Essai Agung Prastya
Essai Agung Prastya
Disusun Oleh :
AGUNG PRASTYA
NIP. 199702232017121003
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Mengikuti Ujian Penyesuaian Ijazah
Sarjana (S1)
Dalam beberapa tahun terakhir, media sosial telah menjadi salah satu alat yang sangat
efektif untuk berkomunikasi dan menyebarkan informasi secara luas kepada
masyarakat. Dengan penetrasi internet yang semakin luas di Indonesia, termasuk di
kota Banjarmasin, penggunaan media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari
kehidupan sehari-hari masyarakat.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka disini penulis merasa tertarik untuk
membahasnya dalam sebuah penelitian yang berjudul “PENERAPAN MEDIA
SOSIAL SEBAGAI PENGANTAR INFORMASI AKTUAL DI LEMBAGA
PEMASYARAKATAN KELAS IIA BANJARMASIN”.
2
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Penerapan Media Sosial Sebagai Pengantar Informasi
2.1.1 Pengertian
Media sosial adalah platform-platform daring yang memungkinkan
pengguna untuk berinteraksi, berbagi konten, dan berkomunikasi satu sama lain
secara virtual. Media sosial memungkinkan pengguna untuk membuat profil
pribadi, mengunggah foto dan video, menulis status atau pesan, serta
berpartisipasi dalam berbagai aktivitas sosial lainnya seperti grup diskusi,
komentar, dan berbagi konten dari pengguna lain.
Penerapan media sosial untuk peningkatan keterbukaan dan informasi
Terkini di Lapas Banjarmasin mengacu pada penggunaan platform-platform
media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram, YouTube, dan lainnya. Tujuan
utamanya adalah untuk meningkatkan transparansi, keterbukaan, dan
aksesibilitas informasi terkait kondisi, program, dan kegiatan di dalam lembaga
pemasyarakatan tersebut.
Penerapan media sosial di Lapas Banjarmasin harus didasarkan pada
peraturan yang berlaku, termasuk namun tidak terbatas pada :
2.1.2 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi
Publik
2.1.3 Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2021 tentang Standar Layanan
Informasi Publik (Perki SLIP)
2.1.4 Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik
2.1.5 Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor M.HH-
01.IN.01.03 Tahun 2010 tentang Pejabat Pengelola Informasi dan
Dokumentasi Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia.
3
2.1.6 Pedoman Standar Layanan Informasi Publik dan Klasifikasi Informasi di
Lingkungan Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor : M.HH-
07.HH.05.06 Tahun 2022
2.2 Prinsip Penerapan Media Sosial Sebagai Pengantar Informasi Di Lapas Banjarmasin
Dengan menerapkan prinsip-prinsip penerapan media sosial, Lapas Banjarmasin dapat
menggunakan media sosial secara efektif sebagai alat untuk menyampaikan informasi
yang relevan, meningkatkan kesadaran masyarakat, dan memperkuat hubungan dengan
publiknya.
Berikut adalah prinsip-prinsip penerapan media sosial sebagai pengantar informasi di
Lapas Banjarmasin:
2.2.1 Tujuan Jelas: misalnya, untuk memberikan informasi tentang program rehabilitasi,
kegiatan sosial, atau peraturan di dalam Lapas.
2.2.2 Target Audience yang Tepat: seperti petugas Lapas, narapidana, keluarga
narapidana, dan masyarakat umum.
2.2.3 Konten Bermutu: Pastikan konten yang disampaikan melalui media sosial bermutu
dan bermanfaat bagi target audience. Hindari konten yang bersifat provokatif atau
merugikan.
4
2.2.9 Monitoring dan Evaluasi: Lakukan monitoring terhadap kinerja konten media
sosial
2.2.10 Kerjasama dengan Pihak Terkait: Jalin kerjasama dengan pihak terkait seperti
Kementerian Hukum dan HAM, lembaga pemasyarakatan lainnya.
2.3 Hambatan dan Langkah yang Dilakukan dalam Penerapan Prinsip Media Sosial Sebagai
Penghantar Informasi Aktual Di Lapas Banjarmasin
Beberapa hambatan dalam penerapan prinsip media sosial sebagai penghantar
informasi aktual di Lapas Banjarmasin meliputi:
2.3.1 Akses Terbatas: Lapas mungkin memiliki aturan atau pembatasan terkait akses ke
internet dan media sosial bagi para narapidana.
2.3.2 Pengawasan Konten: untuk memastikan keamanan dan kepatuhan terhadap aturan
yang berlaku.
2.3.3 Penggunaan yang Tidak Terkontrol: Media sosial juga dapat menjadi sumber
distraksi jika tidak dikelola dengan baik, sehingga mengganggu upaya rehabilitasi
dan pembinaan di dalam Lapas.
2.3.4 Keamanan Data: Lapas perlu memastikan keamanan data dan informasi
2.3.5 Keterbatasan Infrastruktur: seperti koneksi internet yang lambat atau tidak stabil,
dapat menghambat kemampuan Lapas untuk secara efektif menggunakan media
sosial sebagai penghantar informasi aktual.
5
2.3.1 Identifikasi Tujuan : Langkah pertama adalah menentukan tujuan dari
6
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Penerapan media sosial sebagai penghantar informasi aktual di Lapas Banjarmasin
memberikan kesempatan untuk berkomunikasi secara langsung dengan masyarakat,
keluarga narapidana, dan pihak terkait lainnya. Hal ini memungkinkan Lapas
Banjarmasin untuk memberikan informasi terkini mengenai kegiatan, program
rehabilitasi, aturan, serta berbagai informasi penting lainnya secara transparan dan
efisien. Dengan demikian, penggunaan media sosial membantu dalam meningkatkan
keterbukaan, mengurangi miskomunikasi, dan memperkuat hubungan antara Lapas
Banjarmasin dengan berbagai pihak yang terlibat.
3.2 Saran
Pengelola Kehumasan diharapkan mampu menerapkan teknologi melalui platform
media sosial dalam menghantarkan informasi aktual di lapas banjarmasin serta
melakukan beberapa langkah strategi seperti membuat akun resmi lapas banjarmasin,
konten edukatif, live streaming acara khusus, interaksi aktif, kampanye kesadaran,
kolaborasi dengan influenser.