Anda di halaman 1dari 11

SISINGAMANGARAJA XII

Oleh :

Salma Nisrina I (212210139)

SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 DAYEUHKOLOT

BANDUNG

2021
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul Sisingamangaraja. Terima
kasih saya ucapkan kepada ibu Tela Purnama yang telah membantu kami baik secara moral
maupun materi.

Bandung, November 2021

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………….………………………….. ii

Daftar Isi………………………………………………………………………………............. iii

Sisingamangaraja XII…………………………………………………………………………1

Bab 1 Sisingamangaraja XII…………………………………………………………….

A. Asal Usul………………………………………………………………………
B. Pasangan……………………………………………………………………….
C. Anak..…………………………………………………………………………..

Bab 2 Kehidupan…………………………………………………………………………

A. Perjuangan……………………………………………………………………..
B. Kematian………………………………………………………………………
C. Warisan sejarah………………………………………………………………..

Bab 3 Kesimpulan………………………………………………………………………..

iii
SISINGAMANGARAJA XII

Sisingamangaraja XII dengan nama lengkap Patuan Bosar Ompu Pulo Batu Sinambela (18
Februari 1845 – 17 Juni 1907) adalah seorang raja di negeri Toba, Sumatra Utara, pejuang yang
berperang melawan Belanda, kemudian diangkat oleh pemerintah Indonesia sebagai Pahlawan
Nasional Indonesia sejak tanggal 9 November 1961 berdasarkan SK Presiden RI No 590/1961..

1
BAB 1

SISINGAMANGARAJA XII

A. Asal Usul

Sisingamangaraja adalah keturunan seorang pejabat yang ditunjuk oleh raja Pagaruyung
yang sangat berkuasa ketika itu, yang datang berkeliling Sumatra Utara untuk menempatkan
pejabat-pejabatnya.[2] Dalam sepucuk surat kepada Marsden bertahun 1820, Raffles menulis
bahwa para pemimpin Batak menjelaskan kepadanya mengenai Sisingamangaraja yang
merupakan keturunan Minangkabau dan bahwa di Silindung terdapat sebuah arca batu berbentuk
manusia sangat kuno yang diduga dibawa dari Pagaruyung.[3] Sampai awal abad ke-20,
Sisingamangaraja masih mengirimkan upeti secara teratur kepada pemimpin Minangkabau
melalui perantaraan Tuanku Barus yang bertugas menyampaikannya kepada pemimpin
Pagaruyung.[4]

Sumber lain menyebutkan bahwa dinasti Sisingamangaraja bermula dari seorang yang bernama
Si Raja Batak yang memiliki keturunan bernama Raja Oloan. Raja Oloan memiliki enam orang
putra yakni Raja Naibaho, Raja Sihotang, Toga Bakara, Toga Sinambela, Toga Sihite, dan Toga
Simanullang. Putra keempatnya, Toga Sinambela memiliki tiga orang putra. Putra bungsu Toga
Sinambela, yakni Raja Bona ni onan gelar Raja Mangkutal adalah ayah kandung dari
Sisingamangaraja I, leluhur awal Dinasti Sisingamangaraja.

B. Pasangan
1.Boru Simanjuntak
2.Boru Sagala
3.Nantika Boru Nadeak
4.Boru Situmorang
5 Boru Siregar

2
C. Anak
 Patuan Nagari Sinambela
 Patuan Anggi Sinambela
 Lopian br. Sinambela
 Raja Karel Buntal Sinambela
 Raja Sabidan Sinambela Raja Sabidan Sinambela
 Pangarandang Sinambela
 Raja Pangkilim Sinambela
 Rinsan br. Sinambela
 Purnama Rea br. Sinambela
 Sunting Mariam br. Sinambela
 Saulina br. Sinambela
 Tambok br. Sinambela
 Mangindang br. Sinambela
 Sahudat br. Sinambela
 Nagok br. Sinambela

BAB 2
KEHIDUPAN

A. Perjuangan

Pada 1824 Perjanjian Belanda Inggris (Anglo-Dutch Treaty of 1824) memberikan seluruh
wilayah Inggris di Sumatra kepada Belanda. Hal ini membuka peluang bagi Hindia Belanda
untuk meng-aneksasi seluruh wilayah yang belum dikuasai di Sumatra.

Pada tahun 1873 Belanda melakukan invasi militer ke Aceh (Perang Aceh, dilanjutkan dengan
invasi ke Tanah Batak pada 1878. Raja-raja huta Kristen Batak menerima masuknya Hindia
Belanda ke Tanah Batak, sementara Raja Bakara, Si Singamangaraja yang memiliki hubungan
dekat dengan Kerajaan Aceh menolak dan menyatakan perang.
3

Pada tahun 1877 para misionaris di Silindung dan Bahal Batu meminta bantuan kepada
pemerintah kolonial Belanda dari ancaman diusir oleh Singamangaraja XII. Kemudian
pemerintah Belanda dan para penginjil sepakat untuk tidak hanya menyerang markas Si
Singamangaraja XII di Bakara tetapi sekaligus menaklukkan seluruh Toba. Pada tanggal 6
Februari 1878 pasukan Belanda sampai di Pearaja, tempat kediaman penginjil Ingwer Ludwig
Nommensen. Kemudian beserta penginjil Nommensen dan Simoneit sebagai penerjemah
pasukan Belanda terus menuju ke Bahal Batu untuk menyusun benteng pertahanan[butuh
rujukan]. Namun kehadiran tentara kolonial ini telah memprovokasi Sisingamangaraja XII, yang
kemudian mengumumkan pulas (perang) pada tanggal 16 Februari 1878 dan penyerangan ke pos
Belanda di Bahal Batu mulai dilakukan.

Pada tanggal 14 Maret 1878 datang Residen Boyle bersama tambahan pasukan yang dipimpin
oleh Kolonel Engels sebanyak 250 orang tentara dari SibolgaPada tanggal 1 Mei 1878, Bakara
pusat pemerintahan Si Singamangaraja diserang pasukan kolonial dan pada 3 Mei 1878 seluruh
Bangkara dapat ditaklukkan namun Singamangaraja XII beserta pengikutnya dapat
menyelamatkan diri dan terpaksa keluar mengungsi. Sementara para raja yang tertinggal di
Bakara dipaksa Belanda untuk bersumpah setia dan kawasan tersebut dinyatakan berada dalam
kedaulatan pemerintah Hindia Belanda.

Walaupun Bakara telah ditaklukkan, Singamangaraja XII terus melakukan perlawanan secara
gerilya, tetapi sampai akhir Desember 1878 beberapa kawasan seperti Butar, Lobu Siregar, Naga
Saribu, Huta Ginjang, Gurgur juga dapat ditaklukkan oleh pasukan kolonial Belanda.

Di antara tahun 1883-1884, Singamangaraja XII berhasil melakukan konsolidasi


pasukannya[butuh rujukan]. Kemudian bersama pasukan bantuan dari Aceh, secara ofensif
menyerang kedudukan Belanda antaranya Uluan dan Balige pada Mei 1883 serta Tangga Batu
pada tahun 1884.[6]

B. Kematian
Singamangaraja XII tewas pada 17 Juni 1907 saat disergap oleh sekelompok anggota Korps
Marsose – sebuah pasukan khusus Belanda. Penyergapan tersebut dipimpin oleh Hans
Christoffel di pinggir bukit Aek Sibulbulon, di suatu desa bernama Si-Onom Hudon, di
perbatasan Kabupaten Tapanuli Utara dan Kabupaten Dairi yang sekarang.[1]

Sisingamangaraja XII menghadapi pasukan Korps Marsose sambil memegang senjata Piso Gaja
Dompak. Kopral Souhoka – penembak jitu pasukan Marsose – mendaratkan tembakan ke kepala
Sisingamangaraja XII tepat di bawah telinganya.[9] Menjelang napas terakhir dia tetap berucap,
Ahuu Sisingamangaraja. Turut gugur waktu itu dua putranya Patuan Nagari dan Patuan Anggi,
serta putrinya Lopian. Sementara keluarganya yang tersisa ditawan di Tarutung.
Sisingamangaraja XII sendiri kemudian dikebumikan Belanda secara militer pada 22 Juni 1907
di Silindung, setelah sebelumnya mayatnya diarak dan dipertontonkan kepada masyarakat Toba.
[butuh rujukan]
Makamnya kemudian dipindahkan ke Makam Pahlawan Nasional di Soposurung,
Balige sejak 14 Juni 1953, yang dibangun oleh Pemerintah, Masyarakat dan keluarga.
Sisingamangaraja XII digelari Pahlawan Kemerdekaan Nasional dengan Surat Keputusan
Pemerintah Republik Indonesia No. 590 tertanggal 19 Nopember 1961.

Gelar Si Sisingamangaradja sendiri digunakan oleh dinasti keluarga Marga Sinambela, yang
berarti "Raja Singa Agung". Kehormatan Si dari bahasa Sansekerta Sri. Raja Agung (dari bahasa
Sansekerta, maharaja). Singa, karena orang Batak melihat diri mereka dalam mitologi sebagai
keturunan dari darah dewa.

C. Warisan sejarah

Sebilah pedang dari etnik Batak yang diinformasikan diduga sebagai pedang yang digunakan
oleh Sisingamangaraja. Foto diambil 1907.

Pasca-gugurnya Sisingamangaraja, pasukan Belanda menemukan sebilah pedang yang diduga


digunakan oleh Sisingamangaraja. Kini, pedang tersebut telah menjadi koleksi Nationaal
Museum van Wereldculturen, Belanda.

Kegigihan perjuangan Sisingamangaraja XII ini telah menginspirasikan masyarakat Indonesia,


yang kemudian Sisingamangaraja XII diangkat sebagai Pahlawan Nasional Indonesia. Selain itu
untuk mengenang kepahlawanannya, nama Sisingamangaraja juga diabadikan sebagai nama
jalan di seluruh kawasan Republik Indonesia.
5

BAB 3

KESIMPULAN

Sisingamangaraja XII dengan nama lengkap Patuan Bosar Ompu Pulo Batu Sinambela adalah
seorang raja di negeri Toba, Sumatra Utara, pejuang yang berperang melawan Belanda,
kemudian diangkat oleh pemerintah Indonesia sebagai Pahlawan Nasional Indonesia sejak
tanggal 9 November 1961 berdasarkan SK Presiden RI No 590/1961. Wikipedia
Kelahiran: 18 Februari 1845, Bakkara
Meninggal: 17 Juni 1907, Kabupaten Dairi
Dimakamkan: 14 Juni 1953, Makam Sisingamangaraja XII
Anak: Patuan Nagari, Patuan Anggi, Lopian
Orang tua: Sisingamangaraja XI, Boru Situmorang
6

DAFTAR PUSAKA

https://www.kompas.com/stori/read/2021/06/02/142206479/sisingamangaraja-xii-kehidupan-
perjuangan-dan-perlawanan?page=all

https://www.arifsae.com/2021/01/sisingamangaraja-xii-riwayat-singkat.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Sisingamangaraja_XII#Perang_melawan_Belanda
7

Anda mungkin juga menyukai