Epistemologi berasal dari kata Yunani, episteme dan logos. Episteme biasa diartikan
pengetahuan atau kebenaran, dan logos diartikan pikiran, kata, atau teori. Epistemologi secara
etimologi dapat diartikan teori pengetahuan yang dalam bahasa Inggrisnya menjadi theory of
knowledge.
Epistemologi merupakan bagian dari filsafat ilmu yang mempelajari dan menetapkan
kodrat atau skop suatu jenis ilmu pengetahuan serta dasar pembentukannya. Di samping itu,
menjelaskan pertanggungjawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul akibat ilmu
pengetahuan itu sendiri. Memang persoalan kodrat ini banyak argumentasi atau pandangan yang
berbeda-beda. Sebagian orang menganggap halitu kodrat, tetapi sebagian orang juga mengatakan
bukan, dan sebagian mempertentangkan antara kodrat dengan kebiasaan. Akan tetapi, jika
memperhatikan pandangan filosofi pelopor logika, Aristoteles mengatakan bahwa kebiasaan,
keingintahuan, dan semacamnya adalah bagian dari kodrat manusia.
Ilmu pengetahuan di bidang administrasi adalah suatu pernyataan terhadap materi atau
konten, bentuk atau form, serta objek formal dan materiilnya. Secara epistemologi, ilmu
administrasi cenderung untuk membatasi diri pada hal-hal tentang persepsi dan pemahaman
intelektual seseorang. Pengetahuan ilmu administrasi dapat membawa manusia kepada peristiwa
kesadaran dari dari seluruh pemaknaan yang dikandung ilmu administrasi itu sendiri.
Sasaran utama materi atau content epistemologi scbenarnya dapat dikatakan berorientasi
pada pertanyaan bagaimana sesuatu itu datang, bagaimana untuk mengetahuinya, dan bagaimana
membedakan antara yang satu dengan yang lainnya. Untuk dapat menjawab pertanyaan-
pertanyaan tersebut terlebih dahulu harus:
1. Memiliki pengetahuan, seseorang yang memiliki pengetahuan dan keterampilan
terhadap sesuatu akan dengan mudah menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan
kepadanya.
2. Memiliki pemahaman, sangat mengharapkan kemampuan berpikir atau menalar suatu
objek yang dipertanyakan, seperti mampu menjelaskan pengetahuan yang diketahui
dengan menjelaskan, membedakan, menyimpulkan, merangkum, memperkirakan, dan
lain sebagainya.
3. Kesanggupan menerapkan atau memanfaatkan kepemilikan keterampilan dan
kemampuan bekerja akan dapat menyelesaikan atau menjawab bentuk pertanyaan yang
diajukan kepadanya.
4. Kemampuan menganalisis, kegiatan menganalisis terhadap sesuatu objek atau
permasalahan, seperti memisahkan komponen-komponen, menjabarkan yang lebih
detail, menghubungkan antara yang satu dengan yang lainnya, dan lain sebagainya.
5. 5 Kemampuan mensintesis, kemampuan untuk mengkombinasikan berbagai bagian
atau elemen ke dalam satu kesatuan yang berstruktur, sehingga menciptakan suatu
desain yang dapat diyakini kebenarannya.
6. Ketepatan mengevaluasi, suatu kegiatan yang dilakukan untuk membuat bentuk
penilaian terhadap sesuatu ide, gagasan, dan metode tertentu dengan menggunakan
kriteria yang tepat, sehingga dapat memberikan suatu informasi antara perbandingan
yang satu dengan yang lainnya.
a) Pendapat orang awam yang condong untuk bersifat kebiasaan dan meniru yang
diwarisi dari masa silam (bersandar pada adat dan tradisi).
b) Pendapat orang awam yang samar-samar dan tidak jelas. Pendapat ini adalah
campuran fakta dengan purbasangka, dari kebijaksanaan dan kecenderungan
emosi. Ia mencakup pendapat-pendapat yang terbentuk tanpa diteliti atau dikritik.
c) Pendapat orang awam kebanyakan merupakan kepercayaan yang belum diuji.
d) Pendapat orang awam jarang disertai dengan penjelasan; mengapa hal itu terjadi,
bagaimana terjadinya dan seterusnya. Jika ada penjelasan, sifatnya umum.
Berikut merupakan kesalahan aliran rasionalisme:
a) Cenderung menerima bukti-bukti dan kejadian-kejadian yang menguntungkan
pihak atau kelompok kita (keluarga, suku atau bangsa sendiri);
b) Cenderung memandang diri kita sebagai pusat dunia dan menekankan pendapat
kita yang terbatas;
c) Cenderung menjadikan kita terpengaruh oleh kata-kata atau nama yang kita kenal
dalam percakapan sehari-hari. Kita tersesatkan oleh kata-kata yang diucapkan
secara emosional, seperti kata komunis, radikal dan terorisme;
d) Sikap yang berpegangan pada partai, kepercayaan dan keyakinan. Tingkah laku,
cara dan aliran-aliran pikiran adalah seperti panggung dalam arti bahwa mereka
membawa kita ke dunia khayal yang akhirnya membawa kesimpulan dasar yang
salah.
b Problem Penampilan
Problem penampilan adalah problem yang berkaitan dengan karakter ilmu
pengetahuan yang ingin diketahui sehingga pertanyaan yang harus dijawab adalah
pertanyaan yang berkaitan dengan fakta yang sesungguhnya, apakah dunia ini riil diluar
akal, apakah dunia dapat diketahui.
Karakter ilmu administrasi harus menyesuaikan tuntutan realitas kehidupan
manusia dalam bekerjasama pada keteraturan yang diharapkan dan tuntutan realitas akan
berawal dari fenomena berkembang sebagai fenomena yang selalu memerlukan
pengkajian.
Contoh:
Hal ini bisa dicontohkan dengan UU NO.22/1999 tentang Pemerintahan Daerah.
Secara factual kehendak UU ini melahirkan pengaturan dan keteraturan bagi setiap
daerah yang berbeda-beda satu dengan yang lain walaupun ada standar normatif sebagai
acuan. Ada yang menampilkan sosok administrasi pemerintahan sebagai penguasa yang
layaknya sebagai seorang raja, ada yang tampil tidak bekerja sama dengan daerah
tetangganya, dan lain-lain.
Disinilah realitas (fakta sesungguhnya) bahwa otonomi yang seluas-luasnya yang
diberikan kepala daerah untuk memberdayakan masyarakat dan daerahnya hanyalah
melahirkan egosentris yang berlebihan sehingga menimbulkan ketidakteraturan dan
ketidakstabilan secara nasional.