Anda di halaman 1dari 3

Profil PMI Provinsi

Palang Merah Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung didirikan sebagaimana mengikuti
terbentuknya Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang merupakan Provinsi Muda, berdiri tahun
2000 silam Periodisasi Kepengurusan Palang Merah Indonesia Provinisi Kepulauan Bangka Belitung
telah dilakukan 4 kali pergantian dengan masa bhakti pergantian lima tahun sekali, dimulai dari
tahun 2004-2009, 2009-2014, 2014-2019 dan sekarang 2019-2024 dengan rincian sebagai berikut:

Tahun 2004-2009 : Hj. Elly Marleni Hurdani


Tahun 2009-2014 : Hj. Noorhari Astuti Eko Maulana Ali, S.Sos.
Tahun 2014-2019 : Hj. Noorhari Astuti Eko Maulana Ali, S.Sos.
Tahun 2019-2024 : Drs. H. Abdul Fatah, M. Si.

Dalam Pelaksanaan Tugas Kemanusiaan, Palang Merah Indonesia Provinisi Kepulauan Bangka
Belitung dibantu oleh PMI Kabupaten/Kota yang berjumlah 7 markas.

Susunan Pengurus
Pelindung : Gubernur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Dewan Kehormatan :

1. Vesriana, S.E.,M.AP.
2. Deni Efandhona, S.E.
3. Alfian, S.E.,M.M.
4. Reskiansyah, S.E.,M.M.

Ketua : Drs. H. Abdul Fatah, M. Si.

Sekretaris : Aswandi UR. S.A.P.

Bendahara : Imam Kusnadi, S.E., M.M.

Ketua Bidang Organisasi : Arbian Eka Putra

Ketua Bidang Relawan dan Anggota : Faiz Marzuki, SKM., M.Kes

Ketua Bidang Pelayanan Darah : dr. Andri Nurtito, MARS

Ketua Bidang Pelayanan Kesehatan : dr. Bangun Cahyo Utomo, M.Eipd

Ketua Bidang Komunikasi dan Informasi : Ahmad Sirajudin, S.E.

Ketua Bidang Penanganan Bencana : Mikron Antariksa, A.Ks., M,Si.

Ketua Bidang PSD : Aswandi UR. S.A.P.


Latar Belakang Pertolongan Pertama

Pertolongan pertama adalah tindakan awal yang kritis dalam situasi darurat yang dapat
menyelamatkan nyawa dan mencegah komplikasi yang lebih serius. Di tempat kerja, kecelakaan dan
insiden kesehatan bisa terjadi kapan saja, baik pada pegawai maupun pengunjung. Oleh karena itu,
memiliki karyawan yang terlatih dalam pertolongan pertama menjadi suatu keharusan bagi setiap
instansi kerja.

Namun, pada kenyataannya, banyak instansi kerja yang kurang memiliki pengetahuan dan
keterampilan yang memadai dalam pertolongan pertama. Hal ini dapat mengakibatkan peningkatan
risiko komplikasi kesehatan, cedera yang lebih serius, dan bahkan kehilangan nyawa. Dalam konteks
ini, penting untuk mengembangkan program pelatihan pertolongan pertama yang komprehensif dan
terintegrasi di lingkungan kerja.

Beberapa alasan mengapa peningkatan pelatihan pertolongan pertama diperlukan di instansi kerja
adalah sebagai berikut:

1. Kecelakaan dan Kejadian Tidak Terduga: Kecelakaan dan kejadian tak terduga dapat terjadi
di tempat kerja, termasuk luka-luka ringan, pingsan, dan serangan jantung mendadak. Jika
tidak ada respons cepat dan tepat, risiko komplikasi meningkat secara signifikan.
2. Waktu Respons yang Penting: Dalam situasi darurat, waktu respons sangat penting.
Tindakan pertolongan pertama yang cepat dapat meminimalkan dampak negatif dan
memberikan waktu bagi tim medis profesional untuk tiba di lokasi.
3. Kewajiban Hukum dan Tanggung Jawab Sosial: Banyak negara memiliki regulasi yang
mengharuskan perusahaan untuk menyediakan pelatihan pertolongan pertama kepada
karyawan. Selain itu, memiliki karyawan yang terlatih dalam pertolongan pertama adalah
bagian dari tanggung jawab sosial perusahaan terhadap kesejahteraan karyawan.
4. Meningkatkan Kepercayaan dan Produktivitas: Karyawan yang merasa dijaga dan aman di
tempat kerja cenderung lebih bersemangat dan produktif. Keberadaan program pelatihan
pertolongan pertama dapat meningkatkan rasa percaya diri karyawan dalam menangani
situasi darurat.
5. Ketersediaan Sumber Daya Internal: Dalam beberapa situasi, tim medis eksternal mungkin
tidak dapat tiba dengan cepat. Dengan memiliki karyawan yang terlatih dalam pertolongan
pertama, instansi kerja memiliki sumber daya internal yang dapat merespons keadaan
darurat.

Dalam konteks ini, Palang Merah Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menawarkan
mengajukan rencana kerjasama pengembangan program pelatihan pertolongan pertama yang
komprehensif di instansi kerja. Program ini akan mencakup pelatihan karyawan dalam mengenali
tanda-tanda dan gejala kondisi darurat, memberikan pertolongan pertama yang sesuai, serta
penggunaan peralatan pertolongan pertama seperti perban, defibrilator, dan lainnya.

Dengan meningkatnya pengetahuan dan keterampilan pertolongan pertama di instansi kerja,


diharapkan dapat mengurangi risiko cedera yang lebih serius, meningkatkan keselamatan karyawan,
dan memberikan lingkungan kerja yang lebih aman dan produktif.

Palang Merah Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menawarkan Kerjasama dalam bidang
pelatihan pertolongan pertama yang juga diharapkan para peserta setelah megikuti pelatihan dapat
melaksanakan tugas dilingkungan kerja atau tempat tinggal dengan baik.
Maksud dan Tujuan

1. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia


2. Memungkinkan karyawan untuk memberikan pertolongan awal yang tepat dalam situasi-
situasi seperti pingsan, luka, patah tulang, tenggelam, dan sebagainya secara cepat dan
tepat
3. Dengan pengetahuan tentang bagaimana menghindari situasi berbahaya dan bagaimana
merespon jika cedera terjadi, karyawan akan lebih sadar akan faktor-faktor risiko di tempat
kerja dan akan lebih mampu melindungi diri sendiri dan rekan kerja dari cedera
4. Banyak yurisdiksi mengharuskan perusahaan untuk menyediakan pelatihan pertolongan
pertama sebagai bagian dari standar keselamatan kerja. Melalui pelatihan ini, perusahaan
dapat mematuhi regulasi hukum terkait dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih aman.

Dasar

1. Anggaran Dasar dan Anggaran RUmah Tangga PMI


2. Undang – Undang No 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja
3. Permenkes RI No 23/Birhub/1972 tentang tugas PMI di Bidang Kesehatan
4. Buku Petunjuk Pelaksanaan Diklat Pertolongan Pertama untuk Instansi Pemerintah dan
Sawasta dari PMI Pusat dan Depnaker tahun 1990
5. Permenaker RI No. PER – 15/MEN/VIII/2008 tentang Pertolongan Pertama pada Kecelakaan
di Tempat Kerja
6. Undang – Undang No. 1 Tahun 2018 tentang Kepalangmerahan
7. PP No. 7 Tahun 2019 tentang pelaksanaan UU No 1 Tahun 2018

Peserta

1. Pendidikan umum minimal SLTA/Perguruan Tinggi


2. Jumlah Peserta maksimal 30 orang /Paket Pelatihan
3. Dari Karyawan/Karyawati Instansi/Organisasi

Waktu dan Tempat

Tentative

Metode Pelatihan

Presentasi, Tanya Jawab, Demonstrasi / Praktek, Simulasi, dan Studi kasus

Anda mungkin juga menyukai