Anda di halaman 1dari 16

} Halaman 193 – 208

Strategi Peningkatan Penerimaan Bea Perolehan Hak Atas


Tanah dan Bangunan (BPHTB) Di Kabupaten Nias Selatan

Muhamad Nur Afandi


Dosen STIA LAN Bandung
e-mail: m.n.afandi@gmail.com
Obedy Syukur Hulu
Pegawai PNS Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Nias Selatan
e-mail: obedy_syukur@yahoo.com

Abstrak
Penelitian ini dilakukan di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Nias Selatan untuk mendapatkan
gambaran pelaksanaan pengalihan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dari pajak
pusat menjadi pajak daerah. Pelaksanaan BPHTB di Kabupaten Nias Selatan sudah berjalan mulai dari
tahun 2011.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan pengumpulan data
penelitian dilakukan dengan teknik wawancara dan kajian dokumen. Setelah data terkumpul kemudian
dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT untuk menemukan isu-isu strategis.
Berdasarkan hasil analisis SWOT terhadap lingkungan eksternal dan lingkungan internal maka
ditemukan sebelas isu-isu strategis dalam pengelolaan BPHTB, kemudian dari sebelas isu-isu strategis
tersebut dilakukan analisis dengan menggunakan tes litmus dan diperoleh lima isu yang paling strategis
yang memiliki skor tertinggi. Kelima isu tersebut merupakan strategi yang tepat untuk meningkatkan
penerimaan BPHTB di Kabupaten Nias Selatan.
Pertama strategi peningkatan kuantitas dan kualitas infrastruktur jalan. Strategi ini sangat tepat
karena dengan bertambahnya akses jalan dan meningkatnya kualitas jalan maka nilai jual tanah
dan bangunan akan meningkat pesat, kedua strategi meningkatkan sosialisasi mengenai perpajakan
kepada wajib pajak, ketiga strategi mengusulkan perbaikan standar harga tanah (zona nilai tanah)
untuk ditetapkan dalam bentuk kebijakan oleh kepala daerah, keempaat strategi memperbaiki dan
memperkuat sistem pengawasan pelaksanaan pemungutan BPHTB. Strategi ini sangat tepat karena
dengan pengawasan yang baik maka penghindaran pajak oleh wajib pajak dapat dihindari dan juga
pegawai yang mencoba bermain-main dengan pajak dapat dicegah, kelima strategi memanfaatkan
kecanggihan teknologi dalam memberikan informasi dan pelayanan kepada wajib pajak.
Kata Kunci: Strategi Peningkatan Penerimaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

Strategy in Increasing Land and Building Acquisition Right Revenue (BPHTB) in South Nias District

Abstract
The research was conducted at South Nias District Revenue Office. It tried to depict the implementation of
the transfer of Land and Building Acquisition Right Revenue (BPHTB) from the central tax into local revenue.
The implementation of BPHTB in South Nias District commenced in 2011.
The research employed a descriptive qualitative method and the data were collected through interviews and
document reviews. Then, the data were analyzed by using SWOT analysis to find strategic issues.
Based on the internal and external factors of SWOT analysis, it was found eleven strategic issues concerning
the management of BPHTB. Out of eleven strategic issues, after the litmus test, it was obtained five most strategic
issues having the highest scores. The five issueis were thought to be the best strategies to improve BPHTB revenues
in South Nias District.
The first strategy was to increase the quantity and quality of road infrastructure. This strategy was very
appropriate because better access of roads would result in the increase of the sale value of the land and buildings
rapidly. The second strategy was to improve and widespread the socialization of taxation to taxpayers. The third
strategy was to propose the fixed price standard of the land (land value zone) through a Local Reagent’s decree.
The fourth strategy was to improve and strengthen the supervisory system for BPHTB collection to prevent tax
avoidance by taxpayers and tax fraud by the tax officers. Finally, the fifth strategy was to utilize sophisticated
technology to provide more accurate information and services to taxpayers.
Keywords: Strategy of Increasing Revenue Land and Building Transfer Tax (BPHTB)

193
Strategi Peningkatan Penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB) di Kabupaten Nias Selatan
} Muhamad Nur Afandi dan Obedy Syukur Hulu

A. LATAR BELAKANG sumber keuangan diwilayahnya agar dapat


meningkatkan pendapatan daerah.
Pembangunan nasional bertujuan untuk
Berdasarkan Penjelasan Umum Undang-
mewujudkan masyarakat adil dan makmur
undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
yang merata material dan spiritual berdasarkan
Pemerintahan Daerah angka 6 tentang Keuangan
Pancasila dan UUD Republik Indonesia 1945
Daerah (2004: 221) disebutkan: “Daerah
dalam wadah Negara Kesatuan Republik
diberikan hak untuk mendapatkan sumber
Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat
keuangan yang antara lain berupa: kepastian
adil dan makmur. Oleh karena itu pemerintah
tersedianya pendanaan dari Pemerintah sesuai
harus melaksanakan pembangunan di segala
dengan urusan pemerintah yang diserahkan;
bidang kehidupan yang meliputi bidang politik,
kewenangan memungut dan mendayagunakan
hukum, ekonomi, sosial dan sebagainya. Untuk
pajak dan retribusi daerah dan hak untuk
dapat merealisasikan tujuan tersebut, secara
mendapatkan bagi hasil dari sumber-sumber
merata diseluruh wilayah Negara Kesatuan
daya nasional yang berada di daerah dan dana
Republik Indonesia maka pemerintah pusat
perimbangan lainnya; hak untuk mengelola
telah mengeluarkan kebijakan otonomi daerah
kekayaan Daerah dan mendapatkan sumber-
melalui Undang Undang Nomor 22 Tahun
sumber pendapatan lain yang sah serta sumber-
1999 yang kemudian telah direvisi dengan
sumber pembiayaan. Dengan pengaturan ter­
Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
sebut, dalam hal ini pada dasarnya Pemerintah
Pemerintahan Daerah. Konsep kebijakan
menerapkan prinsip ”uang mengikuti fungsi”.
otonomi daerah dilakukan dengan memberikan
Berdasarkan hal itu, dapat kita pahami bahwa
kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggung
penyelenggaraan otonomi daerah menuntut
jawab kepada daerah secara proporsional, yang
adanya ketersediaan sumber pendapatan
diwujudkan dengan pengaturan, pembagian,
daerah untuk mengisi keuangan daerah dalam
dan pemanfaatan sumber daya nasional, serta
rangka menyelenggarakan pembangunan
perimbangan keuangan antara pemerintah
dan kegiatan rutin pemerintah di daerah.
pusat dan daerah, sesuai dengan prinsip-prinsip
Disamping itu, penyelenggaraan pemerintahan
demokrasi, peran-serta masyarakat, pemerataan,
daerah juga didukung adanya perimbangan
dan keadilan, serta potensi dan keanekaragaman
keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Daerah, yang dilaksanakan dalam kerangka
Pemerintah Daerah yang disesuaikan dengan
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Arti­
potensi dan kebutuhan daerah sebagaimana di
nya daerah diberikan kewenangan yang
atur dalam Undang-Undang Nomor 33 tahun
besar dan keleluasaan dalam mengelola dan
2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
memanfaatkan potensi daerah sebesar-besarnya
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah.
sehingga dapat terwujud kemandirian daerah
Akan tetapi bukan berarti dengan adanya
dalam menyelenggarakan pembangunan dan
perimbangan keuangan antar pemerintah pusat
kegiatan-kegiatan pemerintahan di daerah.
dan daerah maka daerah hanya mengandalkan
Salah satu indikator dalam mendukung
dana dari pemerintah pusat, tetapi yang paling
keberhasilan otonomi daerah adalah ke­
utama bagaimana pemerintah daerah dapat
mampuan keuangan daerah. Keuangan daerah
mengoptimalkan penerimaan daerah dari
sangat penting karena untuk membiayai
sektor pendapatan asli daerah (PAD). Dengan
operasional penyelenggaraan pemerintah
demikian diharapkan kemandirian daerah
daerah sangat ditentukan oleh seberapa besar
dapat terwujud dan kalaupun ada dana dari
keuangan yang dimiliki oleh daerah. Semakin
pemerintah pusat sifatnya hanya sebagai
besar keuangan daerah maka pelaksanaan
tambahan dan bukan yang terutama.
tugas dan kelancaran program kerja pemerintah
Berdasarkan data dari Kementrian
daerah akan semakin cepat pula. Hal ini senada
Keuangan Republik Indonesia pada tahun
dengan apa yang disampaikan oleh Musgrave
2012 menunjukkan bahwa pendapatan asli
dan Musgrave (Halim, 2014: 191) bahwa pesatnya
daerah di Indonesia hanya memberikan
pembangunan daerah menuntut tersedianya
kontribusi terhadap Anggaran Pendapatan dan
dana bagi pembiayaan pembangunan yang
Belanja Daerah (APBD) sebesar 10% (persen),
menyangkut perkembangan kegiatan fiskal
sementara yang lainnya 75% (persen) dari Dana
yaitu alokasi, distribusi, dan stabilisasi sumber-
Alokasi Umum (DAU) dan 15% (persen) dari
sumber pembiayaan yang makin besar. Untuk
Penerimaan Lain-lain Pendapatan yang sah.
itu daerah harus mampu menggali sumber-
Artinya kebanyakan daerah di Indonesia tidak

194
Strategi Peningkatan Penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB) di Kabupaten Nias Selatan
} Muhamad Nur Afandi dan Obedy Syukur Hulu

mampu membiayai urusan rumah tangganya (BPHTB). Hal ini sebagaimana diatur dalam
sendiri dan masih bergantung dari bantuan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang
yang diberikan oleh pemerintah pusat. Dengan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD). Di
demikian maka cita-cita otonomi daerah dalam dalam pasal 182 angka 2 diatur bahwa, Menteri
mewujudkan kemandirian daerah untuk Keuangan bersama-sama dengan Menteri
saat ini belum tercapai. Demikian halnya Dalam Negeri mengatur tahapan persiapan
dengan Kabupaten Nias Selatan kemampuan pengalihan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
pendapatan asli daerah dalam menunjang APBD Bangunan (BPHTB) sebagai Pajak Daerah paling
masih sangat rendah. Hal ini dapat kita lihat lama 1 (satu) tahun sejak berlakunya Undang-
pada tabel persentase kontribusi PAD terhadap Undang ini.
APBD Kabupaten Nias Selatan selama 3 Tahun Terdapat banyak pertimbangan yang
terakhir yaitu sebagai berikut: melatarbelakangi dilakukannya pengalihan
pajak tersebut ke daerah, antara lain adalah untuk
Tabel 1. Kontribusi PAD Terhadap APBD
menambah sumber penerimaan pemerintah
Kab. Nias Selatan Tahun 2011 s/d 2013
daerah serta untuk menjaring Wajib Pajak lebih
Jumlah PAD Total Nilai
Persentase banyak lagi. Dari sisi pertimbangan objek pajak
Tahun Kontribusi
(Rp) APBD (Rp) dan pengurusan administrasi BPHTB lebih
PAD (%)
tepat dikelola oleh daerah karena objek pajak
2011 8.506.386.084 572.408.279.031 1,49
dari BPHTB itu sendiri berada di daerah yang
2012 9.898.500.878 713.491.963.081 1,39
pengurusan segala bentuk administrasinya juga
2013 10.509.835.080 782.595.257.891 1,34
di daerah.
Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kab. Nias Selatan Sebelumnya BPHTB ini dikelola oleh
Berdasarkan Tabel 1 diatas, menunjukkan pemerintah pusat dengan ketentuan pemerintah
bahwa PAD Kabupaten Nias Selatan sangat pusat melimpahkan sebagian kewenangan
rendah. PAD hanya menyumbang rata-rata penagihan pajak kepada Gubernur atau kepada
1 (satu) persen lebih dari total pendapatan Bupati/Walikota, pelimpahan urusan dalam hal
daerah dalam APBD selama tiga tahun terakhir ini hanya sebagai pemungut pajak sedangkan
sedangkan yang selebihnya berasal dari pendataan obyek pajak dan penempatan pajak
Bantuan Pemerintah Pusat dan Pemerintah yang terhutang tetap menjadi wewenang
Provinsi Sumatera Utara. Hal ini mengakibatkan Menteri Keuangan (Pemerintah Pusat). Hasil
pembangunan di daerah berjalan lambat dan penerimaan BPHTB kemudian dibagi antara
cenderung hanya menunggu uluran tangan atau Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
bantuan keuangan dari pemerintah pusat. Berdasarkan UU Nomor 33 Tahun 2004 (Pasal
Ketidakmampuan daerah dalam me­ 12 ayat (4) dan ayat (5)) tentang perimbangan
nyelenggarakan urusan rumah tangganya keuangan antara pemerintah pusat dan
ini salah satunya disebabkan oleh rendahnya pemerintahan daerah, pendapatan BPHTB
kemampuan pemerintah daerah dalam meng­ dibagikan ke daerah dengan pola distribusi
optimalkan sumber-sumber pendapatan sebagai berikut: 80% merupakan bagian daerah
daerah. Salah satunya disebabkan karena pajak yang dibagikan kepada daerah provinsi dan
yang dikelola oleh pemerintah daerah hanya kabupaten/kota dengan porsi: (16% untuk
sedikit yang bisa diandalkan sebagai sumber daerah provinsi yang bersangkutan, dan 64%
penerimaan sementara semua pajak utama yang untuk daerah kabupaten/kota penghasil). Dan
paling produktif masih dikelola oleh pemerintah 20% merupakan bagian pemerintah pusat dan
pusat. dibagikan kepada seluruh kabupaten/kota
Dalam upaya meningkatkan PAD, dengan porsi yang sama.
maka pemerintah pusat memandang penting Maka dengan adanya Pengalihan BPHTB
melaksanakan kebijakan pelimpahan ke­ ini dari pajak pusat menjadi pajak daerah
wenangannya di sektor pajak kepada pemerintah menyebabkan terjadinya pemindahan pos
daerah karena salah satu penyumbang PAD penerimaan BPHTB yang sebelumnya berada
terbesar pemerintah daerah di Indonesia pada pos dana bagi hasil pajak, berpindah
adalah sektor pajak daerah. Jenis pajak pusat ke pos Pendapatan Asli Daerah. Dengan
yang kewenangannya dilimpahkan kepada demikian desentralisasi BPHTB sangatlah
Pemerintah Daerah, salah satunya adalah Bea berpengaruh terhadap besarnya pendapatan
Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan asli daerah khususnya penerimaan yang berasal
dari pemungutan pajak daerah. Untuk itu

195
Strategi Peningkatan Penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB) di Kabupaten Nias Selatan
} Muhamad Nur Afandi dan Obedy Syukur Hulu

pengalihan ini diharapkan dapat meningkatkan target penerimaan sangat rendah yaitu
penerimaan daerah sehingga akan mendorong Rp.65.500.000 sementara tingkat realisasinya
kemandirian keuangan pemerintah daerah serta sangat tinggi atau jauh melampaui target yang
mengurangi tingkat ketergantungan pemerintah telah ditetapkan yaitu Rp.186.784.500 atau
daerah kepada pemerintah pusat. persentasenya sebesar 285%.
Dalam proses pengalihan BPHTB se­ Berdasarkan informasi yang penulis dapat­
bagaimana halnya dengan pajak daerah kan dari laporan analisa dampak pengalihan
lainnya, pemungutan BPHTB dapat dilakukan pemungutan BPHTB ke daerah terhadap
setelah adanya Peraturan Daerah (Perda). Perda kondisi fiskal daerah yang dikeluarkan oleh
tentang BPHTB merupakan dasar hukum yang Tim Asistensi Kementerian Keuangan Bidang
mengatur kebijakan BPHTB di suatu daerah Desentralisasi Fiskal pada tahun 2012dan
yang mencakup objek, subjek dan wajib pajak, juga berdasarkan informasi yang penulis
tarif, dasar pengenaan, dan ketentuan lain yang himpun dari beberapa pegawai di Dinas
diperlukan untuk pemungutan BPHTB sesuai Pendapatan Daerah Kabupaten Nias Selatan,
dengan kondisi masyarakat dan karakteristik menyatakan bahwa ada beberapa masalah
daerah masing-masing. atau kendala yang dihadapi oleh pemerintah
Pemungutan BPHTB setelah dialihkan daerah dalam pelaksanaan pemungutan
menjadi pajak daerah di Kabupaten Nias BPHTB yang menyebabkan penerimaan pajak
Selatan Provinsi Sumatera Utara, telah mulai BPHTB sangat rendah. Adapun masalah atau
dilaksanakan pada tahun 2011, walaupun kendala yang dihadapi oleh Dinas Pendapatan
peraturan daerahnya baru keluar pada tahun Daerah dalam mengoptimalkan penerimaan
2012 yaitu Peraturan Daerah Kabupaten Nias BPHTB di Kabupaten Nias Selatan adalah
Selatan Nomor 03 Tahun 2012 tentang Pajak sebagai berikut: (1). Dinas Pendapatan Daerah
Daerah. Pelaksanaan BPHTB di Kabupaten memiliki keterbatasan sumber daya manusia
Nias Selatan sudah berjalan selama tiga tahun, dalam operasionalisasi pengelolaan BPHTB
adapun kontribusi BPHTB terhadap penerimaan baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
daerah selama 3 (tiga) tahun tersebut mulai (2). Tingkat Kepedulian dan kesadaran wajib
tahun 2011s/d 2013 dapat dilihat pada tabel pajak dalam membayar pajak masih kurang.
realisasi penerimaan BPHTB Kabupaten Nias (3). Kurangnya kerjasama yang baik antar
Selatan berikut ini: lembaga yang terkait dengan pengelolaan
BPHTB seperti Notaris, PPAT, BPN, KPP. Hal
Tabel 2. Realisasi Penerimaan BPHTB ini penting dilakukan agar dapat menghasilkan
Kabupaten Nias Selatan Tahun 2011/2013 nilai transaksi yang mendekati nilai sebenarnya
Realisasi Pencapaian sehingga memudahkan Dinas Pendapatan
No Tahun Target (Rp)
(Rp) (%) Daerah didalam melakukan pengawasan. (4).
1. 2011 280.000.000 62.768.900 22,42% Penggunaan teknologi informasi masih belum
2. 2012 65.500.000 186.784.500 285,17% optimal. Contoh Dinas pendapatan daerah
3. 2013 905.457.749 254.487.052 28,11% masih belum memaksimalkan penggunaan
Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Nias Selatan
jaringan internet dalam menyampaikan
informasi kepada wajib pajak. (5). Belum
Berdasarkan Tabel 2 diatas, disamping adanya sosialisasi atau penyuluhan kepada
masalah rendahnya realisasi penerimaan wajib pajak yang isinya tentang pelayanan
BPHTB bahkan sangat jauh dari target yang kepada masyarakat, mekanisme pemungutan
telah ditetapkan, maka masalah lainnya adalah pajak dan fungsi pajak.
besarnya potensi penerimaan daerah dari BPHTB
yang dituangkan didalam penetapan target
penerimaan BPHTB oleh Dinas Pendapatan B. LANDASAN TEORITIS
Daerah Kabupaten Nias Selatan tidak akurat Manajemen Strategis
dan tidak dilakukan penghitungan penetapan
Manajemen strategis pada mulanya
yang tepat terbukti penetapan target pada tahun
lebih banyak digunakan oleh perusahaan atau
2011 dan 2013 ditetapkan sangat tinggi yaitu
disektor swasta dalama upaya untuk mencapai
pada tahun 2011 target Rp. 280.000.000 dan pada
efektivitas dan efisiensi sehingga perusahaan
tahun 2013 target penerimaan meningkat yaitu
dapat bertahan hidup dalam menghadapi
Rp. 905.457.749 sementara realisasinya sangat
persaingan. Kemudian sektor publik meng­
rendah, sedangkan pada tahun 2012 ditetapkan
adopsi pendekatan ini sebagai upaya

196
Strategi Peningkatan Penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB) di Kabupaten Nias Selatan
} Muhamad Nur Afandi dan Obedy Syukur Hulu

untuk memperbaiki kinerja birokrasi dalam 1. Memprakarsai dan menyepakati suatu


menghadapi lingkungan yang selalu berubah proses perencanaan strategis.
dan semakin kompleks. Manajemen strategis 2. Mengidentifikasi mandat organisasi.
menurut Wheelen dan Hunger (Utomo dan 3. Memperjelas misi dan nilai-nilai organisasi.
Kalalo, 2002: 11), adalah “Manajemen strategis 4. Menilai lingkungan eksternal: Peluang dan
adalah serangkaian keputusan dan tindakan ancaman.
manajerial yang menentukan kinerja perusahaan 5. Menilai lingkungan internal: kekuatan dan
dalam jangka panjang. Manajemen strategis kelemahan.
meliputi pengamatan lingkungan, perumusan 6. Mengidentikasi isu strategis yang dihadapi
strategi (perencanaan strategi), implementasi organisasi.
strategi dan evaluasi dan pengendalian. Lebih 7. Merumuskan strategi untuk mengelola
lanjut Wheelen dan Hunger menjelaskan bahwa isu-isu.
konsep ini muncul sebagai respon terhadap 8. Menciptakan visi organisasi yang efektif
perubahan lingkungan yang sangat turbulence”. bagi masa depan.
Lebih lanjut Certo dan Peter (Tangkilisan, 2003:
9) mendefenisikan manajemen strategis sebagai Konsep Pajak Daerah
berikut: “Manajemen strategis merupakan suatu Menurut ketentuan umum Undang-
proses interaktif dalam mencapai keseluruhan Undang Nomor 28 Tahun 2009 pasal 1, Pajak
tujuan organisasi secara tepat dengan me­ Daerah, yang selanjutnya disebut Pajak, adalah
nyesuai­kan kondisi lingkungan”. kontribusi wajib kepada Daerah yang terutang
Pengertian lain dikemukakan oleh oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
Digman (Tangkilisan, 2003: 9) sebagai memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan
berikut “Manajemen strategis adalah proses tidak mendapatkan imbalan secara langsung
berkelanjutan yang melibatkan usaha-usaha dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi
untuk memadukan organisasi dengan perubahan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Menurut
lingkungannya dengan cara yang paling Siahaan (2010: 7) pengertian pajak adalah:“Pajak
meng­ untungkan”. Pengertian yang lebih luas adalah pungutan dari masyarakat oleh negara
mengenai Manajemen Strategis dikemukakan (pemerintah) berdasarkan undang-undang
oleh David (2004: 5), manajemen strategis adalah yang bersifat dapat dipaksakan dan terutang
“Seni dan pengetahuan untuk merumuskan, oleh yang wajib membayarnya dengan tidak
mengimplementasikan dan mengevaluasi mendapat prestasi kembali (kontra prestasi/
keputusan lintas fungsional yang membuat balas jasa) secara langsung, yang hasilnya
organisasi mampu mencapai obyektivitasnya”. digunakan untuk membiayai pengeluaran
Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat negara dalam penyelenggaraan pemerintahan
kita pahami bahwa manajemen strategis adalah dan pembangunan”. Menurut Leroy Beaulieu
suatu proses yang dilakukan oleh organisasi (Rahayu, 2010 : 22), dalam traite de la science
dalam menetapkan strategi yang tepat dan des finances tahun 1906, menyatakan bahwa
diimplementasikan untuk menghadapi “L’impot et la contribution, soit directe soit
perubahan lingkungan eksternal yang sangat dissimulee, que la puissance publique exige des
turbulence dengan memperhatikan kekuatan habitants ou des biens pur subvenir aux depenses
dan kelemahan yang dimiliki sehingga tujuan du gouvement. Pajak adalah bantuan, baik secara
organisasi dapat tercapai. langsung maupun tidak yang dipaksakan oleh
Mencermati pengertian diatas dapat kita kekuasaan publik dari penduduk atau dari
simpulkan bahwa dalam manajemen strategis barang, untuk menutupi belanja pemerintah”.
diperlukan tahapan-tahapan yaitu menilai dan Pendapat lain dikemukakan oleh Soemitro
menganalisis lingkungan eksternal, memahami (Mardiasmo, 2009 : 1) mengemukakan “Pajak
kondisi internal organisasi, merumuskan adalah iuran rakyat kepada kas negara ber­
dan menetapkan strategi organisasi, adanya dasarkan undang-undang (yang dapat di­
tujuan yang ingin dicapai, implementasi yang paksakan) dengan tiada mendapat jasa
nyata dari strategi yang telah ditetapkan dan timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat
adanya pengendalian atau evaluasi terhadap ditunjukkan dan yang digunakan untuk mem­
pelaksanaan strategi yang telah ditetapkan. bayar pengeluaran umum”. Senada dengan itu
Menurut Bryson (2005: 55), proses manajemen Adriani (Abuyamin, 2012 : 2) mendefenisikan:
strategis (perencanaan strategis) terdiri dari “Pajak merupakan iuran kepada negara (yang
delapan langkah yaitu sebagai berikut: dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang

197
Strategi Peningkatan Penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB) di Kabupaten Nias Selatan
} Muhamad Nur Afandi dan Obedy Syukur Hulu

wajib membayarnya menurut peraturan- (not arbitary). Dalam asas ini, kepastian
peraturan, dengan tidak mendapat prestasi hukum yang dipentingkan adalah yang
kembali, yang langsung dapat ditunjuk dan mengenai subyek-obyek, besarnya pajak,
yang gunanya adalah untuk membiayai dan juga ketentuan mengenai waktu
pengeluaran pengeluaran umum berhubung pembayarannya.
dengan tugas negara untuk menyelenggarakan 3. Convenience of payment (saat paling tepat).
pemerintahan”. Berdasarkan beberapa Every tax ought to be leveid at the time, or
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa in the minner, in which it is most likely to be
pajak memiliki unsur-unsur sebagai berikut: convenient for the contributor to pay it. Teknik
1. Pungutan dari masyarakat oleh Negara pemungutan pajak yang dianjurkan ini
2. Berdasarkan Undang-Undang (yang juga disebut convenience of payment),
3. Dapat dipaksakan menetapkan bahwa pajak hendaknya
4. Tanpa Kontraprestasi atau imbalan jasa dipungut pada saat yang paling baik
secara langsung dari negara kepada wajib bagi para wajib pajak, yaitu saat sedekat-
pajak. dekatnya dengan detik diterimanya peng­
5. Digunakan untuk membiayai keperluan hasilan yang bersangkutan.
negara/daerah bagi sebesar-besarnya
4. Economics of collection (efisien). Every tax
kemakmuran rakyat.
ought to be so contrived as both to take out and
Selain definisi dan unsur-unsur pajak maka
to keep out of the pockets of the people as little
dari pengertian diatas dapat terlihat bahwa
as possible over and above what it brings into
fungsi pajak ada 2 (dua) yaitu:
to public treasury of the state. Asas efisiensi
1. Fungsi Budgetair, pajak dipergunakan
ini menetapkan, pemungutan pajak
sebagai alat untuk memasukkan dana
hendaknya dilakukan sehemat-hematnya;
secara optimal ke kas negara berdasarkan
jangan sekali-kali biaya pemungutan
peraturan perundang-undangan yang
melebihi pemasukan pajaknya.
digunakan untuk menjalankan tugas-tugas
rutin negara. Di Indonesia terdapat tiga sistem
2. Fungsi Regulerend disebut juga fungsi pemungutan pajak (Mardiasmo, 2009: 7) yaitu
mengatur, pajak merupakan alat kebijakan sebagai berikut:
pemerintah untuk mencapai tujuan a. Official Assesment System, adalah suatu
tertentu. sistem pemungutan yang memberi
Didalam melakukan pemungutan pajak, wewenang kepada pemerintah (fiskus)
Adam Smith (Abuyamin, 2012: 8) dalam untuk menentukan besarnya pajak yang
bukunya An inquiry into the nature and causes terutang oleh Wajib Pajak. Ciri-cirinya (1)
of the wealth of nations (terkenal dengan nama Wewenang untuk menentukan besarnya
wealth of nation) melancarkan ajarannya sebagai pajak terutang ada pada fiskus, (2) Wajib
asas pemungutan pajak yang dinamai The Four Pajak bersifat pasif, (3) Utang pajak timbul
Maxims dengan uraian sebagai berikut: setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak
oleh fiskus.
1. Equality and equity (keadilan/kesamaan).
Pembagian tekanan pajak diantara subyek b. Self Assesment System, adalah suatu
pajak masing-masing hendaknya dilakukan sistem pemungutan pajak yang memberi
seimbang dengan kemampuannya, wewenang kepada Wajib Pajak untuk
yaitu seimbang dengan penghasilan menentukan sendiri besarnya pajak yang
yang dinikmatinya masing-masing, di­ terutang. Ciri-cirinya (1). Wewenang
bawah perlindungan pemerintah (asas untuk menentukan besarnya pajak ter­
pembagian/asas kepentingan). Dalam utang ada pada Wajib Pajak sendiri, (2)
asas equality ini tidak diperbolehkan suatu Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung,
negara mengadakan diskriminasi diantara menyetor dan melaporkan sendiri pajak
sesama wajib pajak. Dalam keadaan yang yang terutang, (3) fiskus tidak ikut campur
sama para wajib pajak harus dikenakan dan hanya mengawasi.
pajak yang sama pula. c. With Holding System, adalah suatu sistem
2. Certainly (Kepastian hukum), pajak yang pemungutan pajak yang memberi
harus dibayar oleh seseorang harus terang wewenang kepada pihak ketiga (bukan
(certain) dan tidak mengenal kompromis fiskus dan bukan Wajib Pajak yang

198
Strategi Peningkatan Penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB) di Kabupaten Nias Selatan
} Muhamad Nur Afandi dan Obedy Syukur Hulu

bersangkutan) untuk menentukan besarnya badan jalan, baik yang disediakan


pajak yang terutang oleh Wajib Pajak. Ciri- berkaitan dengan pokok usaha maupun
cirinya: wewenang menentukan besarnya yang disediakan sebagai suatu usaha,
pajak yang terutang ada pada pihak ketiga, termasuk penyediaan tempat penitipan
pihak selain fiskus dan Wajib Pajak. kendaraan bermotor.
Lebih lanjut Mardiasmo (2009: 5) meng­ 8. Pajak Air Tanah adalah pajak atas
uraikan beberapa pengelompokkan pajak adalah pengambilan dan/atau pemanfaatan air
sebagai berikut: tanah.
1. Menurut golongannya 9. Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak
a. Pajak langsung, yaitu pajak yang atas kegiatan pengambilan dan/atau
harus dipikul sendiri oleh Wajib Pajak pengusahaan sarang burung walet.
dan tidak dapat dibebankan atau 10. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan
dilimpahkan kepada orang lain. Perkotaan adalah pajak atas bumi dan/
b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang atau bangunan yang dimiliki, dikuasai,
pada akhirnya dapat dibebankan atau dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi
dilimpahkan kepada orang lain. atau Badan.
2. Menurut sifatnya 11. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
a. Pajak subjektif, yaitu pajak yang Bangunan adalah pajak atas perolehan hak
berpangkal atau berdasarkan pada atas tanah dan/atau bangunan.
subjeknya, dalam arti memperhatikan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan
keadaan diri Wajib Pajak. (BPHTB)
b. Pajak objektif, yaitu pajak yang
berpangkal objeknya, tanpa mem­ Dasar hukum Bea Perolehan Hak atas
perhatikan keadaan diri Wajib Pajak. Tanah dan Bangunan (BPHTB) adalah UU
3. Menurut lembaga pemungutnya No. 28 tahun 2009 tentang pajak daerah dan
a. Pajak Pusat, yaitu pajak yang di­ retribusi daerah. BPHTB adalah pajak yang
pungut oleh pemerintah pusat dan dikenakan atas perolehan hak atas tanah dan
digunakan untuk membiayai rumah hak atas bangunan. selanjutnya perolehan hak
tangga negara. atas tanah dan/atau bangunan adalah perbuatan
b. Pajak Daerah, yaitu pajak yang di­ atau peristiwa hukum yang mengakibatkan
pungut oleh Pemerintah Daerah dan diperolehnya hak atas tanah dan/atau bangunan
digunakan untuk membiayai rumah oleh orang pribadi atau badan. Sedangkan hak
tangga daerah. atas tanah dan/atau bangunan adalah hak
atas tanah, termasuk hak pengelolaan, beserta
Jenis-jenis pajak yang dikelola oleh
bangunan di atasnya, sebagaimana dimaksud
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota ber­
dalam Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960
dasarkan UU Nomor 28 Tahun 2009 adalah:
tentang peraturan dasar pokok-pokok agraria,
1. Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1985
yang disediakan oleh hotel.
tentang rumah susun, dan ketentuan peraturan
2. Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan
perundang-undangan lainnya. Berdasarkan
yang disediakan oleh restoran.
pengertian diatas dapat kita simpulkan bahwa
3. Pajak Hiburan adalah pajak atas
obyek BPHTB adalah perolehan hak atas tanah
penyelenggaraan hiburan.
dan bangunan. Menurut Abuyamin (2012:
4. Pajak Reklame adalah pajak atas
398) perolehan hak atas tanah dan bangunan
penyelenggaraan reklame.
meliputi pemindahan hak dan pemberian hak
5. Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas
baru. Pemindahan hak ini karena jual beli, tukar-
penggunaan tenaga listrik, baik yang
menukar, hibah, hibah wasiat, waris, pemasukan
dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari
dalam perseroan atau badan hukum lainnya,
sumber lain.
pemisahan hak yang mengakibatkan peralihan,
6. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan
penunjukkan pembeli dalam lelang, pelaksanaan
adalah pajak atas kegiatan pengambilan
putusan hakim yang mempunyai kekuatan
mineral bukan logam dan batuan, baik
hukum tetap, penggabungan usaha, peleburan
dari sumber alam di dalam dan/atau
usaha, pemekaran usaha dan hadiah. Selain itu,
permukaan bumi untuk dimanfaatkan.
pemberian hak baru dapat karena: kelanjutan
7. Pajak Parkir adalah pajak atas
pelepasan hak dan diluar pelepasan hak.
penyelenggaraan tempat parkir di luar

199
Strategi Peningkatan Penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB) di Kabupaten Nias Selatan
} Muhamad Nur Afandi dan Obedy Syukur Hulu

Sedangkan jenis hak atas tanah yang yang masih dalam hubungan keluarga
dikenakan BPHTB meliputi hak milik, hak guna sedarah dalam garis keturunan lurus satu
usaha, hak guna bangunan, hak pakai, hak milik derajat ke atas atau satu derajat ke bawah
atas satuan rumah susun dan hak pengelolaan dengan pemberi hibah wasiat, termasuk
(Abuyamin, 2012:398). Obyek BPHTB yang suami/istri, NPOPTKP ditetapkan paling
tidak dikenakan BPHTB adalah obyek pajak rendah sebesar Rp. 300.000.000,00 (tiga
yang diperoleh perwakilan diplomatik ratus juta rupiah);
dan konsulat berdasarkan asas perlakuan 6. NPOPTKP sebagaimana dimaksud pada
timbal balik, negara untuk penyelenggaraan angka 4 dan 5 ditetapkan dengan Peraturan
pemerintahan dan/atau untuk pelaksanaan Daerah.
pembangunan guna kepentingan umum, badan
atau perwakilan internasional yang ditetapkan b. Tarif dan Perhitungan serta Pemungutan
dengan peraturan menteri keuangan dengan BPHTB
syarat tidak menjalankan usaha atau melakukan Tarif BPHTB, sebagaimana diatur dalam
kegiatan lain diluar fungsi dan tugas badan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
atau perwakilan organisasi tersebut, orang ditetapkan paling tinggi sebesar 5% (lima
pribadi atau badan karena konversi hak atau persen). Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah
karena perbuatan hukum lain dengan tidak dan Bangunan (BPHTB) ditetapkan dengan
adanya perubahan nama, orang pribadi atau peraturan daerah (Pasal 88 UU No. 28 Tahun
badan karena wakaf, orang pribadi atau badan 2009). Besaran pokok BPHTB yang terutang
yang digunakan untuk kepentingan ibadah dihitung dengan cara mengalikan tarif BPHTB
(Abuyamin, 2012:399). yang telah ditetapkan melalui peraturan
daerah dengan dasar pengenaan pajak setelah
a. Dasar pengenaan BPHTB
dikurangi Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak
Dasar pengenaan BPHTB menurut UU Kena Pajak (NPOPTKP). BPHTB yang terutang
Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 87 adalah nilai dipungut diwilayah daerah tempat tanah dan/
perolehan objek pajak. Nilai perolehan objek atau bangunan berada sesuai dengan Pasal 89
pajak atau disebut dengan NPOP dimaksud Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009.
secara garis besar adalah dalam hal:
1. Harga Transaksi: jual beli dan penunjukan c. Saat Terutangnya Pajak BPHTB
pembeli dalam lelang; Secara garis besar saat terutangnya BPHTB
2. Harga Pasar: tukar menukar, hibah, hibah dibagi 3 (tiga) yaitu:
wasiat, waris, pemasukan dalam perseroan 1. Sejak tanggal dibuat dan ditandanganinya
atau badan hukum lainnya, pemisahan hak akta: jual beli, tukar menukar, hibah,
yang mengakibatkan peralihan, peralihan hibah wasiat, pemasukan dalam perseroan
hak karena pelaksanaan putusan hakim atau badan hukum lainnya, pemisahan
yang mempunyai kekuatan hukum tetap, hak yang mengakibatkan peralihan,
pemberian hak baru atas tanah sebagai peng­gabungan usaha, peleburan usaha,
kelanjutan dari pelepasan hak, pemberian pemekaran usaha, dan hadiah;
hak baru atas tanah diluar pelepasan hak,
2. Sejak tanggal diterbitkannya putusan/
penggabungan usaha, peleburan usaha,
keputusan Pengadilan dan/atau
pemekaran usaha, dan hadiah;
keputusan pemberian hak: putusan
3. Jika NPOP sebagaimana dimaksud pada
hakim, pemberian hak baru atas tanah
angka 1 dan 2 diatas tidak diketahui
sebagai kelanjutan dari pelepasan hak,
atau lebih rendah dari pada NJOP yang
pemberian hak baru atas tanah diluar
digunakan dalam pengenaan Pajak Bumi
pelepasan hak, dan lelang adalah sejak
dan Bangunan pada tahun terjadinya
tanggal penunjukan pemenang lelang;
perolehan, dasar pengenaan yang dipakai
adalah NJOP Pajak Bumi dan Bangunan; 3. Untuk waris saat terutangnya pajak BPHTB
4. Besarnya NJOP tidak kena pajak adalah sejak tanggal yang bersangkutan
(NJOPTKP) paling rendah sebesar Rp. mendaftarkan peralihan haknya ke Kantor
60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) Bidang Pertanahan. Pajak yang terutang
untuk setiap wajib pajak; harus dilunasi pada saat terjadinya
5. Dalam hal perolehan hak karena waris atau perolehan hak sebagaimana pada ayat (1)
hibah wasiat yang diterima orang pribadi pasal 90 UU Nomor 28 Tahun 2009.

200
Strategi Peningkatan Penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB) di Kabupaten Nias Selatan
} Muhamad Nur Afandi dan Obedy Syukur Hulu

d. Ketentuan dan Kewajiban bagi Pejabat pajak BPHTB di Kabupaten Nias Selatan,
Pembuat Akta Tanah (PPAT)/Notaris, peneliti menggunakan beberapa instrumen
Kepala Kantor yang Membidangi Lelang pengumpulan data yaitu dengan teknik
dan Kepala Kantor Bidang Pertanahan wawancara dan teknik pengumpulan data
dengan dokumen. Selanjutnya teknik verifikasi
Berdasarkan Undang-Undang Nomor
data dari hasil penelitian kualitatif yang
28 Tahun 2009, terdapat beberapa ketentuan
dilakukan dalam rancangan penelitian ini adalah
dan/atau kewajiban Pejabat Pembuat Akta
dengan cara menguji validitas dan reabilitas
Tanah (PPAT)/Notaris, Kepala Kantor yang
data. Setelah melakukan penelitian di lapangan,
membidangi Lelang dan Kepala Kantor Bidang
data dan informasi yang diperoleh melalui
Pertanahan, adalah sebagai berikut:
teknik wawancara dan teknik pengumpulan
1. PPAT/Notaris hanya dapat menanda­
data dengan dokumen kemudian disajikan.
tangani akta pemindahan hak atas tanah
Untuk menyajikan data yang diperoleh dari
dan/atau bangunan setelah wajib pajak
hasil wawancara, peneliti menuangkan data
menyerahkan bukti pembayaran pajak;
dari wawancara kedalam naskah transkip
2. Kepala kantor yang membidangi Lelang
wawancara, peneliti kembali memeriksa
hanya dapat menandatangani risalah
keabsahan dan kebenaran data tersebut dengan
lelang perolehan hak atas tanah dan/atau
terlebih dahulu mengurutkan sesuai dengan
bangunan setelah wajib pajak menyerahkan
informan yang lebih penting. Setelah dapat
bukti pembayaran pajak;
memahami isi dan hasil wawancara yang telah
3. Kepala kantor bidang Pertanahan hanya
diperoleh kemudian peneliti menggunakannya
dapat melakukan pendaftaran hak atas
menjadi pedoman dalam menganalisa, menetap­
tanah atau pendaftaran peralihan hak atas
kan dan merumuskan strategi yang tepat dalam
tanah setelah wajib pajak menyerahkan
meningkatkan penerimaan daerah dari pajak
bukti pembayaran pajak;
BPHTB di Kabupaten Nias Selatan.
4. PPAT/Notaris dan Kepala kantor yang
Dalam penelitian ini penulis akan
membidangi pelayanan lelang negara
melakukan penyajian data dengan meng­
melaporkan pembuatan akta atau risalah
gunakan matriks SWOT setelah melakukan
lelang perolehan hak atas tanah dan/atau
analisis SWOT maka penulis merumuskan
bangunan kepada kepala daerah paling lambat
strategi peningkatan BPHTB dengan melakukan
pada tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya;
identifikasi isu-isu strategis terlebih dahulu
5. Tata cara pelaporan bagi pejabat se­
melalui test litmus. Analisis SWOT dilakukan
bagaimana pada angka 4) diatur dengan
dengan membandingkan antara faktor eksternal
Peraturan Kepala Daerah.
dengan faktor internal sehingga organisasi
dapat menetapkan strategi yang tepat untuk
C. METODE PENELITIAN menghadapi lingkungan eksternal maupun
Metode penelitian adalah cara yang internal. Hal ini dilihat pada diagram SWOT.
digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan Untuk mengamati atau menganalisis faktor
data dengan tujuan menemukan solusi atau lingkungan eksternal dan lingkungan internal,
pemecahan masalah yang menjadi topik maka langkah awal adalah dengan membuat
dalam suatu penelitian, maka penelitian ini matriks faktor strategis eksternal (EFAS) dan
dilaksanakan dengan maksud mendapatkan faktor strategis internal (IFAS) sesuai dengan
gambaran yang terperinci tentang kondisi tahap tahap dalam merumuskan faktor-faktor
internal dan eksternal, setting sosial, atau strategis eksternal (EFAS) dan faktor strategis
hubungan yang dihadapi oleh Dinas internal (IFAS). Setelah mengumpulkan
Pendapatan Daerah Kabupaten Nias Selatan semua informasi yang berpengaruh terhadap
dalam upaya meningkatkan penerimaan BPHTB kelangsungan organisasi berupa faktor-
di Kabupaten Nias Selatan, sehingga setelah faktor eksternal dan internal, maka langkah
gambaran kondisi yang dihadapi diperoleh, selanjutnya adalah memanfaatkan semua
maka dirumuskan suatu strategi yang tepat informasi tersebut dalam model kuantitatif
dalam upaya meningkatkan penerimaan BPHTB perumusan strategi. Untuk itu dalam penelitian
di Kabupaten Nias Selatan. ini penulis menggunakan matriks SWOT/
Untuk mengumpulkan data terkait dengan TOWS untuk menentukan strategi yang harus
upaya menemukan dan merumuskan strategi ditempuh dalam meningkatkan penerimaan
yang tepat untuk meningkatkan penerimaan BPHTB di Kabupaten Nias Selatan.

201
Strategi Peningkatan Penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB) di Kabupaten Nias Selatan
} Muhamad Nur Afandi dan Obedy Syukur Hulu

Setelah ditemukan isu strategis melalui Lebih lanjut berkaitan dengan pelaksanaan
proses identifikasi yang cermat dan akurat mandat tersebut, peraturan juga menjelaskan
dengan menggunakan metode SWOT, maka bahwa Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten
untuk menentukan mana yang benar-benar Nias Selatan merupakan unsur pelaksana
merupakan isu strategis dilakukan pengujian yang dipimpin oleh Kepala Dinas yang dalam
dengan menggunakan Test Litmus yang terdiri menjalankan tugasnya berada di bawah dan
dari pertanyaan pertanyaan yang harus dijawab bertanggung jawab kepada Bupati Nias Selatan
dengan isu strategis yang terpilih. Jawaban melalui Sekretaris Daerah Kabupaten Nias
yang diperoleh kemudian ditetapkan dengan Selatan.
skor rata-rata antara 1 (satu) sampai 3 (tiga), Jadi Dinas Pendapatan Daerah dalam
dimana semakin tinggi nilai skor suatu isu mengelola atau menatausahakan pendapatan
akan semakin strategis isu tersebut, sebaliknya daerah bertanggungjawab kepada Bupati Nias
semakin rendah nilai total skornya maka akan Selatan melalui Sekretaris Daerah Kabupaten
semakin tidak strategis. Daftar pertanyaan Nias Selatan. Untuk itu dalam melaksanakan
litmus test tersebut. tugasnya kepala dinas senantiasa berkonsultasi
Langkah selanjutnya dalam analisis data dan berkoordinasi dengan pengambil kebijakan
kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan ditingkat daerah dalam hal ini bupati Nias
verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan Selatan.
masih bersifat sementara, dan akan berubah Dengan adanya peraturan ini maka tugas
bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat pokok dan fungsi Dinas Pendapatan Daerah
yang mendukung pada tahap pengumpulan jauh lebih fokus dan spesifik, artinya tugas
data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan dan tanggungjawabnya benar-benar hanya
yang dikemukakan pada tahap awal, didukung mengelola urusan pemerintah daerah di bidang
oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat pendapatan. hal ini jauh berbeda dibanding
peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan sebelum keluarnya peraturan ini, dimana
data, maka kesimpulan yang dikemukakan pada saat itu urusan pendapatan daerah masih
merupakan kesimpulan yang kredibel. Setelah dikelola oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan
ditarik kesimpulan, langkah selanjutnya adalah Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Nias
menyusun menjadi karya tulis. Dalam penelitian Selatan. Pada saat masih gabung di Dinas
ini setelah dilakukan tahap analisis sebagai mana Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset
telah dikemukakan diatas maka selanjutnya Daerah Kabupaten Nias Selatan maka tugas
ditarik suatu kesimpulan berupa rumusan dan tanggungjawabnya terlalu besar yaitu
strategi yang tepat dalam meningkatkan mengelola pendapatan, keuangan daerah
penerimaan BPHTB di Kabupaten Nias Selatan. berupa belanja dan juga penatausaan aset
daerah. Tetapi dengan adanya pemisahan
D. HASIL ANALISIS Dinas ini menjadi Dinas Pendapatan Daerah
dan Badan Pengelolaan Keuangan dan
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kekayaan Daerah Kabupaten Nias Selatan
Nias Selatan Nomor 1 Tahun 2012 tentang maka pelaksanaan pekerjaan jauh lebih spesifik.
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Hal ini dibenarkan oleh Kepala Dinas
Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Nias Pendapatan Daerah Kabupaten Nias Selatan
Selatan dan Peraturan Bupati Nias Selatan melalui wawancara pada tanggal 03 November
Nomor 09 Tahun 2012 tentang Uraian Tugas Tahun 2014 yang menyatakan bahwa: “Untuk
Pokok dan Fungsi Satuan Kerja di Lingkungan saat ini tugas dan tanggung jawab organisasi
Dinas-Dinas Daerah Kabupaten Nias Selatan ini sudah jauh lebih fokus dan spesifik yaitu
maka secara umum mandat yang diberikan hanya mengelola pendapatan daerah saja,
kepada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten bedakan ketika masih gabung dulu di Dinas
Nias Selatan adalah sebagai berikut: Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang Aset Daerah Kabupaten Nias Selatan, ya kita
pendapatan daerah. ngurusin pendapatan, keuangan daerah dan
b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan juga pengelolaan aset daerah”. Berdasarkan hal
dan pelayanan umum di bidang pen­ itu maka dapat kita simpulkan bahwa mandat
dapatan asli daerah. organisasi yang dibebankan kepada Dinas
c. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Pendapatan Daerah sudah baik, fokus dan
Bupati sesuai lingkup tugasnya. spesifik.

202
Strategi Peningkatan Penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB) di Kabupaten Nias Selatan
} Muhamad Nur Afandi dan Obedy Syukur Hulu

Dalam hal pengelolaan pendapatan asli Sebagaimana telah dijelaskan pada Bab
daerah di Kabupaten Nias Selatan maka mandat sebelumnya, tujuan dari penelitian ini adalah
yang harus dilaksanakan oleh Dinas Pendapatan untuk menentukan strategi peningkatan
Daerah adalahPeraturan Daerah Kabupaten Nias BPHTB di Kabupaten Nias Selatan, untuk itu
Selatan Nomor 3 Tahun 2012 tentang Pajak Daerah. maka terlebih dahulu kita menentukan atau
Artinya Dinas Pendapatan Daerah didalam mengidentifikasi keadaan lingkungan eksternal
mengelola pendapatan daerah diberi kewenangan yang berkaitan dengan pengelolaan BPHTB.
untuk memungut pajak dan retribusi daerah Dalam mempelajari ataupun mengidentifikasi
dengan berpedoman pada Perda tersebut, yang lingkungan eksternal organisasi maka aspek-
mana salah satunya adalah Bea perolehan atas aspek yang akan diteliti atau dipelajari adalah
tanah dan bangunan sesuai dengan pasal 4 ayat 1 sebagai berikut: (1). Aspek Lingkungan Umum
mengenai jenis-jenis pajak daerah. (Ekonomi, Politik, Hukum, Teknologi, dan
Selanjutnya mandat organisasi dalam Sosial Kependudukan); (2). Aspek Kolabolator
menatausahakan BPHTB lebih lanjut diatur (Notaris, BPN, Camat dan Kepala Desa/Lurah);
secara terperinci mengenai sistem dan prosedur (3). Aspek Masyarakat/Wajib Pajak.
pemungutan BPHTB melalui Peraturan Bupati Adapun tujuan dalam mempelajari
Nias Selatan nomor 43 tahun 2012 tentang lingkungan eksternal ini adalah untuk meng­
sistem dan prosedur pemungutan BPHTB. identifikasi berbagai peluang dan ancaman yang
Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat dihadapi organisasi dalam upaya meningkatkan
disimpulkan bahwa mandat organisasi mengenai penerimaan daerah dari sektor BPHTB. Peluang
pemungutan BPHTB sudah cukup baik. adalah kondisi lingkungan eksternal yang dapat
membantu organisasi dalam mengoptimalkan
Analisis Lingkungan Eksternal pencapaian tujuan sedangkan ancaman adalah
Kondisi lingkungan yang dihadapi kondisi yang dapat menghambat organisasi
senantiasa berubah dari waktu ke waktu, dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
kondisi saat ini berbeda dengan kondisi yang Berdasarkan pemaparan mengenai
terjadi sebelumnya maka untuk itu dituntut lingkungan eksternal di atas, maka dapat
setiap organisasi harus mampu mengidentifikasi peneliti simpulkan bahwa faktor-faktor strategis
setiap peluang dan ancaman yang berasal lingkungan eksternal yang berpengaruh ter­
dari lingkungan eksternal sehingga organisasi hadap peningkatan penerimaan BPHTB baik
dapat menentukan strategi yang tepat dalam sebagai peluang maupun sebagai ancaman
menghadapi kondisi lingkungan yang terjadi. adalah sebagai berikut ini:

Tabel 3. EFAS (Eksternal Factors Analysis SWOT)


No Isu Strategis Peluang Ancaman
1. Pendapatan masyarakat mengalami peningkatan. V
2. Jumlah penduduk di Kabupaten Nias Selatan mengalami peningkatan V
3. Peraturan mengenai tarif NPOPTKP terlalu tinggi V
4. Kemajuan Teknologi dan juga pembangunan jaringan internet yang sudah mulai
V
menjangkau daerah terpencil
5. Tingkat kesadaran wajib pajak yang masih rendah V
6. Peraturan mengenai standard harga tanah (penetapan zona nilai tanah) belum ada V
7. Kondisi Infrastruktur yang masih kurang baik V
8. Keberadaan notaris dan BPN sebagai PPAT V
9. Koordinasi yang baik dengan Camat dan kepala Desa/Lurah V
10. Dukungan politik dari anggota legislatif (DPRD) V

Sumber: Data diolah dari hasil penelitian

Analisis Lingkungan Internal Prasarana; (4). Kultur Organisasi. Berdasarkan


hasil analisis mengenai lingkungan internal,
Dalam mempelajari ataupun meng­
peneliti dapat menyimpulkan beberapa isu-isu
identifikasi lingkungan eksternal organisasi
strategis yang menjadi kekuatan dan kelemahan
maka aspek-aspek yang akan diteliti atau
Dinas Pendapatan Daerah dalam meningkatkan
dipelajari adalah sebagai berikut: (1). SDM;
pendapatan daerah dari pajak BPHTB sebagai
(2). Aspek Anggaran; (3). Aspek Sarana dan
berikut:

203
Strategi Peningkatan Penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB) di Kabupaten Nias Selatan
} Muhamad Nur Afandi dan Obedy Syukur Hulu

Tabel 4. IFAS (Internal Factors Analysis SWOT)


No Isu Strategis Kekuatan Kelemahan
1. Kualitas dan Kuantitas SDM masih kurang V
2. Komitmen yang sungguh sungguh dari Kepala Daerah untuk peningkatan PAD V
3. Sarana dan prasarana yang masih terbatas V
4. Ketersediaan anggaran operasional BPHTB dalam APBD V
5. Adanya Kejelasan SOP pemungutan BPHTB V
6. Sistem pengawasan yang belum maksimal V
7. Sistem penghargaan dan sanksi yang belum jelas terhadap pegawai yang berprestasi dan
tidak.
V
8. Loyalitas pegawai terhadap organisasi sangat tinggi V
9. Pembagian kerja dan koordinasi antar unit organisasi masih kurang V
10. Pengarahan dan keteladanan sikap yang baik dari pimpinan SKPD dalam hal ini kepala
Dinas Pendapatan Daerah
V

Sumber: Data diolah dari hasil penelitian

Analisis SWOT
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya
bahwa lingkungan organisasi sangat ber­
pengaruh terhadap keberlangsungan organisasi
maka organisasi harus mampu merespon
secara efektif perubahan lingkungannya
dengan mencermati lingkungan eksternal dan
internalnya. Dalam mencermati atau menilai
lingkungan eksternal dan internal organisasi,
maka perlu dilakukan analisis/kajian terhadap
situasi atau yang dikenal dengan istilah analisis
SWOT. Demikian halnya dengan pengelolaan
Gambar 1. Diagram SWOT
pajak BPHTB di Kabupaten Nias Selatan maka
Dinas Pendapatan Daerah sebagai organisasi Berdasarkan gambar diagram SWOT
pelaksana dituntut mampu mengenali kekuatan di atas menunjukkan bahwa kondisi saat ini
dan kelemahan organisasi serta mampu Dinas Pendapatan Daerah di dalam upaya
merespon ancaman dan peluang yang dihadapi meningkatkan pendapatan daerah dari pajak
oleh organisasi dalam upaya meningkatkan BPHTB berada pada kuadran 3, dimana telah
BPHTB di Kabupaten Nias Selatan. dijelaskan sebelumnya bahwa strategi organisasi
Analisis SWOT dilakukan dengan mem­ ketika berada di kuadran 3 adalah: Organisasi
bandingkan antara faktor eksternal dengan menghadapi peluang yang sangat besar, tetapi
faktor internal sehingga organisasi dapat lain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/
menetapkan strategi yang tepat untuk meng­ kelemahan internal. Kondisi pada Kuadran 3
hadapi lingkungan eksternal maupun internal. ini mirip dengan Question Mark, meminimalkan
Untuk mengamati atau menganalisis faktor masalah-masalah internal organisasi sehingga
lingkungan eksternal dan lingkungan internal, dapat merebut peluang yang lebih baik.
maka langkah awal adalah dengan membuat Penjabaran isu strategis didasarkan atas
matriks faktor strategis eksternal (EFAS) dan hasil penelusuran terhadap mandat dan misi
faktor strategis internal (IFAS) sesuai dengan organisasi, identifikasi kekuatan dan kelemahan
tahap tahap dalam merumuskan faktor-faktor internal serta peluang dan ancaman eksternal.
strategis eksternal (EFAS) dan faktor strategis Berdasarkan analisis terhadap fakta yang ada
internal (IFAS). dan berdasarkan kerangka berpikir manajemen
Berdasarkan hasil penelitian di atas maka stratejik maka dapat ditentukan beberapa
dapat disimpulkan di dalam matriks faktor strategi yang tepat yang dapat digunakan
strategis eksternal (EFAS) dan faktor strategis oleh Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten
internal (IFAS) dari titik koordinat maka dapat Nias Selatan dalam meningkatkan panerimaan
digambarkan Diagram SWOT sebagai berikut: daerah dari pajak BPHTB. Secara menyeluruh

204
Strategi Peningkatan Penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB) di Kabupaten Nias Selatan
} Muhamad Nur Afandi dan Obedy Syukur Hulu

hasil teknik analisis matriks SWOT baik faktor strategi yang tepat dan handal bagi peningkatan
lingkungan eksternal maupun faktor lingkungan pajak BPHTB di Kabupaten Nias Selatan
internal sekaligus hubungan antara dimensi- dalam mengantisipasi semua kemungkinan
dimensi tersebut dalam upaya memperoleh perkembangan lingkungan strategis yang ada.

Tabel 5. Matriks SWOT Untuk Menentukan Isu-Isu Strategis


PELUANG ANCAMAN
1. Pendapatan masyarakat mengalami 1. Peraturan mengenai tarif NPOPTKP
peningkatan terlalu tinggi
2. Jumlah penduduk di Kab. Nias 2. Tingkat kesadaran wajib pajak yang
Selatan mengalami peningkatan masih rendah
3. Koordinasi yang baik dengan Camat 3. Kondisi Infrastruktur yang masih
dan kepala Desa/ Lurah kurang baik
4. Kemajuan Teknologi dan juga pem­ 4. Peraturan mengenai standard harga
bangunan jaringan internet yang tanah (penetapan zona nilai tanah)
sudah mulai menjangkau daerah belum ada
terpencil
5. Dukungan politik dari anggota
legislatif (DPRD)
6. Keberadaan Notaris dan BPN
sebagai PPAT
KEKUATAN 1. Isu Strategis untuk manfaatkan 2. Isu Strategis untuk manfaat­
kan
1. Komitmen yang sungguh sungguh kekuatan & mengisi peluang (SO) kekuatan & menghadapi ancaman
dari Kepala Daerah untuk (ST)
peningkatan PAD • Memperbaiki dan Meningkatkan
2. Ketersediaan anggaran operasional kualitas pelayanan sesuai dengan • Peningkatan kuantitas dan kualitas
BPHTB dalam APBD SOP yang telah ditetapkan infrastruktur jalan
3. Adanya Kejelasan SOP pemungutan • Mempertahankan dan • Meningkatkan sosialisasi mengenai
BPHTB meningkatkan loyalitas pegawai pajak BPHTB
4. Loyalitas pegawai terhadap dalam bekerja
organisasi sangat tinggi • Memanfaatkan kecanggihan
5. Pengarahan dan keteladanan teknologi dalam memberikan
sikap yang baik dari pimpinan informasi dan pelayanan kepada
SKPD dalam hal ini kepala Dinas wajib pajak
Pendapatan Daerah
KELEMAHAN 3. Isu Strategis untuk mengatasi 4. Isu Strategis untuk mengatasi
1. Kualitas dan Kuantitas SDM masih kelemahan & mengisi peluang (WO) kelemahan & menghadapi ancaman
kurang (WT)
2. Sarana dan prasarana yang masih • Meningkatkan kompetensi SDM
terbatas melalui pendidikan dan pelatihan • Memperbaiki dan memperkuat
3. Sistem pengawasan yang belum • Menyediakan sarana dan prasarana sistem pengawasan pelaksanaan
maksimal yang dibutuhkan pemungutan BPHTB
4. Sistem penghargaan dan sanksi • Mempertahankan dan meningkat­ • Perbaikan dan Penetapan standar
yang belum jelas terhadap pegawai kan kerjasama dan koordinasi harga tanah (zona nilai tanah) untuk
yang berprestasi dan tidak dengan lembaga lain terkait dengan tiap-tiap kawasan disesuaikan
5. Pembagian kerja dan koordinasi pengelolaan BPHTB dengan harga tanah yang berlaku
antar unit organisasi masih kurang • Efektifkan asas koordinasi secara saat ini
intensif antar unit organisasi yang
ada dalam rangka perbaikan kinerja

Sumber: Hasil penelitian, 2014

Ringkasan matriks SWOT di atas di­gunakan meningkatkan pajak BPHTB di Kabupaten Nias
sebagai titik pertemuan key factor dari masing- Selatan adalah sebagai berikut:
masing lingkungan yang ada (internal maupun a) Memperbaiki dan meningkatkan kualitas
eksternal), dimana oleh peneliti dilakukan penilaian pelayanan sesuai dengan SOP yang telah
untuk menemukan isu-isu strategis, walaupun ditetapkan.
diakui oleh banyak pakar bahwa tidak ada matching b) Mempertahankan dan meningkatkan
tool yang dianggap paling baik (Umar dalam loyalitas pegawai dalam bekerja.
Tangkilisan, 2003: 62) untuk itu dalam penelitian c) Memanfaatkan kecanggihan teknologi
ini penentuan isu-isu strategis ditentukan sesuai dalam memberikan informasi dan
dengan kemampuan dan kepekaan peneliti dalam pelayanan kepada wajib pajak.
melihat setiap isu-isu yang ada. d) Meningkatkan kompetensi SDM melalui
Penjabaran ringkasan isu strategis di pendidikan dan pelatihan.
atas berdasarkan hasil temuan analisis dan e) Menyediakan sarana dan prasarana yang
kajian teknik matriks SWOT dalam rangka dibutuhkan.

205
Strategi Peningkatan Penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB) di Kabupaten Nias Selatan
} Muhamad Nur Afandi dan Obedy Syukur Hulu

f) Mempertahankan dan meningkatkan tepat dalam meningkatkan penerimaan BPHTB


kerja­­sama dan koordinasi dengan lembaga di Kabupaten Nias Selatan.
lain terkait dengan pengelolaan BPHTB. Berdasarkan analisis hasil penelitian di
g) Meningkatkan sosialisasi mengenai pajak lapangan, maka telah ditemukan sebelas isu
BPHTB. strategis berdasarkan kondisi lingkungan
h) Perbaikan dan Penetapan standar harga eksternal berupa ancaman dan peluang dan
tanah (zona nilai tanah) untuk tiap-tiap kondisi lingkungan internal berupa kekuatan dan
kawasan disesuaikan dengan harga tanah kelemahan yang dihadapi oleh Dinas Pendapatan
yang berlaku saat ini. Daerah dalam melaksanakan pemungutan
i) Efektifkan asas koordinasi secara intensif BPHTB di Kabupaten Nias Selatan. Dari kesebelas
antar unit organisasi yang ada dalam isu strategis tersebut, dianalisis lima isu dominan
rangka perbaikan kinerja. yang tepat dan handal untuk digunakan dalam
j) Memperbaiki dan memperkuat sistem upaya peningkatan pendapatan daerah dari pajak
pengawasan pelaksanaan pemungutan BPHTB adalah sebagai berikut:
BPHTB. 1. Strategi peningkatan kuantitas dan
k) Peningkatan kuantitas dan kualitas kualitas infrastruktur jalan. Strategi ini
infrastruktur jalan. sangat tepat dalam upaya meningkatkan
Selanjutnya untuk mengidentifikasi isu-isu penerimaan pajak BPHTB di Kabupaten
mana yang strategis diantara isu-isu tersebut di Nias Selatan karena dengan bertambahnya
atas maka ditentukan melalui “test litmus”. Dari akses jalan dan kualitas jalan juga semakin
hasil skoring identifikasi isu strategik tersebut baik maka nilai jual tanah dan bangunan
di atas, selanjutnya dibuat skoring untuk mem­ akan meningkat pesat.
prioritaskan isu-isu yang bersifat strategis, 2. Strategi meningkatkan sosialisasi mengenai
dengan rumusan sebagai berikut: pajak BPHTB kepada masyarakat. Strategi
1. Isu yang bersifat operasional = 1 – 13 ini sangat tepat dilakukan dalam rangka
2. Isu yang bersifat moderat = 14 – 26 meningkatkan penerimaan BPHTB di
3. Isu yang bersifat strategis = 27 – 39 Kabupaten Nias Selatan karena dengan
sosialisasi maka masyarakat akan
Melihat hasil skoring identifikasi isu
mengenal dan memahami kewajiban
strategik dengan memasukkannya dalam rumus
mereka sebagai warga negara yang baik,
yang ditetapkan, maka dari sebelas isu strategis
disamping itu dengan sosialisasi juga
di atas terdapat tingkatan isu yang bersifat
dapat memberikan pemahaman kepada
strategik sebagai berikut:
wajib pajak mengenai manfaat yang
1. Peningkatan kuantitas dan kualitas
diperoleh dengan membayar pajak.
infrastruktur jalan.
3. Strategi Perbaikan dan Penetapan standar
2. Meningkatkan sosialisasi mengenai pajak
harga tanah (zona nilai tanah) melalui
BPHTB.
keputusan kepala daerah disesuaikan
3. Perbaikan dan penetapan standar harga
dengan harga tanah yang berlaku saat
tanah (zona nilai tanah) melalui keputusan
ini melalui kebijakan kepala daerah.
kepala daerah disesuaikan dengan harga
Strategi ini sangat tepat digunakan dalam
tanah yang berlaku saat ini.
meningkatkan penerimaan daerah dari
4. Memperbaiki dan memperkuat sistem peng­
pajak BPHTB karena kondisi saat ini
awasan pelaksanaan pemungutan BPHTB.
masih ada wajib pajak yang melakukan
5. Memanfaatkan kecanggihan teknologi
penghindaran pajak dengan menurunkan
dalam memberikan informasi dan
nilai jual obyek pajak dari nilai yang
pelayanan kepada wajib pajak.
sebenarnya, sehingga diperlukan standard
Sebagaimana telah dikemukakan se­ harga berdasarkan kawasan atau zona nilai
belumnya pada Bab I di atas bahwa kondisi tanah sebagai pedoman Dinas Pendapatan
pelaksanaan pemungutan BPHTB di Kabupaten Daerah dalam menghitung nilai jual obyek
Nias Selatan dari tahun 2011 sampai tahun 2013 pajak. Hal ini menjadi mudah dilakukan
tidak mencapai target yang telah ditetapkan. karena saat ini Kepala daerah maupun
Dimana terakhir pada tahun 2013 realisasi DPRD memiliki komitmen atau dukungan
penerimaan BPHTB hanya sebesar Rp.254.487.052 bagi Dinas Pendapatan Daerah dalam
atau sebesar 28,11% dari target yang telah meningkatkan PAD.
ditetapkan sebesar 905.457.749. Berangkat dari 4. Strategi memperbaiki dan memperkuat
permasalahan tersebut maka dalam penelitian sistem pengawasan pelaksanaan pe­
ini difokuskan untuk menemukan strategi yang mungutan BPHTB. Strategi ini sangat tepat

206
Strategi Peningkatan Penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB) di Kabupaten Nias Selatan
} Muhamad Nur Afandi dan Obedy Syukur Hulu

dilakukan dalam mengamankan penerimaan dilain pihak organisasi juga menghadapi


daerah dari pajak BPHTB karena dengan beberapa kendala/kelemahan internal.
pengawasan yang baik maka penghindaran Dengan kondisi saat ini maka Dinas
pajak oleh wajib pajak dapat dihindari dan Pendapatan Daerah harus mampu
juga pegawai yang mencoba bermain-main meminimalkan masalah-masalah internal
dengan pajak dapat dicegah. organisasi sehingga dapat merebut
5. Strategi memanfaatkan kecanggihan peluang yang lebih baik.
teknologi dalam memberikan informasi 4. Berdasarkan identifikasi dan analisis terhadap
dan pelayanan kepada wajib pajak. Strategi isu-isu strategis dengan men­cermati kondisi
ini tepat karena kondisi saat ini, teknologi lingkungan eksternal dan internal dalam
informasi (jaringan internet) mulai pelaksanaan pemungutan pajak BPHTB,
memasuki seluruh pelosok di Kabupaten maka berhasil dirumuskan beberapa strategi
Nias Selatan sehingga sangat sesuai untuk yang tepat dalam meningkatkan penerimaan
dimanfaatkan oleh Dinas Pendapatan BPHTB di Kabupaten Nias Selatan adalah
Daerah dalam memberikan sosialisasi sebagai berikut:
dan pelayanan kepada masyarakat di a. Strategi peningkatan kuantitas
Kabupaten Nias Selatan yang mana dalam dan kualitas infrastruktur jalan.
beberapa tahun terakhir jumlah penduduk Strategi ini sangat tepat dalam upaya
di Kabupaten Nias Selatan mengalami meningkatkan penerimaan pajak
peningkatan yang didukung juga dengan BPHTB di Kabupaten Nias Selatan
peningkatan pendapatan masyarakat. karena dengan bertambahnya akses
jalan dan kualitas jalan juga semakin
E. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI baik maka nilai jual tanah dan
bangunan akan meningkat pesat.
1. Kesimpulan
b. Strategi meningkatkan sosialisasi
Dari hasil penelitian dan analisis data yang mengenai pajak BPHTB. Strategi ini
peneliti lakukan mengenai Strategi Peningkatan sangat tepat dilakukan dalam rangka
Penerimaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah meningkatkan penerimaan BPHTB
dan Bangunan (BPHTB) di Kabupaten Nias di Kabupaten Nias Selatan karena
Selatan sebagaimana telah diuraikan pada bab dengan sosialisasi maka masyarakat
sebelumnya, ada beberapa hal yang bisa penulis akan mengenal dan memahami
simpulkan sebagai berikut: kewajiban mereka sebagai warga
1. Mandat organisasi yang ada saat ini negara yang baik, serta dapat mem­
adalah Peraturan Daerah Kabupaten Nias berikan pemahaman mengenai
Selatan Nomor 1 Tahun 2012 tentang manfaat yang diperoleh wajib pajak
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja dengan membayar pajak.
Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten c. Strategi Perbaikan dan Penetapan
Nias Selatandan Peraturan Bupati Nias standar harga tanah (zona nilai tanah)
Selatan Nomor 09 Tahun 2012 tentang melalui keputusan Kepala Daerah
uraian tugas pokok dan fungsi Satuan disesuaikan dengan harga tanah yang
Kerja di Lingkungan Dinas-Dinas Daerah berlaku saat ini. Strategi ini sangat
Kabupaten Nias Selatan. Berdasarkan tepat digunakan dalam meningkatkan
analisa yang dilakukan sesuai dengan penerimaan daerah dari pajak BPHTB
hasil penelitian di lapangan maka mandat karena kondisi saat ini masih ada wajib
organisasi untuk Dinas Pendapatan Daerah pajak yang melakukan penghindaran
sudah cukup baik dan spesifik yakni hanya pajak dengan menurunkan nilai
mengelola mengenai pendapatan daerah. jual obyek pajak dari nilai yang se­
2. Berdasarkan hasil penelitian maka visi dan benarnya, sehingga diperlukan standar
misi Dinas Pendapatan Daerah saat ini sudah harga berdasarkan kawasan atau
cukup baik dan memberikan tantangan bagi zona nilai tanah sebagai pedoman
organisasi untuk meningkat­kan pendapatan Dinas Pendapatan Daerah dalam
asli daerah di Kabupaten Nias Selatan. Jadi, menghitung nilai jual obyek pajak. Hal
sangat mendukung dalam upaya peningkatan ini menjadi mudah dilakukan karena
penerimaan pajak BPHTB di Kabupaten Nias saat ini Kepala daerah maupun DPRD
Selatan. memiliki komitmen atau dukungan
3. Kondisi organisasi saat ini menghadapi bagi Dinas Pendapatan Daerah dalam
peluang yang sangat besar akan tetapi meningkatkan PAD.

207
Strategi Peningkatan Penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB) di Kabupaten Nias Selatan
} Muhamad Nur Afandi dan Obedy Syukur Hulu

d. Strategi memperbaiki dan mem­perkuat dalam memberikan informasi dan


sistem pengawasan pelaksana­ an pelayanan kepada wajib pajak.
pemungutan BPHTB. Strategi ini sangat
REFERENSI
tepat dilakukan dalam mengamankan
penerimaan daerah dari pajak BPHTB Abuyamin, O. 2012. Perpajakan Pusat dan Daerah.
karena dengan pengawasan yang baik Bandung: Humaniora.
maka penghindaran pajak oleh wajib Bryson, J.N. 2005. Perencanaan Strategi. Cetakan
pajak dapat dihindari dan juga pegawai VII. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
yang mencoba bermain-main dengan David, Fred R. 2004. Manajemen Strategis: Konsep.
pajak dapat dicegah. Ed. 7. Jakarta: PT. Indeks.
e. Strategi memanfaatkan kecanggihan Halim, A. 2014. Manajemen Keuangan Sektor
teknologi dalam memberikan informasi Publik: Problematika Penerimaan Dan
dan pelayanan kepada wajib pajak. Pengeluaran Pemerintah. Jakarta: Salemba
Strategi ini tepat karena kondisi saat ini, Empat.
teknologi informasi (jaringan internet) ________. 2007. Manajemen Keuangan Daerah.
mulai memasuki seluruh pelosok di Yogyakarta: AMP YKPN.
Kabupaten Nias Selatan sehingga sangat Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen
sesuai untuk dimanfaatkan oleh Dinas Keuangan Daerah. Yogyakarta: Andi Offset.
Pendapatan Daerah dalam memberikan _________.2009. Perpajakan. Yogyakarta: Andi
sosialisasi dan pelayanan kepada Offset.
masyarakat di Kabupaten Nias Selatan Siahaan, Marihot P. 2010. Pajak Daerah dan
yang mana dalam beberapa tahun Retribusi Daerah. Edisi Revisi Cetakan ke-2
terakhir jumlah penduduk di Kabupaten Jakarta: PT. Rajawali Pers.
Nias Selatan mengalami peningkatan Tangkilisan, Hessel. 2003. Manajemen Modern
yang didukung juga dengan peningkatan Untuk Sektor Publik. Yogyakarta: Balairung
pendapatan masyarakat. & Co.
Utomo, W dan Kalalo, R.A.H. 2002. Aspek
2. Rekomendasi
Kelembagaan dan Sumber Daya Manusia
Saran maupun rekomendasi yang dapat di dalam Implementasi Otonomi (Tuntutan
disampaikan dari hasil penelitian mengenai Kompabilitas dan Akuntabilitas). Yogyakarta:
strategi peningkatan penerimaan BPHTB di Seminar dan Lokakarya Lustrum, Mep-
Kabupaten Nias Selatan ini adalah sebagai berikut: UGM, 2-3 Juni 2003.
1. Untuk meningkatkan penerimaan BPHTB Undang-undang Nomor 32 tahun 2004, tentang
di Kabupaten Nias Selatan maka pemerintah Pemerintahan Daerah.
Kabupaten Nias Selatan harus memiliki Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004,
komitmen yang sungguh-sungguh dalam tentang Perimbangan Keuangan antara
meningkatkan kuantitas dan kualitas jalan di Pemerintahan Pusat dan Pemerintah
seluruh wilayah di Kabupaten Nias Selatan. Daerah.
2. BPHTB memiliki peluang yang sangat Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009, tentang
besar untuk ditingkatkan, untuk mencapai Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
hal itu maka Dinas Pendapatan Daerah Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
harus mampu meminimalkan masalah- Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
masalah internal organisasi sehingga dapat Keuangan Daerah.
merebut peluang yang lebih baik. Peraturan Daerah Kabupaten Nias Selatan
3. Dinas Pendapatan Daerah harus meningkat­ Nomor 1 Tahun 2012 tentang Pembentukan
kan pengawasan pelaksanaan pajak BPHTB Organisasi dan Tata Kerja Perangkat
dengan memperbaiki dan memperkuat Daerah Pemerintah Kabupaten Nias
sistem pengawasan internal serta segera Selatan.
melakukanperbaikan dan penetapan standar Peraturan Daerah Kabupaten Nias Selatan
harga tanah (zona nilai tanah) melalui Nomor 03 Tahun 2012 tentang Pajak
keputusan Kepala Daerah disesuaikan dengan Daerah.
harga tanah yang berlaku saat ini. Peraturan Bupati Nias Selatan Nomor 09 Tahun
4. Dinas Pendapatan Daerah Harus me­ 2012 tentang Uraian Tugas Pokok dan
ningkatkan sosialisasi mengenai pajak Fungsi Satuan Kerja di Lingkungan Dinas-
BPHTB, untuk meningkatkan pemahaman Dinas Daerah Kabupaten Nias Selatan.
dan kesadaran masyarakat dalam mem­ Peraturan Bupati Nias Selatan Nomor 43
bayar pajak. Tahun 2012 tentang Sistem dan Prosedur
5. Dinas Pendapatan Daerah harus mampu Pemungutan BPHTB.
memanfaatkan kecanggihan teknologi

208

Anda mungkin juga menyukai