Anda di halaman 1dari 17

LABORATORIUM TEKNIK KIMIA

FAKULTAS TEKNIK
UPN “VETERAN” JAWA TIMUR Nama : M. NIZAR BAIQHAQI
NPM/Semester : 23031010134
Praktikum : PEMROGRAMAN KOMPUTER Sesi : D-2
Percobaan : PENGENALAN MICROSOFT Paralel : D
OFFICE & WORD
Tanggal : 4 SEPTEMBER 2023
Pembimbing : ERWAN ADI S. S.T,M.T.,Ph.D LAPORAN SEMENTARA

Dosen Pembimbing Asisten Laboratorium Laporan Resmi

Tanggal : Tanggal : Tanggal :


4 SEPTEMBER 2023 4 SEPTEMBER 2023

(ERWAN ADI S. S.T,M.T,Ph.D) (DODIK HENDRA S.)


NIP : (19800410 200501 001) NPM(21031010194)
KETENIKKIMIAAN

MUCHAMMAD NIZAR BAIQHAQI


23031010134
PARALLEL D
SESI D-2
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa saya mengucapkan terima
kasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik pikiran maupun materi.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan saya berharap lebih jauh lagi agar makalah ini
bisa pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi saya sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami.
Untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Surabaya, 4 September 2023


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i

DAFTAR GAMBAR .............................................................................................. ii

DAFTAR TABEL .................................................................................................. iii

BAB I ...................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN .................................................................................................. 1

I.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

I.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 2

I.3 Tujuan ....................................................................................................... 2

BAB II ..................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN ..................................................................................................... 3

II.1. Sintesis Selulosa Mikrobial Batang Pisang .............................................. 3

II.2. Karakterisasi Selulosa Mikrobial dan Metil Selulosa dengan FTIR ........ 6

BAB III ................................................................................................................. 10

PENUTUP ............................................................................................................. 10

III.1 Kesimpulan ......................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 11

i
DAFTAR GAMBAR

Gambar II. 1 gambar selulosa mikrobial batang pisang .......................................... 5


Gambar II. 2 Gambar Reaksi Hidrolisis Sukrosa. ................................................... 6
Gambar II. 3 FTIR selulosa mikrobial dan komersil .............................................. 7
Gambar II. 4 Perbandingan spektrum FTIR MS komersil, MS hasil sintesis
dengan pelarut air dan aseton. ................................................................................. 8

ii
DAFTAR TABEL

Tabel II. 1 . Hasil FTIR SM, MS-air, dan MS- Aseton........................................... 8

iii
BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Pisang (Musa balbisiana Colla) merupakan tumbuhan yang dapat hidup di
daerah tropis dan subtropis. Tumbuhan berbatang basah, yang tingginya bisa
sampai 6 m, daunnya lebar berbentuk sudip dan tepinya tak bertulang. Bunganya
deret berganda, dilindungi oleh seludang bunga yang berwarna lembayung. Dalam
buah pisang kepok terkandung zat seperti protein, karbohidrat, kalsium, fosfor,
besi, vitamin A, B, C, dan zat metabolit sekunder lainnya. Pisang (Musa
balbisiana Colla) merupakan buah-buahan yang bernilai ekonomis tinggi dan
banyak digemari oleh masyarakat baik sebagai makanan langsung maupun
sebagai bahan olahan Batang pisang dapat dimanfaatkan untuk diambil patinya,
pati ini menyerupai pati tepung sagu dan tepung tapioka. Potensi kandungan pati
batang pisang yang besar dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar sintesis
selulosa dan turunannya, selain itu juga umur panen dan usaha tani lebih fleksibel.
Serat batang pisang merupakan serat yang berkualitas baik. Batang pisang sebagai
limbah dapat dimanfaatkan menjadi sumber serat yang mempunyai nilai
ekonomis. Serat batang pisang ini, tersusun atas selulosa, hemiselulosa, dan
kadang-kadang mengandung pula lignin. Selulosa merupakan komponen
struktural utama dinding sel tumbuhan hijau. Selain ditemukan alami pada
tunbuhan, selulosa dapat juga diproduksi oleh bakteri. Jenis selulosa ini disebut
dengan bioselulosa atau selulosa mikrobial. Selulosa tumbuhan dan selulosa
mikrobial memiliki struktur kimia yang sama, namun sifat fisik dan kimianya
berbeda. Salah satu keunggulan selulosa mikrobial adalah kemurniannya yang
tinggi jika dibandingkan dengan selulosa tumbuhan yang menghasilkan lignin dan
produk hemiselulosa lainnya. Beberapa senyawa turunan selulosa diperoleh
dengan mengganti beberapa gugus hidroksil dalam rantai selulosa dengan
bermacam-macam gugus organik. Ini akan mengubah struktur kristal selulosa dan
menjadikannya mudah terdispersi dalam air. Perubahan sifat hidrofilik ada
hubungannya dengan derajat substitusi. Turunan selulosa telah digunakan secara

1
luas dalam sediaan farmasi dan bahan tambahan makanan seperti etil selulosa,
metil selulosa, karboksimetil selulosa, dan dalam bentuk lainnya yang digunakan
dalam sediaan oral, topikal, dan injeksi. Penggunaan bentuk-bentuk selulosa
dalam sediaan disebabkan sifatnya yang inert dan biokompatibilitas yang sangat
baik pada manusia .1
Selulosa adalah polimer dari polisakarida berantai lurus yang tersusun atas
glukosa atau unit selobiosa dengan penghubung ikatan -1-4-glukan. Didalam
selulosa terdapat serat-serat yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan
kertas. Rantai-rantai selulosa tersusun oleh ikatan hidrogen yang disebut
mikrofibril. Mikrofibril selulosa memiliki bentuk amorf dan kristal sekitar 2/3
bagiannya. Bentuk struktur seratnya yang kristal menyebabkan selulosa sulit
didegradasi secara enzimatik. Selulosa, hemiselulosa, pektin, dan protein akan
membentuk struktur jaringan yang memperkuat dinding sel tanaman.2

I.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah yang dapat diambil dari latar belakang adalah
memanfaatkan batang pisang untuk diambil patinya agar dapat digunakan sebagai
bahan dasar sintesis selulosa dan turunannya.

I.3 Tujuan
1. Memanfaatkan limbah batang pisang sebagai sumber serat yang
memiliki nilai ekonomis.
2. Memanfaatkan pati batang pisang agar dapat diolah menjadi seluosa
dan turunannya.

1
Neng Rita Nurjannah, Tety Sudiarti, dan Lena Rahmidar, (Nur Jannah, Sudiarti, & Rahmidar)
(Nur Jannah, Sudiarti, & Rahmidar) (Rahmidar, Wahidiniawati, & Sudiarti, 2018) (Rahmidar,
Wahidiniawati, & Sudiarti, PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI METIL SELULOSA DARI
, 2018), Halaman 19-20.
2
Ika Atsari Dewi , Azimmatul Ihwah , Hendrix Yulis Setyawan, Alfi Ayuning Nur Kurniasari ,
dan Afifah Ulfah, Optimasi Proses Delignifikasi Pelepah Pisang Untuk Bahan Baku Kertas Seni,
447-449

2
BAB II

PEMBAHASAN

II.1. Sintesis Selulosa Mikrobial Batang Pisang

Sintesis selulosa mikrobial dibuat dari konsentrat batang pisang, gula pasir,
amonium sulfat dan bakteri Acetobacter xylinum. Batang pisang yang telah
dikupas bagian luarnya, kemudian dicuci untuk dibersihkan dari kotorankotoran
yang menempel. Setelah itu, batang pisang yang sudah bersih dipotong kecil-kecil
untuk memudahkan pada proses blender yang selanjutnya disaring untuk
memperoleh cairan konsentrat batang pisang. Konsentrat batang pisang digunakan
sebagai media pertumbuhan bakteri Acetobacter xylinum, karena nutrisi yang
terkandung di dalamnya dapat dimanfaatkan oleh bakteri. Konsentrat batang
pisang dilakukan pendidihan yang bertujuan untuk membunuh jamur dan bakteri
yang tidak diinginkan yang dapat mengganggu proses fermentasi pembuatan
selulosa mikrobial batang pisang. Selain itu konsentrat batang pisang yang panas
juga akan mempercepat proses pelarutan bahan yaitu gula pasir. Bakteri
Acetobacter xylinum selain membutuhkan media pertumbuhan juga memerlukan
nutrisi lain sebagai sumber karbon dan nitrogen, sehingga dalam media ersebut
ditambahkan gula pasir dan amonium sulfat. Gula pasir ditambahkan ke dalam
media sebagai sumber makanan tambahan dan sumber karbon untuk pertumbuhan
bakteri. Amonium sulfat ditambahkan sebagai sumber nitrogen yang berguna
untuk pembentukan protein yang penting pada pembentukan enzim dan
pertumbuhan sel. Campuran didiamkan sampai temperatur kamar dan pH 4 untuk
mengotimalkan pertumbuhan
bakteri. Pendinginan sampai temperatur kamar dilakukan karena bakteri
Acetobacter xylinum memiliki temperatur optimum sekitar 25–27°C. Apabila
bakteri dimasukkan ketika campuran panas atau pada suhu yang terlalu tinggi,
maka bakteri Acetobacter xylinum akan mati. Selain itu bakteri Acetobacter
xylinum dapat tumbuh pada tingkat keasaman tertentu. Campuran yang telah siap
ditambahkan starter Acetobacter xylinum. Bakteri ini digunakan karena mampu

3
menghasilkan selulosa yang baik yang ikatan glikosidik selulosanya lebih kuat
dibandingkan dengan bakteri lainnya.
Proses inkubasi dilakukan di dalam wadah plastik yang sudah disterilisasi
dan ditutup dengan menggunakan koran supaya terdapat rongga untuk masuknya
oksigen. Inkubasi dilakukan selama 9 hari, karena selulosa mikrobial terbentuk
selama 9 hari. Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembentukan selulosa
mikrobial sehingga mempengaruhi ketebalan nata yang diperoleh, sangat
berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri
Acetobacter xylinum yaitu, sumber nutrisi (karbon dan nitrogen), temperatur
ruangan, tingkat keasaman media (pH), dan oksigen. Selain itu, sterilisasi alat dan
sterilisasi ruangan yang digunakan juga sangat mempengaruhi proses
pertumbuhan bakteri maupun pembuatan selulosa mikrobial. Bakteri Acetobacter
xylinum mengalami fase pertumbuhan yaitu fase adaptasi, fase pertumbuhan awal,
fase eksponensial, fase pertumbuhan lambat, fase pertumbuhan tetap dan fase
kematian. Fase adaptasi berlangsung pada 0-24 jam dimana starter bakteri akan
beradaptasi dengan media baru dan belum terbentuk nata. Fase pertumbuhan awal
terjadinya pembelahan sel dengan kecepatan yang rendah selama beberapa jam.
Fase eksponensial yaitu bakteri akan mengeluarkan enzim ekstraseluler
polimerase sebanyak-banyaknya untuk menyusun polimer glukosa menjadi
selulosa pada hari ke-1 sampai ke-5. Fase tetap yaitu pada hari ke-9, terjadinya
keseimbangan antara sel yang mati dan sel yang tumbuh, dimana produksi nata
lebih banyak.
Pada Gambar 1 terlihat selulosa mikrobial yang disintesis dari batang
pisang terbentuk berupa nata berwarna putih dengan ketebalan sekitar 0,5cm. Nata
ini terbentuk dari monomer-monomer selulosa dari hasil sekresi Acetobacter
xylinum yang terus berikatan satu dengan yang lainnya sehingga membentuk
lapisan yang terus menebal seiring dengan berlangsungnya metabolisme
Acetobacter xylinum. Semakin banyak hasil sekresi Acetobacter xylinum, maka
semakin tebal selulosa mikrobial yang dihasilkan.

4
Gambar II. 1 gambar selulosa mikrobial batang pisang

Pada proses metabolismenya, selaput selulosa terbentuk oleh aktivitas


Acetobacter xylinum terhadap nutrien yang terdapat pada konsentrat batang pisang
dan larutan gula. Nutrien yang berperan dalam pembentukkan selulosa mikrobial
adalah nutrien yang mengandung glukosa sehingga akan membentuk prekursor
(penciri nata). Karbohidrat pada konsentrat batang pisang dipecah menjadi
glukosa, kemudian berikatan dengan asam lemak (Guanosin trifosfat) membentuk
prekursor penciri selulosa sintetase yang selanjutnya dikeluarkan ke lingkungan
dalam bentuk ekskresi dengan enzim sintetase selulosa mempolimerisasi glukosa
membentuk jalinan selulosa pada permukaan medium. Selulosa terbentuk dari
pelepasan lendir Acetobacter xylinum yang merupakan hasil sekresi proses
metabolisme gula yang ditambahkan pada konsentrat.3

3
Neng Rita Nurjannah, Tety Sudiarti, dan Lena Rahmidar Sintesis dan Karaterisasi Selulosa
Termetilasi Sebagai Biokomposit Hidrogel, Halaman 22-23.

5
Pembentukan selulosa mikrobial dari konsentrat batang pisang terdiri dari
tiga tahap reaksi. Tahapan pertama yaitu terjadinya hidrolisis kandungan utama
gula pasir, sukrosa menghasilkan fruktosa dan glukosa. Berikut reaksi yang
terjadi:

Gambar II. 2 Gambar Reaksi Hidrolisis Sukrosa.

II.2. Karakterisasi Selulosa Mikrobial dan Metil Selulosa dengan FTIR

Selulosa mikrobial dan metil selulosa dikarakterisasi menggunakan FTIR


untuk mengetahui gugus fungsi yang terdapat di dalamnya. Adapun hasil FTIR
dari selulosa
mikrobial dan metil selulosa dilihat pada Gambar 8 dan Gambar 9. Hasil
analisis gugus fungsi menggunakan FTIR dilakukan dengan menginterpretasikan
puncak-puncak serapan dari spektrum inframerah. Selain itu, bisa membuktikan
keberadaan metil selulosa. dikarakterisasi menggunakan Fourier TransformInfra
Red Spectra (FTIR) untuk mengetahui gugus fungsi serta senyawa lain yang ada
di dalam selulosa mikrobial. Teknik spektroskopi diguna-kan untuk
mengkonfirmasi perubahan yang diamati secara kuantitatif serta untuk
mengetahui nilai DS dari turunan selulosa yang dihasilkan. Rasio OH/CH pada
Tabel 1 menunjukkan bahwa MS-aseton pada bonggol maupun kulit sama-sama
memiliki nilai rasio OH/CH yang kecil, yang menunjukkan bahwa pelarut aseton
lebih efektif digunakan untuk tahap metilasi pada metil selulosa hasil sintesis dari
bonggol maupun kulit nanas, karena semakin kecil nilai rasio OH/CH maka

6
semakin efektif pelarut tersebut digunakan untuk metilasi. Rasio OH/CH pada
bonggol nanas memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan rasio OH/CH
pada kulit nanas yang berarti pada bonggol nanas metilasi terjadi lebih efektif

Gambar II. 3 FTIR selulosa mikrobial dan komersil

Spektrum FTIR selulosa mikrobial pada Gambar 3, jika dibandingkan dengan


metil selulosa pada Gambar 4, memperlihatkan bahwa gugus OH pada bilangan
gelombang 3377,36 cm-1 dari selulosa mikrobial digantikan dengan gugus metil,
sehingga intensitas puncak serapan gugus metil pada bilangan gelombang 2900
cm-1 sedikit meningkat ditandai dengan puncak yang lebih panjang dan runcing.

7
Gambar II. 4 Perbandingan spektrum FTIR MS komersil, MS hasil sintesis dengan pelarut air dan
aseton.

Tabel II. 1 . Hasil FTIR SM, MS-air, dan MS- Aseton

Gugus Fungsi SM MS-air MS-aseton


O-H regangan 3377,36 3448,72 3446,76
C-H regangan 2935,66 2922,16 2920,23
gugus CH2;
CH3
C=O regangan 1637,56 1631,78 1635,64
dengan cincin
aromatik
C=C regangan 1568,13 - -
dari cincin
aromatik lignin
CH2 (ulur) 1404,18 1381,03 1411,89
C-O-C regangan 1112,92 1159,22 1159,22
non simetris
C-O regangan 1056,99 1070,49 1064,71
simetris dari
alkohol primer
𝛽-glikosidik 929,69 894,97 896,90

8
Perubahan bilangan gelombang untuk peregangan ikatan O-H dan C-H
menegaskan efisiensi dari proses metilasi. Hasil analisis FTIR menunjukkan
adanya puncak serapan gugus metil pada MS-aseton maupun MS-air masing-
masing pada bilangan gelombang 2922,16 dan 2920,23 cm-1, yang menunjukkan
terbentuknya senyawa metil selulosa dengan adanya puncak semakin tajam dan
runcing pada MS-air maupun MS-aseton jika ALOTROP, Jurnal Pendidikan dan
Ilmu Kimia, 2018:2(1):88-96 ISSN 2252-8075 Rahmidar, L, Seruni
Wahidiniawati, Tety Sudiarti 93 dibandingkan dengan selulosa mikrobial. Hasil
analisis FTIR, menunjukkan bahwa selulosa mikrobial telah termetilasi dengan
menggunakan perhitungan perbandingan rasio peregangan O-H dan C-H.4

4
Lena Rahmidar, Seruni Wahidiniawati , dan Tety Sudiarti, PEMBUATAN DAN
KARAKTERISASI METIL SELULOSA DARI BONGGOL DAN KULIT NANAS, Halaman 92-
94.

9
BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut: Metil selulosa yang disintesis dari bonggol dan kulit nanas
menghasilkan nata yang berwarna putih dengan jumlah rendemenmetil selulosa
bonggol dengan kulit yaitu masing-masing 9,20% dan 8,39%. Hasil FTIR
menunjukkan serapan selulosa yang khas untuk selulosa mikrobial bonggol nanas
pada bilangan gelombang 3377,36 cm-1 untuk ikatan O-H dan 2935,66 cm-1
untuk ikatan C-H dan pada SM kulit nanas yaitu 3377,36 cm-1 untuk ikatan OH
dan 2935,66 cm-1 untuk ikatan C-H. Aseton lebih efektif digunakan sebagai
pelarut dibandingkan air pada saat tahap metilasi, hal ini dibuktikan berdasarkan
FTIR hasil perhitungan rasio OH/CH yaitu metil selulosa -aseton memiliki nilai
yang lebih kecil dibandingkan dengan metil selulosa air. Berdasarkan hasil
penelitian yang sudah kami lakukan, masih ada beberapa kekurangan yang bisa
diperbaiki pada penelitian berikutnya, yaitu mencari pelarut yanglebih tepat
kepolarannya untuk metil selulosa serta mencari kondisi optimum untuk bisa
meningkatkan derajat metilasi.5

5
Lena Rahmidar, Seruni Wahidiniawati , dan Tety Sudiarti, PEMBUATAN DAN
KARAKTERISASI METIL SELULOSA DARI BONGGOL DAN KULIT NANAS, Halaman 95.

10
DAFTAR PUSTAKA

Dewi, I. A., Ihwah, A., & Setiawan, H. Y. (2018). Optimasi Proses Delignifikasi
Pelepah Pisang Untuk Bahan Baku Kertas Seni. Jurusan Teknologi
Industri Pertanian, 447-449.
Nur Jannah, N. R., Sudiarti, T., & Rahmidar, L. (n.d.). SINTESIS DAN
KARAKTERISASI SELULOSA TERMETILASI SEBAGAI
BIOKOMPOSIT HIDROGEL.
Nurjannah, N. R. (2020). Sintesis dan Karaterisasi Selulosa Termetilasi Sebagai
Biokomposit Hidrogel. al-Kimiya, Vol. 7, No. 1 (19-27), 19-20.
Rahmidar, L., Wahidiniawati, S., & Sudiarti, T. (2018). PEMBUATAN DAN
KARAKTERISASI METIL SELULOSA DARI . Jurnal Pendidikan dan
Ilmu Kimia, 92-94.
Rahmidar, L., Wahidiniawati, S., & Sudiarti, T. (2018). PEMBUATAN DAN
KARAKTERISASI METIL SELULOSA DARI . Jurnal Pendidikan dan
Ilmu Kimia, 95.

11

Anda mungkin juga menyukai