John Brandon
Saat itu masih terlalu dini untuk menyantap supper tapi juga terlalu
terlambat untuk menikmati lunch. Namun, waktu ini pas untuk kami para
delegasi YSEALI untuk dapat berbincang-bincang hangat dalam waktu yang
cukup lama tentang issue seputar Asia, khususnya Asia Tenggara bersama
representatif dari Asian Foundation, John Brandon. Beliau duduk di seberangku,
diapit oleh Zwin dan Novi. Di sebelahku, seperti biasa, ada twinny-ku
Souphavady yang sudah siap memberikan kuliah umum tentang Thai cuisine
untukku. Gadis Laos ini begitu paham dengan masakan Thailand karena kuliner
Laos memang banyak mempengaruhi masakan di bagian utara dan selatan
Thailand. Belum apa-apa, aku sudah diperkenalkan dengan berbagai appetizer,
main course, dan desert dalam masakan Negeri Gajah Putih ini. Akhirnya, aku jadi
bingung harus memesan apa karena terlalu banyaknya menu makanan yang
tersedia.
Mr. John terlihat santai saja dengan menu-menu yang membuat kami para
South East Asians bersemangat untuk makan selahap-lahapnya. Mungkin dia
memang pencinta Pizza sejati, jadi masakan Asia seperti ini tidak begitu menarik
baginya. Anyway, dia mengatakan Thai tea tidak pernah mengecewakan aroma
dan kegurihannya. Kami langsung mengiyakan ditambah semangat anggukan
kepala. Mr. John lalu membuka pembicaraannya dengan memberikan perspektif
pribadinya terhadap Islam dan muslim khususnya di Asia dan Amerika. Saat
terjadinya pemboman World Trade Center di DC yang dikenal dengan peristiwa
9/11 tersebut, ia sedang tidak bersama putrinya. Gadis itu tengah berada di
sekolah, lalu diselamatkan oleh tetangganya yang merupakan seorang muslim.
Tetangganya tersebut memperlakukan anaknya seperti mengasuh anak
kandungnya sendiri. Terkadang jika ia dan istrinya sibuk dengan urusan kantor,
putrinya bermain, mengerjakan PR, dan makan bersama putri temannya
tersebut.
Asian Foundation, yayasan di mana beliau bekerja, saat ini tengah berusaha
memperbaiki paradigma masyarakat Amerika dan dunia terhadap masyarakat
Islam. Muslim distereotipekan dengan radikalisme, ektremisme, dan perilaku
kekerasan. Untuk meredam—selanjutnya menghapus— stereotip tersebut, AF
menjalankan program Counter Violent Extremism (CVE). CVE adalah program
yang bertujuan untuk men-tackle radikalisme di Asia melalui analisis kasus
ekstrimisme, edukasi dan bimbingan praktik politik, serta monitoring dan
evaluasi program. Indonesia dan Afganistan merupakan negara dengan kasus
radikalisme tertinggi di antara negara-negara Asia lainnya.
Misi CVE ini merupakan salah satu dari misi-misi penting AF di samping
meningkatkan taraf keadilan hukum dan terbentuknya masyarakat yang madani
(baca selengkapnya di
https://asiafoundation.org/resources/pdfs/ourmission.pdf). Tentu saja misi-
misi ini bertujuan untuk memperlihatkan power Amerika di Asia yang aku tidak
akan bahas secara mendalam karena memang bukan bidang keilmuanku.
Namun, yang ingin kubagikan di tulisan ini adalah bagaimana Bapak yang
berambut pirang, berhidung mancung, dan bermata biru ini melihat
permasalahan-permasalahan masyarakat Asia dan bagaimana yayasannya
menawarkan solusi terhadap masalah tersebut.
*****
*****
Mr. John berpindah dari meja kami ke meja sebelah yang ditempati oleh
teman-temanku dari Filipina, Thailand, dan Vietnam. Pembicaraan mereka
pastilah berkenaan dengan masalah-masalah yang terjadi di negera teman-
temanku tersebut dan bagaimana Asian Foundation meresponnya. Selama
diskusi, Mr. John selalu menyimak kami dengan takzim, khas pemimpin yayasan
social yang say sering baca di website (cie, yang suka ngunjungin website. Ah,
sesekali banget kok. Nambahin angka visitors web-nya). Aku suka kesemsem
sama pemimpin yang wearing their listening ears terhadap orang yang
dipimpinnya. Bukankah Rasulullah SAW menjadi yang tak terkalahkan karena
kemampuannya mendengarkan orang-orang yang dipimpinnya? Ah, Rasulullah,
engkau begitu karismatik dan menempati hati setiap orang. Semoga kita bertemu
nanti di keabadian yang indah, ya!
Maaf aku ngelantur ke mana-mana. Okay, let’s get the focus back. Mr. John
bersama timnya juga mengentaskan masalah-masalah lain seperti menghapus
kekuatan hukum yang sewenang-wenang di Bangladesh dengan memberi
pelatihan kepada tenaga kepolisian dan pakar hukum, membentuk sistem
kesehatan, hukum, dan edukasi bagi para imigran di Delta Sungai Mutiara Cina;
meningkatkan kualitas air, mengurasi emisi gas kendaraan bermotor, dan
mempromosikan wisata ramah lingkungan di Vietnam; serta memberikan
edukasi politik untuk menjamin terlaksananya pemilihan umum yang fair di
Afganistan. Kesemua program tersebut telah merubah wajah Asia di mata dunia
menjadi lebih ‘moderen’ dan madani. The American dreams are shared and
realized through the work of those involved in the programs. The dreams have
moved the think tanks, the peddlers, the farmers, the housewives, the homeless, and
every bit of the populations to run extra miles. Soon enough those dreamers will
turn over the pages of the book they have written together, and smiling ears to ears
witnessing their checked wish lists.
******