Automotif di Indonesia
Sumber: Gaikindo
Sangat sulit bagi perusahaan baru untuk masuk dalam industri otomotif. Sebuah perusahaan baru
harus menghabiskan modal awal dan biaya yang cukup tinggi untuk menyiapkan jaringan
distribusi produk baru dan menyiapkan fasilitas manufaktur dalam memproduksi suatu produk
dengan kualitas yang mengungguli produk - produk yang sudah ada dan berbagai fungsi otomotif
lainnya. Industri otomotif berfokus pada loyalitas merek, dan ini adalah keuntungan dari
perusahaan otomotif yang ada di industri otomotif, karena bisnis telah berinvestasi lebih banyak
untuk memenangkan pelanggan daripada membuatnya tetap seperti Toyota, Honda, Daihatsu,
dll. Dibutuhkan waktu bertahun-tahun bagi pendatang baru untuk membangun reputasi yang
cukup kuat untuk menjadi kompetitif. Semua faktor ini membuat ancaman pendatang baru di
pasar ini sangat rendah.
Selain itu, Beberapa kebijakan yang mempengaruhi industri otomotif yakni
kebijakan soal perpajakan yang menetapkan PPNBM yang tinggi untuk import mobil mewah,
insentif program Low Cost Green Car (LCGC) yang menekankan pada industri otomotif lokal,
ketidakstabilan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), dan serta regulasi bea masuk, menjadi suatu
hal menghambat masuknya industri otomotif baru di Indonesia.
Sumber: Gaikindo
Tiga Brand besar seperti Toyota, Daihatsu, Honda menguasai 62% pasar. Dalam hal ini
dapat dilihat bahwa dengan banyak pilihan untuk dipilih, pembeli memegang kendali yang besar
terhadap daya tawar barang, tergantung pada jenis mobil apa yang mereka cari. Persaingan
seperti ini juga dapat menimbulkan sensitifitas pembeli terhadap harga dan kualitas produk yang
ditawarkan.
Industri otomotif di Indonesia sebagian besar berfokus pada perakitan manufaktur karena
adanya regulasi pembatasan dalam mengimpor mobil built-in lengkap (CBU) (Satto, 1998). Itu
mencerminkan Indonesia sepenuhnya terlibat dalam industri otomotif sebagai pemasok tetapi
bukan pembuat produk. Tawar-menawar kekuatan pemasok relatif lemah terutama di industri
otomotif itu sendiri, karena jenis pasokan bahan produksi relatif terhadap jenis produk dan
kualitas yang di tawarkan kepada pembeli.
Kesimpulan
Mengacu pada analisis industri menggunakan pendekatan Five Forces of Porter diatas,
maka dari data - data yang diambil dapat disimpulkan bahwa ancaman pendatang baru Industri
otomotif di Indonesia sangat rendah, mengacu pada 98% penjualan otomotif di Indonesia
dikuasai oleh Jepang, begitu pula ancaman dari kemungkinan adanya barang pengganti sangatlah
kecil karena ketergantungan masyarakat terhadap kendaraan bermotor belum dapat digantikan
dengan subtitusi lain yang harga maupun kualitas yang lebih baik. Persaingan brand – brand
otomotif yang sudah eksis sejak lama di industry otomotif di Indonesia sangatlah tinggi,
mengingat banyaknya perusahaan – perusahaan yang hidup di bidang otomotif dengan produk
dan harga yang bersaing, hal tersebut menunjukan juga bahwa daya tawar pembeli terhadap
produk sangat tinggi. Dalam hal daya tawar produk dalam Industri otomotif di Indonesia masih
tergolong rendah karena orientasi manufaktur otomotif di Indonesia hanya berfokus pada
perakitan bukan produksi secara keseluruhan, di karenakan ada nya batasan regulasi import
barang di Indonesia.