Disusun Oleh:
Muhammad Rizky Azis Hidayat
Aby Rizky Dwi Mulyono
Anita Kartini Mau
Anselmus Manek
Maria Lidya Meak
Fridaria D. Klau
Pengelolaan penerimaan daerah harus dilakukan secara cermat, tepat, dan hati-hati. Pemerintah
daerah hendaknya dapat menjamin bahwa semua potensi penerimaan telah terkumpul dan dicatat
kedalam sistem akuntansi pemerintahan daerah.
Selain itu, perlu dilakukan penyederhanaan prosedur administrasi, tetapi ditingkatkan prosedur
pengendaliannya. Adapun tujuan dari penyederhanaan administrasi adalah untuk memberi
kemudahan bagi masyarakat membayar pajak dan retribusi daerah. Sedangkan, tujuan dari
peningkatan prosedur pengendalian adalah untuk pengendalian intern pemerintah daerah.
Sistem pemerintahan sentralis yang diterapkan di Indonesia sebelum era reformasi memberikan
pembelajaran kepada kita bahwa pendekatan sentralis dalam pembangunan telah menimbulkan
efek-efek negatif.
Sehingga, secara umum pemerintah daerah masih mengalami banyak masalah, diantaranya :
a. Tingginya tingkat kebutuhan daerah (fiscal need) yang tidak seimbang dengan kapasitas
fiskal (fiscal capasity) yang dimiliki daerah, sehingga menimbulkan fiscal gap
b. Kualitas layanan publik yang masih memprihatinkan menyebabkan produk layanan publik
yang sebenarnya dapat dijual ke masyarakat direspons secara negatif.
c. Lemahnya infrastruktur prasarana dan sarana umum
d. Belum diketahui potensi PAD yang mendekati posisi ini
Beberapa strategi yang dapat dilakukan pemerintah daerah untuk menutupi kesengajaan fiskal
melalui manahemen penerimaan daerah, antara lain:
Sementara itu, Devas (1989) memberikan kriteria yang lebih rinci untuk menetapkan kelayakan
suatu pajak, yaitu:
Selain itu, pemerintah dapat mengoptimalkan penerimaan pajak pusat yang dapat dibagi (sharing)
dengan daerah (misalnya PPh orang pribadi dan BPHTB). Jika potensinya cukup besar maka
pemerintah daerah dapat membantu mobilisasi penerimaan pajak pusat, sehingga bagian hasil pajak
daerah tersebut tinggi.
Untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah, pemerintah daerah perlu memperbaiki sistem
perpajakan daeah.
Pada prinsipnya, sistem perpajakan harus ekonomis, efisien, dan adil, serta sederhana dalam
pengadministrasiaannya. Beberapa hal yang harus perlu dilakukan pemerintah daerah untuk
memperbaiki sistem perpajakan antara lain:
BUMD sebagai perusahaan sebagai milik daerah mulanya diatur dalam UU Nomor 5 Tahun 1962
tentang Perusahaan Daerah. Sehubungan dengan adanya desentralisasi dan otonomi daerah,
sebagai bagian dari daerah, BUMD juga diatur cukup detail Pada Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah.
Dalam PP Nomor 54 Tahun 2017, tentang BUMD, Pemerintah Daerah dapat mendirikan Badan
Usaha Milik Daerah melalui Peraturan Daerah (Perda) dengan tujuan:
Dengan demikian dapat diketahui bahwa harapan yang melekat pada sebuah BUMD adalah untuk
menjadi penggerak perekonomian daerah (engine of growth), menjadi penyedia layanan umum,
serta memberikan keuntugan kepada daerah dalam bentuk laba/deviden perusahaan.
Dari pengertian diatas, dapat diketahui tujuan pembentukan BLU/BLUD adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui penyediaan umum yang ekonomis, efisien dan
efektif serta berkualitas.
Menurut PP Nomor 74 Tahun 2012, dalam menentukan tarif layanan BLU/BLUD harus
mempertimbangkan aspek-aspek, sebagai berikut: