Disusun Oleh:
KELOMPOK II A
Penyusun: Kelompok II A
1. JOKO SUMARSONO, ST
2. MUZAIM, SE
3. RUSNI, SH
4. SIRI KHAIRIYAH, S.KOM
5. ARIEF WISUDA WARDANA, S.STP, MM
……………………….. ……………………………
NIP. NIP.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas Rahmat dan Ridho
Nya akhirnya Laporan Studi Lapangan dapat kami selesaikan sesuai rencana.
Laporan Studi Lapangan tersebut merupakan salah satu tugas kelompok yang
wajib dilaksanakan dalam Program Pelatihan Kepemimpinan Administrator Angkatan V
Tahun 2023 yang diselenggarakan oleh BPSDM Provinsi Kalimantan Selatan.
Untuk penyusunan Laporan Studi lapangan ini kami banyak mendapatkan
bantuan dan dorongan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak
langsung. Kami menyadari bimbingan, arahan dan bantuan berbagi pihak merupakan
hal yang sangat membantu penyelesaian laporan ini dengan tepat waktu, untuk itu
dalam kesempatan ini kami mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada:
1. Bapak Mujiyat, S.Sn.,M.Pd selaku kepala BPSDM Provinsi Kalimantan Selatan.
2. ,………………………… sebagai pembimbing studi lapangan.
3. ………………………………. sebagai pembimbing studi lapangan.
4. Seluruh Widyaswara dan pendamping yang telah memberikan pembekalan materi
yang sangat bermanfaat dalam pembelajaran Pelatihan Kepemimpinan
Administrator.
5. Rekan-rekan kelompok I studi lapangan yang bekerjasama dan saling mendukung
untuk segala hal.
6. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Akhir kata, kami ucapkan semoga Laporan Studi Lapangan dapat bermanfaat
dan berguna bagi semua pihak.
Kelompok II A
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam upaya mendukung terwujudnya world class bureaucracy, setiap
instansi pemerintah diperlukan sosok pejabat administrator yang memiliki
tanggung jawab pemimpin pelaksanaan seluruh kegiatan pelayanan publik
serta administrasi pemerintahan dan pembangunan. Pejabat administrator
sebagai penyelenggara birokrasi dituntut lebih kreatif dan inovatif dalam
meningkatkan kinerja pelayanan sehingga tugas pokok dan fungsi
pemerintah sebagai pelayanan (service) yang membuahkan keadilan,
sebagai pemberdayaan (empowerment) yang mendorong kemandirian
masyarakat dan pembangunan (development) dapat diwujudkan.
Salah satu langkah strategis dalam reformasi birokrasi untuk
peningkatan kualitas pelayanan publik adalah pada tata kelola pemerintahan
daerah yang baik (good local government). Penguatan kompetensi pejabat
administrator relevan dengan upaya mewujudkannya. Untuk itu setiap
pejabat administrator seyogyanya memiliki kompetensi yang di butuhkan
untuk menjalankan tugas dan fungsinya, yaitu kompetensi manajerial dan
kompetensi kepemerintahan.
Berdasarkan Peraturan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor
07 tahun 2020 tentang perubahan atas Peraturan Lembaga Administrasi
negara Nomor 16 Tahun 2019 tentang Pelatihan Kepemimpinan
Administrator, ditetapkan kurikulum agar peserta pelatihan dapat mencapai
kompetensi yang di perlukan. Dari 4 agenda pembelajaran, salah satunya
adalah agenda aktualisasi meliputi studi lapangan dan aksi perubahan.
Studi lapangan merupakan salah satu metode yang dapat di gunakan
untuk memfasilitasi peserta mengaktualisasikan kepemimpinan manajemen
kinerja untuk mendukung pelaksanaan tugas memimpin kegiatan pelayanan
publik. Melalui studi lapangan peserta mendapatkan lesson learnt,
mengadopsi dan mengadaptasi keunggulan strategi dan manajemen kinerja
organisasi pelayanan publik sesuai lokus melalui pembelajaran knowledge
replication dan knowledge customization.
Menurut Bevan dan Sharon (2009), field study atau studi lapangan
adalah metode pembelajaran melalui pengumpulan data secara langsung
dengan pengamatan, wawancara, mencatat, atau mengajukan pertanyaan-
pertanyaan. Pada saat proses berlangsung, pembelajar berada langsung di
lapangan. Tujuan dilaksanakan field study antara lain agar peserta
memperoleh pengalaman langsung dari obyek yang dilihatnya dan dapat
turut menghayati tugas pekerjaan milik seseorang serta dapat bertanya jawab
mungkin. Dengan jalan demikian, mereka mampu memecahkan persoalan
yang dihadapinya dalam pelajaran, ataupun pengetahuan umum. Selain itu,
peserta akan dapat melihat, mendengar, meneliti dan mencoba apa yang
dihadapinya, agar nantinya dapat mengambil kesimpulan. Studi lapangan
mencapai keberhasilan apabiIa hasilnya dapat mendorong terjadinya
perubahan budaya organisasi yang lebih baik, terjadinya perbaikan kinerja
dalam meningkatkan kemampuan SDM.
Desain pembelajaran studi lapangan dimulai dengan pembekalan,
melakukan kunjungan, pengumpulan data dan informasi inovasi lokus,
perumusan keunggulan, penyusunan laporan dan seminar serta berbagi
pengalaman studi lapangan.
Pemilihan lokus studi lapangan mempertimbangkan beberapa penilaian
terkait inovasi dan prestasi yang di peroleh sebagai mitra studi lapangan.
Melalui berbagai pertimbangan di atas, maka di tetapkan lokus studi
lapangan pada Dinas Kominfo dan Persandian Kota Yogyakarta. Kota
Yogyakarta juga sering disebut dan dikenal oleh masyakat setempat dengan
jogja adalah merupakan ibukota dari Daerah Istemewa Yogyakarta sekaligus
pusat pemerintahan dan perekonian Daerah Istemewa Yogyakarta yang
mempertahankan konsep tradisional dan budaya jawa. Kota Yogyakarta
mengandalkan sektor industri, perdagangan, dan jasa, khususnya dalam
bidang pariwisata. Adapunsalah nsatu trandmark pusat perdaganagn
tradisional di kota yogyakarta adalah daerah jalam malioboro yang selalu jadi
tujuan utama kunjungan wisata ke daerrah kota yogyakrta selain situs
peninggalan budaya lainnya seperti keraton Jogja dan peninhggalan
bangunan kuno bersejarah lainnya. Dengan slogan kota budaya yang
mempunyai keunggulan dalam bidang pelestarian budaya dan industry
kerajinan yang menunjukkan kekhasan jogja. Dan solagan kota pelajarb juga
melekat pada kota Yogyakarta karena banhyaknya Perguruan tinggi dan
bergamnya jenis sekolah terdapat pada kota Yogyakarta sehingga menjadi
tempat tujuan dan rujukan pendidikan bagi pelajar dan mahasiswa yang ada
diseluruh Indonesia bahkan luar negeri sehingga kota ini juga mengeluarkan
SDM yang berkualitas untuk pembangunan negara.
Salah satu factor penting dalam setiap pemerintahan adalah aparatur
pelaksananya. Dalam hal ini adalah Aparatur Sipil Negara (ASN) yang
mengabdi di Dinas Kominfo dan persandian Kota Yogyakarta. ASN yang
kompeten memiliki dedikasi yang tinggi serta keinginan untuk selalu
memberikan yang terbaik bagi Kota Yogyakarta itu terlihat dari banyaknya
inovasi daerah yang dihasilkan oleh ASN di Kota Yogyakarta dan tidak lepas
dari peranan walikota dan segenap jajarannya dalam mengembangkan setiap
potensi ASN yang ada di lingkungan Pemerintah Kota Yogyakarta. ASN
memiliki peran sentral dalam mengembangkan inovasi, sudah banyak inovasi
yang telah berkembang pada akhirnya menjadi salah satu factor penting
dalam kemajuan pembangunan Kota Yogyakarta.
Berdasarkan gambaran di atas, Kota Yogyakarta telah memiliki banyak
keunggulan dan prestasi dalam upaya peningkatan dan pengembangan
pelayanan public. Dari keunggulan-keunggulan yang ada di Kota Yogyakarta
diharapkan dapat menjadi inspirasi atau ide perubahan di instansi daerah.
Untuk itu perlu dilakukan studi lapangan ke Kota Yogyakarta.
Untuk menghadapi perubahan dan perkembangan pembangunan
daerah, maka sangat diperlukan sebuah Rencana Pembangunan Daerah
yang disusun berdasarkan hasil musyawarah perencanaan pembangunan
dan
konsultasi publik sebagai upaya antisipasi yang tahap-tahapnya tertuang
dalam rencana pembangunan daerah.
C. RUANG LINGKUP
1. Ruang lingkup yang kita laksanakan dalam studi lapangan ini adalah
berkaitan dengan inovasi yang ada di Dinas kominfo dan Persandian Kota
Yogyakarta.
2. Unsur kebaharuan dalam inovasi tersebut yang perlu kita ulas untuk kita
ketahui perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasinya.
3. Fokus ruang lingkup kali ini adalah bagaimana mampu menjadikan
Kabupaten Semarang sebagai kota inklusi.
4. Inovasi tersebut kita pelajari untuk adopsi dan adaptasi di tempat kerja kita
masing-masing.
BAB II GAMBARAN
UMUM
A. PROFIL ORGANISASI
Secara geografis, wilayah DIY terletak ditengah-tengah Pulau Jawa
bagian selatan, dengan bentuk wilayah yang mendekati bentuk bangun
segitiga. Puncak segitiga wilayah DIY terletak pada Puncak Gunung Merapi di
bagian utara yang mempunyai ketinggian 2.911 m diatas permukaan air laut.
Gunung Merapi merupakan salah satu gunung api paling aktif, diantara 127
gunung api aktif yang ada di Indonesia. Bagian alas segitiga merupakan sisi
selatan berupa garis pantai yang menghadap Samudera Hindia memanjang
dari timur ke barat sepanjang kurang lebih 113km. Wilayah DIY secara umum
tergolong subur dan berpotensi untuk ditanami berbagai komoditas pertanian,
dengan potensi alam yang berbeda di setiap kabupaten/kota. Kondisi alam
yang indah dan unik juga berpotensi menjadi destinasi pariwisata.
Ditinjau dari aspek demografi, hal yang perlu diperhatikan yaitu
jumlah penduduk DIY yang mengalami peningkatan dan perubahan proporsi
penduduk berdasarkan kelompok umur yang akan berpengaruh pada
sumberdaya manusia yang ada. Berdasarkan Sensus Penduduk Tahun 2020
(SP2020) jumlah penduduk DI Yogyakarta September 2020 sebesar 3.668.719
orang. Dengan luas daratan DIY sesuai Keputusan Menteri Dalam Negeri
Nomor 050-145 Tahun 2022 tentang Pemberian dan Pemutakhiran Kode, Data
Wilayah Administrasi Pemerintahan, Dan Pulau Tahun 2021 sebesar 3.173,87
km2, maka kepadatan penduduk DIY sebanyak 1.155,91 orang per km2.
Selama 2010-2020, rata-rata laju pertumbuhan penduduk DIY sebesar 0,58
persen. Jumlah penduduk menurut kabupaten/kota di DIY hasil SP2020
menunjukkan bahwa jumlah penduduk terbanyak ada di Kabupaten Sleman
sebanyak 1.125.804 orang dan jumlah penduduk paling sedikit ada di Kota
Yogyakarta yaitu 373.589 orang. Uraian dan penjelasan rinci terkait aspek
Geografi dan Demografi adalah sebagai berikut.
Secara astronomis wilayah DIY terletak pada posisi 7 .33’- 8 .12’
Lintang Selatan dan 110 .00’-110 .50’ Bujur Timur. Posisi geografis DIY berada
di bagian tengah Pulau Jawa, tepatnya di sisi bagian selatan. Seluruh wilayah
administrasi DIY dikelilingi oleh wilayah administrasi Provinsi Jawa Tengah.
Bagian barat DIY berbatasan dengan Kabupaten Purworejo, bagian utara
berbatasan dengan Kabupaten Magelang dan Boyolali, bagian timur
berbatasan dengan Kabupaten Klaten, Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten
Wonogiri, bagian selatan dengan Samudera Hindia.
2. Misi
Upaya untuk mewujudkan visi “Meneguhkan Kota Yogyakarta sebagai Kota Nyaman
Huni dan Pusat Pelayanan Jasa yang Berdaya Saing Kuat untuk Keberdayaan
Masyarakat dengan Berpijak pada Nilai Keistimewaan” dirumuskan melalui tujuh misi
pembangunan yaitu :
1. Meningkatkan kesejahteraan dan keberdayaan masyarakat
2. Memperkuat ekonomi kerakyatan dan daya saing Kota Yogyakarta
3. Memperkuat moral, etika dan budaya masyarakat Kota Yogyakarta
4. Meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan, sosial dan budaya
5. Memperkuat tata kota dan kelestarian lingkungan
6. Membangun sarana prasarana publik dan permukiman
7. Meningkatkan tatakelola pemerintah yang baik dan bersih
Tabel 2.1
Ringkasan Visi Misi RPJMD Kota Yogyakarta 2017-2022
Berdasarkan tugas pokok dan fungsinya maka Dinas Kominfo dan Persandian
Kota yogyakarta mendukung visi meningkatkan tat kelola pemerintah yang
baik dan bersih dengan sasaran daerah adalah peningkatan kapasitas tata
kelola pemerintahan.
Rumusan visi dan misi maka ditetapkan tujuan dan sasaran yang ingin
dicapai Dinas Kominfo dan persandian Kota yogyakarta. Tujuan jangka
menengah Dinas Kominfo dan Persandian Kota Yogyakarta selama 5 tahun
adalah:
a. Meningkatnya Layanan Informasi Publik
b. Meningkatnya Keamanan Informasi
Mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan maka sasaran strategis,
program dan kegiatan yang dilaksanakan Dinas kominfo dan Persandian Kota
Yogyakarta adalah sebagai berikut:
Table 2.2
Tujuan, Sasaran, Strategi dan Kegiatan
Secara umum, kondisi yang ingin dicapai melalui pelaksanaan Program dan
Kegiatan pada Dinas Komunikasi, Informatika dan Persandian Kota
Yogyakarta adalah sebagai berikut:
Tabel
SASARA INDIKAT
NO. SATUA TARGE REALIS CAPAIA
N OR N T ASI N
STRATE KINERJ
GIS A
1 2 3 4 5 6 7
1 Layanan Indeks - 91.21 112.59 123.44%
Informa Layanan
si Publik Informasi
Meningkat Publik
2 Keaman Indeks - 94.00 100 106.38%
an Pengamanan
Informa Informasi
si
Meningk
at
%
Nama Rumus Perhitungan Capaia
No Target Capaian
Indikato Pengukuran Tahun n
2022
r (formula 2022 2022
indikator)
1 Indeks 91.21 (20% Pemanfaatan (20%*100 + 112.5 123.44
Layanan data + 20% tindak 20%*98.52 + 9 %
Informa lanjut aduan + 60% 60%*121.47) *100
si Publik pemanfaatan
teknologi informasi
dan telematika)
dikali 100
Pada Tabel 3 dapat dilihat faktor internal dan eksternal terkait dengan
pengembangan layanan langsung bagi masyarakat di Kota Yogyakarta Dari
beberapa faktor tersebut, dilakukan analisis urgensi untuk menentukan faktor
kunci keberhasilan pengembangan layanan langsung bagi masyarakat.
Faktor internal dan eksternal yang terindentifikasi merupakan unsur penting
dalam melakukan proses penerapan inovasi yang dilakukan Kota
Yogyakarta.
Penilaian tingkat urgensi faktor internal dan eksternal ini dilakukan
berdasarkan personal judgement dengan membandingkan antar faktor satu
per satu secara berurutan dengan menggunakan matriks urgensi faktor
internal dan eksternal. Penggunaan instrument analisis matriks urgensi faktor
internal dan eksternal akan menghasilkan bobot nilai dan masing- masing
faktor yang diperbandingkan.
Faktor yang mempunyai nilai urgensi atau bobot nilai terbesar
menunjukkan bahwa faktor tersebut merupakan faktor yang lebih penting dari
faktor lainnya, kemudian dinilai lagi kemampuan kepentingannya
berdasarkan yang paling dominan sehingga dapat dijadikan salah satu faktor
dalam menentukan peta kekuatan dan strategi SWOT sebagaimana
pada tabel
berikut ini :
Tabel 4
NO STRENGTHS (KEKUATAN) A B C D E f NU BF
WEAKNESSES (KELEMAHAN)
E A E E E F 3 20,00%
Belum adanya DRC yang terkelola
dengan baik
OPPORTUNITIES (PELUANG) A B C D E F NU BF
THREATHS (ANCAMAN)
Kurangnya pengetahuan
F masyakat tentang cara A F C D E 1 6,67 %
penggunaan media elektronik
8 Adanya dukungan Kebijakan dari pusat 1 0 4 0.27 5 3 3 2 4 3 3 4 5 4 4 3.64 0.24 0.51 III
THREATS 3.75
mengambil 2 (dua) nilai terbesar dari masing – masing unsur kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman yang mana dapat dilihat pada tabel 7 dibawah ini :
Tabel 7
Faktor
Internal
No Strenght (kekuatan) No. Weaknesses (kelemahan)
1. Komitmen Pimpinan pimpinan 1. Belum adanya DRC yang terkelola dengan baik
dalam pegembangan JSS
Faktor
Eksternal
No Opportunities (peluang) No. Threaths (tantangan)
1. Adanya Fasilitas Infrastruktur dari PDN 1. Adanya ancaman kerusakan aplikasi
2. Adanya dukungan kepala daerah dan 2. Adanya ancaman kebocoran dan kehilangan
stakeholder data aplikasi atau hacking
dengan menentukan nilai TNB Total Nilai Bobot (TNB) yang paling besar dari setiap
item pada faktor internal dan eksternal. Dari hasil evaluasi tersebut dapat digunakan
lapanganyakni
menentukan faktor kunci sehingga diketahui peta kekuatan. Dengan membandingkan
organisasi dapat dilihat pada gambar 2 berikut ini : ….. (angka belum dimasukan karena
KW II ( ST) S= 4,69 KW I ( SO )
( 2.75 )
T= 2.72 O=3.41
0.69
KW IV ( WT ) KW III ( WO )
W= 1.94
Apabila dilihat pada gambar di atas maka posisi kekuatan organisasi dalam
penanggulangan kemiskinan dengan pengambilan gambar secara hybrid berada di
Kwadran I (satu) dimana dalam perbandingan antara total nilai bobot (TNB) kekuatan
(Strenghts) dengan total nilai bobot (TNB) kelemahan (Weaknesses) sebesar 2,75.
Sedangkan perbandingan antara total nilai bobot (TNB) peluang (Opportunities) dengan
total nilai bobot (TNB) ancaman (Threaths) sebesar 0,68.
Dengan demikian maka strategi yang harus dilaksanakan oleh organisasi agar
pelaksanaan laporan studi lapangan berjalan dengan lancar dan berhasil mencapai
tujuan yang telah ditetapkan adalah dengan lebih memaksimalkan kekuatan dengan
memanfaatkan peluang yang dimiliki. Strategi utamanya adalah dengan pembuatan
aplikasi layanan kepegawaian secara elektronik sebagaimana seperti dalam Tabel 12
dibawah ini :
Tabel 12
Formulasi Strategi SWOT
Faktor Internal Kekuatan (S1) Kekuatan (S2)
Dukungan Komitmen Tersedianya SDM yang Cukup
Pimpinan dan Pelaksanaan
Program JSS
Faktor Eksternal
Peluang (O1) S1 – O1 S2 – O1
Adanya Fasilitas Gunakan Komitmen
Gunakan SDM yang cukup
Infrastruktur dari PDN Pimpinan dan Pelaksana
untuk memanfaatkan adanya
Program pengembangnan
fasilitas infrastruktur dari PDN
ekosistem smart City
pengembangnan ekosistem
dengan menggunakan
smart City JSS
fasilitas infrstruktur dari
PDN
Peluang (O2) S1 – O2 S2 – O2
Adanya dukungan kepala Optimalkan Komitmen
Pimpinan dan kepala Gunakan SDM IT yang cukup
daerah dan stakeholder
daerah serta stakeholder utuk menerapkan dan
untuk pembuatan Regulasi memanfaatkan dukungan dari
dan Pelaksana Program kepala daerah dalam
pengembangnan ekosistem membangunan JSS
smart City JSS
D. LESSON LEARNT
Adapun area perubahan yang akan diadopsi dan diadaptasikan dari hasil
studi lapangan adalah sebagai berikut :
1. Peran Kepemimpinan
Peran kepemimpinan dalam mendukung sebuah perubahan adalah
sangat penting. Sesorang pemimpin memiliki tanggungjawab untuk
menginisiasi, mengarahkan dan mendorong perubahan di dalam
organisasi atau timnya.
Seorang pemimpin harus memiliki visi yang jelas tentang tujuan
perubahan serta mampu menginspirasi orang lain untuk menerima
perubahan tersebut. Selain itu seorang pemimpin harus bisa jadi
komunikator yang baik dalam memberikan penjelasan tentang manfaat
dan alasan dari sebuah perubahan kepada anggota timnya dan mampu
mengelola perubahan secara efektif dengan melibatkan perencanaan yang
baik, pengorganisasian sumber daya, pengawasan progres dan
penyesuaian yang dilakukan selama proses perubahan.
2. Inovasi Pelayanan
Pemerintah pusat telah mendorong kepada pemerintah daerah
untuk mengutamakan pelayanan publik yang berbasis elektronik, untuk itu
tentunya diperlukan teknologi informasi.
Aplikasi JSS memberikan gambaran baru bagaimana cara
membuat inovasi pelayanan yang lebih baik dan mudah diakses untuk
masyarakat maupun instansi pemerintah.
3. Kompetensi dan Pemberdayaan SDM
Perlunya penerapan kompetensi dan konsep pemberdayaan,
khususnya bagi staf atau pelaksana sesuai dengan kompetensinya
masing- masing. Pemberian kepercayaan akan meningkatkan motivasi
pelaksana untuk lebih bermotivasi dan bekerja sungguh-sungguh, tentunya
menjadi kunci sekses dalam pelaksanaan perubahan.
Dengan pemberdayaan staf akan menciptakan lingkungan yang
memungkinkan individu untuk pengambilan inisiatif, membuat keputusan
dan mengambil tanggungjawab dalam mencapai tujuan dari perubahan.
a. Memiliki visi dan tujuan yang jelas serta peran masing masing dalam
tim
b. Membangun komunikasi yang efektif
c. Mendorong kolaborasi antar tim dengan melakukan diskusi,
brainstorming
d. Menetapkan peran dan tanggungjawab masing-masing tim secara
jelas e. Memberikan dukungan dan feedback yang tepat waktu
sehinnga membantu anggota tim untuk berkembang dan
meningkatkan
kinerjanya
f. Menghargai kerja sama serta tetap melakukan evaluasi untuk
perbaikan.
Tim efektif memainkan peran penting dalam aksi perubahan.
Beberapa peran yang dimainkan oleh tim effektif dalam aksi perubahan :
a. Kolaborasi, setiap anggota tim memiliki peran dan tanggungjawab
yang jelas, serta saling mendukung dan saling melengkapi dalam
menjalankan tugas mereka. Kolaborasi memungkinkan tim untuk
memanfaatkan keahlian dan pengalaman individu untuk mencapai
hasil yang lebih baik;
b. Komunikasi , dengan komunikasi secara tebuka dan jelas antar
anggota tim, serta dengan pihak lain yang terlibat dalam aksi
perubahan merupakan kunci dalam mendukung perubahan.
Komunikasi yang baik akan membantu dalam membangun
pemahaman yang sama, mengatasi hambatan dan memastikan
informasi yang tepat sampai keseluruh tim;
c. Pemimpin, perang penting seorang pemimpin dalam dalam
memfasilitasi perubahan adalah sebagai motivator dan mampu
memberikan arahan yang jelas kepada anggota tim, selain itu juga
bertanggungjawab untuk mengelola perubahan, mengatasi hambatan
dan mengarahkan tim menuju tujuan yang ditetapkan;
d. Pemberdayaan, pentingnya memberdayakan anggota tim untuk
berpartisipasi aktif dalam perubahan. Hal ini memberikan
tanggungjawab kepada anggota untuk mengambil keputusan dalam
melaksanakan tugas mereka. Pemberdayaan anggota tim akan
meningkatkan motivasi dan keterlibatan mereka serta memperkaya
kreativitas dan inovasi dalam perubahan;
e. Adaptabilitas; perubahan seringkali melibatkan situasi yang dinamis
dan tidak terduga, dengan memiliki kemampuan untuk beradaptasi
dengan perubahan dan merespon dengan cepat serta dapat
mengidentifikasi peluang dan tantangan baru.
f. Pembelajaran, dengan melihat perubahan sebagai kesempatan untuk
belajar dan berkembang, tim yang effektif akan mengevaluasi
langkah-langkah mereka, menganalisis hasil, dan mengidentifikasi
pelajaran yang dapat diterapkan dimasa yang akan datang.
1 2 3
1 Kerusakan System aplikasi dan server Menyediakan DRC dan membuat SOP
. dalam pelaksanaan Backup data aplikasi
8. Pemanfaatan Teknologi
Pemanfaatan informasi teknologi (IT) mencakup penggunaan
berbagai jenis teknologi dan perangkat lunak untuk memperoleh,
menyimpan, mengelola dan mengirim informasi. IT telah menjadi bagian
integral dari kehidupan kita sehari-hari dan berdampak pada hamper
semua aspek kehidupan termasuk dalam organisasi Inovasi.
Aplikasi JSS memanfaatkan infrastruktur TIK Dinas Kominfo dan
Persandian Kota Yogyakarta untuk menjalankan aplikasi maupun
menyimpanan data dari aplikasi JSS serta sistem pengaman berupa
recoveri data maupun system penyimpanan data yang semua
menggunakan server dan teknologi informasi lainnya sehingga dapat
berjalan dengan baik dan lancer.
Selain itu dengan berbasis IT diharapkan pendaftaran inovasi melalui
aplikasi JSS dapat membantu baik Dinas Kominfosandi maupun SKPD
dan stakeholder lainnya akan lebih efisien dalam memberikan layanan
informasi yang akurat dan transparan sehingga informasi yang dihasilkan
lebih bermanfaat baik bagi stakeholder maupun masyarakat.
BAB IV
ADOPSI DAN ADAPTASI
A. ADOPSI
Studi lapangan yang dilakukan di Dinas Kominfo dan Persandian Kota Yogyakarta
memberikan gambaran bagaimana melakukan inovasi dalam mengatasi
permasalahan belum optimalnya pelayanan digital untuk mendukung program smart
city kota Yogyakarta maka dilakukan inovasi “JOGJA SMART SERVICE“. Inovasi ini
di nilai dapat membantu kemudahan bagi masyarakat untuk mendapatkan layanan
yang pada akhirnya meningkatkan Indeks Layanan Informasi Publik bagi masyarakat
Kota Yogyakarta. Adopsi ini dapat dilakukan mengingat perlunya digitalisasi layan
disemua daerah terutama unyuk dinas Kominfosandi kabupaten Hulu Sungaim Utara
yang juga mempunyai tugas dan fungsi yang sama dengan diskominfo dan
persandian kota Yogyakarta.
Adapun hal-hal yang bias didopsi dari studi lapangan pada dinas kominfo dan
persandian Kota Yogyakarta adalah sebagai berikut :
1. Peran kepemimpinan seorang kepala Dinas kominfo dan Persandian yang
memliki tanggung jawab kepada tercapainya tujuan kinerja instansi yang
dipinpinnya dan mampu menginisiasi, mengarahkan dan mendorong perubahan
didalam dinas kominfo dan persandian kota Yogyakarta. Kepala dinas maupun
pejabat adminitstratornyan mampu mengarahkan dan memotivasi bawahannya
untuk berfikir inovatif dalam memberikan layanan dibidang komunikasi,
informatika, sattistik dan persandian, dan ini bias diaodopsi odan diterapkan juga
pada dinas kominfosandi kabupaten Hulu sungai Utara.
2. Inovasi Layanan yang dilakukan oleh dinas Kominfo dan Persandian
persandian Kota Yogyakarta telah mampu membuat sebuah inovasi
pelayanan yang manual menjadi Digital dengan sebuah inovasi JSS yang
membuat pelayanan public bisa diakses dalam sebuah sistem, layanan
yang menggabungkan semua layanan informasi maupun perizinan bahkan
belanja produk umkm bias dilakukan dan semuanya yang dibutuhkan
masyarakat maupun pemerintah ada didalamnya serta dapat diakses
dengan media elektronik atau smart phone hanya dengan satu akun
layanan.
3. penerapan kompetensi dan konsep pemberdayaan, khususnya bagi staf
atau pelaksana sesuai dengan kompetensinya masing-masing terlihat
pada Dinas Kominfo dan Persandian kota Yogyakarta. Pemberian
kepercayaan akan meningkatkan motivasi pelaksana untuk lebih
bermotivasi dan bekerja sungguh-sungguh, tentunya menjadi kunci sekses
dalam pelaksanaan perubahan. Dengan pemberdayaan staf ini
menciptakan lingkungan yang memungkinkan individu untuk pengambilan
inisiatif, membuat keputusan dan mengambil tanggungjawab dalam
mencapai tujuan dari perubahan. Hal ini juga dapat diadopsi oleh Dinas
Kominfosandi Kabupaten Hulu sungai Utara untuk ikut sukses dalam
pelaksanaan perubahan dilingkungan Dinas kominfosandi Kabupaten Hulu
Sungai Utara.
4. Dinas Kominfo dan Persandian Kota Yogyakarta Membangun kerjasama
yang kuat dengan Stakeholder eksternal sehingga mampu menciptakan
sebuah aplikasi layanan yang terintegrasi dalam sebuah aplikasi JSS.
Membangun jajaring kerja dengan dengan stekeholeder eksternal mampu
membuat kolaborasi laynanan yang baik seperti dengan Dinas
Perdagangan dan UMKM kota Yogyakarta, Dinas Kesehatan, Dinas
Perhubungan dan yang lainnya. Terlihat dari layananan yang tersedia
pada aplikasi JSS. HaI juga dapat diadopsi pada Dinas Kominfo sandi
Kab. HSU dalam hal meningkatkan pembangun SPBE di Kabupaten
Hulu Sungai Utara, selain itu dibentuknya Tim pengendali SLA (Service
Level Agreement) Koneksi jaringan kecamatan dan Puskesmas serta OPD
dilingkungan pemerintah Kota Yogyakarta Tahun 2022 sesuai SK kepala
Dinas Kominfo dan persandian Kota Yogyakarta
No.08.a/Kep/KOINFOSAN/I.2022 sebagi aksi nyata membangun sebuah
jejaring kerja untuk mendukung layan JSS dapat berjalan dengan baik.
5. Kita dapat mengadopsi manajemen akinerja Dinas Kominfo dan
Persandian Kota Yogyakarta mampu mebuat manajemen kinerja yang baik
dalam organisasi sehingga mampu menggerakan sumberdaya yang ada
dalam membangun tim yang efektif untuk mencapai tujuan organisasi. Ini
telihat dari bagimana mereka mampu mengidentifikasi masalah
dengan
menggunakan metode-metode yang sudah ada sehingga bisa membuat
arah kebijakan dan target kinerja organisasi dan masing-masing bidang
sesuai tugas dan fungsinya masing masing untuk mengatasi
permasalahan yang ada dan juga membuat sebuah indicator capaian
kinerja yang terukur dan dapat dievaluasi setelah semua arah kebijakan
dilaksanakan.
6. Kita Juga bias mengadopsi penerapan manajemen resiko pada Dinas
Kominfo dan persandian Kota Yogyakarta yang mempu mengidentifikasi
resiko resiko yang akan terjadin apabila sebuah program tidak
dilaksanakan seperti program pengembangan smartcity melalui JSS dapat
di identifikasi resiko-resiko yang akan diahadapi apabila tidak
terlaksananya kprogram. Kegiatan tersebut sehingga mereka juga bias
membuat sebuah perencanaan mitigasi resiko yang sesuai dengan resiko
yang telah didentifikasi.
7. Dinas Kominfosandi juga mampu mebuat ssebuat Planing dan budgeting
anggaran berdasrkan indikator kinerja yang telah ditentukan sdengan
membagi anggaran sesuai indicator indicator prioritas atau utama dalam
capaian kinerja oraganisasi dians Kominfomdan persandian kota
Yogyakarta. Indicator capaian dan sasran kinerja juga mengacu pada
capaian visi dan misi daerah kota Yogyakarta. Seperti peningkatan
kaulitas penya,pian informasi public dan peningkatan keamanan informasi
yang terlihat dengan bertambahnya anggaran pada kprogram yang
mendukung kedua indicator tersebut.
8. Kita juga bisa juga mengadopsi pemanfatan Informasi Teknologi / IT pada
program pengembangan smart City kota Yogyakarta melalui Jogja Smart
City yang dilakukan oleh dinas kominfo dan persandian Kota Yogyakarta.
Pemanfaat IT ini terlihat bagaimana mereka memanfaatkan teknologi
informasi seperti pemanfaatan media Smartphone yang digunakan hamper
semua kalangan masyakat untuk dapat mengakses layanan JSS dan juga
bagaimana mereka mengunakan media DRC untuk menjamin
keberlangsungan aplikasi apabila terjadi bencana kerusakan aplikasi
sehingga ada babkup dat yang tersedia dan juga penyediaan media
penyimpanan data digital yang memadai.
B. ADAPTASI
A. KESIMPULAN