Anda di halaman 1dari 3

Gejala schistosomiasis

Gejala yang ditimbulkan dari infeksi cacing parasit ini bergantung pada fase perjalanan
penyakit. Fase akut berlangsung selama 14 hingga 84 hari, dengan gejala meliputi gatal dan ruam
(saat cacing pertama kali masuk ke dalam kulit), demam, nyeri kepala, nyeri otot dan sendi, serta
sesak napas.
Gejala bervariasi terhadap spesies cacing dan fase infeksi. Ciri dan gejala schistosomiasis adalah:
 Banyak parasit dapat menyebabkan demam, menggigil, pembengkakan kelenjar limfa, dan
pembengkakan hati dan limfa.
 Saat cacing pertama kali masuk ke dalam kulit, dapat menyebabkan gatal dan ruam
(swimmer’s itch). Pada kondisi ini, cacing Schistosoma hancur di dalam kulit.
 Gejala usus meliputi sakit perut dan diare (mungkin terdapat darah).
 Gejala urinasi meliputi, sering buang air kecil, terasa sakit, dan terdapat darah.
Gejala-gejala ini, dikenal dengan schistosomiasis akut, sering kali membaik dengan
sendirinya dalam beberapa minggu. Namun, tetap penting untuk mendapatkan perawatan karena
parasit dapat tinggal di dalam tubuh dan menyebabkan gangguan jangka panjang.
Beberapa orang dengan schistosomiasis, baik bergejala awal maupun tidak, akan
mengalami masalah lebih serius di bagian tubuh yang telah terdapat telur cacing ini. Kondisi ini
disebut schistosomiasis kronis. Schistosomiasis kronis dapat meliputi berbagai gejala dan
masalah, tergantung pada area mana terinfeksi.
Berikut adalah beberapa gejala yang muncul berdasarkan area yang terinfeksi:
 Sistem pencernaan: menyebabkan anemia, sakit dan bengkak pada perut, diare dan darah
pada feses
 Sistem urinasi (perkemihan): dapat menyebabkan infeksi pada kandung kemih (cystitis),
sakit saat buang air kecil, sering merasa ingin buang air kecil, dan darah pada urine
 Jantung dan paru-paru: menyebabkan batuk yang tidak kunjung hilang, napas berbunyi,
sesak napas, dan batuk darah
 Sistem saraf atau otak: menyebabkan kejang, sakit kepala, kelemahan dan mati rasa pada
kaki, serta pusing.
Gejala pada fase kronik berkaitan dengan lokasi organ yang terinfeksi. Jika cacing
parasit ini menyerang organ hati atau pencernaan, maka gejala yang timbul dapat berupa diare
atau konstipasi, perdarahan pada tinja, tukak lambung dan usus, fibrosis hati, hingga tekanan
darah tinggi pada vena porta dan seluruh pembuluh darah pada sistem pencernaan.
Gejala yang timbul jika cacing parasit menyerang sistem urinasi adalah nyeri saat buang
air kecil, adanya darah dalam urin, dan meningkatkan faktor risiko terjadinya kanker kandung
kemih. Anemia dapat terjadi pada pasien yang terinfeksi dalam jangka waktu yang panjang.
Walau jarang ditemukan, namun cacing parasit ini juga dapat menyerang sistem saraf pusat.
Menurut data WHO, cacing parasit yang menginfeksi anak-anak dapat menyebabkan
keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan kognitif
Pencegahan schistosomiasis
 Hindari mendayung, berenang atau mencuci di air tawar (pastikan Anda berenang hanya di
lautan atau kolam renang dengan klorin)
 Bawa celana dan sepatu boot antiair apabila ada kemungkinan Anda harus melewati aliran
atau sungai
 Rebus atau saring air sebelum meminum
 Oleskan penangkal serangga di kulit Anda atau segera keringkan kulit Anda dengan handuk
setelah keluar dari air yang mungkin terkontaminasi
 Gunakan dosis tunggal praziquantel oral setiap tahun, untuk mengurangi kemungkinan
infeksi dan komplikasi.
Pengobatan Schistosomiasis
Pengobatan schistosomiasis pada dasarnya adalah mengurangi dan mencegah ksakitan
dan mengurangi sumber penular. Sebelum ditemukan obat yang efektif, bebagai jenis obat telah
dipakai untuk mengurangi penderita schistosomiasis misalnya hycanthone, niridazole, amocante
dan sebagainya. Obat-obat tersebut tidak efektif dan beberapa sangat toksik. Pada saat ini obat
yang dipakai adalah Praziquantel (Sudomo M. 2008).
Praziquantel sangat efektif terhadap semua bentuk schistosomiasis, baik dalam fase akut
kronik maupun yang sudah mengalami spelenomegali atau bahkan yang mengalami komplikasi
lain. Obat tersebut sangat manjur dan efek samping ringandan hanya diperlukan I dosis yaitu
60mg/KgBB yang dibagi dua dan diminum dalam tenggang waktu 4-6 jam (Tjay, tan Hon dan
Rivaldy Kirana 2007).
Praziquantel merupakan derivat Pirazino – Isokulnolin, obat ini merupakan antelmintik
berspektrum lebar efektif terhadap cestoda dan trematoda pada hewan dan manusia, Praziquantel
berbentuk kristal tidak berwarna dan rasanya pahit. (Syarif et al 1927).
Disamping obat khusus Praziquantel disediakan juga obat umum untuk mengatasi reaksi
samping yang mungkin timbul biasanya sakit kepala, pusing, mual, sakit perut,
gatal-gatal/kelainan pada kulit. (petunjuk teknis pegobatan schistosomiasis). Obat umum yang
digunakan untuk mengatsi reaksi samping adalah Paracetamol, CTM dan Vitamin B6.
Paracetamol yang bekerja sebagai metabolit fanasatin dengan efek antipiretik, efek
analgesik Paracetamol dan fanasetin dengan salisilat yaitu menghilangkan atau mengurangi nyeri
ringan sampai sedang. Keduanya menurunkan suhu tubuh dengan mekanisme yang dijaga
berdasarkan efek sentral seperti salisilat. Paracetamol diabsorbsi cepat dan sempurna sampai
saluran cerna.
CTM adalah turunan akilamin yang merupakan antihistamin dengan indeks terapi cukup
besar dengan efek samping dan toksisitas yang efektif rendah (Siswandono, 1995). Mekanisme
kerja CTM adalah menghambat efek histamin pada pembuluh darah bronkis dan bermacam-
macam efek polos, selain itu klorfeniramin maleat dapat merangsang walapun menghambat
susunan saraf pusat (Tjay,2002,Siswandono 1995).

Sumber

Schistosomiasis – MedlinePlus. (2018). Retrieved December 18, 2020, from


Schistosomiasis (bilharzia) – NHS. (2018). Retrieved December 18, 2020, from
Peluncuran Roadmap Eradikasi Schistosomiasis 2018 – 2025 – Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia. (n.d.). Retrieved December 18, from
Tjay Hoan tan, dkk.,2007. Obat-obat Penting Khasiat, penggunaan, dan Efek-efek
Sampingnya. Edisi ke Enam. PT. Elex media Komputindo. Jakarta
Jurnal Sains dan Kesehatan. 2018. Vol 1. No 9. p-ISSN: 2303-0267, e-ISSN: 2407-6082

Anda mungkin juga menyukai