Inovasi Dalam Konteks Pendekatan Dan Model Pembelajaran
Inovasi Dalam Konteks Pendekatan Dan Model Pembelajaran
PEMBELAJARAN
Studi literatur ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi tugas kelompok pada
mata kuliah “ inovasi pendidikan”
Dosen Pengampu:
Drs. Sakur, M. Ed
Disusun Oleh:
Kelompok 2
1. Angelina Agatha H 2105113352
2. Almer Aksara A 2105125578
3. Indah Cahyani 2105135872
4. Kurnila Mildariah 2105124292
5. M. Izwan 2105134592
6. Yuni Hariati H 2105112592
KELAS 5B
Pendahuluan :
i
Istilah pembelajaran dapat didefinisikan dari berbagai sudut pandang. Dari sudut
pandang behavioristik, pembelajaran sebagai proses pengubahan tingkah laku siswa melalui
pengoptimalan lingkungan sebagai sumber stimulus belajar. Sejalan dengan banyaknya paham
behavioristik yang dikembangkan para ahli, pembelajaran ditafsirkan sebagai upaya pemahiran
ketrampilan melalui pembiasaan siswa secara bertahap dan terperinci dalam memberikan
respon atau stimulus yang diterimanya yang diperkuat oleh tingkah laku yang patut dari para
pengajar (Yunus, 2014).
Pembelajaran dari sudut pandang teori kognitif, didefinisikan sebagai proses belajar
yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan
kemampuan siswa dalam mengontruksi pengetahuan baru sebagai upaya peningkatan
1
penguasaan materi yang baik terhadap materi pelajaran. Berdasarkan pengertian ini,
pembelajaran dapat dikatakan sebagai upaya guru untuk memberikan stimulus, arahan dan
dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar (Yunus, 2014).
2
Nur (2018:96) yang menyatakan “Kurikulum terbaru yaitu kurikulum 2013 memberikan
kesempatan yang luas bagi guru untuk menggunakan model pembelajaran yang bervariatif.”
Inovasi yang dilakukan guna menciptakan pembelajaran yang bervariatif tentunya tidak
boleh sembarangan. Terutama jika mengingat objek dari pembelajaran yang dilaksanakan
adalah siswa yang sejatinya merupakan tunas bangsa yang memliki porsi besar dalam
membangun bangsa Indonesia kedepannya. Oleh sebab itu, inovasi pada model pembelajaran
haruslah merupakan suatu karya yang tepat yang mendukung terhadap terciptanya sumber daya
manusia yang berkualitas. Hal ini sejalan dengan tuntutan kurikulum yang saat ini digunakan
yaitu siswa harus mampu berpikir tingkat tinggi atau Higher Order Thinking Skills (HOTS).
Kemampuan berpikir yang termasuk ke dalam HOTS adalah kemampuan berpikir kritis,
kreatif, pemecahan masalah dan lain sebagainya. Seperti tersirat pada makna HOTS, maka
siswa harus mampu memiliki kemampuan-kemampuan tersebut yang merupakan bagian dari
tuntutan kurikulum 2013.
Hal yang dapat dilakukan dalam menciptakan langkah-langkah pembelajaran baru yang
merupakan hasil dari suatu inovasi, salah satu caranya adalah dengan menerapkan suatu
pendekatan pembelajaran pada model pembelajaran yang telah ada. Menurut Mokhamad
(2018:1) “Pendekatan pembelajaran sendiri dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi,
menguatkan dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.” Terdapat
beberapa macam pendekatan pembelajaran. Secara umum terdapat dua macam pendekatan
pembelajaran yakni pendekatan pembelajaran yang berpusat di siswa (student centered) dan
pendekatan pembelajaran yang berpusat di guru (teacher centered).
Berdasarkan daftar tersebut terlihat bahwa pendekatan kontekstual ada diantara nama-
nama pendekatan pembelajaran, sama halnya seperti di silabus yang sebelumnya telah dibahas.
Menurut US Departement of Education (Mokhamad, 2018:2) “Pendekatan Kontekstual atau
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru
mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Selanjutnya menurut MKDP
(2007) inti dari pendekatan kontekstual adalah keterkaitan antara materi atau topik
pembelajaran dengan kehidupan nyata.
3
Pengertian Inovasi dalam Konteks Pendekatan dan Model Pembelajaran
iii
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses
yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan
melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. ivPendekatan (Approach)
dapat diartikan sebagai cara pandang kita terhadap proses pembelajaran yang relatif terhadap
pandangan yang bersifat umum. Pendekatan pembelajaran dapat dikategorikan menjadi dua
jenis: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi tau berpusat pada siswa (student centered
approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi tau berpusat pada guru (teacher
centered approach).
deskriptif:
a. Sumber belajar memberikan informasi tentang konsep, dasar, dan contoh konkret. Pada
tahap ini, sumber belajar dapat menggunakan berbagai metode yang dianggap tepat
untuk menyampaikan informasi.
b. Kesimpulan dari keseluruhan pembahasan ditulis oleh sumber belajar atau warga
belajar, atau secara bersama-sama antara sumber belajar dan warga belajar.
Keuntungan menggunakan pendekatan deskriptif adalah sumber belajar dapat
menyampaikan materi pembelajaran secara utuh sesuai dengan rencana yang telah ditentukan.
Materi pembelajaran yang diterima peserta didik konsisten. Artinya, dari sumber yang melatih
siswa tentang konten yang disajikan. Menangkap dan menafsirkan materi pembelajaran.
4
Sasaran sumber daya, materi pembelajaran yang terdistribusi mudah dicapai dan dapat dikuti
ole warga belajar yang jumlahnya relatif banyak.
Selain sisi baiknya, ia juga memiliki kelemahan. Dengan kata lain, pembelajaran terlalu
terfokus pada sumber belajar, kegiatan didominasi ole sumber belajar, dan kreativitas warga
belajar terhambat. Kelemahan lainnya adalah kurangnya kegiatan umpan balik dalam hal ini,
sehingga slit untuk menentukan tingkat pengetahuan suatu komunitas belajar terhadap suatu
materi tertentu. Untuk mengatasi kelemahan pendekatan ini, sumber belajar mengungkapkan
kepada penduduk ide-ide yang berkaitan dengan kesempatan belajar, masalah, atau materi yang
akan dipelajari.
2. Pendekatan Penelitian
Istilah penelitian memiliki konsep yang mirip dengan istilah lain seperti penemuan,
pemecahan masalah dan pemikiran reflektif. Konsep-konsep yang dijabarkan ini memiliki
kesamaan dalam penerapannya, yaitu mereka bertujuan untuk memberikan kesempatan belajar
untuk warga belajar dengan melalui kegiatan pengarsipan dari berbagai masalah secara
sistematis sehingga pembelajaran lebih terfokus pada kegiatan yang dilakukan warga belajar.
Dalam kegiatan pembelajaran dengan pendekatan penelitian, materi pembelajaran tidak
menyajikan materi secara keseluruhan, tetapi memberikan kesempatan kepada warga belajar
untuk mencari dan menemukannya sendiri dengan menggunakan pendekatan problematik yang
berbeda. Seperti yang ditunjukkan Bruner, titik awal penyelidikan ini adalah bahwa dengan
cara ini hasil belajar lebih mudah dingat dan lebih mudah ditransfer bagi warga belajar.
Pengetahuan dan keterampilan peserta didik yang. terlibat dapat menumbuhkan motivasi
intrinsik karena peserta didik puas dengan penemuan mereka.
Pendekatan penelitian ini dilakukan bertujuan pada metode pembelajaran yang
menggunakan cara kritis dan analitis untuk mempelajari atau mencari suatu obiek sehingga
menjadi pengalaman belaiar yang lebih bermakna. Warga belajar harus mampu secara
sistematis mengajukan serangkaian pertanyaan tentang mata pelajaran yang dipelajarinya
sehingga dapat menarik kesimpulan berdasarkan informasi yang diterimanya. Peran sumber
belajar dalam menggunakan metode penelitian in adalah sebagai pemandu/fasilitator yang
dapat membimbing warga belajar secara efektif dan efisien dalam kegiatan belajarnya.
Dalam menggunakan metode penelitian, perhatikan hal-hal berikut dalam sumber belajar:
1. Siswa sudah mengetahui konsep dasar yang berkaitan dengan materi pelajaran
2. Siswa memiliki keraguan terhadap informasi dan nilai yang diterima, rasa ingin tahu,
menghargai penggunaan akal, menghargai informasi, objektivitas, rasa ingin tahu
dalam pengambilan keputusan dan toleransi terhadap ketimpangan
3. Memahami penggunaan prosedur penerapan strategi penelitian-belajar.
5
pembelajaran di kelas." Selain itu, model pembelajaran merupakan kerangka kerja yang
memberikan penjelasan secara sistematis tentang bagaimana pembelajaran harus dilakukan
guna membantu siswa dalam belajar ke arah tujuan tertentu yang harus dicapai. Sintaks dan
tahapannya akan diterapkan dalam model pembelajaran tersebut (Parta, 2017).
Istilah "Pendekatan Pembelajaran" dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut
pandang kita terhadap proses pembelajaran. Istilah ini merujuk pada pandangan tentang
terjadinga suatu proses yang sifatnya mash sangat umum, yang di dalamnya menampung,
menginspirasi, menguatkan, dan mendasari metode pembelajaran dengan ruang lingkup teori
tertentu. Pendekatan pembelajaran dapat dipandang sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran. Dilihat dari pendekatannya, ada dua macam pendekatan
pembelajaran yang berbeda, yaitu sebagai berikut: (1) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach)(Sanjaya,
2008). vPendekatan yang berpusat pada guru menurunkan strategi pembelajaran langsung
(direct instruction), pembelajaran deduktif atau pembelajaran ekspositor. Sedangkan,
pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa menurunkan strategi pembelajaran inkuri
atau discovery serta pembelajaran induktif.
a. Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai. Pertanyaan– pertanyaan yang dapat
diajukan adalah :
a) Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan kompetensi
akademik, kepribadian, sosial dan kompetensi vokasional atau yang dulu diistilahkan
dengan domain kognitif, afektif atau psikomotor?
b) Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai? Dan
c) Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan akademik?
b. Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran:
a) Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum atau teori tertentu?
b) Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat atau tidak?
c) Apakah tersedia bahan atau sumber–sumber yang relevan untuk mempelajari materi
itu?
c. Pertimbangan dari sudut peserta didik atau siswa:
a) Apakah model pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan peserta didik?
b) Apakah model pembelajaran sesuai dengan minat, bakat, dan kondisi peserta didik?
c) Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan gaya belajar peserta didik?
6
d. Pertimbangan lainnya yang bersifat nonteknis:
a) Apakah untuk mencapai tujuan cukup dengan satu model saja?
b) Apakah model pembelajaran yang kita tetapkan dianggap satu–satunya model yang
dapat digunakan?
c) Apakah model pembelajaran itu memiliki nilai efektivitas atau efisiensi?
7
penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa reaksi fisik terhadap
stimulans. Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan perilaku S-R
(Stimulus Respon).
Penekanan pendekatan behvioristik ini adalah perubahan tingkah laku setelah terjadi
proses belajar dalam diri siswa. Pelopor-pelopor pendekatan behavioristik pada dasarnya
berpegang pada keyakinan bahwa banyak perilaku manusia merupakan hasil suatu proses
belajar dan karena itu perilaku tersebut dapat diubah dengan belajar juga. Pendekatan
behavioristik ini berpangkal pada beberapa keyakinan tentang martabat manusia, yang
sebagian bersifat falsafah dan sebagian lagi bercorak psikologis, yaitu:
a. Manusia pada dasarnya tidak berakhlak baik atau buruk, bagus atau jelek. Manusia
mempunyai potensi untuk bertingkah laku baik atau buruk, tepat, atau salah.
Berdasarkan bekal keturunan atau pembawaan dan berkat interaksi antara bekal
keturunan dan lingkungan, terbentuk pola-pola bertingkah laku yang menjadi ciri-ciri
khas dari kepribadiannya.
b. Manusia mampu untuk berefleksi atas tingkah lakunya sendiri, menangkap apa yang
dilakukannya, dan mengatur serta mengontrol perilakunya sendiri.
c. Manusia mampu untuk memperoleh dan membentuk sendiri pola-pola tingkah laku
yang baru melalui suatu proses belajar.
d. Manusia dapat mempengaruhi perilaku orang lain dan dirinya pun dipengaruhi oleh
perilaku orang lain.
Berdasarkan penjelasan diatas maka dalam pendekatan behavioristik ini lebih
menekankan atau mementingkan pada: (1) faktor lingkungan; (2) faktor bagian; (3) tingkah
laku yang nampak dengan mempergunakan metode obyektif; (4) sifatnya mekanis; (5) masa
lalu. Tokoh penting dalam pendekatan belajar Behavioristik ini antara lain Edward L
Thorndike, Ivan P Pavlov, BF Skinner, Robert Gagne dan Albert Bandura.
3. Pendekatan Humanistik
8
4. Pendekatan Kognitif
Pendekatan kognitif pembelajaran beranjak dari teori perkembangan kognitif Piaget
(1970). Menurut Piaget, proses kognitif ditandai oleh tiga proses dasar yaitu asimilasi,
akomodasi, dan equilibrasi. Asimilasi adalah proses pengintegrasian data baru ke dalam
struktur kognitif. Akomodasi adalah proses penyesuaian struktur kognitif dengan situasi baru.
Sedangkan equilibrasi adalah proses penyesuaian kembali yang terus-menerus antara asimilasi
dan akomodasi.
Pendekatan pembelajaran yang bertolak dari teori kognitif mencakup tiga kegiatan
pokok, yaitu :
a. Memberi sarana bagi proses pembangunan pengetahuan anak.
b. Memberi sarana berpikir operasional.
c. Memberi sarana berpikir operasi-formal.
Menurut pendekatan kognitif yang mutakhir, elemen terpenting dalam proses belajar
adalah pengetahuan yang dimiliki oleh tiap individu kepada situasi belajar. Dengan kata lain
apa yang telah kita diketahui akan sangat menentukan apa yang akan menjadi perhatian,
dipersepsi, dipelajari, diingat ataupun dilupakan. Pengetahuan bukan hanya hasil dari proses
belajar sebelumnya, tapi juga akan membimbing proses belajar berikutnya. Berbagai riset
terapan tentang hal ini telah banyak dilakukan dan makin membuktikan bahwa pengetahuan
dasar yang luas ternyata lebih penting dibanding strategi belajar yang terbaik yang tersedia
sekalipun. Terlebih bila pengetahuan dan wawasan yang luas ini disertai dengan strategi yang
baik tentu akan membawa hasil lebih baik lagi tentunya. Perspektif kognitif membagi jenis
pengetahuan menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Pengetahuan Deklaratif, yaitu pengetahuan yang bisa dideklarasikan biasanya dalam
bentuk kata atau singkatnya pengetahuan konseptual.
b. Pengetahuan Prosedural, yaitu pengetahuan tentang tahapan yang harus dilakukan
misalnya dalam hal pembagian satu bilangan ataupun cara kita mengemudikan sepeda,
singkatnya “pengetahuan bagaimana”.
c. Pengetahuan Kondisional, adalah pengetahuan dalam hal “kapan dan mengapa”
pengetahuan deklaratif dan prosedural digunakan.
5. Pendekatan Konstektual
9
akan mengakrabkan siswa dengan lingkungannya, baik lingkungan keluarga, masyarakat,
maupun dunia kerja.
6. Pendekatan Saintifik
Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah
saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Model pembelajaran yang
diperlukan adalah yang memungkinkan terbudayakannya kecakapan berpikir sains,
terkembangkannya “sense of inquiry” dan kemampuan berpikir kreatif siswa (Alfred De Vito,
1989). Model pembelajaran yang dibutuhkan adalah yang mampu menghasilkan kemampuan
untuk belajar (Joice & Weil: 1996), bukan saja diperolehnya sejumlah pengetahuan,
keterampilan, dan sikap, tetapi yang lebih penting adalah bagaimana pengetahuan,
keterampilan, dan sikap itu diperoleh peserta didik (Zamroni, 2000; & Semiawan, 1998).
Pembelajaran saintifik tidak hanya memandang hasil belajar sebagai muara akhir,
namum proses pembelajaran dipandang sangat penting. Oleh karena itu pembelajaran saintifik
menekankan pada keterampilan proses. Model pembelajaran berbasis peningkatan
keterampilan proses sains adalah model pembelajaran yang mengintegrasikan keterampilan
proses sains ke dalam sistem penyajian materi secara terpadu (Beyer, 1991). Model ini
menekankan pada proses pencarian pengetahuan dari pada transfer pengetahuan, peserta didik
dipandang sebagai subjek belajar yang perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran,
guru hanyalah seorang fasilitator yang membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan belajar.
Dalam model ini peserta didik diajak untuk melakukan proses pencarian pengetahuan
berkenaan dengan materi pelajaran melalui berbagai aktivitas proses sains sebagaimana
dilakukan oleh para ilmuwan (scientist) dalam melakukan penyelidikan ilmiah (Nur: 1998),
dengan demikian peserta didik diarahkan untuk menemukan sendiri berbagai fakta,
membangun konsep, dan nilai-nilai baru yang diperlukan untuk kehidupannya. Fokus proses
pembelajaran diarahkan pada pengembangan keterampilan siswa dalam memproseskan
pengetahuan, menemukan dan mengembangkan sendiri fakta, konsep, dan nilai-nilai yang
diperlukan (Semiawan: 1992).
10
7. Pendekatan Tematik
Pendekatan pembelajaran tematik adalah pendekatan pembelajaran terpadu yang
melibatkan beberapa mata pelajaran untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa.
Dikatakan bermakna karena dalam pembelajaran tematik, siswa akan memahami konsep-
konsep yang mereka pelajari melalui pengalaman langsung dan menghubungkannya dengan
konsep lain yang telah dipahaminya (Rusman, 2011).
Dalam pelaksanaannya, model tematik ini bertolak dari suatu tema yang dipilih dan
dikembangkan oleh guru bersama siswa dengan memperhatikan keterkaitannya dengan isi
mata pelajaran. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok
pembicaraan (Poerwadarminta,1993). Tujuan dari adanya tema ini bukan hanya untuk
menguasai konsep-konsep dalam suatu mata pelajaran, akan tetapi juga keterkaitannya dengan
konsep-konsep dari mata pelajaran lainnya.
Pembelajaran tematik memiliki tujuan sebagai berikut:
a. Peserta didik mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu karena materi
disajikan dalam konteks tema yang jelas;
b. Peserta didik mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai
kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama;
c. Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan;
d. Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik karena mengkaitkan berbagai mata
pelajaran dengan pengalaman pribadi dalam situasi nyata yang diikat dalam tema
tertentu;
e. Guru dapat menghemat waktu karena mata pelajaran yang disajikan secara tematik
dapat dipersiapkaan sekaligus dan diberikan dalam dua atau tiga pertemuan, waktu
selebihnya dapat digunakan untuk kegiatan remedial, pemantapan, atau pengayaan.
11
berbagai konteks dalam dan luar sekolah untuk memecahkan masalah yang bersifat simulatif
ataupun nyata, baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama.
Kelough & Kelough dalam Kasihani (2009: 16) menyatakan bahwa model
pembelajaran kooperatif merupakan suatu strategi pembelajaran secara berkelompok, siswa
belajar bersama dan saling membantu dalam menyelesaikan tugas dengan penekanan pada
saling supportdi antara anggota kelompok, karena keberhasilan belajar siswa tergantung pada
keberhasilan kelompoknya. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran belum tuntas atau belum
berhasil jika hanya beberapa siswa yang mampu menyerap dan memahami materi pelajaran
yang dirancang guru di kelas.
12
Terdapat empat hal penting dalam strategi pembelajaran kooperatif, yakni (1) adanya
peserta didik dalam kelompok, (2) adanya aturan main (role) dalam kelompok,(3) adanya
upaya belajar dalam kelompok, (4) adanya kompetensi yang harus dicapai oleh kelompok.
Menurut Rusman, setidaknya ada empat karakter yang menjadi ciri khas model
pembelajaran kooperatif, yaitu :
a. Pembelajaran secara kelompok (team work)
b. Berdasar pada manajemen kooperatif memiliki tiga fungsi, yaitu: a) Fungsi
manajemen sebagai perencanaan b) Fungsi manajemen sebagai organisasi, c)
Fungsi manajemen sebagai kontrol.
c. Kemauan bekerja sama dalam konteks pembelajaran kooperatif
d. Keterampilan bekerja sama.
Roger dan David Johnson dalam Agus Suprijono (2010) mengatakan tidak semua
belajar kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang
maksimal, ada lima unsur dasar dalam model pembelajaran kooperatif yang harus diterapkan,
yaitu sebagai berikut :
a. Prinsip Ketergantungan Positif (Positive Interdependence), prinsip ini meyakini
bahwa keberhasilan dalam menyelesaikan tugas tergantung pada usaha yang
dilakukan oleh kelompok tersebut. Oleh karena itu, semua anggota kelompok akan
merasakan saling ketergantungan.
b. Tanggung Jawab Perseorangan (Individual Accountability) keberhasilan kelompok
sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya. Oleh karena itu,
setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab dalam kelompok
tersebut.
c. Interaksi Tatap Muka (Face To Face Promotive Interaction) dalam interaksi tatap
muka siswa dalam kelompok berkesempatan untuk saling berdiskusi, saling
memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain. Kegiatan interaksi
ini akan membentuk sinergi yang menguntungkan bagi semua anggota kelompok.
d. Partisipasi dan Komuniksi (Interpersonal Skill), komunikasi antar anggota
kelompok atau keterampilan sosial merupakan prinsip kegiatan peserta didik untuk
saling mengenal dan mempercayai, saling berkomunikasi secara akurat dan tidak
ambisius, saling menerima dan saling mendukung, dan menyelesaikan konflik
secara konstruktif. Kontribusi terhadap keberhasilan dalam pembelajaran
kooperatif memerlukan ketarampilan interpersonal dalam kelompok kecil. Oleh
karena itu, diperlukan keterampilan-keterampilan seperti kepemimpinan,
pengambilan keputusan, membangun kepercayaan, berkomunikasi, dan mengelola
konflik harus diajarkan dengan tepat sebagai keterampilan akademis.
e. Evaluasi Proses Kelompok (Group Processing) evaluasi proses kelompok
merupakan kegiatan penilaian atau mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil
kerja sama mereka, agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.
Pembelajaran kooperatif akan efektif digunakan apabila: (1) guru menekankan
pentingnya usaha bersama di samping usaha secara individual, (2) guru menghendaki
13
pemerataan perolehan hasil dalam belajar, (3) guru ingin menanamkan tutor sebaya atau belajar
melalui teman sendiri, (4) guru menghendaki adanya pemerataan partisipasiaktif siswa, (5)
guru menghendaki kemampuan siswa dalam memecahkan berbagai permasalahan. (Sanjaya,
2006).
14
Pakem yang merupakan singkatan dari pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan, merupakan sebuah model pembelajaran kontekstual yang melibatkan paling
sedikit empat prinsip utama dalam proses pembelajarannya. Pertama, proses interaksi (siswa
berinteraksi secara aktif dengan guru, rekan siswa, multimedia, referensi, lingkungan dan
sebagainya). Kedua, proses komunikasi (siswa mengkomunikasikan pengalaman belajar
mereka dengan guru danrekansiswa lain melalui cerita, dialog atau melalui simulasi role-play).
Ketiga, proses refleksi, (siswa memikirkan kembali tentang kebermaknaan apa yang mereka
telah pelajari, dan apa yang mereka telah lakukan). Keempat, proses eksplorasi (siswa
mengalami langsung dengan melibatkan semua indera melalui pengamatan, percobaan,
penyelidikan dan wawancara).
Guru harus menyadari bahwa pembelajaran memiliki sifat yang sangat kompleks.
Artinya, pembelajaran tersebut harus menunjukkan kenyataan bahwa pembelajaran
berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan dan guru pun harus mengerti bahwa siswa-
siswa pada umumnya memiliki taraf perkembangan yang berbeda-beda. Cara memahami
materi yang diajarkan berbeda-beda, ada yang bisa menguasai materi lebih cepat dengan
keterampilan motorik (kinestetik), ada yang menguasai materi lebih cepat dengan mendengar
(auditif), dan ada juga menguasai materi lebih cepat dengan melihat atau membaca (visual).
15
pendapat Rosenberg (2001), Surya (2008) menyatakan e-learning merupakan satu penggunaan
teknologi internet dalam penyampaian pembelajaran dengan jangkauan luas yang berlandaskan
tiga kriteria yaitu:
Dua kelebihan yang dinilai paling tinggi dari e-learning ini adalah (a) fleksibilitas pada
waktu dan tempat dan (b) kemudahan dalam bahan ajar (Yaghoubi, 2008). Persoalan e-learning
bukan sekedar penyampaian materi ajar secara online, sebagaimana dikemukakan Leitch
(2008) bahwa pengajaran secara online tidak hanya ditandai dengan bagaimana pengajaran itu
diselenggarakan, tetapi lebih mendasar tentang bagaimana falsafah dalam mendesain
pendidikan yang interaktif, responsif dan peluang mendistribusikan informasi valid kepada
pebelajar dalam waktu, tempat dan bentuk tampilan yang sesuai (menyenangkan).
16
menyelesaikan masalah secara diskusi kelompok dan menarik kesimpulan secara mandiri.
Sehingga inkuiri terbimbing dapat diartikan sebagai salah satu model pembelajaran berbasis
inkuiri/penemuan yang menyajikan masalah dan penyelesaian dari masalah ditentukan guru.
17
Pendekatan saintifik dapat menjadikan siswa lebih aktif dalam mengkonstruksi
pengetahuan dan keterampilannya, juga dapat mendorong siswa untuk melakukan
penyelidikan guna menemukan fakta-fakta dari suatu fenomena atau kejadian. Dalam
pendekatan saintifik, proses pembelajaran dimulai dengan mengamati suatu fenomena atau
kejadian sebagai sumber belajar, selanjutnya menanya,mengumpulkan informasi,
mengasosiasi, dan mengkomunikasikan (Efriana, 2014: 170-181).
Salah satunya faktor yang menyebabkan rendahnya literasi matematika siswa
adalah proses pembelajaran masih terpusat pada guru (teacher centered learning) dengan kata
lain guru merupakan sosok pembawa pesan. Berbagai faktor yang ada seharusnya
guru matematika harus bekerja lebih dari sebelumnya untuk menggabungkan upaya
reformasi untuk menyediakan pendidikan matematika bermakna bagi semua siswa
yang berhubungan dengan isu-isu dunia nyata (Reilly, 2014: 62).
Proses pembelajaran tidak akan efektif dan menarik apabila guru hanya bercerita
(ceramah) tentang hal-hal yang terjadi. Untuk itulah diperlukan suatu media yang
dapat dimanipulasi, dapat dilihat, dapat didengar dan dapat dibaca oleh siswa
(Ismawanto, 2014: 528). Era teknologi dan informasi yang semakin pesat akan membuat
terkikisnya nilai budaya bangsa. Matematika juga membantu dalam pemeliharaan dan
penerusan tradisi budaya. Budaya yang berkaitan dengan konsep-konsep matematika
biasa disebut etnomatematika, dimana unsur-unsur budaya tempat tinggal siswa dapat
digunakan sebagai sumber belajar siswa dengan harapan pembelajaran akan lebih
bermakna bagi siswa (Abdullah, 2015: 286). Etnomatematika mengintegrasikan praktik
matematika secara historis dikembangkan dibudaya yang berbeda dan mengusulkan
pendekatan multikultural pendidikan (Massarwe, 2010: 1).
18
g. Melibatkan siswa untuk belajar mengumpulkan informasi dan menerapkan sekaligus
memperkenalkan kebudayaan kepada siswa;
h. Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan dan siswa menjadi aktif,sehingga
siswa maupun guru menikmati proses pembelajaran.
Simpulan
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses
yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan
melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Model pembelajaran
merupakan kerangka konseptual yang berfungsi sebagai pedoman dalam proses pelaksanaan
pembelajaran. Ini dibangun secara sistematis untuk memenuhi tujuan pembelajaran yang
berkaitan dengan sintaksis, sistem sosial, prinsip reaksi, dan sistem pendukung (Joice & Wells).
Sedangkan menurut Arends dalam (Trianto, 2015), mengatakan bahwa "model pembelajaran
adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merancang pembelajaran di kelas." Selain
itu, model pembelajaran merupakan kerangka kerja yang memberikan penjelasan secara
sistematis tentang bagaimana pembelajaran harus dilakukan guna membantu siswa dalam
belajar ke arah tujuan tertentu yang harus dicapai. Sintaks dan tahapannya akan diterapkan
dalam model pembelajaran tersebut (Parta, 2017).
Para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan prinsip– prinsip pembelajaran,
teori–teori psikologi, sosiologis, analisis sistem, atau teori–teori lain yang mendukung (Joyce&
Weil: 1980). Model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, artinya guru dapat memilih
model yang sesuai dan efisien untuk mencapai tujuan pembelajarannya.
Terdapat beberapa pertimbangan dalam menentukan dan memilih model pembelajaran
yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran, yaitu:
19
menyenangkan, dan inovatif karena memungkinkan terjadinya pemaknaan secara kontekstual
berdasarkan pada pengalaman siswa sebagai anggota suatu masyarakat budaya
sehingga diharapkan dapat turut serta mendukung gerakan literasi.
20
DAFTAR PUSTAKA
i
Nurdyansyah, Nurdyansyah and Fahyuni, Eni Fariyatul (2016). Inovasi Model Pembelajaran Sesuai
Kurikulum 2013. Nizamia Learning Center.
ii
Yoni Sunaryo, Ai Tusi Fatimah (2018). Implementasi pendekatan kontekstual pada model pembelajaran
scaffolding. vol. 4 no. 2, pp. 87–96.
iii
Haerullah, Ade Hi and Hasan, Said (2017) MODEL & PENDEKATAN PEMBELAJARAN INOVATIf (Teori
dan Aplikasi). In: MODEL & PENDEKATAN PEMBELAJARAN INOVATIf (Teori dan Aplikasi). CV LINTAS
NALAR, pp. 1-396.
iv
Kurniawan, Andri dkk. 2022. Model Pembelajaran Inovatif II.
v
Nurdyansyah, Nurdyansyah and Fahyuni, Eni Fariyatul (2016). Inovasi Model Pembelajaran Sesuai
Kurikulum 2013. Nizamia Learning Center.
vi
Haerullah, Ade Hi and Hasan, Said (2017) MODEL & PENDEKATAN PEMBELAJARAN INOVATIf (Teori
dan Aplikasi). In: MODEL & PENDEKATAN PEMBELAJARAN INOVATIf (Teori dan Aplikasi). CV LINTAS
NALAR, pp. 9-97.
vii
Nurdyansyah, Nurdyansyah and Fahyuni, Eni Fariyatul (2016). Inovasi Model Pembelajaran Sesuai
Kurikulum 2013. Nizamia Learning Center.
viii
Made Surat, I. 2018. Peranan Model Pembelajaran Berbasis Etnomatematika sebagai Inovasi Pembelajaran
dalam Meningkatkan Literasi Matematika. Volume VII No.2, h. 143-154.
21