, karena keduanya berasal
dari ideology yang sama yaitu kapitalisme sekuler.
Kedua, invasi budaya Hallyu adalah serangan yang tersistematis dari segala sector. Negara
mestinya mampu melindungi umat dengan mencegah invasi budaya asing masuk mengatur
konten seperti apa yang boleh masuk dan diakses oleh umat.

Ketiga, merubah standar baik dan buruk. Akal manusia yang lemahn akan menghasilkan
standar yang berbeda-beda. Oleh karena itu wajib merubah standar baik buruk pada sang
pencipta Manusia. Dimana Allah telah menurunkan Al-Quran dan mengutus Rasulullah Saw.
agar umat manusia bisa menjalankan kehidupan sesuai fitrah.

Semua ini mampu diraih dengan mengubah sistem jahiliyah ini menuju sistem pemerintahan
Khilafah, dengan Islam Kaffah. Wallahu’alam bi ash-shawab.

Anda mungkin juga menyukai