Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN KEGIATAN

STUDI LAPANGAN TERPADU


(SLT)

DI MALIOBORO

Disusun Oleh:
Elza Putrika (2087203020)
Melza Okter Famili (2087203003)
Weni Mardila (2087203009)
Muhammad Fajri (2087203008)

PRODI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU TAHUN
2022/2023
HALAMAN
PENGESAHAN LAPORAN
KEGIATAN
STUDI LAPANGAN TERPADU (SLT)
DI MALIOBORO

Disusun Oleh :
Elza Putrika (2087203020)
Melza Okter Famili (2087203003)
Weni Mardila (2087203009)
Muhammad Fajri (2087203008)

Disahkan Oleh :

Ketua Prodi Pembimbing SLT


Tanggal : 5 Juni 2023

Dr. Hilyati Milla, M.Pd Ummi Kalsum, M.Pd.E


NIP. 196108061985032002 NIDN. 0224119701

Mengetahui :
Dekan

Drs. Santoso, M.Si

ii
NIP. 196706151993031004

iii
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan
karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan SLT yang dilaksanakan
di Malioboro

Laporan ini memuat hasil observasi yang dilakukan selama 6 hari di


Malioboro yang meliputi: Sejarah, waktu dan tempat, sudut pandang ekonomi
jenis produk dan harga produk di malioboro, peluang usaha, serta cara
mempromosikan wisata malioboro. Selesainya laporan adalah tidak lepas berkat
dukungan dan bantuan dari semua pihak yang telah membantu, untuk itu ucapan
terima kasih diucapkan kepada Yth :

1. Ibu Dr. Hilyati Milla, M.Pd Selaku Ketua Prodi Pendidikan Ekonomi
2. Ibu Ummi Kalsum M.Pd.E Selaku Dosen Pembimbing SLT
3. Dosen Prodi Pendidikan Ekonomi yang mengikuti kegiatan SLT
4. Rekan-rekan Mahasiswa Prodi Pendidikan Ekonomi semester 6 yang
mengikuti kegiatan SLT

Laporan ini telah diselesaikan dengan sebaik-baiknya namun, apabila masih


terdapat kekurangan, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat
diharapkan untuk menyempurnakan laporan ini. Semoga laporan ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.

Bengkulu, 5 Juni 2023

Kelompok 4

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...............................................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN...............................................................................ii

KATA PENGANTAR..........................................................................................iii

DAFTAR ISI..........................................................................................................v

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................2
D. Kegunaan.....................................................................................................2
E. Metode Pengumpulan Data dan Analisis Data............................................2

BAB II LAPORAN HASIL...................................................................................4

A. Gambaran Umum.........................................................................................4
B. Hasil Pengamatan........................................................................................7

BAB III PENUTUP..............................................................................................12

A. Kesimpulan................................................................................................12
B. Saran..........................................................................................................12

LAMPIRAN.........................................................................................................13

A. Lampiran Dokumentasi Wisata Malioboro................................................14

v
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Studi Lapangan Terpadu (SLT) adalah salah satu Mata Kuliah yang
tercantum dalam Struktur Kurikulum Program Studi Pendidikan Ekonomi Pada
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UMB,yang telah berlaku sejak Tahun
Akademik 2010/2011.Mata Kuliah ini merupakan wujud pelaksanaan program
pengajaran yang relevan dengan Visi Misi Fakultas.Membentuk lulusan yang
berkarakter bisnis dapat dilakukan dengan membangun jiwa kewirausahaan pada
diri individu,sehingga dapat melahirkan lulusan yang memiliki kompetensi calon
usaha dalam berbagai bidang.

Studi Lapangan Terpadu merupakan mata kuliah praktek kewirausahaan, di


sini kami melakukan kegiatan pariwisata dengan maksud untuk mengamati usaha
yang ada di lokasi yang telah ditentukan sebelumnya. SLT wajib di ikuti
Mahasiswa Pendidikan Ekonomi semester 6 dan juga berkaitan dengan mata
kuliah edupreneurship yang memiliki bobot 2 SKS.

Pada kesempatan ini, kami melakukan Studi Lapangan Terpadu di Pulau


Jawa lebih tepatnya kami memilih rute Jakarta-Yogyakarta-Semarang-Bandung.
Sedangkan tempat kegiatannya salah satunya kami memilih di Malioboro yang
berlokasi di antara Kraton yogyakarta Hadiningrat dan Tugu Pal Putih. Malioboro
ini merupakan tempat yang menjadi surga oleh-oleh, belanja serta wisata kuliner.

Pada malam hari sepanjang jalan Malioboro akan lebih padat dan ramai lagi
karena banyak seniman yang mengekspresikan kemampuannya seperti musik,
pantomim, melukis dan lainnya. Jalur malioboro ini dilengkapi dengan beberapa
tempat duduk yang disiapkan oleh Pemerintah Kota Yogyakarta, agar wisatawan
dalam negeri maupun mancanegara lebih nyaman dan menikmati suasana
Malioboro. Kawasan Malioboro selalu padat dikunjungi wisatawan, meski tidak
berbelanja, Malioboro memang sangat apik ditangkap menggunakan kamera. Hal
ini yang membuat Malioboro akan tetap padat didatangi oleh para wisatawan.
1
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis merumuskan


permasalahan sebagai berikut:

1. Jelaskan mengenai Sejarah, waktu dan tempat, sudut pandang ekonomi


jenis produk dan harga produk di malioboro, peluang usaha, unsur
pendidikan wisata malioboro, serta cara mempromosikan wisata
malioboro?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui Sejarah, waktu dan tempat, sudut pandang ekonomi


jenis produk dan harga produk di malioboro, peluang usaha, unsur
pendidikan wisata malioboro, serta cara mempromosikan wisata
malioboro.

D. Kegunaan

Dari hasil obsevasi diharapkan akan memperoleh kegunaan sebagai berikut:

1. Memberikan pengetahuan mengenai Sejarah, waktu dan tempat, sudut


pandang ekonomi jenis produk dan harga produk di malioboro, peluang
usaha, unsur pendidikan wisata malioboro, serta cara mempromosikan
wisata malioboro.
2. Bagi penulis dapat mendeskripsikan hasil observasi dan wawancara serta
dokumentasi yang telah di lakukan.

E. Metode Pengumpulan Data dan Analisis Data

Metode dan Analisis yang digunkan pada saat melaksanakan SLT dalam
melakukan peninjauan secara langsung untuk memperoleh data yang
diperlukan dalam penyususnan Laporan SLT dilakukan dengan:

1. Observasi

Dimana penulis melakukan pengamatan secara langsung di wisata


Malioboro.

2
2. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mengumpulkan data-data yang berupa gambar fototo


kawasan malioboro yang mana hal ini dilakukan agar hasil penyusunan
laporan dapat lebih sempurna lagi.

3. wancara
Yaitu proses mengumpulkan data dengan cara Tanya jawab secara
langsung antara penulis dan Pemilik Usaha di Malioboro

4. Penarikan Kesimpulan
Dimana Penulis menarik kesimpulan data yang telah didapat metode
pengumpulan data Observasi dan Wawancara agar penulis dapat secara
cepat mengetahui hasil akhir dari sebuah penelitian dilakukan.

3
BAB II

LAPORAN HASIL

A. Gambaran Umum Malioboro

1. Profil Malioboro

Jalan Malioboro (Jawa: Dalan Maliabara) adalah salah satu kawasan jalan dari
tiga jalan di Kota Yogyakarta yang membentang dari Tugu Yogyakarta
hingga ke persimpangan Titik Nol Kilometer Yogyakarta.

Nama local : Dalan Maliabara


Bagian dari : Jalan protocol
Tipe : Jalan protocol
Panjang : 2 km (1 mi)
Lebar : 25 m (82 ft)
Lokasi : Kota Yogyakarta, Indonesia
Koordinat : 7.7926455°S 110.365846°E
Utara Jalan Margo Utomo
Timur : Jalan Abu Bakar Ali Jalan Perwakilan Gang
Sosrokusuman (I dan II) Jalan Suryatmajan
Selatan : Jalan Margo Mulyo
Jalan Pasar Kembang Jalan Sosrowijayan Jalan
Dagen Jalan Pajeksan
Pembangunan : 1755
Perancang : Hamengkubuwana I

Secara keseluruhan, kawasan Malioboro terdiri atas Jalan Margo Utomo,


Jalan Malioboro, dan Jalan Margo Mulyo. Jalan ini merupakan poros Garis
Imajiner Kraton Yogyakarta.

4
2. Sejarah Malioboro

Malioboro merupakan nama salah satu jalan di pusat Kota Yogyakarta. Jalan
Malioboro itu sendiri merupakan salah satu jalan dari tiga jalan di Kota
Yogyakarta yang membentang dari Tugu Yogyakarta hingga ke perempatan
Kantor Pos Yogyakarta. Secara keseluruhan terdiri dari Jalan Pangeran
Mangkubumi, Jalan Malioboro, dan Jalan Jend. A. Yani. Jalan Malioboro
merupakan poros Garis Imajiner Kraton Yogyakarta.

Asal nama Malioboro sendiri berasal dari bahasa sansekerta malyabhara yang
berarti karangan bunga. Adapula beberapa ahli yang berpendapat asal kata
nama Malioboro berasal dari nama seorang kolonial Inggris yang bernama
Marlborough yang pernah tinggal di Jogja pada tahun 1811- 1816 M.

Pemerintah Hindia Belanda membangun Malioboro sebagai kawasan pusat


perekonomian dan pemerintahan pada awal abad 19. Malioboro mulai
populer pada era kolonial (1790-1945). Ketika itu, pemerintah Belanda
membangun Benteng Vredeburg tahun 1790 di ujung selatan Malioboro.
Belanda juga membangun Dutch Club atau Societeit Der Vereneging
Djokdjakarta (1822), The Dutch Governor’s Residence (1830), Javasche
Bank, dan Kantor Pos.

Perkembangan Malioboro semakin pesat, ditambah dengan adanya


perdagangan antara pemerintah Belanda dengan pedagang Tionghoa. Hingga
tahun 1887, Jalan Malioboro dibagi dua setelah Stasiun Tugu Yogya
dibangun. Malioboro juga memiliki peran penting dalam perjuangan
kemerdekaan Republik Indonesia. Di jalan ini pernah terjadi pertempuran
hebat antara pejuang Tanah Air dengan pasukan kolonial Belanda yang
dikenal dengan peristiwa Serangan Umum 1 Maret 1949. Pasukan Merah
Putih berhasil menaklukkan kekuatan Belanda dan menduduki Yogyakarta
setelah enam jam bertempur.

Hingga saat ini, Malioboro terus berkembang dengan tetap mempertahankan


konsep aslinya dulu, Malioboro jadi pusat kehidupan masyarakat Yogya.
5
Tempat-tempat strategis seperti Kantor Gubernur DIY, Gedung DPRD DIY,
Pasar Induk Beringharjo, Teras Malioboro hingga Istana Presiden Gedung
Agung juga berada di kawasan ini.

Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta terus melakukan perbaikan untuk


menata Malioboro menjadi kawasan yang nyaman untuk disinggahi. Pada
tahun 2016 ini pemerintah telah berhasil mensterilkan parkir kendaraan dari
Malioboro dan tengah menata kawasan ini di sisi timur untuk pedestrian.
Warung-warung lesehan hingga saat ini masih dipertahankan untuk
mempertahankan ciri khas Malioboro. Kemudian pada tahun 2022, seluruh
PKL di Jalan Malioboro dipindahkan ke Kawasan Teras Malioboro sehingga
jalan ini menjadi lebih rapi dan nyaman untuk dilewati.

3. Waktu dan Tempat

SLT ( Studi LapanganTerpadu) berlangsung selama 6 hari, yang dimulai dari


tanggal 21 mei sampai dengan tanggal 26 mei. kami melakukan Studi
Lapangan Terpadu di Pulau Jawa lebih tepatnya kami memilih rute Jakarta-
Yogyakarta-Semarang-Bandung. Sedangkan tempat kegiatannya salah
satunya kami memilih di Malioboro.

Malioboro sendiri merupakan salah satu kawasan jalan dari tiga jalan di
Yogyakarta yang membentang dari tugu Yogyakarta hingga ke persimpangan
titik nol kilometer Yogyakarta. Secara keseluruhan kawasan malioboro terdiri
atas jalan margo utomo, jalan malioboro, dan jalan margo mulyo.. Malioboro
memiliki kawasan yang sangat strategis karena mudah untuk dijumpai
sehingga banyak para wisatawan baik yang berada di dalamYogyakarta dan
diluar Yogyakarta.

6
B. Hasil Pengamatan di Malioboro

1. Sudut Pandang Ekonomi

Malioboro sebagai destinasi wisata semakin menguat seiring proses


revitalisasi kawasan ini. Meskipun sangat terlambat, proses penataan
pedestrian yang berlangsung sekarang ini membawa wajah Malioboro lebih
aksesibel dan humanis. Kegiatan ekonomi di Malioboro tidak pernah berhenti
sepanjang hari. Sekarang ini, terdapat sekitar 22 paguyuban ekonomi rakyat
dengan total anggota lebih dari 5.000 orang yang sepanjang hari bergantian
mendinamisir kegiatan perdagangan dan jasa di kawasan ini.

Tidak mengherankan, omset kegiatan ekonomi rakyat di Malioboro, termasuk


Pasar Beringharjo, diperkirakan lebih dari Rp 50 miliar rupiah per hari.
Angka ini selalu meningkat tatkala hari libur dan hari raya keagamaan seperti
Idul Fitri, Natal dan Tahun Baru. Wisatawan Nusantara maupun asing yang
berlibur di Yogyakarta selalu singgah di Malioboro. Sadar memasuki kawasan
ini akan bertemu dengan kemacetan, namun tetap saja menyusuri Malioboro.
Pencarian suasana khas dan sentimen nostalgia menjadi salah satu faktor
kegiatan ekonomi di kawasan ini selalu menggeliat.

Mampukah Malioboro berkontribusi lebih besar lagi dalam mengatasi


permasalahan pembangunan daerah, khususnya problema kemiskinan dan
ketimpangan yang secara statistik DIY jauh lebih buruk di atas rata-rata
nasional? Apakah rantai nilai ekonomi dari kegiatan perdagangan dan jasa di
Malioboro mampu berdampak pada peningkatan pendapatan rumah tangga
miskin?

Secara umum teridentifikasi barang dagangan non makanan yang


ditransaksikan sepanjang Malioboro bercorak hasil industri kerajinan berbasis
rumah tangga. Sumber pemasok barang kerajinan tidak hanya dari daerah-
daerah di DIY seperti Bantul dan Sleman, namun justru lebih banyak dari
produsen luar DIY, khususnya dari Jawa Tengah, Jawa Barat, dan sebagian
Jawa Timur.
7
Posisi ini mengindikasikan nilai tambah produk dagangan non makanan di
Malioboro tidak mengalir penuh pada pelaku ekonomi rakyat yang ada di
DIY. Pola persaingan harga yang kompetitif pada rantai pasok mayoritas
barang dagangan non makanan di Malioboro menjadikan posisi produk lokal
DIY kalah dalam persaingan harga. Hal ini semakin berat bagi produsen
kerajinan DIY untuk mendapatkan margin wajar karena masuknya produk
impor.

Dengan demikian, margin tertinggi dari proses bisnis di Malioboro lebih


banyak dinikmati para pedagang daripada para produsen lokal. Sementara itu,
tidaklah gampang bagi warga masyarakat DIY dari kelompok sosial
menengah dan bawah untuk ikut berkompetisi sebagai pelaku bisnis di
kawasan ini. Penguasaan lapak dan kapling perdagangan sudah terpola,
seiring kebijakan pembatasan jumlah pedagang yang mendapat izin dari
pemda untuk beraktivitas di kawasan ini.

Pola terkonsentrasi pada penguasaan lapak, menjadikan biaya sewa ruang


terbuka untuk lapak ukuran sekitar 1,2 meter pesegi, para penyewa harus
membayar antara Rp 40 juta- Rp 50 juta per tahun. Biaya sewa tersebut
tidaklah murah bagi masyarakat DIY yang berkategori berpendapatan
menengah dan bawah.

Sekalipun revitalisasi Malioboro yang dimaksudkan memberi kenyamanan


pejalan kaki, yang terjadi berbeda. Yang muncul kini justru penambahan
jumlah lapak, sehingga membuat sempit kawasan pedestrian. Ini yang harus
disikapi dengan tegas, sebelum kian semrawut dan menjadi problema sosial
tersendiri. Sekalipun sudah ada pembagian tugas, alangkah baiknya
koordinasi dan kerja sama Pemda DIY dan Pemkot Yogya mengurus lapak
PKL, dilakukan dengan tegas.

Pembiaran pola penguasaan lapak pada kawasan premium untuk perdagangan


pendukung sektor pariwisata di Malioboro menjadikan tumpulnya kontribusi
Malioboro sebagai episentrum sektor pariwisata dalam mengurangi
kemiskinan dan ketimpangan di DIY. Butuh terobosan kebijakan afirmatif
8
agar eskalasi bisnis perdagangan di kawasan Malioboro mampu menjadi
stimulus dalam mengurai permasalahan pembangunan di DIY. Salah satu
bentuknya, penguatan jaringan pasok antara sentra industri lokal DIY dengan
sektor perdagangan di kawasan Malioboro.

2. Jenis Produk dan Harga Produk di Malioboro

Setelah kami mengamati Malioboro didapat bahwasanya malioboro


merupakan pusat perbelanjaan yang memiliki berbagai jenis produk yang di
jual seperti jajanan/kuliner ( contohnya Soto Lenthok Pak Man, gudeg yu
jum, pecel senggol beringharjo, dan lain-lain kuliner ini dihargai mulai dari
Rp30.00-Rp150.000 sesuai dengan lauk apa yang dipilih), Pakaian dan batik (
batik harganya dimulai dari Rp35.00-Rp100.00 dan ada juga kaos Yogyakarta
yang dihargai 5 baju Rp100.000 ), Kerajinan tangan ( Contohnya tas,
gelang,kalung, souvenir, gantungan kunci yang dihargai mulai dari Rp 1.000
sampai dengan 100.000), hingga oleh-oleh khas Yogyakarta ( contohnya
bakpia, wedang uwuh yang dihargai mulai dari Rp 10.000-Rp 30.000).

3. Peluang Usaha di Malioboro

Setelah kami melakukan pengamatan di malioboroh di dapat bahwa peluang


usaha di Malioboro sangat terbuka lebar. Peluang usaha yang cocok dan akan
sukses jika anda laksanakan ini menurut kelompok kami seperti usaha :

 Bisnis kuliner
Mencoba membuat bisnis kuliner di malioboro sangat menjanjikan
dikarenakan malioboro sendiri memiliki potensi wisatawan yang tinggi
sehingga para wisatawan pasti akan mencoba kuliner yang ada di kawasan
malioboro itu. Inilah mengapa bisnis kuliner menjadi salah satu usaha yang
memiliki peluang yang tinggi jika didirikan di malioboro. Seperti Gudeg,
soto, sego empal, dan lain sebagainya

 Fashion
bisnis fashion juga memiliki peluang sukses yang sangat besar jika di buat
di malioboro dikarenakan malioboro ini banyak dikunjungi oleh wisatawan
dari dalam Yogyakarta maupun luar Yogyakarta. Seperti batik dan kaos,
9
 Bisnis oleh-oleh
Berjualan oleh-oleh di malioboro juga sangat cocok di buat karena pasti
para wisatawan jika pulang ke daerah asal tidak akan lengkap rasanya
kalau tidak membeli oleh-oleh,. Seperti berjualan Bakpia, Bajik, gelang,
asbak , gantung kunci, kalung, blangkon, dan lain sebagainya.

4. Unsur Pendidikan Wisata Malioboro

Menurut kelompok kami unsur pendidikan yang dapat diambil dari wisata
malioboro yaitu wisata malioboro dapat digunakan sebagai wisata edukasi
untuk memenuhi kapasitas ilmu pengetahuan para mahasiswa untuk mengisi
wawasan melalui kegiatan perjalanan, mengenai wilayah dan potensi sumber
daya kota Yogyakarta serta dengan kegiatan perjalan wisata yang dilakukan
oleh para pelajar ini dapat berdampak pada pengembangan ekonomi di daerah
malioboro.

Karena dapat mendukung pergerakan ekonomi rakyat sekitar sekaligus


membuka pameran seni dan budaya yang dapat digunakan untuk menambah
pengetahuan pelajar. Serta diharapkan wisata malioboro ini dapat menjadi
sarana mahasiswa untuk melestaraikan budaya dan mengenalkan nilai lihur
sejarah, mengenalkan budaya Indonesia, dan juga para mahasiswa dapat
belajar bagaimana cara berwirausaha yang baik dan menguntungkan.

Dengan menggerakkan arus mahasiswa untuk mengikuti perjalanan wisata


dan mewajibkan mahasiswa untuk mengikuti mata kuliah studi lapangan
terpadu ( SLT) ke berbagai daerah maka tentunya akan memeberikan angina
segar bagi pembangunan pariwisata nasional.

5. Cara mempromosiakan Wisata Malioboro

Untuk mempromosiakan wisata malioboro pemerintah dan masyarakat


setempat melakukan berbagai skema promosi yaitu, pemerintah dan
masyarakat setempat melakukan promosi melalui media cetak contohnya
brosur, koran, majalah . Dan juga pemerintah dan masyarakat setempat
10
melakukan promosi dengan memanfaatkan media sosial yang ada contohnya
pemerintah setempat melakukan promosi ke media sosial, facebook,
instagram, twitter, youtube, tiktok daan lain sebagainya.

Selain itu pemerintah dan masyarakat setempat juga melakukan promosi


wisata malioboro dengan membuat program help desk yang memungkinkan
para calon wisatawan untuk mencari informasi mengenai wisata malioboro.
serta melakukan promosi dengan membuat website tentang wisata malioboro
yang akan diperbarrui secara rutin. Website inilah yang akan menjadi salah
rujukan wisatawan local maupun internasional untuk mencari informasi
mengenai wisata Malioboro.

Selanjutnya selain melakukan promisi diatas tadi, pemerintah dan masyarakat


setempat juga melakukan promosi dengan menggelar berbagai lomba
seperti pembuatan video untuk mengenalkan wisata malioboro agar lebih
banyak diketahui oleh wisatawan.

11
BAB III

PENUTU

A. Kesimpulan

Dengan mengikuti kegiatan Studi Lapangan Terpadu (SLT) di Malioboro


kami dapat menarik kesimpuln bahwa dengan mengikuti kegiatan ini kita dapat
tahu mengenai sejarah dibagunnya malioboro, sudut pandang ekonomi malioboro,
jenis produk dan harga produk yang dijual serta peluang usaha yang cocok jika
dibuat di malioboro.

Selain itu dengan adanya program SLT ini sangat mendorong para
mahasiswa untuk bersifat kreatif lagi dalam mencari informasi dan ilmu
pengetahuan yang baru, serta mahasiswa dapat menambah pengalaman yang
berkaitan dengan berwirausaha dari pengamatan yang telah dilakukan di
malioboro.

B. Saran

1. Sebaiknya pedagang yang ada di malioboro lebih mengoptimalkan sistem


penjualan jangan terlalu memaksa pembeli untuk membeli barang yang
ditawarkan
2. Lebih meningkatkan lagi jumlah fasilitas baik itu di dalam maupun diluar
wisata malioboro untuk menunjang kepuasan pengunjung wisata
malioboro.

12
L
A
M
P
I
R
A
N

13
A. LAMPIRAN GAMBAR DOKUMEN KEGIATAN

1. Dokumentasi Wisata Malioboro

14
15
16
17

Anda mungkin juga menyukai