Anda di halaman 1dari 23

Dr.

Haripin Togap Sinaga, MCN

ANALISIS DAN
INTERPRETASI
HASIL ANALISIS
SITUASI GIZI
Kelompok 1
kelompok 1
ghina fairuz salsabila p01031221131
Nadya Namira P01031221144
Hezky Delpia P01031221133
Anjelika Rachmi P01031221117
Ragil saharani P01031221149
Ira Maya Tio udur P01031221135
Doris Siburian P01031221123
Annisa Yuliana P01031221119
putri anugrah P01031221148
naisa hafiza p01031221145
soraya maharani p01031221165
rini wahyuni s. P01031221153
nadhira nur afina P01031221143
Tujuan
Mempelajari
Salah satu langkah yang penting dalam kegiatan surveilans gizi
adalah analisis data dan interpretasi hasil analisis situasi gizi. Analisis
data tidak terlepas dari kegiatan pengolahan data. Pengolahan data
dapat dilakukan baik secara manual maupun menggunakan perangkat
lunak komputer. Hasil pengolahan berupa pencapaian masing-masing
indikator pembinaan gizi masyarakat.

Analisis data dapat diakukan secara deskriptif dan analitik. Analisis


deskriptif digunakan untuk membandingkan antar wilayah terkait
pencapaian target yang telah ditentukan. Wilayah yang cakupannya
rendah harus mendapat prioritas pembinaan.
Analisis dan
penyajian hasil
analisis
Cara yang mudah untuk menyajikan hasil analisis situasi gizi adalah
dengan membuat matriks situasi yang disusun menurut wilayah. Contoh,
jika analisis situasi dilakukan pada tingkat kabupaten maka matriks situasi
disusun menurut kecamatan dan jika dilakukan pada tingkat provinsi
maka matriks situasi disusun menurut kabupaten/kota. Penyusunan
matriks situasi bertujuan agar dapat dipelajari berbagai masalah yang
meliputi masalah gizi dan masalah yang terkait dengan faktor-faktor
penyebabnya.
Pada kolom tabel matriks situasi dicantumkan status gizi dan faktor
terkait dan pada barius dicantumkan nama-nama wilayah kecamatan
atau kabupaten tergantung pada tingkat apa analisis situasi dilakukan.
Lanjutan...
ANALISIS DATA YANG DAPAT DILAKUKAN
MELIPUTI :

1 ANALISIS PERBANDINGAN

2 ANALISIS HUBUNGAN/FAKTOR RESIKO

3 ANALISIS TREN
Lanjutan...
ANALISIS DATA YANG DAPAT DILAKUKAN
MELIPUTI :

1 ANALISIS PERBANDINGAN

Hasil analisis ini dapat digunakan untuk


memberikan informasi kepada para
pengambil keputusan dan penentu
kebijakan untuk menentukan prioritas
untuk penanggulangan masalah.
Lanjutan...
ANALISIS DATA YANG DAPAT DILAKUKAN
MELIPUTI :

2 ANALISIS HUBUNGAN FAKTOR/RESIKO

Hasil analisis ini digunakan untuk mengetahui


hubungan antar indicator yang dikumpulkan
dan/atau mengetahui factor risiko suatu
masalah gizi di suatu tempat. Dari hasil analisis
ini, pengambil keputusan dan penentu kebijakan
dapat menentukan program intervensi yang
tepat untuk menyelesaikan masalah gizi yang
ada.
Lanjutan...
ANALISIS DATA YANG DAPAT DILAKUKAN
MELIPUTI :

3 ANALISIS TREN

Analisis ini diperlukan untuk mengetahui


kecenderungan suatu masalah, apakah semakin
membaik atau memburuk, sehingga dapat
diketahu penyebabnya. Tujuannya adalah untuk
meningkatkan kewaspadaan, dan sebagai
isyarat dini, sehingga dapat dilakukan tindakan
koreksi, ataupun modifikasi dari pelaksanaan
program di lapangan
Lanjutan...
Analisa situasi adalah pengumpulan informasi
yang diperlukan dalam perencanaan yang
meliputi :

6. Bagaimana tradisi?
1. Apa masalahnya 7. Ketersediaan sarana
2. Siapa yang menderita? yang potensial
3. Dimana penderita tersebut? 8. Ketersediaan sumber daya
4. Bagaimana tingkat manusia yang potensial
keparahannya? 9. Ketersediaan sumber-
5. Perkiraan penyebab sumber lain
timbulnya masalah seperti program atau kegiatan
pelayanan kesehatan
Lanjutan...
LANGKAH-LANGKAH DALAM MELAKUKAN
ANALISIS SITUASI:

1. Pengumpulan data dasar


2. Analisa data
3. Menguraikan factor-faktor yang berkaitan secara
langsung dan tidak langsung dengan masalah serta
dampak masalah
4. Menguraikan factor-faktor sosial budaya, dan politik
yang berkaitan dengan masalah (yang mendukung
dan menghambat pemecahan masalah)
5. Menguraikan aspek-aspek ekonomi yang berkaitan
dengan maslah (sumber daya maupun kerugiannya)
6. Menguraikan aspek manajemen
7. Hal-hal lain yang dianggap relevan
PENENTUAN
Dengan telah dibuatnya suatu analisis situasi maka kita dapat
mengetahui secara rinci masalah-masalah gizi. Dari sejumlah
masalah yang ada kita lakukan langkah memprioritaskan

PRIORITAS masalah tersebut yang dipertimbangkan dari berbagai criteria.


Langkah-langkah dalam menentukan prioritas masalah :

MASALAH 1
Menetapkan Kriteria

Kriteria adalah factor-faktor yang dapat


menentukan tinggi rendahnya nilai
permasalahan sehingga masalah yang
satu dengan yang lain dapat dibedakan.

2 Menetapkan Pembobotan
Pembobotan adalah suatu proses
pemberian nilai terhadap criteria yang
dipilih. Hal ini agar dapat membandingkan
antara satu kriteria dengan kriteria
lainnya, dengan melihat nilai bobotnya.
Lanjutan...
PENENTUAN
PRIORITAS
MASALAH
Menetapkan Skor
3

Skor dilakukan setelah menetapkan


pembobotan. Penentuan
skorpermasalahan yang dihadapi atas
dasar criteria yang telah ditentukan.
Selain dengan teknik scoring, terdapat
teknik lain dalam pemilihan prioritas
masalah non-skoring yang disebut
dengan kualitatif, yaitu penentuan
prioritas masalah melalui diskusi
kelompok atau Nominal Group Tecknique
(NGT).
1. Menetapkan Daerah Prioritas
untuk Pembinaan Wilayah
Analisis deskriptif dilakukan untuk membandingkan antar
wilayah dilakukan dengan membandingkan hasil cakupan
antar wilayah dengan target yang harus dicapai.Analisis
deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk
menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana
adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang
berlaku untuk umum atau generalis. Wilayah yang
cakupannya masih rendah harus mendapat prioritas untuk
dibina. Berikut adalah contoh cakupan D/S (jumlah balita
yang datang dan ditimbang di Posyandu) berdasarkan
wilayah kerja Puskesmas.
Dari Tabel 5.3 di atas terlihat cakupan D/S di Kabupaten “X” belum mencapai target
yakni baru 79% sedangkan target adalah 85%. Variasi cakupan antar wilayah di kabupaten
tersebut cukup tinggi. Cakupan terendah 54% di Puskesmas “K” dan tertinggi sebesar 96% di
Puskesmas “J”. Dengan demikian maka prioritas pembinaan dilakukan di Puskesmas “K”
(54%) dan Puskesmas “F” (64%) karena di dua puskesmas tersebut cakupan masih kurang.
2.MeMBANDINGKAN KECENDERUNGAN
ANTAR WAKTU
Analisis deskriptif dilakukan untuk membandingkan
antar wilayah dilakukan dengan membandingkan
hasil cakupan antar wilayah dengan target yang
harus dicapai. Wilayah yang cakupannya masih
rendah harus mendapat prioritas untuk dibina.
Berikut adalah contoh cakupan D/S dari bulan Januari hingga Maret berdasarkan wilayah
kerja Puskesmas.

Dari Tabel 5.4 di atas cakupan D/S Kabupaten “X” umumnya meningkat dari 79% di bulan
Januari menjadi 83% di bulan Februari namun kembali menurun pada bulan Maret menjadi
81%. Dapat juga disimpulkan bahwa secara umum cakupan yang tinggi pada wilayah kerja
Puskesmas adalah di bulan Februari.
Analisis analitik dimaksudkan untuk memberi gambaran hubungan antar dua atau lebih
indikator yang saling terkait, baik antar indikator gizi maupun antar indikator gizi dengan
indikator program terkait lainnya. Tujuan analisis analitik bertujuan antara lain untuk
menentukan upaya yang harus dilakukan jika terdapat kesenjangan cakupan antar dua
indikator.
Berikut adalah contoh cakupan distribusi vitamin A dan D/S.

Berdasarkan sasaran Rencana Aksi Pembinaan Gizi Masyarakat telah di tetapkan


bahwa target cakupan vitamin A dan D/S masing-masing 85%. Dari Tabel 5.5 di atas dapat
dilihat bahwa wilayah yang cakupan vitamin A dan D/S sudah mencapai target ada tiga
puskesmas yaitu Puskesmas “C”, Puskesmas “I”, dan Puskesmas “K”. Sementara Puskesmas
yang belum mencapai target adalah Puskesmas “A”, Puskesmas “G”, dan Puskesmas lainnya
hanya mencapai target salah satu indikator saja.
Interpretasi
hasil analisis
situasi gizi dan Interpretasi hasil yang dapat

faktor risiko
dijadikan sebagai bahan untuk
melakukan tindakan perbaikan
terhadap masalah gizi yang
ditemukan merupakan langkah
surveilans gizi setelah analisis
data.
interpretasi
tingkat
kecamatan

Interpretasi tingkat kecamatan merujuk pada analisis


dan pemahaman tentang situasi atau kondisi
tertentu di tingkat administratif kecamatan
Lanjutan...

Pada tabel 5.2 tidak ada kecamatan dengan jumlah skor 4 atau 16.
Artinya tidak ada kecamatan yang tidak bermasalah gizi dan tidak ada
kecamatan yang bermasalah gizi dengan skor terburuk. Hal itu dapat
diartikan bahwa status gizi dikecamatan CCC dan kecamatan DDD
relatif lebih baik daripada kecamatan lainnya. Sementara kecamatan
KKK memiliki status gizi yang relatif lebih buruk dari kecamatan lainnya.
interprestasi Tingkat Kabupaten
Berdasarkan rata-rata jumlah skor gizi 9,6 dapat diartikan bahwa
di Kabuaten “X” masih ada masalah gizi
Berdasarkan informasi tersebut pemerintah kabupaten dapat
merumuskan kebijakan
program pembangunan di daerahnya, menyusun perencanaan
program pembangunan
umum maupun yang terkait dengan bidang pangan dan gizi.
Untuk menilai perkembangan
pembangunan daerah termasuk perkembangan situasi pangan
dan gizi masyarakat.
Kesimpulan
Analisis dan interpretasi hasil situasi gizi melibatkan penilaian data terkait aspek nutrisi dan kesehatan
suatu populasi. Ini melibatkan pengukuran status gizi, kebiasaan makan, serta faktor-faktor lain yang
dapat mempengaruhi kesehatan. Kesimpulan dari analisis ini dapat digunakan untuk merancang
intervensi gizi yang tepat guna meningkatkan kesehatan masyarakat.Analisis dan interpretasi hasil
situasi gizi melibatkan penilaian data terkait aspek nutrisi dan kesehatan suatu populasi. Ini
melibatkan pengukuran status gizi, kebiasaan makan, serta faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi kesehatan. Kesimpulan dari analisis ini dapat digunakan untuk merancang intervensi
gizi yang tepat guna meningkatkan kesehatan masyarakat.
TERIMA
KASIH!

Anda mungkin juga menyukai