Anda di halaman 1dari 24

ACARA 3

LAPORAN PRAKTIKUM OSEANOGRAFI FISIKA


SEBARAN TEMPERATUR WILAYAH PERAIRAN
GILI GEDE SEKOTONG LOMBOK BARAT

OLEH :
RAHMAH FITRIANI
C1N021085
2

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN


JURUSAN PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
2023

i
HALAMAN PENGESAHAN

Laporan ini telah selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mengikuti
praktikum selanjutnya. Laporan ini disusun oleh :

Nama : Rahmah Fitriani


Nim : C1N021085
Kelompok :2

Mataram, 15 Juni 2023

Mengetahui :

Asisten Praktikum I Asisten Praktikum II Asisten Praktikum III

Ahmad Izul Rifqi Ansori Thomson Raja Teguh Rahman Jayawangsa


NIM. C1N019003 NIM. C1N020034 NIM. C1N020029

Praktikan

Ramah Fitriani
NIM. C1N021085

i
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN .................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang.......................................................................................... 1
1.2. Tujuan Praktikum ..................................................................................... 2
1.3. Manfaat Praktikum ................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 3
2.1. Penginderaan Jauh .................................................................................... 3
2..1.1. Resolusi Spasial Pengideran Jauh .…………………………………..3
2.2. Suhu Permukaan Laut............................................................................... 3
2.3. Pengaruh Suhu Permukaan Laut Terhadap Kualitas ................................ 4
2.4. Karakteristik Daerah yang Dipetakan ...................................................... 4
BAB III METODOLOGI ..................................................................................... 5
3.1. Waktu dan Tempat .................................................................................... 5
3.2. Data dan Peralatan .................................................................................... 5
3.2.1. Data ................................................................................................... 5
3.2.2. Peralatan ............................................................................................ 5
3.3. Metode Pengerjaan ................................................................................... 5
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................... 7
4.1. Hasil.......................................................................................................... 9
4.2. Pembahasan .............................................................................................. 9
BAB V PENUTUP ................................................................................................ 11
5.1. Kesimpulan ..............................................................................................11
5.2. Saran ........................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 12

ii
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia sudah dikenal sebagai negara kepulauan, yang memiliki laut yang
lebih luas dari pada daratannya. dengan luas laut dengan daratnya sekitar 70
berbanding dengan 30. dengan laut yang luas menjadikan indonesia salah satu
negara dengan garis pantai terpanjang. Indonesia menempati urutan kedua setelah
Kanada sebagai negara yang memiliki garis pantai trepanjang di dunia. dan laut
menjadi salah satu faktor yang sangat dominan dalam menentukan kemajuan
perekonomian bangsa. laut indonesia juga menyimpan kekayaan alam yang dapat
dimanfaatkan dan memiliki peran besar dalam kesejahteraan, sosial ekonomi dan
krmajuan di bidang IPTEK. Di Indonesia sendiri keberadaan laut menjadi sangat
familiar di tengah-tengah masyarakat, laut sebagai sumber pangan yang kaya akan
protein hewani dan juga sebagai sumber pendapatan bagi nelayan yang berasal dari
bidang perikanan hal tersebut berpotensi sangat besar untuk negara indonesia dalam
peningkatan ekonomi negara (Rustiyan & Mustakim, 2017).

Parameter oseanografi menjadi salah satu sarana untuk mempelajari berbagai


fenomena dilautan. Beberapa parameter oseanografi yang penting, diantaranya
suhu, salinitas, arus, pasang surutdan gelombang. Ada beberapa factor yang
menjadi pembangkit beberapa parameter oseanografi tersebut, diantaranya adalah
angin. Pola interaksi atmosfer diduga berpengaruh terhadap dinamika dipermukaan
laut (Siswanto et al. 2014). Salinitas dan pasang surut air laut merupakan parameter
oseanografi yang dapat mempengaruhi keberlangsungan hidup biota di suatu
perairan. Salinitas adalah kandungan kadar garam dalam suatu perairan dan
besarannya dinyatakan dalam per mil (Effendi, 2003; Prayogo et al. 2021). Pasang
surut merupakan suatu fenomena alam dengan proses naik turunnya paras laut (sea
level) secara berkala yang ditimbulkan oleh adanya gaya tarik dari benda-benda
langit terutama bulan dan matahari terhadap massa air di bumi. Air laut di
permukaan bergerak sangat dinamis sehingga di setiap daerah akan memiliki
karakteristik pasang surut laut yang berbeda (Widyantoro, 2014). Parameter
tersebut penting untuk diketahui karena laut merupakan salah satu penghubung
wilayah terluar Indonesia. Hal tersebut juga didukung oleh Hidayah et al. (2018)

1
yang menyatakan bahwa banyak industri didirikan di lingkungan pesisir karena
aspek transportasinya.

1.2. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui sebaran klorofil-a
yang ada diperairan Sekotong serta perbedaan klorofil
1.3. Manfaat Praktikum
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui langkah-langkah membuat peta temperature
2. Mengetahui data yang digunakan dalam pembuatan peta
3. Mengetahui softaware yang digunakan dalam pembuatan peta

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penginderaan Jauh


Penginderaan jauh atau lebih dikenal dengan inderaja adalah pengukuran atau
akuisisi data dari sebuah objek atau fenomena oleh sebuah alat yang tidak secara
fisik melakukan kontak dengan objek tersebut atau pengukuran atau akuisisi data
dari sebuah objek atau fenomena oleh sebuah alat dari jarak jauh, (misalnya dari
pesawat, pesawat luar angkasa, satelit, kapal atau alat lain (Muhsoni. 2015).
Penginderaan jauh dan sistem informasi geografis (SIG) tidak dapat dipisahkan dan
dapat memberikan informasi mengenai suatu objek, yang nantinya diolah,
dianalisis, diinterpretasikan, dan disajikan dalam bentuk informasi spasial maupun
peta tematik (Shalihati, 2014).
2.1.1. Resolusi Spasial Pengideran Jauh
Resolusi spasial merupakan salah satu resolusi yang sering disebut dan
memiliki peran penting di dalam penyajjian data perekaman penginderan jauh.
Yang dimaksud dengan resolusi spasial yakni ukuran terkecil suatu obyek yang
masih dapat dideteksi oleh suatu sistem penginderaan jauh. Menurut pendapat
Oktaviani (2016) menyatakan bahwa Resolusi spasial merupakan kemampuan
untuk menampakkan dua objek yang berdekatan secara terpisah. Dapat disebut
juga daya memecah detail suatu objek. Resolusi spasial dipengaruhi oleh pixel
citra tersebut. Semakin banyak pixel dan ukuran pixel yang kecil memberikan
detail yang lebih baik, karena setiap pixel akan mewakili informasi suatu citra.
Semakin besar matrix pixel maka akan memberikan resolusi spasial yang lebih
baik. Resolusi spasial ini dapat mengalami buram karena adanya beberapa
faktor, yaitu ukuran fokus tabung tidak sesuai, difusi cahaya pada reseptor,
bukaan diafragma, dan pergerakan objek yang diamati (Setyawan et al. 2014)
2.2. Suhu Permukaan Laut
Suhu permukaan laut merupakan salah satu dari sepuluh variabel iklim
esensial permukaan laut. Suhu permukaan laut telah mengalami variasi perubahan
dari waktu ke waktu, perubahan tersebut dapat terjadi secara harian, musiman
ataupun tahunan sesuai dengan kondisi alam yang mempengaruhinya (Bousidi.
2019). Secara umum dapat dilihat bahwa anomali suhu permukaan laut (SPL) di

3
wilayah Indonesia terbagi menjadi anomali positif dan anomali negatif yang
terpisah di belahan bumi bagian selatan dan belahan bumi bagian utara. Pada musim
hujan maupun musim kering nampak terjadi perbedaan anomali SPL yang sangat
signifikan antara wilayah bagian utara dengan wilayah bagian selatan (Syaifullah,
2015). suhu permukaan laut merupakan salah satu dari sepuluh variabel iklim
esensial permukaan laut. Suhu permukaan laut telah mengalami variasi perubahan
dari waktu ke waktu, perubahan tersebut dapat terjadi secara harian, musiman
ataupun tahunan sesuai dengan kondisi alam yang mempengaruhinya (Boussidi,
2019).
2.3. Pengaruh Suhu Permukaan Laut Terhadap Kualitas
Suhu permukaan laut dapat memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kualitas air. Pengaruh suhu permukaan laut terhadap kualitas air dapat dapat
mengganggu keseimbangan ekosistem perairan. Organisme laut seperti ikan,
plankton, dan karang memiliki rentang suhu yang optimal untuk bertahan hidup.
Peningkatan suhu permukaan laut dapat memperkuat siklus penguapan dan
membentuk awan yang lebih besar. Hal ini dapat menghasilkan curah hujan yang
lebih tinggi di daerah tertentu dan menyebabkan perubahan pola aliran air dan
nutrisi ke ekosistem perairan (Ramdhani, et.al., 2021). Intensitas cahaya yang
cukup akan meningkatkan suhu permukaan laut dan membuat fitoplankton dapat
melakukan fotosintesis (Triadi et al. 2015).
2.4. Karakteristik Daerah yang Dipetakan
Kecamatan Sekotong merupakan salah satu dari sepuluh Kecamatan yang ada
di Kabupaten Lombok Barat. Kecamatan ini berbatasan langsung dengan
Kecamatan Lembar di sebelah Utara, Kabupaten Lombok Tengah di sebelah Timur,
lautan Indonesia di sebelah Selatan serta Selat Lombok di sebelah Barat. Letak
geografis dan kondisi cuaca di Kecamatan ini dapat dijelaskan pada tabel-tabel
berikut. Meliputi luas wilayah, perbatasan, jarak antara desa-desanya , dan
sebagainya menyangkut kondisi geografis di Kecamatan Sekotongs elama Tahun
2016 (Dreste. 2016). Kecamatan Sekotong memiliki luas terbesar di Kab. Lombok
Barat dengan luas 330,45 atau setara dengan 50,2% luas Kabupaten Lombok Barat
yang secara administratif, Kecamatan Sekotong memiliki 9 Desa yang seluruhnya
memiliki sumberdaya bahari dengan jumlah penduduk sekitar 61.447 jiwa (Dreste.

4
2018). Kecamatan Sekotong memiliki potensi wisata yang sangat melimpah,
dengan adanya lebih dari 90 pulau-pulau kecil, pasitinya akan menyediakan begitu
banyak obyek wisata bagi para pengunjung. Variasi obyek wisata dapat
memberikan kenyamanan berwisata kepada pengunjung karena pengunjung
menyediakan pilihan yang sangat beragam yang tidak membosankan dan dapat
memuaskan hasrat wisata pengunjung (Dreste. 2018).

5
III. METODOLOGI

3.1. Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilakukan tanggal 7 Juni 2023 pukul 15.00 - selesai di Gedung
H Perairan dan Ilmu kelautan pada ruangan 3.7, Program Studi Ilmu Kelautan,
Universitas Mataram. Gambar 1. menunjukan lokasi Penlitian
3.2. Data dan Peralatan
3.2.1. Data
Adapun data yang digunakan sebagai berikut:
Tabel 1. Data

No. Data Fungsi


1 Batnas Demnas Data batimeteri yang akan diolah
2 SHP Indonesia Peta Indonesia sebagai penunjuk
3 Geospatial Portal kawasan yang ingin dibuat
petanya
4 Nasa Ocean Color Tempat mengambil data
5 Copernicus Marine Tempat mengambil data
3.2.2. Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan sebagai berikut:
Tabel 2. Peralatan
No. Peralatan Fungsi
1 Laptop Peralatan yang digunakan untuk
membuat peta
2 Software Software yang mengolah data dari
ArcGIS 10.8 BATNAS dan SHP menjadi peta yang
memuat informasi kedalaman perairan
3 Software Excel Software yang mengolah data dari
BATNAS menjadi data-data titik
kedalaman perairan yang nantinya
akan dimasukkan ke ArcGIS
4 Software SAS Software yang menentukan titik lokasi
Planet pengambilan data daerah yang
diinginkan
5 Aplikasi ODV Perangkat lunak untuk membuat peta
3.3. Metode pengerjaan
Adapun metode yang digunakan dalam pembuatan peta temperatur
adalah sebagai berikut :

6
• Downdload data terlebih dahulu di NASA Ocean Color atau Copernicus
Marine
• Simpan data dalam file kosong dan beri nama file supaya mudah ditemukan
• Masuk ke aplikasi ODV, lalu pilih menu file klik new lalu pilih file tempat
menyimpan data yang sudah di download lalu klik save
• Setelah klik save ada tampilan baru dan pilih user specifies variables manually
klik ”ok” setelah itu pilih station, latitude, dan longtitude lalu klik ”ok”
• Setelah itu pilih salinity lalu edit pada bagian units ubah PSS-78 menjadi PSJ
lalu pilih ok, setelah itu blok Salinity, temperature dan depth dan pilih ok.
Setelah pilih oke muncul laman selanjutnya pada Data Type ubah profiles
menjadi general Type lalu ok.
• Setelah itu pilih menu file lagi, lalu pilih open, lalu buka data yang sudah di
download di ocean color atau Copernicus lalu klik open dan pilih next tiga kali
berturut turut sampai ketemu gambar pulau, lalu klik zoom into map terus pilih
lokasi yang di inginkan lalu di enter atau klik 2 kali di dalam lokasi yang di
inginkan,pilih zoom into map sampai lokasi yang di inginkan bener-bener
ketemu setelah itu pilih finish.
• Setelah muncul tampilan data yang sudah didapatkan, selanjutnya pilih menu
view lalu pilih layout templates setelah itu pilih 1 SURFACE Window F12
maka akan muncul tampilan peta yang lebih besar
• Selanjutnya klik pada peta berukuran kecil, pilih properties, maka akan
muncul tampilan Map Properties, lalu pilih layers selanjutnya centang Ocean
bathymetry, coastlines, line topography, dan lakes and rivers setelah itu klik
ok.
• Selanjutnya klik pada peta yang besar lalu pilih properties, selanjutnya pilih
Data dan bagian Z-axis pilih sst4, lalu pilih menu display setting pada pilihan
Gridded field ganti menjadi Diva Gridding setelah itu klik ok.
• Selanjutnya simpan peta dengan menekan CTRL + S dan ubah bentuk file
menjadi jpg supaya tersimpan menjadi foto

7
3.4. Analisis Data
Adapun analisis data dari praktikum ini sebagai berikut:
1. Data didapatkan dari data Nasa Ocean Color.
2. Kemudian data tersebut diolah menggunakan Arcgis 10.8 untuk mendapatkan
data mentah kedalaman.
3. Data mentah tersebut diolah kembali dengan Arcgis 10.8 dengan aplikasi
bantuan berupa SeaDAS, exsel untuk melakukan coreksi.
4. Kemudian masukkan dalam google earth pro agar dapat diketahui persebaran
klorofil-a pada suatu perairan.
Menurut pendapat Mujib et al (2015) mengatakan bahwa analisi data
klorofil-a menggunakan software SeaDAS yang dimana akan membuat pola
penyebaran klorofil-a pada perairan menggunakan alat batu Arcgis 10.8.
kemudian analilis tada menggunakan SeaDAS untuk memproject data menjadi
format geotif agar dapat diolah menggunakan Arcgis. Hasil yang muncul berupa
file berisi nilai klorofil-a dan akan muncul berbentuk peta.

8
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

Gambar 1. Peta Temperature


4.2. Pembahasan
4.2.1 Sebaran Suhu Permukaan Laut
Dapat kita lihat pada Gambar 1. Bahwa suhu permukaan laut yang ada
pada perairan Sekotong yaitu memiliki suhu normal 28 berada pada warna
kuning keorenan. Hal ini sejalan dengan Patty (2013), menyatakan bahwa secara
umum suhu air laut berkisar 28,2- 32,5o C dengan rata-rata 29,2-0,086oC.
Sebaran suhu air laut disuatu perairan dipengaruhi oleh banyak faktor antara
lain radiasi sinar matahari, letak geografis perairan, sirkulasi arus, kedalaman
laut, angin dan musim. Selain itu, faktor utama distribusi SPL adalah intensitas
cahaya matahari dan juga dipengaruhi oleh pergerakan arus, kecepatan angin, dan
kadar salinitas di suatu tempat (Alfajri et al. 2017). Triadi, (2015) berdasarkan
topografinya, perairan Lombok Barat cenderung dipengaruhi oleh massa air dari
laut pasifik menuju samudera hindia melalui selat lombok yang membawa
massa air yang bersuhu hangat.

4.2.2 Pengaruh SPL Pada Pemantauan Kualitas Perairan


Peningkatan Metabolisme dimana Suhu yang lebih tinggi dapat
meningkatkan tingkat metabolisme organisme laut. Ini dapat menyebabkan
peningkatan laju pertumbuhan, reproduksi, dan aktivitas metabolisme pada
banyak spesies, seperti ikan dan invertebrata, Perubahan Distribusi Spesies
dimana Organisme laut memiliki preferensi suhu tertentu di mana mereka

9
berkembang dan berkembang dengan baik. Peningkatan suhu air dapat
menyebabkan 11 pergeseran distribusi spesies. Beberapa spesies mungkin
bermigrasi ke perairan yang lebih dingin, sementara yang lain dapat mengalami
ekspansi ke wilayah yang sebelumnya tidak dapat dihuni karena suhu yang terlalu
rendah, adapun Pemutihan Karang Suhu air yang lebih tinggi dapat menyebabkan
pemutihan karang. Karang yang hidup dalam simbiosis dengan alga dapat
mengalami stres termal ketika suhu air meningkat. Sebagai respons terhadap stres,
karang melepaskan alga tersebut, yang mengakibatkan pemutihan dan kerusakan
karang yang luas. Selain itu Penurunan Ketersediaan Oksigen dimana Suhu yang
lebih tinggi dapat mengurangi ketersediaan oksigen di perairan. Air hangat
mampu menyimpan lebih sedikit oksigen daripada air yang lebih dingin. Ini dapat
menyebabkan penurunan ketersediaan oksigen bagi organisme laut, terutama bagi
spesies yang membutuhkan oksigen yang tinggi, seperti ikan dan krustasea
(Ramadani, 2022)
4.2.3 Biota Yang Hidup Berdasarkan SPL
Biota yang terdapat pada suatu perairan dapat dipengaruhi oleh konsentrasi
klorofil yang ada pada suatu perairan. Menurut Hatta (2022) menyatakan apabila
semakin rendah sebaran klorofil yang ada diperairan tersebut maka semakin
rendah pula keberadaan fitoplankton yang ada di perairan tersebut. Ukuran
fitoplankton pada suatu perairan tertentu, juga dapat digunakan sebagai petunjuk
produktivitas perairan (Saing, 2018). Adnan (2010) melaporkan terdapat
hubungan antara konsentrasi ikan tongkol dan konsentrasi klorofil-a di perairan
Kalimantan Timur.

10
V. PENUTUP

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum tentang peta temperatur di perairan Lembar,
Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat dapat diketahui besar suhu yang
ada diperairan lembar sebesar 28OC pada daerah pesisir dan 27,5 pada daerah lautan
dimana perbedaan suhu permukaan laut yang ada dilembar dipengaruhi oleh adanya
pergerakan arus dan kedalaman. Dalam ukuran suhu ini termasuk suhu normal
untuk biota laut.
5.2. Saran
Praktikan diharapkan memerhatikan penjelasan asisten saat menjelaskan
tentang penyusunan peta dan laporan agar tidak terjadi kesalahan saat menyusun
laporan.

11
DAFTAR PUSTAKA

Alfajri, A., Mubarak, M., & Mulyadi, A. (2017). Analisis spasial dan temporal
sebaran suhu permukaan laut di perairan Sumatera Barat. Dinamika
Lingkungan Indonesia, 4(1), 65-74. DOI:
http://dx.doi.org/10.31258/dli.4.1.p.65-74
Boussidi, B. (2019). Determining The AMSR-E SST Footprint From Co-Located MODIS Ssts.
Remote Sensing, 11(6), 1–21. DOI: https://doi.org/10.3390/RS11060715

Boussidi. (2019). Determining The Amsr-E Sst Footprint From Co-Located Modis
Ssts. Remote Sensing, 11(6), 1–21. Doi:
https://doi.Org/10.3390/Rs11060715.

Dreste, I., K. (2018). Kecamatan Sekotong Dalam Angka Sekotong Subdistrict in


Figures. Mataram: sekotong.

Dreste, I., K. (2019). Kecamatan Sekotong Dalam Angka Sekotong Subdistrict in


Figures. Mataram: sekotong
Hatta, M., Nur, A. U & Agustin, R., (2022). Perbandingan Klorofil-A Dan
Kelimpahan Plankton Di Perairan Pantai Kabupaten Pinrang, Provins
Sulawesi Selatan. Jurnal Kelautan Nasional. 17(1), 37-46. DOI:
http://dx.doi.org/10.15578/jkn.v17i1.10914
Muhsoni, F. F. (2015). Pengideraan Jauh. Bangkalan-Madura.

Mujib, A. S., Damar, A., & Wardiatno, Y. (2015). Distribusi Spasial Dinoflagellata
Planton di Perairan Makkasar, Sulawesi Selatan. Jurnal Ilmu dan Teknologi
Keiautan Tropis, 7(2), 479-492
Oktaviani, A., &Yarjohan. (2016). Perbandian Resolusi Spasial, Temporal Dan
Radiometric Serta Kendalanya. Jurnal Enggano, 1(2), 74-79.
Patty, S. I. (2013). Distribusi Suhu Dan Oksigen Terlarut Diperairan Kema,
Sulawesi Utara. Jurnal Ilmiah, 1(3), 148-157.
Ramadani, A., Mario, P. S., & Try, F. (2022). Karakteristik Spasial Suhu Permukaan
Laut Perairan Kota Tanjungpinang Pada Empat Musim Berbeda. Jurnal
Kelautan, 15(1), 39-59. DOI: http://doi.org/10.21107/jk.v15i1.10832
Saing, A. A. A., Heron, S., & Hartoni. (2018). Identifikasi Daerah Penangkapan
Ikan Pelagis Berdasarkan Suhu Permukaan Laut Dan Konsentrasi Klorofil
– A Menggunakan Citra Modis Di Perairan Bangka Bagian Barat. Maspari
Journal. 10(1), 1-8. DOI: https://doi.org/10.56064/maspari.v10i1.5778
Setyawan, H. T., & Suryono, S. (2014). Uji Resolusi Spasial pada Perangkat Lunak
Computed Radiography Menggunakan Pengolahan Citra Digital. Jurnal
Fisika, 3(4), 311-316. Retrieved from. DOI:
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/bfd/article/view/7070

12
Shalihati, S. F. (2014). Pemanfaatan Penginderaan Jauh Dan Sistem Informasi
Geografi Dalam Pembangunan Sektor Kelautan Serta Pengembangan
Sistem Pertahanan Negara Maritim. Geo Edukasi, 3(2). 115-126. DOI:
http://jurnalnasional.ump.ac.id/index.php/GeoEdukasi/article/view/573
Syaifullah, M. D. (2015). Suhu Permukaan Iar Laut Perairan Indonesia Dan
Hubungannya Dengan Pemanasan Gelobal. Jurnal Segara, 11(1), 37-47.
Triadi, R., Muhammad, Z., & Muh, Y. (2015). Pola Distribusi Kandungan KlorofilA
Dan Suhu Permukaan Laut Di Perairan Lombok Barat, Nusa Tenggara
Barat. Jurnal Oseanografi. 4(1), 233-241.
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/joce.
Triadi, R., Zainuri, M., & Yusuf, M. (2015). Pola Distribusi Kandungan Klorofil-a
Dan Suhu Permukaan Laut Di Perairan Lombok Barat, Nusa Tenggara
Barat. Journal Oseanografi, 4(1), 233-241. DOI:
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/joce/article/view/7687

13
14
15
16
17
18
19
20
21

Anda mungkin juga menyukai