Anda di halaman 1dari 2

Pengantar Logika

Andika Riza Maulana - 202210415173

Jawaban:

1. Secara etimologis, istilah “logika” berasal dari bahasa Yunani yaitu Logos yang
kemudian membentuk kata Logikos dimana artinya adalah suatu pertimbangan akal
(pikiran) yang diungkapkan dengan kata-kata atau bahasa. Logika adalah salah satu
cabang filsafat yang mempelajari tentang kecakapan berpikir secara teratur, lurus, dan
tepat. Aristoteles dan para pengikutnya memandang logika tidak dapat dikategorikan
sebagai satu ilmu diantara ilmu-ilmu lainnya. Menurut Aristoteles, “logika” yaitu alat
untuk mempraktikan ilmu pengetahuan. Hampir semua hal membutuhkan logika berpikir.
Dengan bekal logika, ilmu pengetahuan dapat berkembang sampai bercabang-cabang.
Sehingga dapat disimpulkan pengertian logis adalah sesuatu yang bisa diterima oleh akal
yang sesuai dengan logika atau benar menurut penalaran.

Lalu mengapa manusia membutuhkan cara berfikir yang logis?

Pertama, logika menyatakan, menjelaskan, dan menggunakan prinsip abstrak yang dapat
dipakai dalam semua lapangan ilmu pengetahuan. Kedua, logika menambah daya
berpikir, abstrak, dan demikian melatih dan mengembangkan daya pemikiran dan
menimbulkan disiplin intelektual. Ketiga, logika mencegah manusia tersedat oleh segala
sesuatu yang diperoleh berdasarkan otoritas, emosi, dan prasangka. Keempat, logika di
masa sekarang dikenal “era of reasons” membantu kita untuk berpikir sendiri dan tahu
membedakan yang benar dari yang salah. Kelima, logika membantu orang untuk dapat
berpikir lurus, tepat, dan teratur, karena dengan berpikir demikian ia dapat memperoleh
kebenaran dan menghindari kesesatan.

Dengan demikian, atas dasar realitas itulah di perlukan suatu logika dalam kehidupan
manusia, agar kita mengetahui kapan saatnya berpikir logis, kapan saatnya kita berpikir
tidak logis, setiap tempat dan waktu ada logikanya, setiap logika ada waktu dan
tempatnya. Jika kita memahami hakikat dua konsep ini dengan baik, maka kita dapat
menempatkan diri dalam segala keadaan secara proporsional di tengah manusia yang
bervariasi tingkat logika dan pemikirannya.

2. Tidak dimilikinya keterampilan berpikir logis itu terjadi pada semua kelompok
masyarakat, tidak mengenal pendidikan, kemampuan ekonomi, ataupun jabatan. Hal
tersebut disebabkan oleh putusan pemikiran atas berbagai hal diambil berdasarkan emosi,
bukan pikiran rasional. Orang yang tidak berfikir logis lebih memegang pemikiran
berdasarkan perasaan atau ego. Demi mengejar kenyamanan sesaat, banyak orang
mengabaikan keselamatan diri dan orang lain. Banyak orang tidak memikirkan akibat
dari tindakannya.

Ketidakmampuan berpikir logis membuat seseorang tidak bisa berargumentasi dan


mengungkapkan pemikiran secara terstruktur. Kondisi itu juga menyebabkan banyak
seseorang tersebut sulit diajak berdiskusi, selalu menganggap dirinya paling benar dan
tidak bisa menghargai pemikiran orang lain. Diabaikannya rasionalitas juga ditunjukkan
oleh banyaknya orang tertipu investasi yang menawarkan keuntungan berlebihan,
terpilihnya anggota legislatif atau kepala daerah karena penampilan fisik.

Menurut Ichsan Setya Putra (2013), kemampuan berpikir logis merupakan bekal hidup
utama manusia agar mampu memberdayakan segala kemampuan yang dimiliki serta
menyelesaikan masalah yang dihadapi untuk maju. Sejarah membuktikan bangsa yang
maju adalah bangsa yang memiliki kemampuan berpikir logis (Gardner, 2007). Menurut
Alexander A Iskandar (2013), cara agar masyarakat meningkatkan rasionalitasnya ialah
peningkatan kualitas guru, karena guru memegang peranan kunci untuk memperbaiki
kemampuan bernalar masyarakat. Di saat informasi datang dari berbagai sumber seperti
sekarang, guru tak lagi bisa dijadikan sebagai pemegang kebenaran tunggal. Karena itu,
pendidikan berkelanjutan mutlak diperlukan guru. Bukan hanya soal pedagogi, melainkan
yang lebih penting adalah penguasaan guru atas materi yang diajarkan.

Anda mungkin juga menyukai