Anda di halaman 1dari 6

Kalau anda tidak "communicate" anda tidak akan terlihat.

Bila anda tidak terlihat, anda tidak akan "connect".


Bila anda tidak connect, anda tidak digunakan.
Bila anda tidak digunakan, anda tidak bisa dikenal baik.
Bila anda tidak dikenal baik, baik-pun tidak membantu.
Jadi ... Komunikasikan diri anda.

Yang penting bagi keberhasilan kita, bukanlah orang yang kita kenal, tetapi orang yang
mengenal kita.

Perbincangan antar pribadi yang menarik adalah perbincangan yang menuju kepada semakin
dikenalnya potensi masing-masing pihak bagi sebuah sinergi yang baik.

Bila ini direnungkan dengan cermat, akan terlihat bagaimana palsunya pembicaraan yang
diwarnai oleh kebanggan karena 'kenal' dengan orang-orang pangkat dan petinggi. Apalagi
bila ternyata orang-orang pangkat itu tidak mengenal orang-orang yang membanggakan
'pertemanan' maya mereka.

Pastikan setiap langkah anda menuju kepada keadaan di mana anda dikenal baik. As simple
as that.

Orang-orang yang cerdas dan berpendidikan baik sering 'kalah' bila dibandingkan dengan
orang - orang yang hanya pandai tampil.

Yang merasa mempunyai intrinsic quality melihat kepada para 'politisi praktis' yang pandai
tampil ini sebagai orang-orang yang kosong, tetapi ingin terbang tinggi.

Tetapi, kehidupan nyata membuktikan, bahwa memang yang kosong itu yang mudah terbang
tinggi, meskipun biasanya sebentar. Dan kita bisa melihat mereka mengapung sebentar, untuk
diturunkan oleh angin yang tadinya membuatnya melambung.

Mereka, yang kosong itu, memiliki keuntungan bersaing yang baik, bila dibandingkan dengan
orang-orang yang berisi. Mereka mengembangkan rasa 'nothing to loose' dalam melakukan
hal-hal yang lebih besar dari diri mereka sendiri.

Sifat ini tidak dimiliki oleh kebanyakan orang 'pandai'. Orang pandai terlalu banyak
menganalisa. Analisanya hanya akan menghasilkan perasaan takut untuk bertindak.

Semakin baik seseorang terdidik tentang 'teknologi' keputusan, semakin mereka melihat resiko
lebih besar dari ukuran sebenarnya. Itu yang menyebabkan terjadinya inflasi orang pandai
yang bersikap mediocre, biasa-biasa saja.

Mereka adalah ahli jalan tengah, jalan aman. Jalan orang biasa.
Mereka adalah emas yang berperilaku seperti kuningan. Mereka tidak mengerti nilai dari
kilaunya sendiri, dan mengambil standard kuningan sebagai acuan bagi hidupnya yang hanya
sekali, dan tidak bisa diulangi itu.

Banyak orang pandai berhenti membaca, tepat di halaman sebelum pelajaran tentang
pentingnya tampil baik. Mungkin karena orang pandai membaca buku mulai dan setia dari
halaman depan. Sedang orang yang kurang pandai membaca dari halaman belakang.

Mungkin, bila kita bersedia menambah sedikit lagi beban belajar untuk tampil baik, tampil
cemerlang - mungkin kita bisa kehabisan energi untuk mengkritisi orang-orang yang hanya
tampil pandai. Dan, mungkin dengan fokus yang lebih tajam pada kualitas kehidupan kita,
terlihat lebih jelas pula hal-hal yang lebih tepat untuk dilakukan.

Sebagian besar masalah orang datang dari tidak tepatnya pilhan dari yang
dilakukannya.

Melakukan hal yang tidak terpilih dengan tepat, walaupun dengan cara-cara terbaik, sering
hanya menghasilkan nilai rata-rata yang semakin lama membuat orang menjadi orang biasa.

Tidak ada orang yang lebih frustrasi, dari orang bernilai yang dipaksa hidup dalam ke-rata-
rata-an.

Dan yang membuatnya lebih tertekan, ialah fakta bahwa dia yang menerima dengan
kesadaran penuh keadaan ini, tanpa kesungguhan untuk beranjak keluar dari perangkap yang
menggelisahkan tidurnya.

Bayangkan. Semua energinya digunakan untuk menekan instingnya untuk mencapai nilai
hidup yang lebih baik. Mengapa itu dilakukannya?

Emas, memang emas. Di tempat yang salah, di bawah sinar yang salah, sering tampak seperti
kuningan.

Pilih tempatnya. Pilih sinarnya.

Emas, memang emas.


Bila salah tempat, sering dikira kuningan.

Dengar ...
Mendengarkan dengan baik, adalah dasar dari ketepatan bicara.
Ketepatan bicara adalah kekuatan.

Keharusan untuk mendengarkan dengan baik tidak hanya berlaku untuk pribadi. Perusahaan
dan organisasi apapun akan lebih beruntung bila memiliki kesungguhan yang sama dalam
mendengarkan.

Orang yang membeli adalah orang yang punya masalah,


yang bermasalah.

Orang yang puas dan terpuaskan dalam segala hal,


tidak akan membeli.

Berarti, mengetahui siapa yang mempunyai masalah, sama dengan mengetahui potensi
penjualannya, potensi perusahaan atau potensi organisasi yang dipimpinnya.

Lalu, orang yang mengetahui siapa yang membutuhkan penyelesaian masalah, akan bisa
dengan tepat menjadikan dirinya penyelesai masalah, melalui penyediaan produk atau
layanan yang sesuai.

Orang dan perusahaan yang efektif menyelesaikan masalah akan tampil powerful di mata
pelangan yang dilayaninya.

Pemimpin perusahaan atau organisasi yang secara pribadi adalah orang yang tidak suka
mendengar, akan berlaku seperti itu dalam kewenangannya sebagai pemimpin. Dan akibatnya
adalah sebuah kepemimpinan yang mengesampingkan nilai dari proses dan program deteksi
pasar.

Semua pemimpin besar adalah pendengar-pendengar yang baik. Mereka memang pandai
berbicara, tetapi 'kepandaian' itu datang dari lengkapnya pengertian.

Bila yang anda bicarakan adalah penyelesaian bagi pasar yang anda layani, maka bila anda
berbicara, orang mendengarkan.

Yang mendengarkan dengan baik, berpotensi untuk bicara tepat.

Ketepatan bicara adalah kekuatan, karena yang bicaranya tepat, didengarkan.

Hanya karena anda didengarkan, apa yang anda sampaikan mencapai nilai tertinggi
dari yang bisa dicapainya.

Saya mencoba membangun dimensi pribadi yang anda anjurkan dalam sebuah seminar,
yaitu Assertiveness, tetapi saya merasa bahwa itu adalah pendekatan budaya Barat.
Masukan anda?

Selamat. Pengaruhnya sudah kelihatan, dari disampaikannya concern mengenai hal ini.
Mengirimkan email ini saja sudah tanda akan adanya assertivenes.

Definisinya dulu -- assertiveness berarti ketegasan, tetapi bila terlalu 'kuat' dilakukan bisa
menjadi kesombongan. Dan itu betul, karena sesungguhnya kesombongan adalah keyakinan
yang melampaui batasnya. Karena seperti segala sesuatu, rasa percaya diripun ada batasnya.

Orang yang menahan keinginan wajarnya untuk meminta pertimbangan atasannya, bagi gaji
atau pangkatnya, adalah sesungguhnya sedang tidak berlaku tegas, tetapi juga sedang
menabung kekuatan untuk bertindak melampaui batas pada batas tertentu di masa depan.

Berhati-hatilah dengan ketidakmampuan kita bersikap dan bertindak tegas. Bila hal ini
berlanjut, hasilnya adalah orang yang memilih untuk ragu-ragu seumur hidup.

Mohon perhatikan sebuah sudut pandang yang lain mengenai keraguan.

Keraguan adalah keadaan di mana pilihan tindak yang tepat,


telah diketahui, tetapi kekuatan yang diperlukan
untuk melaksanakannya digunakan untuk tidak melaksanakannya.

Sebetulnya orang yang tidak tegas, adalah orang yang tegas


mengenai keraguannya.
Bila anda mencari orang yang ragu-ragu atau tidak tegas, di Barat atau di Timur, anda akan
banyak menemukannya.

Dan dalam proses pencarian itu anda akan sadar, bahwa yang Timur itu, kalau diteruskan
akan sampai di Barat juga. Dan seterusnya.

Dan di Barat atau di Timur, hanya orang-orang yang tegas yang benar-benar pernah hidup.
Karena mereka yang hidup dalam keraguan, akan selalu melihat hidup ini dengan pandangan
nanar. Semuanya bergerak terlalu cepat untuk pengertiannya.

Ingin ikut …,
tetapi kakinya mati rasa.

Saya bekerja pada perusahaan yang pemiliknya tidak memperhatikan peningkatan karir
karyawannya. Apakah saya harus pindah ke tempat kerja baru?
Masukan anda?

Bisa, anda bisa saja pindah tempat kerja, dan mudah-mudahan menemukan atasan atau
pemilik perusahaan yang memperhatikan karir anak buahnya.

Yang perlu kita pertimbangkan adalah kemungkinan bahwa sikap anda ini lebih emosional
daripada rasional. Bagaimana kalau ternyata (sebetulnya begitu !) bahwa karir itu adalah
tanggung jawab pribadi ?

Atau, bagaimana bila ternyata kita yang belum assertive ? Atau, bagaimana kalau ternyata kita
yang membuat garis batas bagi perkembangan kita sendiri?

Kita patut berhati-hati, karena kelihatannya ada sebuah master plan yang mengharuskan
orang mengalami masalah yang sama, sampai dicapai pengertian yang baik mengenai
mengapa sebuah masalah sampai timbul. Dan bahwa kemudian terbukti bahwa kitalah
penyebab timbulnya masalah itu.

Lucu memang, tetapi masalah memiliki kecenderungan untuk mengikuti orang yang hanya
pergi meninggalkan masalah, tanpa upaya untuk menyelesaikannya sebaik yang bisa
dilakukannya.

Mulailah dari sikap, bahwa bila bukan kita yang memperhatikan kebaikan bagi diri kita sendiri,
siapa lagi?

Bukankah seorang atasan yang tidak memperhatikan kebaikan bagi anak-buahnya, adalah
sebetulnya seorang yang tidak memperhatikan kebaikan bagi dirinya sendiri?

Pikirkan yang terbaik bagi diri anda sendiri. Tinggal atau pergi tidaklah penting. Karena pada
akhirnya, setiap orang hanya bertanggung-jawab tentang dirinya sendiri.

Lakukan yang terbaik bagi diri anda sendiri.


Karena bila anda tidak baik bagi diri anda sendiri,
anda tidak akan bisa baik bagi orang lain.
Nilai penikmatan sesuatu berbanding terbalik dengan kualitas penantiannya.

Orang-orang yang berjalan mengikuti sebuah master plan, akan bisa tampil lebih sabar.

Kesabaran adalah hasil dari banyak sikap sebelumnya.


Dan, kesabaran adalah sebuah penampilan,
bukan sebuah sikap.

Orang yang percaya bahwa rencana-rencananya sudah matang dan menyediakan cukup
ruang bagi penyesuaian kepada perubahan lingkungan, tidak akan terbingungkan oleh
komentar apapun tentang yang dilakukannya. Itu sebabnya dia tampil sabar.

Orang yang tahu bahwa dengan apa yang dilakukannya, dia akan bisa mencapai sesuatu
yang besar - tidak akan terganggu oleh tingkah laku perendahan terhadap dirinya. Itu
sebabnya dia tampil sabar.

Orang yang bisa membedakan antara masalah yang bisa diselesaikannya, dari yang tidak -
akan bisa menerima hal-hal yang berada di luar kemampuannya untuk mencegah. Itu
sebabnya dia tampil sabar.

Orang yang tahu bahwa setiap hal yang baik akan kelihatan -- akan setia kepada tujuan dan
perilaku baik. Hanya masalah waktu sebelum dia 'ditemukan'. Itu sebabnya dia tampil sabar.

Karena kualitas penemuan sesuatu sebanding dengan kualitas dari yang ditemukan itu, dia
membangun kualitas terbaik dari apa yang bisa dilakukannya, selama menanti saat dia
ditemukan. Itu sebabnya dia tampil sabar.

Karena dia tahu bahwa kualitas penikmatan sesuatu itu berbanding terbalik dengan kualitas
penantiannya, dia bisa menikmati ketidak-nyamanan. Itu sebabnya dia tampil sabar.

Jadi betul bahwa kesabaran adalah suatu akibat. Dan jelas sekali bahwa kesabaran tidak
mungkin bisa dicapai oleh orang yang lemah hatinya.

Bila direnungkan dengan pengertian kristal, mengenai semua hal yang dilakukan dalam
penantian untuk 'ditemukan', yang kemudian menghasilkan kesabaran itu … sebetulnya orang
itu tidak pernah menunggu.

Perhatikan dengan teliti.

Saya pernah mendengar anda menyebukan istilah Success Paradox dalam sebuah
seminar kepemimpinan. Apakah bisa di-elaborasi?

Anda sangat observant. Istilah itu memang merupakan gambaran dari perjuangan karir para
profesional dan pebisnis, yang bersifat bitter-sweet. Pahit-manis.

Paradox adalah sebuah keadaan atau sifat dari sebuah tindakan yang bila dicapai sesuatu
yang positif, akan terjadi pengurangan kualitas pada sisi lain.

Seorang profesional yang mengorbankan segala sesuatu untuk mencapai tingkat karir setinggi
mungkin, memang akan mengorbankan segala sesuatu.
Biaya dari pencapaian sebuah tingkat karir yang tinggi sering berarti kurangnya waktu untuk
keluarga, kecilnya perhatian kepada kepentingan keluarga, dan bahkan terabaikannya
kesehatan diri sendiri.

Ada ungkapan yang mengatakan dengan santai, bahwa:

Bila anda berangkat bekerja lebih awal daripada tetangga anda,

bekerja lebih keras, dan pulang lebih malam dari tetangga anda,

dan lampu di rumah anda menyala lebih lama menemani anda bekerja,
daripada lampu di rumah tetangga anda,

maka tidak hanya anda akan lebih cepat kaya daripada tetangga anda,

anda akan juga lebih cepat menjadi almarhum yang kaya.

Mohon maaf bila dirasakan bahwa ungkapan itu sangat to-the-point , tetapi esensinya valid.

Paradox ini adalah sebuah sistem pembatasan yang diletakkan oleh Penguasa Semua
Sistem, supaya kita mengutamakan yang optimal, bukan yang maksimal saja.

Optimal adalah nilai maksimum dari pencapaian sesuatu, sebelum kerusakan yang
disebabkan dalam pencapaiannya, melukai nilai dari pencapaian itu.

Seperti segala sesuatu di alam ini, keseimbangan adalah prasyarat untuk tercapainya
kebaikan.

Perubahan telah semakin intens menjadi warna dari jam tangan anda.

Elektronik, komputer, dan internet telah menghapus dan akan menghapus lebih banyak lagi
bentuk, pola, dan perilaku bisnis.

Pembandingan produk, pelayanan, dan harga, akan memihak kepada konsumen.

Para perantara akan terhapus.

Semua bisnis akan menjadi bisnis jasa.

Upaya untuk menjadi segala sesuatu, akan menjadikan sebuah bisnis -- tidak ada.

Yang kecil membesar, dan yang besar mengecil dengan kecepatan sama.

Jadi, yang harus kita pikirkan dengan amat sangat serius adalah peran baru kita.

Kunci keberhasilan bisnis di masa depan adalah tepat-nya peran bisnis kita

Anda mungkin juga menyukai