Peningkatan BPHTB
Peningkatan BPHTB
Abstrak
Penelitian ini dilakukan di Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Nias Selatan untuk mendapatkan
gambaran pelaksanaan pengalihan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dari pajak
pusat menjadi pajak daerah. Pelaksanaan BPHTB di Kabupaten Nias Selatan sudah berjalan mulai dari
tahun 2011.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dan pengumpulan data
penelitian dilakukan dengan teknik wawancara dan kajian dokumen. Setelah data terkumpul kemudian
dianalisis dengan menggunakan analisis SWOT untuk menemukan isu-isu strategis.
Berdasarkan hasil analisis SWOT terhadap lingkungan eksternal dan lingkungan internal maka
ditemukan sebelas isu-isu strategis dalam pengelolaan BPHTB, kemudian dari sebelas isu-isu strategis
tersebut dilakukan analisis dengan menggunakan tes litmus dan diperoleh lima isu yang paling strategis
yang memiliki skor tertinggi. Kelima isu tersebut merupakan strategi yang tepat untuk meningkatkan
penerimaan BPHTB di Kabupaten Nias Selatan.
Pertama strategi peningkatan kuantitas dan kualitas infrastruktur jalan. Strategi ini sangat tepat
karena dengan bertambahnya akses jalan dan meningkatnya kualitas jalan maka nilai jual tanah
dan bangunan akan meningkat pesat, kedua strategi meningkatkan sosialisasi mengenai perpajakan
kepada wajib pajak, ketiga strategi mengusulkan perbaikan standar harga tanah (zona nilai tanah)
untuk ditetapkan dalam bentuk kebijakan oleh kepala daerah, keempaat strategi memperbaiki dan
memperkuat sistem pengawasan pelaksanaan pemungutan BPHTB. Strategi ini sangat tepat karena
dengan pengawasan yang baik maka penghindaran pajak oleh wajib pajak dapat dihindari dan juga
pegawai yang mencoba bermain-main dengan pajak dapat dicegah, kelima strategi memanfaatkan
kecanggihan teknologi dalam memberikan informasi dan pelayanan kepada wajib pajak.
Kata Kunci: Strategi Peningkatan Penerimaan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
Strategy in Increasing Land and Building Acquisition Right Revenue (BPHTB) in South Nias District
Abstract
The research was conducted at South Nias District Revenue Office. It tried to depict the implementation of
the transfer of Land and Building Acquisition Right Revenue (BPHTB) from the central tax into local revenue.
The implementation of BPHTB in South Nias District commenced in 2011.
The research employed a descriptive qualitative method and the data were collected through interviews and
document reviews. Then, the data were analyzed by using SWOT analysis to find strategic issues.
Based on the internal and external factors of SWOT analysis, it was found eleven strategic issues concerning
the management of BPHTB. Out of eleven strategic issues, after the litmus test, it was obtained five most strategic
issues having the highest scores. The five issueis were thought to be the best strategies to improve BPHTB revenues
in South Nias District.
The first strategy was to increase the quantity and quality of road infrastructure. This strategy was very
appropriate because better access of roads would result in the increase of the sale value of the land and buildings
rapidly. The second strategy was to improve and widespread the socialization of taxation to taxpayers. The third
strategy was to propose the fixed price standard of the land (land value zone) through a Local Reagent’s decree.
The fourth strategy was to improve and strengthen the supervisory system for BPHTB collection to prevent tax
avoidance by taxpayers and tax fraud by the tax officers. Finally, the fifth strategy was to utilize sophisticated
technology to provide more accurate information and services to taxpayers.
Keywords: Strategy of Increasing Revenue Land and Building Transfer Tax (BPHTB)
193
Strategi Peningkatan Penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB) di Kabupaten Nias Selatan
} Muhamad Nur Afandi dan Obedy Syukur Hulu
194
Strategi Peningkatan Penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB) di Kabupaten Nias Selatan
} Muhamad Nur Afandi dan Obedy Syukur Hulu
mampu membiayai urusan rumah tangganya (BPHTB). Hal ini sebagaimana diatur dalam
sendiri dan masih bergantung dari bantuan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang
yang diberikan oleh pemerintah pusat. Dengan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD). Di
demikian maka cita-cita otonomi daerah dalam dalam pasal 182 angka 2 diatur bahwa, Menteri
mewujudkan kemandirian daerah untuk Keuangan bersama-sama dengan Menteri
saat ini belum tercapai. Demikian halnya Dalam Negeri mengatur tahapan persiapan
dengan Kabupaten Nias Selatan kemampuan pengalihan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
pendapatan asli daerah dalam menunjang APBD Bangunan (BPHTB) sebagai Pajak Daerah paling
masih sangat rendah. Hal ini dapat kita lihat lama 1 (satu) tahun sejak berlakunya Undang-
pada tabel persentase kontribusi PAD terhadap Undang ini.
APBD Kabupaten Nias Selatan selama 3 Tahun Terdapat banyak pertimbangan yang
terakhir yaitu sebagai berikut: melatarbelakangi dilakukannya pengalihan
pajak tersebut ke daerah, antara lain adalah untuk
Tabel 1. Kontribusi PAD Terhadap APBD
menambah sumber penerimaan pemerintah
Kab. Nias Selatan Tahun 2011 s/d 2013
daerah serta untuk menjaring Wajib Pajak lebih
Jumlah PAD Total Nilai
Persentase banyak lagi. Dari sisi pertimbangan objek pajak
Tahun Kontribusi
(Rp) APBD (Rp) dan pengurusan administrasi BPHTB lebih
PAD (%)
tepat dikelola oleh daerah karena objek pajak
2011 8.506.386.084 572.408.279.031 1,49
dari BPHTB itu sendiri berada di daerah yang
2012 9.898.500.878 713.491.963.081 1,39
pengurusan segala bentuk administrasinya juga
2013 10.509.835.080 782.595.257.891 1,34
di daerah.
Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kab. Nias Selatan Sebelumnya BPHTB ini dikelola oleh
Berdasarkan Tabel 1 diatas, menunjukkan pemerintah pusat dengan ketentuan pemerintah
bahwa PAD Kabupaten Nias Selatan sangat pusat melimpahkan sebagian kewenangan
rendah. PAD hanya menyumbang rata-rata penagihan pajak kepada Gubernur atau kepada
1 (satu) persen lebih dari total pendapatan Bupati/Walikota, pelimpahan urusan dalam hal
daerah dalam APBD selama tiga tahun terakhir ini hanya sebagai pemungut pajak sedangkan
sedangkan yang selebihnya berasal dari pendataan obyek pajak dan penempatan pajak
Bantuan Pemerintah Pusat dan Pemerintah yang terhutang tetap menjadi wewenang
Provinsi Sumatera Utara. Hal ini mengakibatkan Menteri Keuangan (Pemerintah Pusat). Hasil
pembangunan di daerah berjalan lambat dan penerimaan BPHTB kemudian dibagi antara
cenderung hanya menunggu uluran tangan atau Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
bantuan keuangan dari pemerintah pusat. Berdasarkan UU Nomor 33 Tahun 2004 (Pasal
Ketidakmampuan daerah dalam me 12 ayat (4) dan ayat (5)) tentang perimbangan
nyelenggarakan urusan rumah tangganya keuangan antara pemerintah pusat dan
ini salah satunya disebabkan oleh rendahnya pemerintahan daerah, pendapatan BPHTB
kemampuan pemerintah daerah dalam meng dibagikan ke daerah dengan pola distribusi
optimalkan sumber-sumber pendapatan sebagai berikut: 80% merupakan bagian daerah
daerah. Salah satunya disebabkan karena pajak yang dibagikan kepada daerah provinsi dan
yang dikelola oleh pemerintah daerah hanya kabupaten/kota dengan porsi: (16% untuk
sedikit yang bisa diandalkan sebagai sumber daerah provinsi yang bersangkutan, dan 64%
penerimaan sementara semua pajak utama yang untuk daerah kabupaten/kota penghasil). Dan
paling produktif masih dikelola oleh pemerintah 20% merupakan bagian pemerintah pusat dan
pusat. dibagikan kepada seluruh kabupaten/kota
Dalam upaya meningkatkan PAD, dengan porsi yang sama.
maka pemerintah pusat memandang penting Maka dengan adanya Pengalihan BPHTB
melaksanakan kebijakan pelimpahan ke ini dari pajak pusat menjadi pajak daerah
wenangannya di sektor pajak kepada pemerintah menyebabkan terjadinya pemindahan pos
daerah karena salah satu penyumbang PAD penerimaan BPHTB yang sebelumnya berada
terbesar pemerintah daerah di Indonesia pada pos dana bagi hasil pajak, berpindah
adalah sektor pajak daerah. Jenis pajak pusat ke pos Pendapatan Asli Daerah. Dengan
yang kewenangannya dilimpahkan kepada demikian desentralisasi BPHTB sangatlah
Pemerintah Daerah, salah satunya adalah Bea berpengaruh terhadap besarnya pendapatan
Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan asli daerah khususnya penerimaan yang berasal
dari pemungutan pajak daerah. Untuk itu
195
Strategi Peningkatan Penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB) di Kabupaten Nias Selatan
} Muhamad Nur Afandi dan Obedy Syukur Hulu
pengalihan ini diharapkan dapat meningkatkan target penerimaan sangat rendah yaitu
penerimaan daerah sehingga akan mendorong Rp.65.500.000 sementara tingkat realisasinya
kemandirian keuangan pemerintah daerah serta sangat tinggi atau jauh melampaui target yang
mengurangi tingkat ketergantungan pemerintah telah ditetapkan yaitu Rp.186.784.500 atau
daerah kepada pemerintah pusat. persentasenya sebesar 285%.
Dalam proses pengalihan BPHTB se Berdasarkan informasi yang penulis dapat
bagaimana halnya dengan pajak daerah kan dari laporan analisa dampak pengalihan
lainnya, pemungutan BPHTB dapat dilakukan pemungutan BPHTB ke daerah terhadap
setelah adanya Peraturan Daerah (Perda). Perda kondisi fiskal daerah yang dikeluarkan oleh
tentang BPHTB merupakan dasar hukum yang Tim Asistensi Kementerian Keuangan Bidang
mengatur kebijakan BPHTB di suatu daerah Desentralisasi Fiskal pada tahun 2012dan
yang mencakup objek, subjek dan wajib pajak, juga berdasarkan informasi yang penulis
tarif, dasar pengenaan, dan ketentuan lain yang himpun dari beberapa pegawai di Dinas
diperlukan untuk pemungutan BPHTB sesuai Pendapatan Daerah Kabupaten Nias Selatan,
dengan kondisi masyarakat dan karakteristik menyatakan bahwa ada beberapa masalah
daerah masing-masing. atau kendala yang dihadapi oleh pemerintah
Pemungutan BPHTB setelah dialihkan daerah dalam pelaksanaan pemungutan
menjadi pajak daerah di Kabupaten Nias BPHTB yang menyebabkan penerimaan pajak
Selatan Provinsi Sumatera Utara, telah mulai BPHTB sangat rendah. Adapun masalah atau
dilaksanakan pada tahun 2011, walaupun kendala yang dihadapi oleh Dinas Pendapatan
peraturan daerahnya baru keluar pada tahun Daerah dalam mengoptimalkan penerimaan
2012 yaitu Peraturan Daerah Kabupaten Nias BPHTB di Kabupaten Nias Selatan adalah
Selatan Nomor 03 Tahun 2012 tentang Pajak sebagai berikut: (1). Dinas Pendapatan Daerah
Daerah. Pelaksanaan BPHTB di Kabupaten memiliki keterbatasan sumber daya manusia
Nias Selatan sudah berjalan selama tiga tahun, dalam operasionalisasi pengelolaan BPHTB
adapun kontribusi BPHTB terhadap penerimaan baik dari segi kualitas maupun kuantitas.
daerah selama 3 (tiga) tahun tersebut mulai (2). Tingkat Kepedulian dan kesadaran wajib
tahun 2011s/d 2013 dapat dilihat pada tabel pajak dalam membayar pajak masih kurang.
realisasi penerimaan BPHTB Kabupaten Nias (3). Kurangnya kerjasama yang baik antar
Selatan berikut ini: lembaga yang terkait dengan pengelolaan
BPHTB seperti Notaris, PPAT, BPN, KPP. Hal
Tabel 2. Realisasi Penerimaan BPHTB ini penting dilakukan agar dapat menghasilkan
Kabupaten Nias Selatan Tahun 2011/2013 nilai transaksi yang mendekati nilai sebenarnya
Realisasi Pencapaian sehingga memudahkan Dinas Pendapatan
No Tahun Target (Rp)
(Rp) (%) Daerah didalam melakukan pengawasan. (4).
1. 2011 280.000.000 62.768.900 22,42% Penggunaan teknologi informasi masih belum
2. 2012 65.500.000 186.784.500 285,17% optimal. Contoh Dinas pendapatan daerah
3. 2013 905.457.749 254.487.052 28,11% masih belum memaksimalkan penggunaan
Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Nias Selatan
jaringan internet dalam menyampaikan
informasi kepada wajib pajak. (5). Belum
Berdasarkan Tabel 2 diatas, disamping adanya sosialisasi atau penyuluhan kepada
masalah rendahnya realisasi penerimaan wajib pajak yang isinya tentang pelayanan
BPHTB bahkan sangat jauh dari target yang kepada masyarakat, mekanisme pemungutan
telah ditetapkan, maka masalah lainnya adalah pajak dan fungsi pajak.
besarnya potensi penerimaan daerah dari BPHTB
yang dituangkan didalam penetapan target
penerimaan BPHTB oleh Dinas Pendapatan B. LANDASAN TEORITIS
Daerah Kabupaten Nias Selatan tidak akurat Manajemen Strategis
dan tidak dilakukan penghitungan penetapan
Manajemen strategis pada mulanya
yang tepat terbukti penetapan target pada tahun
lebih banyak digunakan oleh perusahaan atau
2011 dan 2013 ditetapkan sangat tinggi yaitu
disektor swasta dalama upaya untuk mencapai
pada tahun 2011 target Rp. 280.000.000 dan pada
efektivitas dan efisiensi sehingga perusahaan
tahun 2013 target penerimaan meningkat yaitu
dapat bertahan hidup dalam menghadapi
Rp. 905.457.749 sementara realisasinya sangat
persaingan. Kemudian sektor publik meng
rendah, sedangkan pada tahun 2012 ditetapkan
adopsi pendekatan ini sebagai upaya
196
Strategi Peningkatan Penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB) di Kabupaten Nias Selatan
} Muhamad Nur Afandi dan Obedy Syukur Hulu
197
Strategi Peningkatan Penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB) di Kabupaten Nias Selatan
} Muhamad Nur Afandi dan Obedy Syukur Hulu
wajib membayarnya menurut peraturan- (not arbitary). Dalam asas ini, kepastian
peraturan, dengan tidak mendapat prestasi hukum yang dipentingkan adalah yang
kembali, yang langsung dapat ditunjuk dan mengenai subyek-obyek, besarnya pajak,
yang gunanya adalah untuk membiayai dan juga ketentuan mengenai waktu
pengeluaran pengeluaran umum berhubung pembayarannya.
dengan tugas negara untuk menyelenggarakan 3. Convenience of payment (saat paling tepat).
pemerintahan”. Berdasarkan beberapa Every tax ought to be leveid at the time, or
pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa in the minner, in which it is most likely to be
pajak memiliki unsur-unsur sebagai berikut: convenient for the contributor to pay it. Teknik
1. Pungutan dari masyarakat oleh Negara pemungutan pajak yang dianjurkan ini
2. Berdasarkan Undang-Undang (yang juga disebut convenience of payment),
3. Dapat dipaksakan menetapkan bahwa pajak hendaknya
4. Tanpa Kontraprestasi atau imbalan jasa dipungut pada saat yang paling baik
secara langsung dari negara kepada wajib bagi para wajib pajak, yaitu saat sedekat-
pajak. dekatnya dengan detik diterimanya peng
5. Digunakan untuk membiayai keperluan hasilan yang bersangkutan.
negara/daerah bagi sebesar-besarnya
4. Economics of collection (efisien). Every tax
kemakmuran rakyat.
ought to be so contrived as both to take out and
Selain definisi dan unsur-unsur pajak maka
to keep out of the pockets of the people as little
dari pengertian diatas dapat terlihat bahwa
as possible over and above what it brings into
fungsi pajak ada 2 (dua) yaitu:
to public treasury of the state. Asas efisiensi
1. Fungsi Budgetair, pajak dipergunakan
ini menetapkan, pemungutan pajak
sebagai alat untuk memasukkan dana
hendaknya dilakukan sehemat-hematnya;
secara optimal ke kas negara berdasarkan
jangan sekali-kali biaya pemungutan
peraturan perundang-undangan yang
melebihi pemasukan pajaknya.
digunakan untuk menjalankan tugas-tugas
rutin negara. Di Indonesia terdapat tiga sistem
2. Fungsi Regulerend disebut juga fungsi pemungutan pajak (Mardiasmo, 2009: 7) yaitu
mengatur, pajak merupakan alat kebijakan sebagai berikut:
pemerintah untuk mencapai tujuan a. Official Assesment System, adalah suatu
tertentu. sistem pemungutan yang memberi
Didalam melakukan pemungutan pajak, wewenang kepada pemerintah (fiskus)
Adam Smith (Abuyamin, 2012: 8) dalam untuk menentukan besarnya pajak yang
bukunya An inquiry into the nature and causes terutang oleh Wajib Pajak. Ciri-cirinya (1)
of the wealth of nations (terkenal dengan nama Wewenang untuk menentukan besarnya
wealth of nation) melancarkan ajarannya sebagai pajak terutang ada pada fiskus, (2) Wajib
asas pemungutan pajak yang dinamai The Four Pajak bersifat pasif, (3) Utang pajak timbul
Maxims dengan uraian sebagai berikut: setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak
oleh fiskus.
1. Equality and equity (keadilan/kesamaan).
Pembagian tekanan pajak diantara subyek b. Self Assesment System, adalah suatu
pajak masing-masing hendaknya dilakukan sistem pemungutan pajak yang memberi
seimbang dengan kemampuannya, wewenang kepada Wajib Pajak untuk
yaitu seimbang dengan penghasilan menentukan sendiri besarnya pajak yang
yang dinikmatinya masing-masing, di terutang. Ciri-cirinya (1). Wewenang
bawah perlindungan pemerintah (asas untuk menentukan besarnya pajak ter
pembagian/asas kepentingan). Dalam utang ada pada Wajib Pajak sendiri, (2)
asas equality ini tidak diperbolehkan suatu Wajib Pajak aktif, mulai dari menghitung,
negara mengadakan diskriminasi diantara menyetor dan melaporkan sendiri pajak
sesama wajib pajak. Dalam keadaan yang yang terutang, (3) fiskus tidak ikut campur
sama para wajib pajak harus dikenakan dan hanya mengawasi.
pajak yang sama pula. c. With Holding System, adalah suatu sistem
2. Certainly (Kepastian hukum), pajak yang pemungutan pajak yang memberi
harus dibayar oleh seseorang harus terang wewenang kepada pihak ketiga (bukan
(certain) dan tidak mengenal kompromis fiskus dan bukan Wajib Pajak yang
198
Strategi Peningkatan Penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB) di Kabupaten Nias Selatan
} Muhamad Nur Afandi dan Obedy Syukur Hulu
199
Strategi Peningkatan Penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB) di Kabupaten Nias Selatan
} Muhamad Nur Afandi dan Obedy Syukur Hulu
Sedangkan jenis hak atas tanah yang yang masih dalam hubungan keluarga
dikenakan BPHTB meliputi hak milik, hak guna sedarah dalam garis keturunan lurus satu
usaha, hak guna bangunan, hak pakai, hak milik derajat ke atas atau satu derajat ke bawah
atas satuan rumah susun dan hak pengelolaan dengan pemberi hibah wasiat, termasuk
(Abuyamin, 2012:398). Obyek BPHTB yang suami/istri, NPOPTKP ditetapkan paling
tidak dikenakan BPHTB adalah obyek pajak rendah sebesar Rp. 300.000.000,00 (tiga
yang diperoleh perwakilan diplomatik ratus juta rupiah);
dan konsulat berdasarkan asas perlakuan 6. NPOPTKP sebagaimana dimaksud pada
timbal balik, negara untuk penyelenggaraan angka 4 dan 5 ditetapkan dengan Peraturan
pemerintahan dan/atau untuk pelaksanaan Daerah.
pembangunan guna kepentingan umum, badan
atau perwakilan internasional yang ditetapkan b. Tarif dan Perhitungan serta Pemungutan
dengan peraturan menteri keuangan dengan BPHTB
syarat tidak menjalankan usaha atau melakukan Tarif BPHTB, sebagaimana diatur dalam
kegiatan lain diluar fungsi dan tugas badan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
atau perwakilan organisasi tersebut, orang ditetapkan paling tinggi sebesar 5% (lima
pribadi atau badan karena konversi hak atau persen). Tarif Bea Perolehan Hak atas Tanah
karena perbuatan hukum lain dengan tidak dan Bangunan (BPHTB) ditetapkan dengan
adanya perubahan nama, orang pribadi atau peraturan daerah (Pasal 88 UU No. 28 Tahun
badan karena wakaf, orang pribadi atau badan 2009). Besaran pokok BPHTB yang terutang
yang digunakan untuk kepentingan ibadah dihitung dengan cara mengalikan tarif BPHTB
(Abuyamin, 2012:399). yang telah ditetapkan melalui peraturan
daerah dengan dasar pengenaan pajak setelah
a. Dasar pengenaan BPHTB
dikurangi Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak
Dasar pengenaan BPHTB menurut UU Kena Pajak (NPOPTKP). BPHTB yang terutang
Nomor 28 Tahun 2009 Pasal 87 adalah nilai dipungut diwilayah daerah tempat tanah dan/
perolehan objek pajak. Nilai perolehan objek atau bangunan berada sesuai dengan Pasal 89
pajak atau disebut dengan NPOP dimaksud Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009.
secara garis besar adalah dalam hal:
1. Harga Transaksi: jual beli dan penunjukan c. Saat Terutangnya Pajak BPHTB
pembeli dalam lelang; Secara garis besar saat terutangnya BPHTB
2. Harga Pasar: tukar menukar, hibah, hibah dibagi 3 (tiga) yaitu:
wasiat, waris, pemasukan dalam perseroan 1. Sejak tanggal dibuat dan ditandanganinya
atau badan hukum lainnya, pemisahan hak akta: jual beli, tukar menukar, hibah,
yang mengakibatkan peralihan, peralihan hibah wasiat, pemasukan dalam perseroan
hak karena pelaksanaan putusan hakim atau badan hukum lainnya, pemisahan
yang mempunyai kekuatan hukum tetap, hak yang mengakibatkan peralihan,
pemberian hak baru atas tanah sebagai penggabungan usaha, peleburan usaha,
kelanjutan dari pelepasan hak, pemberian pemekaran usaha, dan hadiah;
hak baru atas tanah diluar pelepasan hak,
2. Sejak tanggal diterbitkannya putusan/
penggabungan usaha, peleburan usaha,
keputusan Pengadilan dan/atau
pemekaran usaha, dan hadiah;
keputusan pemberian hak: putusan
3. Jika NPOP sebagaimana dimaksud pada
hakim, pemberian hak baru atas tanah
angka 1 dan 2 diatas tidak diketahui
sebagai kelanjutan dari pelepasan hak,
atau lebih rendah dari pada NJOP yang
pemberian hak baru atas tanah diluar
digunakan dalam pengenaan Pajak Bumi
pelepasan hak, dan lelang adalah sejak
dan Bangunan pada tahun terjadinya
tanggal penunjukan pemenang lelang;
perolehan, dasar pengenaan yang dipakai
adalah NJOP Pajak Bumi dan Bangunan; 3. Untuk waris saat terutangnya pajak BPHTB
4. Besarnya NJOP tidak kena pajak adalah sejak tanggal yang bersangkutan
(NJOPTKP) paling rendah sebesar Rp. mendaftarkan peralihan haknya ke Kantor
60.000.000,00 (enam puluh juta rupiah) Bidang Pertanahan. Pajak yang terutang
untuk setiap wajib pajak; harus dilunasi pada saat terjadinya
5. Dalam hal perolehan hak karena waris atau perolehan hak sebagaimana pada ayat (1)
hibah wasiat yang diterima orang pribadi pasal 90 UU Nomor 28 Tahun 2009.
200
Strategi Peningkatan Penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB) di Kabupaten Nias Selatan
} Muhamad Nur Afandi dan Obedy Syukur Hulu
d. Ketentuan dan Kewajiban bagi Pejabat pajak BPHTB di Kabupaten Nias Selatan,
Pembuat Akta Tanah (PPAT)/Notaris, peneliti menggunakan beberapa instrumen
Kepala Kantor yang Membidangi Lelang pengumpulan data yaitu dengan teknik
dan Kepala Kantor Bidang Pertanahan wawancara dan teknik pengumpulan data
dengan dokumen. Selanjutnya teknik verifikasi
Berdasarkan Undang-Undang Nomor
data dari hasil penelitian kualitatif yang
28 Tahun 2009, terdapat beberapa ketentuan
dilakukan dalam rancangan penelitian ini adalah
dan/atau kewajiban Pejabat Pembuat Akta
dengan cara menguji validitas dan reabilitas
Tanah (PPAT)/Notaris, Kepala Kantor yang
data. Setelah melakukan penelitian di lapangan,
membidangi Lelang dan Kepala Kantor Bidang
data dan informasi yang diperoleh melalui
Pertanahan, adalah sebagai berikut:
teknik wawancara dan teknik pengumpulan
1. PPAT/Notaris hanya dapat menanda
data dengan dokumen kemudian disajikan.
tangani akta pemindahan hak atas tanah
Untuk menyajikan data yang diperoleh dari
dan/atau bangunan setelah wajib pajak
hasil wawancara, peneliti menuangkan data
menyerahkan bukti pembayaran pajak;
dari wawancara kedalam naskah transkip
2. Kepala kantor yang membidangi Lelang
wawancara, peneliti kembali memeriksa
hanya dapat menandatangani risalah
keabsahan dan kebenaran data tersebut dengan
lelang perolehan hak atas tanah dan/atau
terlebih dahulu mengurutkan sesuai dengan
bangunan setelah wajib pajak menyerahkan
informan yang lebih penting. Setelah dapat
bukti pembayaran pajak;
memahami isi dan hasil wawancara yang telah
3. Kepala kantor bidang Pertanahan hanya
diperoleh kemudian peneliti menggunakannya
dapat melakukan pendaftaran hak atas
menjadi pedoman dalam menganalisa, menetap
tanah atau pendaftaran peralihan hak atas
kan dan merumuskan strategi yang tepat dalam
tanah setelah wajib pajak menyerahkan
meningkatkan penerimaan daerah dari pajak
bukti pembayaran pajak;
BPHTB di Kabupaten Nias Selatan.
4. PPAT/Notaris dan Kepala kantor yang
Dalam penelitian ini penulis akan
membidangi pelayanan lelang negara
melakukan penyajian data dengan meng
melaporkan pembuatan akta atau risalah
gunakan matriks SWOT setelah melakukan
lelang perolehan hak atas tanah dan/atau
analisis SWOT maka penulis merumuskan
bangunan kepada kepala daerah paling lambat
strategi peningkatan BPHTB dengan melakukan
pada tanggal 10 (sepuluh) bulan berikutnya;
identifikasi isu-isu strategis terlebih dahulu
5. Tata cara pelaporan bagi pejabat se
melalui test litmus. Analisis SWOT dilakukan
bagaimana pada angka 4) diatur dengan
dengan membandingkan antara faktor eksternal
Peraturan Kepala Daerah.
dengan faktor internal sehingga organisasi
dapat menetapkan strategi yang tepat untuk
C. METODE PENELITIAN menghadapi lingkungan eksternal maupun
Metode penelitian adalah cara yang internal. Hal ini dilihat pada diagram SWOT.
digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan Untuk mengamati atau menganalisis faktor
data dengan tujuan menemukan solusi atau lingkungan eksternal dan lingkungan internal,
pemecahan masalah yang menjadi topik maka langkah awal adalah dengan membuat
dalam suatu penelitian, maka penelitian ini matriks faktor strategis eksternal (EFAS) dan
dilaksanakan dengan maksud mendapatkan faktor strategis internal (IFAS) sesuai dengan
gambaran yang terperinci tentang kondisi tahap tahap dalam merumuskan faktor-faktor
internal dan eksternal, setting sosial, atau strategis eksternal (EFAS) dan faktor strategis
hubungan yang dihadapi oleh Dinas internal (IFAS). Setelah mengumpulkan
Pendapatan Daerah Kabupaten Nias Selatan semua informasi yang berpengaruh terhadap
dalam upaya meningkatkan penerimaan BPHTB kelangsungan organisasi berupa faktor-
di Kabupaten Nias Selatan, sehingga setelah faktor eksternal dan internal, maka langkah
gambaran kondisi yang dihadapi diperoleh, selanjutnya adalah memanfaatkan semua
maka dirumuskan suatu strategi yang tepat informasi tersebut dalam model kuantitatif
dalam upaya meningkatkan penerimaan BPHTB perumusan strategi. Untuk itu dalam penelitian
di Kabupaten Nias Selatan. ini penulis menggunakan matriks SWOT/
Untuk mengumpulkan data terkait dengan TOWS untuk menentukan strategi yang harus
upaya menemukan dan merumuskan strategi ditempuh dalam meningkatkan penerimaan
yang tepat untuk meningkatkan penerimaan BPHTB di Kabupaten Nias Selatan.
201
Strategi Peningkatan Penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB) di Kabupaten Nias Selatan
} Muhamad Nur Afandi dan Obedy Syukur Hulu
Setelah ditemukan isu strategis melalui Lebih lanjut berkaitan dengan pelaksanaan
proses identifikasi yang cermat dan akurat mandat tersebut, peraturan juga menjelaskan
dengan menggunakan metode SWOT, maka bahwa Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten
untuk menentukan mana yang benar-benar Nias Selatan merupakan unsur pelaksana
merupakan isu strategis dilakukan pengujian yang dipimpin oleh Kepala Dinas yang dalam
dengan menggunakan Test Litmus yang terdiri menjalankan tugasnya berada di bawah dan
dari pertanyaan pertanyaan yang harus dijawab bertanggung jawab kepada Bupati Nias Selatan
dengan isu strategis yang terpilih. Jawaban melalui Sekretaris Daerah Kabupaten Nias
yang diperoleh kemudian ditetapkan dengan Selatan.
skor rata-rata antara 1 (satu) sampai 3 (tiga), Jadi Dinas Pendapatan Daerah dalam
dimana semakin tinggi nilai skor suatu isu mengelola atau menatausahakan pendapatan
akan semakin strategis isu tersebut, sebaliknya daerah bertanggungjawab kepada Bupati Nias
semakin rendah nilai total skornya maka akan Selatan melalui Sekretaris Daerah Kabupaten
semakin tidak strategis. Daftar pertanyaan Nias Selatan. Untuk itu dalam melaksanakan
litmus test tersebut. tugasnya kepala dinas senantiasa berkonsultasi
Langkah selanjutnya dalam analisis data dan berkoordinasi dengan pengambil kebijakan
kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan ditingkat daerah dalam hal ini bupati Nias
verifikasi. Kesimpulan awal yang dikemukakan Selatan.
masih bersifat sementara, dan akan berubah Dengan adanya peraturan ini maka tugas
bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat pokok dan fungsi Dinas Pendapatan Daerah
yang mendukung pada tahap pengumpulan jauh lebih fokus dan spesifik, artinya tugas
data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan dan tanggungjawabnya benar-benar hanya
yang dikemukakan pada tahap awal, didukung mengelola urusan pemerintah daerah di bidang
oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat pendapatan. hal ini jauh berbeda dibanding
peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan sebelum keluarnya peraturan ini, dimana
data, maka kesimpulan yang dikemukakan pada saat itu urusan pendapatan daerah masih
merupakan kesimpulan yang kredibel. Setelah dikelola oleh Dinas Pendapatan Pengelolaan
ditarik kesimpulan, langkah selanjutnya adalah Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Nias
menyusun menjadi karya tulis. Dalam penelitian Selatan. Pada saat masih gabung di Dinas
ini setelah dilakukan tahap analisis sebagai mana Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset
telah dikemukakan diatas maka selanjutnya Daerah Kabupaten Nias Selatan maka tugas
ditarik suatu kesimpulan berupa rumusan dan tanggungjawabnya terlalu besar yaitu
strategi yang tepat dalam meningkatkan mengelola pendapatan, keuangan daerah
penerimaan BPHTB di Kabupaten Nias Selatan. berupa belanja dan juga penatausaan aset
daerah. Tetapi dengan adanya pemisahan
D. HASIL ANALISIS Dinas ini menjadi Dinas Pendapatan Daerah
dan Badan Pengelolaan Keuangan dan
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Kekayaan Daerah Kabupaten Nias Selatan
Nias Selatan Nomor 1 Tahun 2012 tentang maka pelaksanaan pekerjaan jauh lebih spesifik.
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Hal ini dibenarkan oleh Kepala Dinas
Perangkat Daerah Pemerintah Kabupaten Nias Pendapatan Daerah Kabupaten Nias Selatan
Selatan dan Peraturan Bupati Nias Selatan melalui wawancara pada tanggal 03 November
Nomor 09 Tahun 2012 tentang Uraian Tugas Tahun 2014 yang menyatakan bahwa: “Untuk
Pokok dan Fungsi Satuan Kerja di Lingkungan saat ini tugas dan tanggung jawab organisasi
Dinas-Dinas Daerah Kabupaten Nias Selatan ini sudah jauh lebih fokus dan spesifik yaitu
maka secara umum mandat yang diberikan hanya mengelola pendapatan daerah saja,
kepada Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten bedakan ketika masih gabung dulu di Dinas
Nias Selatan adalah sebagai berikut: Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang Aset Daerah Kabupaten Nias Selatan, ya kita
pendapatan daerah. ngurusin pendapatan, keuangan daerah dan
b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan juga pengelolaan aset daerah”. Berdasarkan hal
dan pelayanan umum di bidang pen itu maka dapat kita simpulkan bahwa mandat
dapatan asli daerah. organisasi yang dibebankan kepada Dinas
c. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Pendapatan Daerah sudah baik, fokus dan
Bupati sesuai lingkup tugasnya. spesifik.
202
Strategi Peningkatan Penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB) di Kabupaten Nias Selatan
} Muhamad Nur Afandi dan Obedy Syukur Hulu
Dalam hal pengelolaan pendapatan asli Sebagaimana telah dijelaskan pada Bab
daerah di Kabupaten Nias Selatan maka mandat sebelumnya, tujuan dari penelitian ini adalah
yang harus dilaksanakan oleh Dinas Pendapatan untuk menentukan strategi peningkatan
Daerah adalahPeraturan Daerah Kabupaten Nias BPHTB di Kabupaten Nias Selatan, untuk itu
Selatan Nomor 3 Tahun 2012 tentang Pajak Daerah. maka terlebih dahulu kita menentukan atau
Artinya Dinas Pendapatan Daerah didalam mengidentifikasi keadaan lingkungan eksternal
mengelola pendapatan daerah diberi kewenangan yang berkaitan dengan pengelolaan BPHTB.
untuk memungut pajak dan retribusi daerah Dalam mempelajari ataupun mengidentifikasi
dengan berpedoman pada Perda tersebut, yang lingkungan eksternal organisasi maka aspek-
mana salah satunya adalah Bea perolehan atas aspek yang akan diteliti atau dipelajari adalah
tanah dan bangunan sesuai dengan pasal 4 ayat 1 sebagai berikut: (1). Aspek Lingkungan Umum
mengenai jenis-jenis pajak daerah. (Ekonomi, Politik, Hukum, Teknologi, dan
Selanjutnya mandat organisasi dalam Sosial Kependudukan); (2). Aspek Kolabolator
menatausahakan BPHTB lebih lanjut diatur (Notaris, BPN, Camat dan Kepala Desa/Lurah);
secara terperinci mengenai sistem dan prosedur (3). Aspek Masyarakat/Wajib Pajak.
pemungutan BPHTB melalui Peraturan Bupati Adapun tujuan dalam mempelajari
Nias Selatan nomor 43 tahun 2012 tentang lingkungan eksternal ini adalah untuk meng
sistem dan prosedur pemungutan BPHTB. identifikasi berbagai peluang dan ancaman yang
Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat dihadapi organisasi dalam upaya meningkatkan
disimpulkan bahwa mandat organisasi mengenai penerimaan daerah dari sektor BPHTB. Peluang
pemungutan BPHTB sudah cukup baik. adalah kondisi lingkungan eksternal yang dapat
membantu organisasi dalam mengoptimalkan
Analisis Lingkungan Eksternal pencapaian tujuan sedangkan ancaman adalah
Kondisi lingkungan yang dihadapi kondisi yang dapat menghambat organisasi
senantiasa berubah dari waktu ke waktu, dalam upaya mencapai tujuan organisasi.
kondisi saat ini berbeda dengan kondisi yang Berdasarkan pemaparan mengenai
terjadi sebelumnya maka untuk itu dituntut lingkungan eksternal di atas, maka dapat
setiap organisasi harus mampu mengidentifikasi peneliti simpulkan bahwa faktor-faktor strategis
setiap peluang dan ancaman yang berasal lingkungan eksternal yang berpengaruh ter
dari lingkungan eksternal sehingga organisasi hadap peningkatan penerimaan BPHTB baik
dapat menentukan strategi yang tepat dalam sebagai peluang maupun sebagai ancaman
menghadapi kondisi lingkungan yang terjadi. adalah sebagai berikut ini:
203
Strategi Peningkatan Penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB) di Kabupaten Nias Selatan
} Muhamad Nur Afandi dan Obedy Syukur Hulu
Analisis SWOT
Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya
bahwa lingkungan organisasi sangat ber
pengaruh terhadap keberlangsungan organisasi
maka organisasi harus mampu merespon
secara efektif perubahan lingkungannya
dengan mencermati lingkungan eksternal dan
internalnya. Dalam mencermati atau menilai
lingkungan eksternal dan internal organisasi,
maka perlu dilakukan analisis/kajian terhadap
situasi atau yang dikenal dengan istilah analisis
SWOT. Demikian halnya dengan pengelolaan
Gambar 1. Diagram SWOT
pajak BPHTB di Kabupaten Nias Selatan maka
Dinas Pendapatan Daerah sebagai organisasi Berdasarkan gambar diagram SWOT
pelaksana dituntut mampu mengenali kekuatan di atas menunjukkan bahwa kondisi saat ini
dan kelemahan organisasi serta mampu Dinas Pendapatan Daerah di dalam upaya
merespon ancaman dan peluang yang dihadapi meningkatkan pendapatan daerah dari pajak
oleh organisasi dalam upaya meningkatkan BPHTB berada pada kuadran 3, dimana telah
BPHTB di Kabupaten Nias Selatan. dijelaskan sebelumnya bahwa strategi organisasi
Analisis SWOT dilakukan dengan mem ketika berada di kuadran 3 adalah: Organisasi
bandingkan antara faktor eksternal dengan menghadapi peluang yang sangat besar, tetapi
faktor internal sehingga organisasi dapat lain pihak, ia menghadapi beberapa kendala/
menetapkan strategi yang tepat untuk meng kelemahan internal. Kondisi pada Kuadran 3
hadapi lingkungan eksternal maupun internal. ini mirip dengan Question Mark, meminimalkan
Untuk mengamati atau menganalisis faktor masalah-masalah internal organisasi sehingga
lingkungan eksternal dan lingkungan internal, dapat merebut peluang yang lebih baik.
maka langkah awal adalah dengan membuat Penjabaran isu strategis didasarkan atas
matriks faktor strategis eksternal (EFAS) dan hasil penelusuran terhadap mandat dan misi
faktor strategis internal (IFAS) sesuai dengan organisasi, identifikasi kekuatan dan kelemahan
tahap tahap dalam merumuskan faktor-faktor internal serta peluang dan ancaman eksternal.
strategis eksternal (EFAS) dan faktor strategis Berdasarkan analisis terhadap fakta yang ada
internal (IFAS). dan berdasarkan kerangka berpikir manajemen
Berdasarkan hasil penelitian di atas maka stratejik maka dapat ditentukan beberapa
dapat disimpulkan di dalam matriks faktor strategi yang tepat yang dapat digunakan
strategis eksternal (EFAS) dan faktor strategis oleh Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten
internal (IFAS) dari titik koordinat maka dapat Nias Selatan dalam meningkatkan panerimaan
digambarkan Diagram SWOT sebagai berikut: daerah dari pajak BPHTB. Secara menyeluruh
204
Strategi Peningkatan Penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB) di Kabupaten Nias Selatan
} Muhamad Nur Afandi dan Obedy Syukur Hulu
hasil teknik analisis matriks SWOT baik faktor strategi yang tepat dan handal bagi peningkatan
lingkungan eksternal maupun faktor lingkungan pajak BPHTB di Kabupaten Nias Selatan
internal sekaligus hubungan antara dimensi- dalam mengantisipasi semua kemungkinan
dimensi tersebut dalam upaya memperoleh perkembangan lingkungan strategis yang ada.
Ringkasan matriks SWOT di atas digunakan meningkatkan pajak BPHTB di Kabupaten Nias
sebagai titik pertemuan key factor dari masing- Selatan adalah sebagai berikut:
masing lingkungan yang ada (internal maupun a) Memperbaiki dan meningkatkan kualitas
eksternal), dimana oleh peneliti dilakukan penilaian pelayanan sesuai dengan SOP yang telah
untuk menemukan isu-isu strategis, walaupun ditetapkan.
diakui oleh banyak pakar bahwa tidak ada matching b) Mempertahankan dan meningkatkan
tool yang dianggap paling baik (Umar dalam loyalitas pegawai dalam bekerja.
Tangkilisan, 2003: 62) untuk itu dalam penelitian c) Memanfaatkan kecanggihan teknologi
ini penentuan isu-isu strategis ditentukan sesuai dalam memberikan informasi dan
dengan kemampuan dan kepekaan peneliti dalam pelayanan kepada wajib pajak.
melihat setiap isu-isu yang ada. d) Meningkatkan kompetensi SDM melalui
Penjabaran ringkasan isu strategis di pendidikan dan pelatihan.
atas berdasarkan hasil temuan analisis dan e) Menyediakan sarana dan prasarana yang
kajian teknik matriks SWOT dalam rangka dibutuhkan.
205
Strategi Peningkatan Penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB) di Kabupaten Nias Selatan
} Muhamad Nur Afandi dan Obedy Syukur Hulu
206
Strategi Peningkatan Penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB) di Kabupaten Nias Selatan
} Muhamad Nur Afandi dan Obedy Syukur Hulu
207
Strategi Peningkatan Penerimaan Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB) di Kabupaten Nias Selatan
} Muhamad Nur Afandi dan Obedy Syukur Hulu
208