Anda di halaman 1dari 5

Analisis Industri dengan menggunakan Five Forces of Porter untuk Industri

Automotif di Indonesia

Analisis Industri Otomotif di Indonesia menggunakan pendekatan analisis Five Forces of


Porter
Berdasarkan teori mengenai lima pendekatan analisis yang dikemukakan oleh
Michael Porter, berikut adalah analisis saya mengenai Industri Otomotif di Indonesia dengan
menggunakan metode analisis Five Forces of Porter:
a. The threat of new entrants
Berdasarkan data Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia
(GAIKINDO), 98% dari penjualan otomotif di Indonesia dikuasai oleh lima Brand Jepang yang
sudah eksis di industri otomotif di Indonesia.

Gambar penjualan Otomotif di Indonesia berdasarkan pricipalnya (GAIKINDO, 2016)

Sumber: Gaikindo
Sangat sulit bagi perusahaan baru untuk masuk dalam industri otomotif. Sebuah perusahaan baru
harus menghabiskan modal awal dan biaya yang cukup tinggi untuk menyiapkan jaringan
distribusi produk baru dan menyiapkan fasilitas manufaktur dalam memproduksi suatu produk
dengan kualitas yang mengungguli produk - produk yang sudah ada dan berbagai fungsi otomotif
lainnya. Industri otomotif berfokus pada loyalitas merek, dan ini adalah keuntungan dari
perusahaan otomotif yang ada di industri otomotif, karena bisnis telah berinvestasi lebih banyak
untuk memenangkan pelanggan daripada membuatnya tetap seperti Toyota, Honda, Daihatsu,
dll. Dibutuhkan waktu bertahun-tahun bagi pendatang baru untuk membangun reputasi yang
cukup kuat untuk menjadi kompetitif. Semua faktor ini membuat ancaman pendatang baru di
pasar ini sangat rendah.
Selain itu, Beberapa kebijakan yang mempengaruhi industri otomotif yakni
kebijakan soal perpajakan yang menetapkan PPNBM yang tinggi untuk import mobil mewah,
insentif program Low Cost Green Car (LCGC) yang menekankan pada industri otomotif lokal,
ketidakstabilan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), dan serta regulasi bea masuk, menjadi suatu
hal menghambat masuknya industri otomotif baru di Indonesia.

b. The threat of new Substitutes


Menurut Grant (Njambi, Lewa, & Katuse, 2016) Tidak ada pengganti yang
realistis untuk kendaraan bermotor dengan pengecualian transportasi skala besar yang disediakan
seperti kereta api. Evolusi ketergantungan konsumen pada kendaraan bermotor dimulai dengan
memproduksi mobil secara massal oleh Ford pada tahun 1910. Dimulai hampir 100 tahun yang
lalu, orang-orang di seluruh dunia menjadi semakin bergantung pada kendaraan bermotor.
Dengan pasokan kendaraan bermotor yang tetap tersedia setelah Perang Dunia II, transportasi
dengan mobil telah melampaui bentuk perjalanan pribadi lainnya dan pergerakan barang-barang
manufaktur.
Di Indonesia, transportasi umum yang disediakan nyatanya tidak mempengaruhi
secara signifikan penjualan kendaraan bermotor. Di beberapa region wilayah di Indonesia,
transportasi yang umum tidak berjalan seefektif yang direncanakan oleh pemerintah, sehingga
masyarakat lebih memilih untuk menggunakan kendaraan pribadi sebagai transportasi yang
dimana berpengaruh pada penjualan otomotif di Indonesia

c. Rivalry among existing firms


Okamoto & Sjoholm mengatakan bahwa persaingan diantara perusahaan-perusahaan
yang sudah mapan tampaknya berada pada tingkat tinggi bahwa struktur persaingan industri
tinggi dengan banyaknya distribusi dan perusahaan-perusahaan yang ada (Park & Lee, 2014).
Berdasarkan data yang dilampirkan sebelumnya industri otomotif di Indonesia dikuasai oleh
brand Jepang yang menguasai 98% penjualan otomotif di Indonesia selama tahun 2016. Hal
tersebut menunjukan bahwa persaingan industri otomotif di Indonesia sangatlah ketat. Sebagai
contoh, di industri mobil, biasanya ada banyak mobil yang serupa, seperti Toyota yang dengan
mudah kita temukan produk - produk serupa yang sangat mirip dengan Daihatsu atau Honda
dengan harga dan kualitas yang bersaing. Dalam hal ini, beberapa industri perlu melakukan
terobosan yang berbeda dengan kualitas yang tinggi namun biaya yang rendah untuk ikut
bersaing di industri otomotif yang telah ada.

d. The bargaining power of buyers

Di Indonesia, dengan kurang lebih 47 brand otomotif yang terdaftar di GAIKINDO,


kekuatan pembeli sangat kuat. Berdasarkan data penjualan mobil di Indonesia pada tahun 2017:

Penjualan Mobil di Indonesia berdasarkan Merk (GAIKINDO, 2016)

Sumber: Gaikindo
Tiga Brand besar seperti Toyota, Daihatsu, Honda menguasai 62% pasar. Dalam hal ini
dapat dilihat bahwa dengan banyak pilihan untuk dipilih, pembeli memegang kendali yang besar
terhadap daya tawar barang, tergantung pada jenis mobil apa yang mereka cari. Persaingan
seperti ini juga dapat menimbulkan sensitifitas pembeli terhadap harga dan kualitas produk yang
ditawarkan.

e. The bargaining power of suppliers

Industri otomotif di Indonesia sebagian besar berfokus pada perakitan manufaktur karena
adanya regulasi pembatasan dalam mengimpor mobil built-in lengkap (CBU) (Satto, 1998). Itu
mencerminkan Indonesia sepenuhnya terlibat dalam industri otomotif sebagai pemasok tetapi
bukan pembuat produk. Tawar-menawar kekuatan pemasok relatif lemah terutama di industri
otomotif itu sendiri, karena jenis pasokan bahan produksi relatif terhadap jenis produk dan
kualitas yang di tawarkan kepada pembeli.
Kesimpulan

Mengacu pada analisis industri menggunakan pendekatan Five Forces of Porter diatas,
maka dari data - data yang diambil dapat disimpulkan bahwa ancaman pendatang baru Industri
otomotif di Indonesia sangat rendah, mengacu pada 98% penjualan otomotif di Indonesia
dikuasai oleh Jepang, begitu pula ancaman dari kemungkinan adanya barang pengganti sangatlah
kecil karena ketergantungan masyarakat terhadap kendaraan bermotor belum dapat digantikan
dengan subtitusi lain yang harga maupun kualitas yang lebih baik. Persaingan brand – brand
otomotif yang sudah eksis sejak lama di industry otomotif di Indonesia sangatlah tinggi,
mengingat banyaknya perusahaan – perusahaan yang hidup di bidang otomotif dengan produk
dan harga yang bersaing, hal tersebut menunjukan juga bahwa daya tawar pembeli terhadap
produk sangat tinggi. Dalam hal daya tawar produk dalam Industri otomotif di Indonesia masih
tergolong rendah karena orientasi manufaktur otomotif di Indonesia hanya berfokus pada
perakitan bukan produksi secara keseluruhan, di karenakan ada nya batasan regulasi import
barang di Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai