FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
1
PLANNER
CONTRIBUTOR
EDITOR
2
DAFTAR ISI
Halaman
COVER.....................................................................................................................................1
DAFTAR ISI...........................................................................................................................3
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)....................................
LECTURE................................................................................................................................5
TUTOR (FASILITATOR)...............................................................................
TIME TABLE........................................................................................................................6
STUDENT PROJECT........................................................................................................12
SISTEM MUSKULOSKELETAL.................................................................................13
1. Pemeriksaan Ekstremitas Bawah...............................................................13
2. Pemeriksaan Tulang Belakang...................................................................22
3. Pemeriksaan Ekstremitas Atas....................................................................28
4. Pemeriksaan Stabilitas Fraktur Tanpa Gips dan Cara dressing........39
SISTEM ALIMENTARY DAN HEPATOBILIARY............................................47
1. Pemeriksaan Mulut dan Tonsil...................................................................47
2. Pemeriksaan Abdomen.................................................................................53
3. Pemasangan NGT dan Aspirasi Ascites..................................................56
4. Pemeriksaan Hernia, Apendisitis, dan RT..............................................58
SISTEM ENDOKRIN.........................................................................................................61
1. Injeksi Insulin..................................................................................................61
2. Pemeriksaan Tiroid........................................................................................63
NUTRISI...................................................................................................................................64
1. Pemeriksaan Antopometri............................................................................64
2. Pengaturan Diet...............................................................................................67
3. Peresepan Makanan Untuk Bayi................................................................68
4. Tatalaksana Gizi Buruk................................................................................69
SISTEM VISUAL.................................................................................................................71
3
4. Penilaian Ekternal dan Posisi Mata...........................................................74
5. Penilaian Posisi Bola Mata..........................................................................75
6. Penilaian Media Refraksi.............................................................................75
7. Pemeriksaan Fundus dan TIO.....................................................................77
8. Ocular Therapeutic.........................................................................................80
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................82
4
LECTURE
5
TIME TABLE
Hari/ Waktu Aktivitas Ruang Narasumber
tanggal
6
Senin 09.00-09.50 Demo Injeksi Insulin Online dr Siswadi
12 April 10.00-10.50 Break
2021 11.00-11.50 Pmx Tiroid (Normal, Hipo, Online dr. Ratna
Hiper)(11)
12.00-12.50 Demo Pmx Tiroid Online dr. Ratna
12.50-13.40 Independent learning/ E- - Pengelola
learning Blok
14.00-14.50 Pmx Antopometri dan Online dr. Sutadarma
Demo(12)
15.00-15.50 Student Project Online Fasilitator
6 11.00-11.50 Pengaturan Diet dan Demo Online dr. Indraguna
Penghitungan(13)
Jumat 11.50-12.10 Break -
16 April 12.10-13.00 Peresepan Makanan untuk Bayi Online dr. Eka
dan Demo(14) Pratiwi
2021 13.00-13.50 Tatalaksana Gizi Buruk dan Online dr. Eka
Demo(15) Pratiwi
14.00-14.50 IPE
15.00-15.50 IPE
7 11.00-11.50 Kelainan Refraksi dan Online dr. Ariesanti
Demo(16)
Senin 12.00-12.50 Penilaian Pengelihatan dan Online dr. Eka
Demo(17) Sutyawan
19 April 13.00-13.50 Break -
2021 14.00-14.50 Penilaian Eksternal dan Posisi Online dr. Juliari
Mata dan Demo (18)
15.00-15.50 Penilaian Lapang pandang dan Online dr. Mas
Demo(19)
7
2021 14.00-15.40 Praktek (3,4), Sesi 4 (Group D) Offline Fasilitator
9
PEMBAGIAN GROUP DAN RUANGAN
GROUP ANGGOTA GROUP RUANGAN
A1 1
A2 2
A A3 3
A4 4
A5 5
A6 1
A7 2
B A8 3
A9 4
A10 5
B1 1
B2 2
C B3 3
B4 4
B5 5
B6 1
B7 2
D B8 3
B9 4
B10 5
10
RUANG PRAKTEK
LANTAI 3
↑ utara
11
STUDENT PROJECT
TOPIK STUDENT POJECT
12
MUSKULOSKELETAL
1. PEMERIKSAAN EKSTREMITAS
BAWAH dr. I G.N. Wien Aryana, Sp.OT(K)
13
- Identifikasi tuberositas ischial dengan pedoman lipatan gluteal.
- Sendi sakroiliaka dapat di palpasi untuk mendeteksi nyeri
6. Range of Motion (ROM): minta pasien untuk berbaring posisi terlentang
- Gerakan fleksi: dengan posisi pasien terlentang, Pasien diminta untuk menekuk
lutut ke arah dada.
- Normalnya bagian anterior dari paha hampir dapat menyentuh dinding dada
- Gerakan ekstensi: minta pasien telungkup, dan diminta mengangkat tungkai ke
posterior.
- Gerakan abduksi: pasien terlentang kemudian diminta mengabduksi tungkai ke
lateral.
- Gerakan adduksi: pasien terlentang diminta mengaduksi tungkai ke medial
melewati garis tengah tubuh.
-
memutar panggul ke luar (putar tungkai bawah mendekati garis tengah sumbu
tubuh).
-
memutar panggul ke dalam (putar tungkai bawah menjauhi garis tengah sumbu
tubuh).
Gambar 20. Abduksi, adduksi, eksternal rotasi dan internal rotasi sendi panggul
14
Pemeriksaan Lutut dan Tungkai Bawah
1. Inspeksi gaya berjalan pasien saat berjalan memasuki ruangan, lihat saat fase swing
dan stance.
2. Cek keselarasan dan bentuk kedua lutut pasien dan observasi adanya atrofi pada otot
quadrisep.
3. Lihat di bagian yang cekung sekitar patella, bengkak di sendi lutut, dan kantung
suprapatela. Lihat apakah ada bengkak di sekitar lutut
4. Palpasi
- Minta pasien untuk duduk di ujung meja pemeriksaan dengan posisi lutut
fleksi. Pada posisi ini lekukan tulang lebih terlihat dan otot, ligamen dan
tendon lebih relaksasi. Beri perhatian pada tempat yang terdapat nyeri, karena
problem lutut sering mengalami nyeri.
- Palpasi sendi tibiofemoral: taruh ibu jari di jaringan lunak di kedua sisi
tendon patela. Kenali lekukan sendi lutut. Identifikasi batas-batas femur distal
dan tibia proksimal
- Nilai kompartemen sendi medial dan lateral dengan lutut fleksi 90°.
- Menilai kompartemen patelofemoral. Temukan lokasi patela dan cari tendon
patela distal sampai menemukan tuberositas tibia. Minta pasien untuk
mengangkat kakinya. Pastikan bahwa tendon patela intak.
- Minta pasien untuk terlentang dan lutut diregangkan. Tekan patela terhadap
femur. Minta pasien untuk mengencangkan otot quadrisep ketika patela
digerakkan ke distal di lekukan trochlear. Cek kehalusan gerak geser (the
patellofemoral grinding test).
- Penilaian kantong suprapatela, bursa prepatela dan bursa anserine: palpasi
semua yang menebal atau pembengkakan di kantong suprapatela dan
sepanjang batas patella mulai 10 cm diatas batas superior dari patela dan
rasakan jaringan lunak diantara ibu jari dan jari-jari tangan. Gerakkan tangan
ke distal dengan langkah yang progresif, coba untuk mengenali kantong
suprapatela. Lanjutkan palpasi sepanjang pinggir dari patela. Rasakan apakah
ada bengkak atau rasa panas di antara jaringan.
- Nilai ketiga bursa apakah ada bengkak. Palpasi bursa prepatela dan bursa
anserine di posteromedial dari lutut diantara ligamentum kolateral media dan
tendon yang menyisip di tibia medial dan di bagian tingginya. Pada permukaan
posterior, dengan lutut diekstensikan, nilai aspek medial dari fossa poplitea,
antara lain untuk mendeteksi adanya Kista Baker (ganglion poplitea).
- Otot gastroknemius, soleus, dan tendon Achilles: palpasi otot gastroknemius
dan soleus di permukaan posterior di kaki bawah. Tendon achilles dapat di
palpasi di sepertiga betis bagian bawah dari penyisipannya sampai ke
kalkaneus.
- Untuk tes integritas tendon Achilles, minta pasien untuk berlutut di atas kursi.
Tekan betis dengan kuat dan lihat plantar fleksi di pergelangan kaki.
15
untuk memaksa cairan pindah ke daerah lateral. Ketuk lutut tepat di belakang
batas lateral dari patela dengan tangan kanan.
- The Ballon sign: letakkan ibu jari dan jari telunjuk tangan kanan di bagian kiri
dan kanan dari patella. Dengan tangan kiri, tekan kantong suprapatelar ke
arah femur. Rasakan cairan memasuki ruangan di sebelah patela di bagian ibu
jari dan jari telunjuk.
- Ballotement sign patella: untuk menilai efusi yang besar, pemeriksa dapat
menekan kantong suprapatelar dan tekan patela ke arah femur. Lihat gerakan
cairan yang kembali ke kantong suprapatelar.
7. Manuver
- McMurray Test: minta pasien untuk terlentang, pegang tumit dan fleksikan lutut.
Taruh tangan satunya di sendi lutut dan jari-jari dan ibu jari di bagian medial dan
lateral. Dari tumit, putar kaki bagian bawah internal dan eksternal. Lalu dorong
ke arah lateral untuk periksa valgus stress di bagian medial dari sendi. Pada saat
yang sama, putar kaki ke eksternal dan secara perlahan luruskan kembali.
- Apley Grind Test: untuk menilai meniscus, minta posisi pasien telungkup dan
0
memfleksikan lututnya 90 . Pemeriksa kemudian meletakkan lututnya pada bagian
posterior paha pasien. Kemudian tekan tibia ke arah sendi lutut sambil melakukan
rotasi eksternal. Maneuver dikatakan positif apabila pasien merasa nyeri.
16
Gambar 22. Apley Grind Test
- Valgus Stress Test: dengan posisi pasien terlentang dan lutut sedikit fleski,
gerakkan paha 30° lateral ke tepi meja pemeriksaan. Pegang bagian lateral lutut
dengan satu tangan untuk stabilisasi femur dan tangan lainnya dorong ke medial
terhadap lutut dan tarik lateral di pergelangan kaki untuk membuka sendi lutut ke
arah medial.
- Varus Stress Test: dengan posisi paha dan lutut sama dengan tes valgus, ubah
posisi tangan sehingga satu tangan di bagian medial lutut dan satunya lagi di
bagian lateral pergelangan kaki. Dorong ke arah medial terhadap lutut dan tarik
ke arah lateral di pergelangan kaki untuk membuka sendi lutut ke arah lateral.
17
- Anterior Drawer Sign: dengan posisi pasien terlentang, panggul fleksi dan lutut
fleksi 90° dan telapak kaki di tempat yang datar menyentuh permukaan meja
pemeriksaan, pegang lutut dengan kedua tangan pemeriksa, taruh ibu jari di
bagian medial dan lateral dari sisipan otot hamstring. Tarik tibia ke depan dan
amati apakah tergeser ke depan seperti laci dari bawah femur. Bandingkan derajat
pergerakan ke depan dengan lutut sebelahnya.
-
- Posterior Drawer Sign: posisikan pasien dan taruh tangan di tempat yang sama
seperti anterior drawer sign. Dorong tibia ke arah posterior dan observasi derajat
pergerakan ke belakang di femur.
- Lachman Test: letakkan lutut fleksi 15° dan putar ke eksternal. Pegang femur
distal dengan satu tangan dan tangan lainnya lagi memegang tibia bagian atas.
Dengan ibu jari di bagian tibia di garis sendinya, secara serentak, Tarik tibia ke
depan dan femur ke belakang. Estimasi berapa derajat pergerakannya.
2. Palpasi
- Dengan menggunakan ibu jari, palpasi bagian anterior dari setiap sendi
pergelangan kaki, rasakan adakah nyeri atau bengkak
18
- Palpasi sepanjang tendon achilles untuk nodul atau nyeri
- Palpasi tumit, terutama bagian inferior dan posterior kalkaneus dan plantar
fascia untuk melihat nyeri
- Palpasi untuk melihat nyeri di maleolus lateral dan medial, terutama jika ada
trauma
- Palpasi sendi metatarsofalangeal untuk melihat nyeri. Tekan bagian terdepan
di antara ibu jari dan jari-jari. Berikan tekanan tepat di proksimal dari
metatarsal pertama sampai metatarsal kelima
- Palpasi bagian kepala dari lima metatarsal dan lekukannya diantara mereka
dengan ibu jari dan jari telunjuk. Taruh ibu jari di bagian dorsum dari kaki
dan jari telunjuk di permukaan plantar
4. Maneuver
0
- Anterior drawer test: dengan posisi berbaring, fleksikan lutut pasien 45 dan
lemaskan otot betis. Dengan lutut yang hiperfleksi, pergelangan kaki dalam
posisi equines dan kaki ditahan dengan satu tangan pemeriksa ke meja periksa;
dengan tangan yang lain, berikan tekanan pada bagian anterior distal tungkai
untuk mendorong tibia ke arah posterior. Atau pemeriksaan dapat dilakukan
0
dengan memfleksikan lutut pasien 90 dan memberikan tekanan pada tungkai
bawah ke arah posterior sambil menahan kaki di atas meja periksa.
- Posterior drawer test: langkah pemeriksaan sama dengan anterior drawer test.
Hasil pemeriksaan dikatakan positif jika ditemukan pergerakan posterior talus
pada daerah mortise.
- Thompson Test: untuk menilai ruptur tendon Achilles. Dengan posisi
telungkup, letakkan kaki pasien pada ujung meja pemeriksa. Kemudian
pemeriksa meremas betis pasien (m. gastrocnemius). Nilai apakah ada plantar
fleksi. Pemeriksaan dikatakan positif jika tidak terjadi plantar fleksi.
19
CHECKLIST PENILAIAN KETERAMPILAN KLINIS
Kompetensi : Melakukan Pemeriksaan Ekstremitas Bawah
No. PROSEDUR
KLINIS
Persiapan
1. - Perkenalkan diri kepada pasien
- Jelaskan prosedur kepada pasien
- Cuci tangan sebelum melakukan tindakan dengan cairan sterile dan
sabun.
- Ruang tindakan harus bersih dan sterile
- Berdiri di depan pasien
- Gunakan tangan kanan, jika pemeriksa pengguna tangan kanan
Pelaksanaan
2. Jelaskan tujuan pemeriksaan kepada pasien
3. Persilahkan pasien untuk melepas pakaiannya
Ekstremitas bawah
Instruksi untuk kandidat Seorang anak laki-laki 12 tahun, pelajar sekolah menengah
pertama, mengeluh nyeri dan luka terbuka pada tulang
kering bagian kanan setelah ditabrak oleh sepeda motor
saat berjalan kaki 30 menit sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat pingsan, mual, dan muntah tidak ada.
Instruksi:
20
Peralatan yang dibutuhkan -
Move
13 Limited Aktif (karena nyeri),
14 Limited Pasif (tidak usah dilakukan karena pasien nyeri)
Lampiran:
Gambar fraktur tibia
21
2. PEMERIKSAAN TULANG BELAKANG
dr. Made Agus Maharjana Sp.OT
7. Palpasi tulang belakang dengan ibu jari; bisa dengan posisi duduk atau posisi berdiri:
22
Gambar 2. Palpasi spina: nyeri, bengkak atau peningkatan suhu
a. Palpasi otot-otot paravertebral untuk melihat apakah ada nyeri atau spasme otot.
b. Palpasi prosesus spinosus apakah ada step deformity (penurunan prosesus spinosus).
c. Periksa secara hati-hati di daerah lumbal apakah ada prosesus spinosus yang menonjol
(gibus) atau tidak terlihat menonjol (normal) sehubungan dengan tulang diatasnya.
d. Palpasi daerah sakroiliaka, biasanya ada skin dimples di sepanjang posterior superior
tulang iliaka.
e. Perkusi tulang belakang dari daerah servikal hingga lumbal untuk melihat adanya nyeri;
dilakukan dengan menggunakan sisi medial kepalan tangan.
Minta pasien untuk mendekatkan dagunya ke arah dada. Rentang normal fleksi
o
leher 50
a.2. Gerakan ekstensi:
Minta pasien untuk melihat ke atas. Rentang normal ekstensi leher 60
o
a.3. Gerakan rotasi:
Minta pasien untuk melihat bahu kanan dan sebaliknya. Rentang normal rotasi leher
o o
ke kanan 80 , ke kiri 80
23
Gambar 3. Gerakan ekstensi, fleksi, dan rotasi
b. Kolumna spinalis
Gerakan fleksi: minta pasien untuk membungkuk kedepan dan menyentuh jari-jari kaki
(kelengkungan) lumbal menjadi lebih datar)
Gerakan ekstensi: minta pasien untuk mendongak kebelakang
Gerakan rotasi: minta pasien berputar ke arah kiri dan kanan (stabilkan pelvis pasien
dengan menaruh kedua tangan pemeriksa di panggul kanan kiri pasien lalu putar batang
tubuh ke kanan dan ke kiri; atau pasien dalam posisi duduk langsung memutar tubuh ke
kanan dan kiri
Gerakan fleksi ke lateral: minta pasien untuk fleksi ke lateral dari pinggang
24
Analisis Hasil Pemeriksaan:
1. Adanya deviasi dari posisi leher dan batang tubuh,( lateral atau putaran) menandakan
kelainan, seperti tortikolis atau scoliosis
2. Nyeri menandakan adanya fraktur atau dislokasi jika didahului oleh trauma, infeksi atau
arthritis.
3. Pergeseran pada spondilolistesis atau pergeseran sendi di satu vertebra kemungkinan
dapat menekan medula spinalis. Didapatkan step deformity.
4. Nyeri sendi sakroiliaka pada palpasi dapat menandakan adanya peradangan sendi
(sakroiliitis). Spondilitis ankylosis kemungkinan juga menyebabkan nyeri.
5. Nyeri pada perkusi dapat diakibatkan oleh fraktur pada osteoporosis, infeksi atau
keganasan.
6. Adanya peningkatan kifosis toraksal perlu mencurigai adanya fraktur kompresi vertebra.
7. Spasme otot dapat terjadi akibat cedera, overuse, dan proses inflamasi dari otot, atau
kontraksi yang terus-menerus akibat postur yang abnormal.
8. Nyeri nervus sciatic kemungkinan akibat herniasi diskus atau massa lesi yang menekan
nervus yang bersangkutan.
9. Herniasi diskus intervertebralis sering terjadi di L5-S1 atau L4-L5, dapat menghasilkan
nyeri dan spasme otot-otot paravertebral serta nyeri rujukan ke ekstremitas bawah.
10. Nyeri pada sendi intervertebra dapat juga disebabkan artritis
11. Nyeri pada sudut costovertebral perlu mencurigai adanya gangguan pada ginjal.
12. Keterbatasan pada ROM mungkin diakibatkan oleh kekakuan akibat artritis, nyeri akibat
trauma, atau spasme otot.
13. Nyeri pada C1-C2 pada penderita artritis reumatoid meningkatkan risiko untuk terjadinya
subluksasi dan kompresi medula spinalis.
14. Pengukuran gerakan fleksi tulang belakang (Tes Schober): tandai di sendi lumbosakral,
lalu ukur 10 cm diatas dan 5 cm dibawah poin ini. Peningkatan sekitar 4 cm diantara 2
tanda ini masuk dalam keadaan normal.
25
CHECKLIST PENILAIAN
PEMERIKSAAN FISIK TULANG BELAKANG
JENIS KEGIATAN
Persiapan
1.Menyapa pasien dan menjelaskan kepada pasien tujuan dan prosedur
pemeriksaan yang akan di lakukan
2. Melakukan pemeriksaan di tempat yang terpisah dengan tirai
3. Hargai dan berikan rasa nyaman buat pasien terlebih dahulu
4. Mencuci tangan sebelum melakukan pemeriksaan ke pasien
5. Meminta pasien untuk melepas pakaian (baju) untuk memudahkan
pemeriksa memeriksa pasien
Inspeksi Awal
6. Inspeksi postur, posisi leher, dan batang tubuh saat pasien memasuki
ruangan
7. Selanjutnya periksalah pasien dari sisi belakang pasien (inspeksi dari
belakang): lihat prosesus spinosus, otot-otot paravertebral di kedua sisi
garis tengah, kepala iliaka, posterior superior tulang iliaka
8. Lihat dari sisi samping pasien, inspeksi servikal bentuk lordosis,
torakal bentuk kifosis, lumbal bentuk lordosis dan sakrum kifosis
26
3. PEMERIKSAAN EKSTREMITAS ATAS
27
Gambar 7. ROM ekstremitas atas
6. Manuver
- crossover test: palpasi dan bandingkan kedua sendi, cari apakah ada nyeri
atau bengkak. Aduksi lengan pasien menyeberangi dada. Nilai sendi
akromioklavikular. Hasil positif bila didapatkan nyeri pada sendi terseb ut.
- The Apley scratch test: minta pasien untuk menyentuh skapula yang
berlawanan, menggunakan 2 gerakan dari atas dan dari belakang (menilai
rotasi bahu menyeluruh). Normalnya jari pasien dapat menyentuh ujung jari
lainnya.
- Test Neer’s impingement sign: tekan skapula untuk mencegah pergerakan
skapula dengan satu tangan, angkat lengan pasien dengan tangan satunya.
Gerakan ini menekan tuberositas besar dari humerus terhadap akromion.
Hasil positif bila didapatkan nyeri saat lengan diangkat membentuk sudut
o o
70 -120 .
- Test Hawkins impingement sign: fleksi bahu pasien 90° dengan telapak
tangan ke arah bawah, putar lengan ke internal. Gerakan ini menekan
tuberositas besar terhadap ligamen korakoakromial.
28
-
- Test supraspinatus strength: elevasi lengan 90° dan putar ke dalam dengan
arah ibu jari menunjuk ke bawah. Minta pasien untuk menahan ketika
pemeriksa menekan lengan pasien ke bawah.
- Test infraspinatus strength: minta pasien untuk menaruh lengannya
disamping dan fleksikan siku 90° dengan ibu jari menunjuk ke atas. Berikan
tekanan ketika pasien menekan lengan bawah ke depan
- Test forearm supination: fleksikan lengan bawah pasien 90° di siku dan
pronasikan pergelangan tangan pasien. Berikan tahanan ketika pasien
melakukan supinasi lengan bawah.
- Test the”arm drop” sign: minta pasien untuk abduksi lengan sejajar bahu
dan turunkan secara perlahan.
29
Gambar 12. Drop arm test
30
Gambar 14. Fleksi, ekstensi, pronasi dan supinasi dari sendi siku
31
- Gerakan adduksi (deviasi radial): dengan posisi telapak tangan menghadap
ke bawah, gerakkan telapak tangan mendekati garis tengah.
- Gerakan abduksi (deviasi ulnar): dengan posisi telapak tangan menghadap ke
bawah, gerakkan telapak tangan menjauhi garis tengah pergelangan tangan.
Gambar 16. ROM sendi metacarpophalangeal, interphalang proximal dan distal. Abduksi dan
adduksi jari-jari tangan.
32
- Gerakan ekstensi: gerakkan ibu jari menjauh dari telapak tangan
- Gerakan abduksi dan adduksi: angkat ibu jari, gerakan mendekati
telapak tangan untuk aduksi dan menjauh untuk abduksi
- Gerakan oposisi: gerakkan ibu jari menyentuh tiap-tiap ujung jari yang
lainnya.
6. Manuver
- Thumb movement: genggam ibu jari, lalu gerakan ke arah deviasi ulnar
- Thumb abduction: dengan posisi telapak tangan menghadap ke atas, angkat
ibu jari keatas ketika kita menekannya ke arah bawah (carpal tunnel)
- Test Tinel’s sign: tekan ringan di jalur nervus medianus (carpal tunnel)
- Test Phalen’s sign: minta pasien untuk mempertemukan kedua punggung
tangan lalu tekan. Tahan selama ± 60 detik
- Froment’s sign test: pemeriksaan khusus untuk menilai ulnar nerve palsy.
Pasien diminta untuk menjepit kertas diantara kedua ibu jari dan telunjuk.
Pemeriksa kemudian mencoba menarik kertas tersebut. Normalnya, pasien
dapat mempertahankan kertas. Apabila ada kelainan didapatkan fleksi sendi
fleksor pollicis longus akibat kompensasi otot untuk mempertahankan kertas.
-
33
inflamasi atau artritis dari sendi akromioklavikular.
- Kesulitan bergerak saat manuver Apley Scratch Test kemungkinan
merupakan gangguan dari otot scapulohumeral grup
- Nyeri saat manuver tes Neer dan tes Hawkin merupakan tanda positif yang
mengindikasikan robekan pada otot kelompok rotator cuff
- Kelemahan pada tes supraspinatus merupakan tanda positif dari robekan
otot kelompok rotator cuff
- Kelemahan pada tes infrapinatus merupakan tanda positif yang
mengindikasikan robekan otot kelompok rotator cuff atau tendinitis bisipital.
- Nyeri pada tes supinasi lengan bawah merupakan tanda positif yang
mengindikasikan inflamasi dari bagian panjang otot biseps (tendinitis
bisipital)
- Jika pasien tidak dapat menahan lengan yang sepenuhnya abduksi sejajar
dengan bahu, tes drop sign dinyatakan positif. Hal ini mengindikasikan
adanya robekan otot kelompok rotator cuff
34
- Penurunan sensasi pada distribusi nervus medianus dapat terjadi pada
carpal tunnel syndrome.
- Penurunan kekuatan menggenggam tanda dari kelemahan otot fleksor jari
atau otot-otot intrinsik di tangan.
- Nyeri di pergelangan tangan dan kelemahan menggenggam dapat terjadi
pada de Quervain’s tenosinovitis. Penurunan kekuatan menggenggam dapat
terjadi pada carpal tunnel syndrome, cervical radiculopathy, artritis, dan
epikondilitis.
- Nyeri saat manuver thumb movement menandakan de Quervain’s
tenosinovitis akibat inflamasi dari tendon abduktor pollicis longus dan
ekstensor pollicis brevis.
- Kelemahan pada abduksi ibu jari yang positif dapat merupakan tanda
penyakit carpal tunnel (abduktor pollicis longus hanya diinervasi oleh saraf
medianus).
CHECKLIST PENILAIAN
KETERAMPILAN KLINIS
Kompetensi : Melakukan Pemeriksaan Ekstremitas Atas
No. PROSEDUR
KLINIS
Persiapan
1. - Perkenalkan diri kepada pasien
- Jelaskan prosedur kepada pasien
- Cuci tangan sebelum melakukan tindakan dengan cairan sterile dan
sabun.
- Ruang tindakan harus bersih dan sterile
- Berdiri di depan pasien
- Gunakan tangan kanan, jika pemeriksa pengguna tangan kanan
Pelaksanaan
2. Jelaskan tujuan pemeriksaan kepada pasien
3. Persilahkan pasien untuk melepas pakaiannya
35
Contoh Kasus:
Ekstremitas Atas
Instruksi untuk kandidat Laki-laki 22 tahun, mahasiswa, mengeluh nyeri pada
bahu kanan dan susah untuk diluruskan. Hal ini terjadi
setelah lomba Tarik tambang. Riwayat trauma yang
sama sebelumnya(-)
Instruksi:
NO LANGKAH-LANGKAH
36
CHECKLIST PENILAIAN
KETERAMPILAN KLINIS
Kompetensi : Melakukan Pemeriksaan Ekstremitas Atas (Dislokasi Bahu Anterior) Lengkap
No. PROSEDUR
KLINIS
Persiapan
1. - Perkenalkan diri kepada pasien
- Jelaskan prosedur kepada pasien
- Cuci tangan sebelum melakukan tindakan dengan cairan sterile dan
sabun.
- Ruang tindakan harus bersih dan sterile
- Berdiri di depan pasien
- Gunakan tangan kanan, jika pemeriksa pengguna tangan kanan
Pelaksanaan
2. Melakukan Anamnesis Secret Seven/Fundamental Four
3. Melakukan Pemeriksaan Orthopaedi :
Look : Skin (luka, memar, laserasi), Shape (bengkak, atrofi),
Position (deformitas : abduksi, internal rotasi), additional sign :
square shoulder, prominent acromion proses
Feel : nyeri tekan/tenderness, pulsasi arteri, capillary refill time,
dan sensasi rasa (patch area)
Move : Limited Aktif (abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi), Limited
Pasif (abduksi, adduksi, fleksi, ekstensi)
4. Menginterpretasi pemeriksaan klinis :
Adanya prominent acromion proses, square shoulder, deformitas berupa
abduksi external rotasi, dan paresthesia pada patch area, dapat disimpulkan
diagnosis awal dari pasien ini adalah Susp. Dislokasi Bahu Dekstra
Anterior (Dislocation of Right Anterior glenohumeral Joint)
5. Mampu mengusulkan pemeriksaan penunjang
- X Ray : Right Shoulder AP View atau Shoulder Dextra AP
37
PENILAIAN DAN STABILISASI FRAKTUR (TANPA GIPS)
Pengertian Fraktur
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas struktural dari tulang atau tulang rawan. Kerusakan
kontinuitas tulang dapat hanya berupa retakan, pecahan, atau terpisah secara komplit. Fraktur dapat
berupa fraktur tertutup (apabila kulit dan jaringan lunak masih utuh sehingga fragmen tulang tidak sempat
berhubungan dengan lingkungan luar tubuh) atau fraktur terbuka (apabila fragmen tulang sedang atau
pernah berhubungan dengan lingkungan luar tubuh).
38
Gambar 29. Deformitas pada kasus fraktur.
Gambar 30. Fragmen tulang yang nampak pada kasus fraktur terbuka.
Feel
- Nyeri tekan.
- Status neurovaskuler (denyut nadi pada bagian distal, tes pengisian kapiler
pada distal, serta pemeriksaan status sensorik).
Move
- Krepitasi.
- Pergerakan yang salah dari anggota gerak (false movement).
Pemeriksaan Penunjang
o Foto Polos / X-Ray
Wajib dilakukan untuk mendiagnosis fraktur. Mampu membantu melihat garis fraktur serta
fragmen tulang yang terlibat. Dilakukan dengan prinsip rule of two (two views, two joints,
two limbs, two occasions, two injuries).
39
Stabilisasi Fraktur Dengan Bidai (Tanpa Gips)
Tujuan
Transportasi.
Mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut
Mengurangi rasa sakit / nyeri
40
CHECKLIST PENILAIAN KETERAMPILAN KLINIS
Kompetensi : Pemasangan Bidai
1. Pertama, perkenalkan diri dahulu kepada pasien atau keluarga pasien yang
menemani pasien atau bila sedang di jalan perkenalkan diri kepada orang-
orang sekitar.
2. Jelaskan kepada pasien tentang tata laksana yang akan dilakukan.
3. Cuci tangan 6 langkah
4. Inspeksi dahulu dengan melihat:
Pergerakan abnormal dari komponen tulang dan sendi
Posisi abnormal dari bagian tubuh
Tonjolan tulang yang keluar melalui kulit
5. Bagian tubuh yang mengalami trauma harus diproteksi dengan hati-hati untuk
mencegah kerusakan lebih lanjut.
6. Minta pasien untuk jangan banyak bergerak dan bantu pasien untuk
menyangga bagian yang mengalami trauma. Beri kompres dingin jika
diperlukan.
7. Boleh diberikan perban bila proporsi anatomi bagian tubuh yang fraktur
tersebut intak.
8. Pasang bidai bila terlihat ada deformitas (gawat darurat) atau bila waktu tidak
memungkinkan (saat malam hari) atau lokasi untuk ke rumah sakit jauh. Bidai
harus terpasang melewati 2 sendi.
9. Saat bidai telah terpasang pastikan kembali tidak terlalu kencang untuk
mencegah terjadinya kompartemen sindrom.
10. Elevasi bagian distal yang mengalami cedera.
11. Cuci tangan 6 langkah.
Contoh kasus:
Pemasangan Bidai
Instruksi untuk kandidat Seorang anak laki-laki 12 tahun, pelajar sekolah menengah
pertama, mengeluh nyeri dan luka terbuka pada tulang
kering bagian kanan setelah ditabrak oleh sepeda motor
saat berjalan kaki 30 menit sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat pingsan, mual, dan muntah tidak ada.
Instruksi:
41
LANGKAH-LANGKAH PEMASANGAN BIDAI
No Langkah-langkah
Lampiran:
Gambar fraktur tibia
Persiapan
2. ook : tampak luka terbuka pada bagian cruris 1/3 tengah disertai dengan tulang tibia terexppose keluar
dan disertai dengan perdarahan yang aktif, tampak adanya bengkak disekitar fraktur dan adanya
angulasi tulang tibia ke arah anterior.
42
eel : nyeri tekan/tenderness disekitar area fraktur, pulsasi arteri dorsalis pedis teraba kuat, capillary refill
time kurang dari 2 detik, dan sensasi rasa normal/tidak ada kesemutan
ove : Limited Aktif (karena nyeri), Limited Pasif (tidak usah dilakukan karena pasien nyeri)
5. Tampak adanya fraktur komplet pada tibia dan fibula dextra 1/3 tengah dengan konfigurasi garis fraktur
tibia kominutif dan garis fraktur fibula transverse, serta angulasi tibia dan fibula ke arah anterior
6. Open Fracture Right Tibia Fibula Middle Third Grade 3A atau Patah Tulang Terbuka Tibia
Fibula Dextra Grade 3A
7. Melakukan komunikasi dan edukasi serta perilaku profesional yang disampaikan peserta ujian
kepada pasien
Menjelaskan penyakit pasien yang dialami
Menjelaskan penatalaksanaan yang akan dilakukan terhadap pasien
Menunjukkan rasa hormat terhadap pasien
1. Circular bandaging
- Putaran pertama, perban harus ditempel secara diagonal di bagian tubuh yang
akan diperban
- Putaran kedua harus direkatkan pada sudut yang tepat dan bagian panjang ekstremitas
- Bagian diagonal dari perban yang tidak menempel harus dilipat diantara lapisan
pertama dan kedua dari perban
2. Spiral bandaging
- Memulai putaran dari bawah menuju keatas
- Setiap satu putaran harus menutupi 1/3 bagian perban dibawahnya
- Putaran terakhir melipat bagian perban yang tidak menempel ke perban di bawahnya
- Teknik ini lebih baik memakai perban elastik
3. Figure-of-eight bandage
- Ikuti putaran seperti lingkaran di dekat sendi, perban harus menyebar ke atas dan ke
bawah. Putaran tersebut harus menyilang di tempat dimana sendi tersebut fleksi
43
- Bentuk perban seperti ini dapat juga dibuat dengan memulai dari atas atau bawah lipatan
sendi. Titik dimana perban menyilang akan
terletak di bagian sendi yang akan fleksi atau
esktensi, dimana bagian tersebut tidak tertutup
perban
4. Recurrent bandaging
- Perban digulung secara berulang dari satu sisi
ke sisi lainnya di bagian tubuh yang tumpul,
misal: jari tangan dan kaki
- Selanjutnya di fiksasi dengan teknik circular
bandaging atau spiral bandaging
5. Reverse spiral bandage
- Perban dilipat kembali ke belakang
dengan sendirinya 180° setiap putaran.
- Bentuk seperti V yang terbentuk akibat
lipatan kembali ke belakang adalah untuk
menutupi bagian tubuh yang menonjol dengan
pas
- Teknik ini dipakai bila menggunakkan perban
non elastik
- Saat ini, teknik ini jarang digunakan
Gambar 33.
Short leg cast
Sling
44
CHECKLIST PENILAIAN KETERAMPILAN
KLINIS
Kompetensi : Melakukan Dressing (Sling, Bandage)
No. PROSEDUR
KLINIS
Persiapan
1. - Perkenalkan diri kepada pasien
- Jelaskan prosedur kepada pasien
Persiapan alat :
- Siapkan peralatan dan letakkan di duk steril ( sling, bandage, nacl,
betadine, kapas)
- Cuci tangan sebelum melakukan tindakan dengan cairan sterile dan
sabun.
- Ruang tindakan harus bersih dan sterile
- Berdiri di kanan pasien
- Gunakan tangan kanan, jika pemeriksa pengguna tangan kanan
- Bersihkan daerah yang akan di pasang bandage dan keringkan
Pelaksanaan
2. Jelaskan tujuan tindakan kepada pasien :
- Transportasi
- Tidak merusak jaringan lebih lanjut
- Mengurangi rasa sakit
3. Bila ada luka lakukan perawatan luka (bila perlu dijahit dan tutup dengan
kasa
steril)
4. Amati ada tidaknya sianosis
5. Lakukan tes pengisian kapiler dengan memijit ibu jari
6. Lakukan pemeriksaan sensorik pada jari-jari
7. Posisikan tubuh pasien yang akan dipasang spalk pada posisi anatomis dan
perhitungkan fungsinya (misal lengan bawah difleksikan), sendi lain harus
bebas
8. Ukur sling / bandage agar cukup untuk menutupi daerah yang di inginkan
9. Lakukan observasi AVN (pembuluh darah dan saraf sensorik)
45
ALIMENTARY-HEPATOBILLIARY
1. PEMERIKSAAN MULUT DAN TONSIL
dr. I Ketut Suanda, Sp.T.H.T.K.L (K), FICS
Anamnesis THT-KL
Anamnesis dimulai dengan identifikasi pasien, lalu menanyakan keluhan utama/ chief complaint, yaitu
keluhan yang membuat pasien datang mencari pertolongan medis, kemudian dilanjutkan dengan
fundamental four dan sacred seven. Data dan riwayat pasien bisa didapatkan langsung dari pasien,
maupun dari keluarga atau teman atau pihak lainnya jika pasien belum atau tidak dapat berkomunikasi.
KOMPONEN ANAMNESIS
Identitas pasien Nama, umur/ tanggal lahir, nomor rekam
medis, alamat, dsb
Fundamental four
Riwayat penyakit sekarang Riwayat mengenai keluhan-keluhan yang
Present illness dirasakan pasien saat ini
Pengembangan dari keluhan utama memakai
sacred seven
46
Riwayat pribadi dan sosial Riwayat mengenai gaya hidup, pendidikan,
Personal and social history pekerjaan, lingkungan tempat tinggal/ kerja,
kebiasaan/ kesehatan masyarakat sekitar
Pekerjaan pasien dideskripsikan secara
spesifik mengenai paparan lingkungan karena
banyak penyakit di bidang THT-KL
berhubungan dengan paparan lingkungan
(bising, debu, bahan kimia)
KOMPONEN ANAMNESIS
Sacred seven
Merupakan pengembangan dari keluhan utama/ chief complaint
Lokasi Tempat keluhan terjadi, termasuk penyebarannya
Onset Waktu keluhan pertama kali terjadi
Kualitas Sifat keluhannya, contoh deskripsi nyeri seperti ditusuk,
tumpul, atau terbakar
47
Memakai Lampu Kepala
Lampu kepala merupakan alat yang penting dalam pemeriksaan THT-KL sehingga dokter wajib
mengetahui jenis dan cara pemakaiannya. Lampu kepala ada dua jenis, yaitu yang harus disambung
dengan arus listrik dan yang memakai baterai portabel.
48
Mempersiapkan Posisi Pasien Dewasa dan Anak
Posisi pemeriksaan dan tindakan poliklinik THT-KL sebagian besar dilakukan dalam posisi duduk, baik
pada pasien dewasa maupun anak-anak. ENT chair umumnya telah dibuat sedemikian rupa untuk
memfasilitasi kebutuhan tersebut, namun jika tidak ada ENT chair dipilih kursi yang kokoh dengan
sandaran dan tanpa roda. Pemeriksa duduk di kursi yang memungkinkan tinggi kepala pemeriksa sejajar
dengan tinggi kepala pasien.
49
Pemeriksaan Tenggorok
50
9. Uvula posisi (di tengah/ bergeser), edema, warna, bifida.
10. Dinding belakang faring warna (merah muda, hiperemi), granula hipertrofi, post nasal drip,
No Aspek Penilaian
1 Membina hubungan interpersonal kepada pasien
(Senyum, Sapa, Perkenalkan diri).
2 Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
3 Minta izin untuk melakukannya (verbal informed consent).
4 Posisikan pasien pada posisi pemeriksaan THT-
KL. Posisi untuk pasien dewasa:
Pasien duduk tegak di kursi berhadapan dengan
pemeriksa Kaki pasien dan pemeriksa bersisian serta tidak
saling mengangkangi
5 Memasang lampu kepala dengan benar (di kepala dan
meletakkan lampu diantara kedua mata)
6 Menghidupkan lampu dan memfokuskan sinar lampu 30
cm di depan pemeriksa memakai telapak tangan
7 Meminta pasien membuka mulutnya dengan lidah tetap
berada di dalam kavum oris
8 Menekan 2/3 lidah bagian depan dengan spatula lidah
9 Minta pasien bersuara “aaa…”
10 Inspeksi orofaring
11 Perhatikan pilar anterior tonsil kanan dan kiri simetrisitas
12 Perhatikan pilar anterior tonsil kanan dan kiri adanya bombans,
abses, membran/ pseudomembran.
13 Inspeksi besar tonsil T1/T2/T3/T4
14 Inspeksi warna tonsil merah muda/ hiperemi
51
15 Inspeksi permukaan tonsil (kripte) rata/ kripte melebar/
detritus/ membran/pseudomembran
16 Uvula posisi (di tengah/ bergeser), edema, warna, bifida.
17 Dinding belakang faring warna (merah muda, hiperemi),
granula hipertrofi, post nasal drip
18 Laporkan kesimpulan pemeriksaan tonsil ke penguji
2. PEMERIKSAAN ABDOMEN
dr. Ketut Mariadi, Sp.PD-KGEH(K)
Langkah-langkah
3. Mencuci tangan.
Inspeksi Abdomen
Auskultasi Abdomen
52
lalu penderita diminta miring ke arah kontralateral
gerakan perkusi.
Palpasi Abdomen
Palpasi Hepar
Palpasi Limpa
53
24. Melakukan penekanan pada perut dengan
menggunakan sisi palmar radial jari tangan kanan
Pemeriksaan Ballotement
54
3. PEMASANGAN NGT
7. Mengukur panjang pipa yang akan digunakan dengan cara mengukur panjang dari tengah
telinga ke puncak hidung lalu diteruskan ke titik antara processus xiphoideus dan
umbilikus lalu tandai dengan melihat skala pada pipa
9. Memasukkan ujung pipa melaui lubang hidung sambil meminta pasien untuk
melakukan gerakan menelan sampai mencapai batas yang ditandai
10. Untuk memerikssa ketepatan posisi ujung pipa di lambung, masukkan udara dengan
bantuan catheter tip dan semprotkan ke dalam pipa nasogastrik dan dengarkan suara udara
dengan stetoskop yang diletakkan di atas lambung
11. Bila tidak terdengar suara udara/ ujung pipa tidak berada di lambung, segera tarik pipa dan
coba memasangnya lagi. Bila pasien mengalami masalah sianosis atau masalah respirasi
saat pemasangan, segera tarik pipa.
12. Bila pipa telah ditempatkan dengan tepat, fiksasi pipa menggunakan plester pada muka
dan hidung, hati-hati jangan sampai menyumbat lubang hidung pasien
13. Mengalirkan ke dalam kantong penampung yang disediakan atau menutup ujung pipa
bila tidak segera digunakan dengan cara melipat ujung pipa nasogastrik
14. Memberikan edukasi mengenai perawatan pipa nasogastrik dan rencana penggantian
pipa nasogastrik
15. Merapikan alat dan membuang bahan medis habis pakai ke tempat sampah medis
55
Langkah-langkah Pemasangan NGT
No JENIS KEGIATAN
11. Merendam ujung pipa ke dalam botol yang berisi air atau
menutup ujung pipa bila tidak segera digunakan, dengan cara
melipat ujung pipa nasogastrik atau menyumbat dengan spuite
56
No JENIS KEGIATAN Dilakukan Tidak
atau
ii. 5 cm/2 jari superomedial SIAS kanan/kiri
6. Membersihkan lokasi aspirasi aseptik dan antiseptik dengan
iodine dan alkohol 70%
PEMERIKSAAN HERNIA
No Aspek Penilaian
57
6 penderita dalam keadaan berdiri, bila kantong hernia
terisi, dimasukan dahulu ke dalam kavum abdomen.
7 Untuk memeriksa bagian kanan dipergunakan tangan
kanan pemeriksa begitu juga sebaliknya.
8 Jari kedua pemeriksa diletakan diatas annulus
inguinalis internus (±1,5 cm diatas pertengahan SIAS
dan Tuberkulum pubikum).
9 Jari ketiga diletakan pada annulus inguinalis eksternus,
jari keempat diletakan pada fossa ovalis. Penderita
disuruh mengejan atau meniup dengan
10 jari keempat diletakan pada fossa ovalis.
11 Penderita disuruh mengejan atau meniup dengan mulut
dan hidung ditutup (manuver Valsava) maka timbul
dorongan pada salah satu jari tersebut diatas.
12 Intepretasi: Dorongan pada jari kedua berarti hernia
ingguinalis lateralis, bila jari ketiga berarti hernia
inguinalis medialis dan bila jari keempat berarti hernia
femoralis.
Thumb test
PEMERIKSAAN APENDISITIS
No Aspek Penilaian
58
4 Menggunakan APD.
5 Pasien diminta tidur terlentang
6 McBurney sign: Rangsangan Peritonium dengan
pusat di McBurney, positif/ ada.
7 Blumberg test (Rebound Phenomene): Menekan perut
bagian kiri dan dilepas secara mendadak, dirasakan
nyeri pd perut kanan bawah.
59
ENDOKRIN
TEAM ENDOKRIN:
Dr. dr. Made Ratna Saraswati, SpPD-KEMD,
FINASIM dr. I Made Pande Dwipayana, SpPD-KEMD
dr. I Made Siswadi Semadi, SpPD
Tip the patient’s head back a bit. Using tangential lighting derected downward from the tip of the
patient’s chin, inspect the region below the cricoid cartilage for the gland.
Ask the patient to sip some water and to extend the neck again and swallow. Watch for
upward movement of the thyroid gland, noting its contour and symmetri
The thyroid cartilage, the cricoid cartilage, and the thyroid gland all rise with swallowing and then fall
to their resting positions.
b. Palpation
- Place the fingers of both hands on the patient’s neck so that your index fingers are just below
the cricoid cartilage
- Ask the patient to sip and swallow water as before. Feel the thyroid isthmus rising up under
your finger pads. It is often but not always palpable.
- Displace the trachea to the right with the fingers of the left hand; with the right hand fingers,
palpate laterally for the right lobe of the thyroid in the space between the displaced trachea and the
relaxed sterbomastoid. Find the lateral margin. In similar fashion, examine the left lobe.
The lobe are somewhat harder to feel than the isthmus, so practice is needed. The anterior surface of
a lateral lobe is approximately the size of the distal phalanx of the thumb and feels somewhat rubbery.
- Note the size, shape, and consistency of the gland and identify any nodules or tenderness.
Note: The thyroid gland is usually easier to feel in a long slender neck than in a short stocky one.
In shorter necks, added extension of the neck may help.
In some persons, however, the thyroid gland is partially wholly substernal and not amenable to
physical examination.
c. Auscultation
If the thyroid gland is enlarged, listen over the lateral lobes with a stethoscope to detect a bruit, a
sound similar to a cardiac murmur but of noncardiac origin.
60
A localized systolic or continuous bruit may be heard in hyperthyroidism.
3 Mencuci tangan
61
2. INJEKSI INSULIN
No Item Observed
Priming insulin:
6 dengan posisi pen insulin terbalik, membuka tutup jarum, lalu
Menyuntik insulin:
fiksasi daerah suntikan dengan menggunakan ibu jari dan jari telunjuk
kembali ke nol.
62
NUTRISI
1. ANTOPOMETRI
PERSIAPAN
1. Ambil timbangan dari tempat penyimpanan
2. Pastikan posisi jarum di angka 0 (jika belum, sesuaikan dengan
memutar panel)
3. Letakkan alat timbang pada lantai yang dan keras datar
5. Pasien yang akan ditimbang diminta membuka alas kaki, jaket atau pakaian seminimal mungkin
serta mengeluarkan isi kantong yang berat seperti kunci, HP
PELAKSANAAN
1. Cuci tangan dan pakai APD
2. Ambil timbangan dari tempat penyimpanan
3. Pastikan posisi jarum di angka 0 (jika belum, sesuaikan dengan memutar panel)
4. Letakkan alat timbang pada lantai yang keras dan datar
5. Pasien yang akan ditimbang diminta membuka alas kaki, jaket atau pakaian seminimal
mungkin serta mengeluarkan isi kantong yang berat seperti kunci, HP
6. Pasien diminta naik ke alat timbang dengan posisi kaki tepat di tengah alat timbang tetapi
tidak menutupi jendela baca .
7. Perhatikan posisi kaki responden tepat di tengah alat timbang, sikap tenang (jangan
bergerak-gerak) dan kepala tidak menunduk (memandang lurus kedepan)
8. Angka di kaca jendela alat timbang akan muncul secara otomatis dan tunggu sampai angka tidak
berubah (statis)
9. Catat angka yang terakhir
10. Minta pasien turun dari alat timbang
11. Angka pada alat timbangan akan kembali ke nol.
12. Pasien diminta naik ke alat timbang dengan posisi kaki tepat di tengah alat timbang tetapi
tidak menutupi jendela baca .
13. Perhatikan posisi kaki responden tepat di tengah alat timbang, sikap tenang (jangan
bergerak-gerak) dan kepala tidak menunduk (memandang lurus kedepan)
14. Angka di kaca jendela alat timbang akan muncul secara otomatis dan tunggu sampai angka tidak
berubah (statis)
15. Catat angka yang terakhir
16. Minta pasien turun dari alat timbang
17. Angka pada alat timbangan akan kembali ke nol.
18. Catat tanggal dilakukan penimbangan
19. Catat ada tidaknya edema
DOKUMENTASI
1. Catat tanggal dilakukan penimbangan
2. Catat ada tidaknya edema
63
PENGUKURAN TINGGI BADAN PASIEN DEWASA
ATAU ANAK YANG BISA BERDIRI
PERSIAPAN ALAT
Pengukur tinggi badan : MICROTOISE dengan kapasitas ukur 2 meter dan
ketelitian 0,1 cm.
Persiapan (cara memasang microtoise) :
1. Pasang microtoise di dinding, dinding jangan ada lekukan atau tonjolan (rata).
2. Untuk menghindari terjadi perubahan posisi pita, beri lagi perekat pada posisi
sekitar 10 cm dari bagian atas microtoise.
PELAKSANAAN
1. Cuci tangan dan pakai APD
2. Minta pasien melepaskan alas kaki (sandal/sepatu), topi (penutup kepala).
3. Pastikan alat geser berada diposisi atas.
4. Pasien diminta berdiri tegak, persis di bawah alat geser.
5. Posisi kepala Frankfurt dan bahu bagian belakang, lengan, bokong dan tumit menempel
pada dinding tempat microtoise di pasang.
6. Pandangan lurus ke depan, dan tangan dalam posisi tergantung bebas di samping tubuh
7. Gerakkan alat geser ke bawah sampai menyentuh bagian atas kepala pasien dan rambut
ditekan. Pastikan alat geser berada tepat di tengah kepala . Dalam keadaan ini bagian belakang
alat geser harus tetap menempel pada dinding.
8. Baca angka tinggi badan pada jendela baca ke arah angka yang lebih besar (ke bawah )
Pembacaan dilakukan tepat di depan angka (skala) pada garis merah, sejajar dengan mata petugas.
9. Apabila pengukur lebih rendah dari yang diukur, pengukur harus berdiri di atas bangku agar
hasil pembacaannya benar.
10. Pencatatan dilakukan dengan ketelitian sampai satu angka dibelakang koma (0,1 cm).
11. Menghitung IMT dan memberikan intepretasinya.
DOKUMENTASI
Catat tanggal dilakukan pengukuran
Tabel . Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan Indek Massa Tubuh pada Dewasa
2
KLASIFIKASI IMT (kg/m ) RISIKO KOMORBID
GIZI KURANG < 18.5
Kurang tingkat berat ≤16.0 Risiko berat
Kurang tingkat sedang 16.1– 17.0 Risiko sedang
Kurang tingkat ringan 17.1– 18.4 Risiko Berat
NORMAL 18.5 - 22.9 Normal
GIZI LEBIH > 23.0
Kelebihan BB 23.0-24.9 Risiko ringan
64
Gemuk tingkat I 25.0 - 29.9 Risiko sedang
Gemuk tingkat II >30.0 Risiko Berat
Sumber : WHO Asia-Pasific/IASO/IOTF (2000)
PERSIAPAN
Peralatan :
1. Pita LiLa sepanjang 33 cm dengan ketelitian 0,1 cm atau meteran kain.
2. Pulpen
3. Bantal pasir
Pelaksanaan :
1. Mencuci tangan dan menggunakan APD
2. Pastikan pita LiLA/ meteran tidak kusut, tidak terlipat-lipat atau tidak sobek, angka jelas terbaca.
3. Jika lengan pasien > 33cm, gunakan meteran kain
4. Pasien diminta berdiri dengan tegak dengan kepala posisi Frankfurt, lengan rileks, tidak memegang
apapun serta otot lengan tidak tegang. Bila pasien berbaring, bantal pasir diletakkan di bawah siku dari
lengan yang akan diukur untuk mengangkat sedikit lengan dari permukaan tempat tidur.
5. Sisi yang akan diperiksa menghadap ke arah pemeriksa.
6. Sebelum pengukuran dimulai , dengan sopan minta izin kepada pasien bahwa petugas akan
menyingsingkan baju lengan kiri responden sampai pangkal bahu.
7. Pengukur berada di samping pasien.
8. Tentukan titik tengah lengan atas, yaitu antara Processus acromion dan ujung olecranon dengan
0
lengan difleksikan membentuk sudut 90 , beri tanda dengan pulpen.
9. Setelah didapatkan titik tengah, lengan kembali diluruskan di samping tubuh dengan telapak
tangan menghadap ke sisi tubuh.
10. Pita dilingkarkan dengan lembut tapi tegas pada titik tengah tadi, pastikan lengan tidak tercekik.
Baca angka yang ditunjukkan, nilai diambil dari mm terdekat. Bila menggunakan pita Lila angka
yang ditunjukkan oleh tanda panah pada pita LiLA (kearah angka yang lebih besar).
11. Catat hasil pengukuran dan intepretasikan
PERSIAPAN
Peralatan :
1. Pita meteran kain.
2. Pulpen
Pelaksanaan :
1. Mencuci tangan dan menggunakan APD
2. Pastikan pita meteran tidak kusut, tidak terlipat-lipat atau tidak sobek, angka jelas terbaca.
65
3. Pasien diminta berdiri dengan tegak dengan kepala posisi Frankfurt, kedua lengan rileks
disamping, tidak memegang apapun serta otot lengan tidak tegang.
4. Pasien menghadap ke arah pemeriksa.
5. Sebelum pengukuran dimulai, dengan sopan minta izin kepada pasien bahwa petugas akan
menyingsingkan baju responden sampai dada. Bila responden keberatan, minta izin
pengukuran dilakukan di dalam ruangan yang tertutup.
6. Pengukur berada di depan pasien.
7. Tentukan titik tengah bagian perut yang paling menonjol.
8. Setelah didapatkan titik tersebut, pita dilingkarkan dengan lembut tapi tegas pada titik
tadi, pastikan perut tidak tertekan.
9. Minta pasien untuk menhembuskan napas dan tidak menahan napas saat pengukuran
10. Baca angka yang ditunjukkan, nilai diambil dari mm terdekat.
11. Catat hasil pengukuran dan intepretasikan
Catatan
Lingkar perut
Laki-laki > 90 cm = Obese
Perempuan > 80 cm = Obese
2. PENGATURAN DIET
Contoh kasus Badrun, usia 24 tahun bekerja sebagai pegawai bank bagian
teller, datang minta nasihat bagaimana mengatur makanan
supaya badannya tetap sehat. Berat badannya 65 kg, Tinggi
badan 170 cm, sangat jarang berolahraga. Dia terbiasa
makan nasi 3 (tiga) kali sehari dan biasanya dia
mengkonsumsi snack sore jam 3 sebelum dia bekerja
kembali. Setelah dihitung, Badrun memerlukan diet sebesar
2000 kcalori
TUGAS :
No Langkah-langkah
1 GREET(Salam, memperkenalkandiri, perilaku non verbal, serta mengekplorasi masalah
pasien secara sekuensial dan empati)
4 Menghitung kebutuhan protein pasien berdasarkan rumus rasio KH:Prot:Lemak (15% total kalori) atau
kebutuhan 1mg/kg BB normal pasien.
66
6 Membagi kebutuhan kalori tersebut menjadi 4 kali makan (3 kali makan pokok dan 1x snack)
13 Edukasi pasien
NB: mahasiswa menggunakan daftar tabel bahan/makanan penukar yang sudah diberikan pada
slide kuliah
No Langkah-langkah
Kapan memberikan MP ASI
1 saat ASI telah tidak cukup lagi biasanya pada saat usia 6 bulan
2 kontrol kepala telah baik
3 reflex menjulurkan lidah dan muntah telah berkurang
4 selera makan meningkat
5 tertarik ingin tahu yang kita makan
6 enzim percernaan telah adekuat
Jumlah, komposisi, tekstur dari MPASI
67
7 Jumlah MPASI yang diberikan Mulai jumlah sedikit (2-3 sendok/kali makan)
ditingkatkan bertahap menjadi ½ mangkok bayi ukuran 250 ml pada usia 9-11bulan
dan telah mencapai ¾ mangkok usia 12-24 bulan
8 Frekuensi sebanyak 2-3 kali sehari saat awal (usia 6-8 bulan) bertahap menjadi 3-4
x/hari (usia 9-24 bulan).
9 Kalori MPASI yang dibutuhkan sekitar 200 kkal (usia 6-8 bulan), menjadi 300 kkal
(usia 9-11 bulan), 550 kkal (usia 12-24 bulan).
10 Komposisi lemak sebanyak 30-45%, protein 10-15% dan karbohidrat sebanyak 40-60%,
dan utamakan protein hewani, sayur atau buah berwarna untuk pengenalan saja.
11 Teksturnya awalnya bubur kental (usia 6-8 bulan) ditingkatkan konsistensinya menjadi
makanan yang dicincang halus kemudian dicincang kasar atau dapat dipegang (9-11
bulan), makanan keluarga yang dihaluskan atau dicincang seperlunya (12-24 bulan)
Cara pemberian ASI
1. Jadwal
12 Teratur
13 Tidak > 30 menit
14 Tidak menawarkan camilan yang lain
2. Lingkungan
15 Menyenangkan
16 Siapkan serbet agar tidak berantakan
17 Tidak ada distraksi
18 Jangan memberikan makanan sebagai hadiah
3. Prosedur
19 Makanan dalam porsi kecil
20 Makanan utama dulu, baru minum
21 Dorong anak untuk makan sendiri
22 Bila anak menunjukkan tanda tidak mau makan, tawarkan kembali makanan
secara netral
23 Bila setelah 10-15 menit anak tetap tidak mau makan, akhiri proses makan
24 Membersihkan mulut anak jika makan sudah selesai
Contoh kasus Seorang anak laki-laki usia 1 tahun 6 bulan dibawa ibunya
ke puskesmas karena keluhan batuk sejak kemarin. Demam
tidak ada, sesak tidak ada, diare tidak ada, kejang tidak ada,
muntah tidak ada. Riwayat pemberian nutrisinya adalah
diberikan ASI ekslusif sampai usia 6 dan sekarang telah
mengkonsumsi bubur halus sebanyak 3 x seperempat
mangkok bayi, buah kadang-kadang, asi masih sering
diberikan. Berat badan saat ini 7,8 kg dan tinggi badannya
77,5 cm. Dengan BB/U < -3 SD, PB/U < -1 SD, BB/PB < -
3SD. Pada pemeiksaan fisik anak tampak kurus, kesadaran
compos mentis, anak tampak alert, Nadi 100 x./menit, laju
napas 28x/menit, konjuntiva mata anemi -, kornea dan
konjunctiva jernih, pahing hiperemi -, tonsil T1/T1 hiperemi -
/-, iga gambang +, baggy pant -, edema -.
TUGAS :
68
No Langkah-langkah
Diagnosis
1 Severely underweight
2 Severely wasted (gizi buruk)
3 Infeksi saluran pernapasan akut (bukan pneumonia
Pilihan terapi
4 Rawat jalan
Tatalaksana
5 Amoksisilin (15 mg/kg per oral setiap 8 jam) selama 5 hari.
6 Nutrisi berupa F100 atau RUTF sebanyak Energi: 150-220 kkal/kgBB/hari. Protein: 4-
6 g/kgBB/hari. Cairan: 150-200 ml/kgBB/hari.
7 Asam folat (5 mg pada hari pertama, dan selanjutnya 1 mg/hari).
8 Multivitamin (vitamin C dan vitamin B kompleks).
9 Zat besi (3 mg/kgBB/hari) setelah berat badan mengalami kenaikan.
10 Obat cacing (diberikan pada kunjungan/minggu kedua, bila balita tidak menerima obat
cacing dalam 6 bulan terakhir).
69
VISUAL
1. PEMERIKSAAN TAJAM PENGLIHATAN/ VISUS
dr. I Wayan Eka Sutyawan,SpM
NO Item
3 Periksa mata kanan, tutup mata kiri dengan telapak tangan kiri
Minta pasien membaca huruf atau angka atau E chart di Snellen Chart
4 satu persatu mulai dari yang berukuran paling besar ke yang
lebih kecil
6 Jika pasien tidak bisa membaca dengan lengkap semua angka atau huruf
maka visus pasien sesuai dengan visus pada baris diatasnya
Jika pasien tidak dapat membaca baris paling atas dari Snellen Chart,
pemeriksaan dilanjutkan dengan cara hitung jari Pasien diminta
7 menghitung jumlah jari yang ditunjukkan oleh pemeriksa,
dimulai dari jarak 1 meter di depan penderita (visus 1/60), 2
meter dan seterusnya sampai jarak 5 meter
Jika pasien tidak bisa melihat jari pemeriksa maka dilanjutkan dengan
8 melihat goyangan tangan pemeriksa, jika pasien bisa
melihat goyangan tangan maka visusnya 1/300
10 Ulangi semua langkah di atas untuk memeriksa visus mata kiri pasien, catat
hasilnya
No. Item
2 Mencuci tangan
70
3 Menjelaskan prosedur dan tujuan pemeriksaan kepada pasien
10 Cuci tangan
NO Item
71
4. PENILAIAN EKSTERNAL MATA (PEMERIKSAAN KELOPAK MATA, BULU MATA,
DAN KONJUNGTIVA)
dr. IGA Ayu Juliari,SpM(K)
No. Item
2 Mencuci tangan
17 Cuci tangan
72
5. PEMERIKSAAN CORNEAL LIGHT REFLEX (HIRSCHBERG
2 Mencuci tangan
9 Cuci tangan
a. PEMERIKSAAN LENSA
No. Item
74
12 Memeriksa dan menjelaskan posisi iris
13 Memeriksa dan menjelaskan kondisi tremulansi iris
Pemeriksaan lensa
14 Menggunakan senter dan lup memeriksa mata kanan dan kiri
15 Mengarahkan senter 45 derajat dari permukaan iris hingga tampak
bayangan iris
16 Interpretasi iris shadow dan kondisi lensa pada mata kanan dan kiri
Pemeriksaan bilik mata depan
17 Menggunakan senter dari arah temporal kantus sejajar mata
18 Evaluasi nilai kedalaman bilik mata depan dan kelainan yang ada
pada bilik mata depan
19 KIE dan Interpretasi hasil pemeriksaan
20 Cuci tangan
Gambar 1. Posisi telunjuk kanan dan kiri pada kelopak mata atas, ibu jari kanan dan kiri sebagai
fiksasi
76
4 Pemeriksaan dilakukan di ruangan gelap atau setengah gelap
5 Aturlah oftalmoskopi sehingga berada dalam posisi F
6 Sesuaikan ukuran lensa pada oftalmoskop kurang lebih sesuai
dengan keadaan refraksi pasien. Sebagai contoh: lensa 0 bila
pasien emetropia
area pupil
pemeriksaan funduskopi.
77
Gambar 4. Posisi pemeriksa pada saat melakukan pemeriksaan funduskopi
8. OCULAR TERAPEUTIC
dr Ari Suryati, SpM(K)
a. MELEPASKAN PROTESA
No. Item
No. Item
78
c. EKSTRAKSI BENDA ASING DI CONJUNGTIVA
LANGKAH-LANGKAH EKSTRAKSI BENDA ASING DI CONJUNGTIVA
No. Item
9 Tetes antibiotika ed
10 Mencuci tangan
d. EPILASI
LANGKAH-LANGKAH EPILASI
No. Item
79
DAFTAR PUSTAKA
th
1. McRae, Ronald. Clinical Orthopaedic Examination 6 ed. El Sevier. China. 2010.
nd
2. Thompson, Jon C. Netter’s Concise Orthopaedic Anatomy 2 ed. Saunders El
Sevier. Philladelphia. 2010.
3. Hoppenfeld, Stanley. Physical Examination of The Spine and Extremities. New York.
Appleton-Century-Crofts. 1976.
th
4. Bickley, LS. Szilagyi PG: Bates’ Guide to Physical Examination and History Taking, 10 Edition.
Lippincott Williams & Wilkins. China. 2009.
5. Robroek, WCL, Beek, Van de G. Skills in Medicinie: Bandages and Bandaging Techniques.
Mediview: Maastricht University, Netherlands, 2009, p 39-43, 76-77.
6. Gueorhuiev B et al. Principles of Fractures. dalam: Blom A, Warwick D, Whitehouse MR,
penyunting. Apley & Solomon’s System of Orthopaedics and Trauma. edisi ke-10. 2018.
New York: CRC Press. h 711-23.
7. American College of Surgeons. Advanced Trauma Life Support (ATLS) Student Course
Manual. edisi ke-10. USA: ACS Committee on Trauma; 2018. h 148-61.
8. Boyd AS, Benjamin HJ, Asplund C. Splints and Casts: Indications and Methods.
American Family Physician. September 1, 2009 Volume 80, Number 5
80