Anda di halaman 1dari 6

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Sekolah : SMP Negeri 2 Bayat Kelas/Semester : IX / 1 (Ganjil)


Mata Pelajaran : Prakarya (Pengolahan) Alokasi Waktu : 2 jam x 40 menit
Materi Pokok : Prinsip perancangan, pembuatan, penyajian, dan pengemasan hasil peternakan
(daging, telur, susu) dan perikanan (ikan, udang, cumi, rumput laut) menjadi
makanan yang ada di wilayah setempat
Sub Materi : Prinsip perancangan, pembuatan, penyajian, dan pengemasan hasil peternakan
(daging, telur, susu) menjadi makanan yang ada di wilayah setempat

A. Kompetensi Inti
KI 3 : Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif pada tingkat teknis dan spesifik sederhana berdasarkan rasa ingin tahunya
tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya dengan wawasan kemanusiaan,
kebangsaan, dan kenegaraan terkait fenomena dan kejadian tampak mata.
B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi

Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi


3.1 Memahami pengetahuan tentang prinsip 1. Menyimpulkan hasil peternakan minimal 5
perancangan, pembuatan, penyajian, dan 2. Menganalisis kandungan hasil peternakan
pengemasan hasil peternakan (daging, minimal 3
3. Menganalisis bahan pengolahan hasil
telur, susu) dan perikanan (ikan, udang,
peternakan minimal 5
cumi, rumput laut) menjadi makanan yang 4. Menganalisis alat pengolahan hasil
ada di wilayah setempat. peternakan minimal 5
5. Menganalisis metode pengolahan hasil
Sub Kompetensi Dasar peternakan dengan runut
3.1.1 Memahami pengetahuan tentang prinsip 6. Menganalisis penyajian hasil peternakan
perancangan, pembuatan, penyajian, menjadi makanan dengan benar
dan pengemasan hasil peternakan
(daging, telur, susu) menjadi makanan
yang ada di wilayah setempat

C. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran menggunakan model PBL peserta didik mampu:
1. Menyimpulkan hasil peternakan minimal 5
2. Menganalisis kandungan hasil peternakan minimal 3
3. Menganalisis bahan pengolahan hasil peternakan minimal 5
4. Menganalisis alat pengolahan hasil peternakan minimal 5
5. Menganalisis metode pengolahan hasil peternakan dengan runut
6. Menganalisis penyajian hasil peternakan menjadi makanan dengan benar
D. Materi Pembelajaran

Faktual : Metode memasak, peralatan memasak dan bumbu masakan


Konseptual : Jenis-jenis hasil peternakan, karakteristik hasil peternakan, dan metode pengolahan
hasil peternakan
Prosedural : Memilih alat dan bahan, mengolah dan menyajikan hasil olahan hasil peternakan

E. Pendekatan, Model dan Metode


1. Pendekatan : Saintific
2. Model : Problem Based Learning
3. Metode : Diskusi, Penugasan, Tanya Jawab, Presentasi

F. Media dan Bahan Pembelajaran


1. Media : PPT interaktif, Video Pembelajaran, Media Sebenarnya
2. Bahan : Komputer, LCD Proyektor, HP

G. Sumber Belajar
Nuswantari, Dewi dkk. 2018. Buku Guru Prakarya Kelas 9. Jakarta: Kemendikbud.
Jurnal terkait
LKPD
Modul guru

H. Kegiatan Pembelajaran
KEGIATAN LANGKAH-LANGKAH
PENDAHULUAN 1. Guru menyiapkan peserta didik secara psikis (berdoa, membuka KBM
(10 MENIT) dengan membaca basmallah, dan menanyakan kabar Peserta didik).
2. Guru menyiapkan Peserta didik secara fisik (merapikan baju,
merapikan tempat duduk, mengecek kehadiran Peserta didik dan
melakukan upaya tindak lanjut atas kehadiran Peserta didik).
3. Peserta didik menyiapkan alat-alat yang akan digunakan dalam
mengikuti proses pembelajaran (seperti buku dan alat tulis lainnya)
4. Guru menampilkan tujuan pembelajaran
5. Peserta didik dan guru melakukan tanya jawab tentang materi yang
sudah di ajarkan sebelumnya dan mengaitkannya dengan materi yang
akan di ajarkan hari ini dengan konsep yang sudah dimiliki Peserta
didik sebelumnya. Seperti :
1. Taukah kalian apa itu peternakan?
2. Taukah kalian apa saja hasil peternakan yang bisa diolah?
3. Pernahkah kalian mengolah salah satu hasil peternakan tersebut?
6. Guru mengaitkan pertanyaan tersebut dengan materi yang akan
dibahas
7. Peserta didik menyimak penjelasan guru tentang materi pembelajaran,
tujuan pembelajaran, inti kegiatan dan penilaian
8. Guru memberikan motivasi melalui video
https://www.youtube.com/watch?v=3saripGkJpU
KEGIATAN LANGKAH-LANGKAH

KEGIATAN INTI Orientasi terhadap masalah


(60 MENIT) 1. Guru memberikan masalah berupa sebuah berita mengenai
Pentingnya Asupan Protein Hewani untuk Wujudkan Generasi Bebas
Stunting dalam bentuk selembar kertas
Link
https://kesehatan.kontan.co.id/news/pentingnya-asupan-protein-
hewani-untuk-wujudkan-generasi-bebas-stunting
2. Peserta didik membaca berita yang dibagikan guru sambil
menganalisisnya Observasi
3. Guru bersama peserta didik melakukan tanya jawab terkait berita yang
dibaca seperti:
a. Permasalahan apa yang ada dalam berita tersebut?
b. Terkait materi yang akan kita pelajari, apa hubungannya dengan
berita tersebut?
4. Peserta didik membentuk kelompok sebanyak 4 orang per kelompok
5. Setiap kelompok mendiskusikan mengenai jenis-jenis hasil
peternakan, kandungan, manfaat dan membuat 2 contoh resep
pengolahan hasil peternakan menjadi makanan siap saji.
Mengorganisasikan Peserta Didik untuk Belajar
6. Guru menyampaikan tugas kelompok yang harus diselesaikan dan
dipresentasikan
7. Peserta didik duduk secara berkelompok
8. Peserta didik membagi tugas antar anggota kelompok
Membimbing penyelidikan Kegiatan Belajar Kelompok
9. Guru membimbing diskusi yang dilakukan peserta didik dan
menanyakan kesulitan yang dialami
10. Peserta didik secara berkelompok mengumpulkan informasi dari
berbagai sumber baik buku, bahan ajar guru maupun handphone
Mengumpulkan informasi
Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya
11. Guru memantau diskusi dan membimbing pembuatan laporan
12. Peserta didik secara berkelompok menganalisis permasalahan yang
disampaikan guru, mengerjakan LKPD 01 secara berkelompok dan
membuat media presentasi Mengasosiasi
Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
13. Peserta didik secara berkelompok mempresentasikan hasil diskusi
masing-masing kelompoknya dengan dipandu guru. (C6)
Mengomunikasikan
14. Peserta didik memperoleh balikan dari guru dan teman tentang
presentasi yang disampaikan
15. Tiap kelompok merangkum kesimpulan sesuai dengan masukan dari
KEGIATAN LANGKAH-LANGKAH
kelompok lain
16. Guru memberikan penguatan materi kepada peserta didik
17. Peserta didik bertanya kepada guru terkait materi yang disampaikan
Menanya
PENUTUP 1. Guru memberikan lembar evaluasi kepada peserta didik untuk
(10 MENIT) dikerjakan secara berkelompok (LKPD 02)
2. Peserta didik bersama guru menyimpulkan point penting dalam
kegiatan dan hasil pembelajaran.
3. Peserta didik dan guru merefleksi kegiatan pembelajaran
4. Guru menyampaikan rencana pembelajaran di pertemuan selanjutnya
5. Menutup pembelajaran dengan salam dan berdoa.

I. Penilaian, Remedial dan Pengayaan


1. Teknik Penilaian (instrumen terlampir)
a. Sikap Sosial
Teknik : Observasi dengan jurnal untuk mencatat perilaku (positif maupun negatif) peserta
didik
b. Pengetahuan
Lisan : Guru bertanya mengenai pembelajaran dan peserta didik menjawab. Peserta didik
diberi poin bagi yang menjawab
Tertulis : Guru memberikan lembar evaluasi untuk mengukur ketercapaian pembelajaran
c. Keterampilan
Ketrampilan mempresentasikan dan ketrampilan membuat media presentasi
2. Remidial
Peserta didik mengulang kompetensi dasar yang belum mencapai KKM
3. Pengayaan
Peserta didik mencari referensi resep makanan berbahan hasil peternakan

Klaten, 14 September 2022

Mengetahui,
Kepala Sekolah Guru Mata Pelajaran

Dra. Endang Sudarsih, M.Pd Mega Novi Utami, S.Pd


NIP. 19630927 199512 2 001 NIP. 19941106 201903 2 014
ARTIKEL BERITA

Pentingnya Asupan Protein Hewani untuk Wujudkan Generasi Bebas Stunting


Minggu, 28 Agustus 2022 | 22:28 WIB Reporter: Ika Puspitasari ILUSTRASI.

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persoalan stunting atau kondisi gagal tumbuh pada anak
bawah lima tahun (balita) masih menjadi tantangan besar untuk Indonesia.

Mengutip hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2021 yang dilaksanakan oleh
Kementerian Kesehatan, angka prevalensi atau tingkat penyebaran stunting di Indonesia pada
2021 masih cukup tinggi yakni sebesar 24,4%. Angka itu memang menurun 6,4% dari 30,8%
pada 2018.

Walau tingkat prevalensi kasus stunting di Indonesia kian menurun dalam beberapa waktu
terakhir, sayangnya, penurunan angka stunting ini masih jauh dari target nasional yang
ditetapkan Pemerintah yakni sebesar 14% pada tahun 2024 mendatang.

Stunting menjadi masalah penting lantaran mempunyai efek jangka panjang yang
berkontribusi pada produktivitas ekonomi dan pertumbuhan negara. Nah, salah satu
pencegahan stunting dapat dilakukan dengan memenuhi asupan protein hewani. Ahli Gizi dan
Guru Besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Prof. Dr. drg. Sandra
Fikawati, MPH mengatakan, setidaknya ada sebelas program pemerintah dalam upaya
menurunkan tingkat stunting di Indonesia, tak terkecuali asupan protein hewani yang cukup
sejak ibu hamil.

"Salah satu intervensi spesifik untuk menurunkan stunting yakni dengan memberikan
makanan tambahan protein hewani pada anak usia bawah dua tahun (baduta)," terangnya
dalam acara edukasi wartawan bertajuk Penuhi Asupan Protein Hewani, Sambut Generasi
Bebas Stunting yang di gelar beberapa waktu lalu.

Ia memberi contoh, selain daging makanan tambahan protein hewani bisa dipenuhi dengan
mengonsumsi satu butir telur setiap hari pada anak usia 6-23 bulan. Sementara untuk anak
usia 12-23 bulan bisa diberikan satu kotak susu UHT setiap harinya.

Kenapa harus protein hewani? Fikawati menjelaskan, protein hewani memiliki zat gizi makro
dan mikro, selanjutnya potein hewani juga mengandung zat gizi yang sulit ditemui di pangan
nabati, serta zat mikro yang dikandung juga lebih mudah diserap oleh tubuh.

"Mutu protein juga bernilai tinggi dengan asam amino esensial lengkap ketimbang protein
nabati dan kandungan anti-nutrient yang rendah," tambah Fikawati.

Selain itu, protein hewani pun mengandung insulin-like growth factor-1 (IGF-1) yang dapat
meningkatkan tinggi badan. Temuan terbaru, katanya, protein hewani juga menurunkan risiko
obesitas.

Lebih lanjut Fikawati menerangkan bahwa tubuh membutuhkan sebanyak 20 jenis asam
amino, dimana 9 di antaranya adalah asam amino esensial yang harus didapatkan dari
makanan. Fikawati bilang, protein hewani memiliki asam amino esensial yang lebih banyak
dibandingkan dengan protein nabati.
Hanya saja, Fikawati mengungkapkan konsumsi susu dan makanan sumber hewani lainnya di
negara berkembang masih sangat terbatas. Ia menuturkan, ada penelitian yang menyebutkan
bahwa sebagian besar atau 87% anak-anak Indonesia usia 6-59 bulan mengonsumsi hanya
biji-bijian, seperti nasi dan roti. Sedangkan, konsumsi telur, kacang-kacangan, dan sumber
hewani masih rendah

Direktur Corporate Affairs PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) Rachmat Indrajaya juga
menyampaikan hal senada. Rachmat menyatakan, saat ini tingkat konsumsi protein hewani
per kapita Indonesia masih rendah dibanding negara-negara di Asia Tenggara lainnya. Kata
Rachmat, kasus stunting tak hanya ditemukan di daerah-daerah kecil, tapi juga ditemukan di
perkotaan. Sehingga, Rachmat menyarankan calon ibu agar lebih memperhatikan lagi asupan
hewani. Sebagai perusahaan penyedia protein hewani, Rachmat menambahkan, Japfa
Comfeed Indonesia terus berusaha untuk memberikan kualitas produk protein hewani yang
apik dan harga yang terjangkau untuk masyarakat. Pihaknya juga terus mendukung program
pemerintah untuk menekan kasus stunting Indonesia. Manajemen JPFA juga konsisten dalam
menjalankan program edukatif dan perubahan perilaku hidup bersih dan sehat, termasuk
menjaga keseimbangan gizi, demi terwujudnya generasi Indonesia unggul

Editor: Handoyo . | Reporter: Ika Puspitasari

Anda mungkin juga menyukai