Modul Ajar P5 Bangunlah Jiwa Dan Raganya Arumi Yuanita, S.Sos.
Modul Ajar P5 Bangunlah Jiwa Dan Raganya Arumi Yuanita, S.Sos.
INFORMASI UMUM
A. Identitas Modul
Nama Penyusun : Arumi Yuanita, S.Sos.
Instansi : SMK Negeri 1 Rembang Purbalingga
Mata Pelajaran : Profil Pelajar Pancasila
Tahun Penyusunan : 2022
Jenjang Sekolah : SMK
Kelas / Fase : X/E
Alokasi Waktu : 8 JP
C. Target Peserta
Seluruh Peserta Didik Reguler
KOMPONEN INTI
F. Asesmen
Rubrik Asesmen Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila
( Bangunlah Jiwa dan Raganya)
No Indikator Yang Deskripsi Penilaian
Diamati Ya Tidak
1. Perencanaan 1.Peserta didik mampu memilah
dan memilih
2.Peserta didik mampu
melahirkan ide kreatif
3. Pesrta didik mampu membuat
perencanaan pembuatan projek
2. Pelaksanaan 1 .Peserta didik mengisi kuisoner
yang dibagikan guru melalui link
googleform mengenai
pengetahuanya tentang topik
2.Peserta didik
membuat/mempraktikan
langkah-langkah untuk mencegah
perilaku bullying di sekolah
3.Peserta didik mengikuti arahan
dari guru
4.Peserta didik diajak ikut
mencegah perilaku bullying di
sekolah dan pengaruhnya
terhadap prestasi
5.Projek di kerjakan sesuai jadwal
yang sudah ditentukan
6.Peserta didik dapat menyusun
rencana tindak lanjut untuk
mencegah perilaku bullying di
sekolah
3. Hasil 1. Produk (hasil karya )
2. Menempelkan hasil produk di
papan madding untuk
menentukan apakah poster akan
lebih banyak dilihat
pembaca/tidakVideo berisi proses
pengerjaan projek sampai
menghasilkan produk (karya) yang
bernilai jual
3.Pemberian penghargaan
terhadap kemungkinan poster
memiliki kesempatan dibaca oleh
lebih banyak pengunjung dengan
bukti yang mendapatkan hasil
tanda bintang terbanyak
G. Pertanyaan Pemantik
1. Deskripsikan tentang pengertian bullying, komponen bullying, penyebab bullying,
jenis-jenis bullying dan dampaknya
J. LAMPIRAN
1. Lembar Kerja Peserta Didik
Peserta didik diminta untuk mengisi tabel berikut:
Saya Tahu Saya Ingin Tahu Saya Telah Tahu
Keterangan :
a. Pada kolom Saya Tahu, peserta didik menuliskan apa yang dia ketahui (diisi di awal
pembelajaran).
b. Pada kolom Saya Ingin Tahu, peserta didik menuliskan apa yang dia ingin tahu lebih
banyak tentang topik (diisi di awal pembelajaran).
c. Pada kolom Saya Telah Ketahui, peserta didik menuliskan hal baru yang mereka
pelajari tentang topik (diisi di akhir pembelajaran).
3. Glosarium
Mencegah perilaku bullying
Media informasi, syarat, bahan, dan alat
4. Daftar Pustaka
Coloroso, B. (2007). The Bully, The Bullied, and The Bystander. New York:
HarperCollins
MATERI AJAR
Perilaku Bullying di Sekolah dan
pengaruhnya terhadap Prestasi
Bullying berasal dari kata Bully, yaitu suatu kata yang mengacu pada pengertian adanya
“ancaman” yang dilakukan seseorang terhadap orang lain (yang umumnya lebih lemah atau
“rendah” dari pelaku), yang menimbulkan gangguan psikis bagi korbannya (korban disebut
bully boy atau bully girl) berupa stress (yang muncul dalam bentuk gangguan fisik atau psikis,
atau keduanya; misalnya susah makan, sakit fisik, ketakutan, rendah diri, depresi, cemas, dan
lainnya). Apalagi Bully biasanya berlangsung dalam waktu yang lama (tahunan) sehingga
sangat mungkin mempengaruhi korban secara psikis. Sebenarnya selain perasaan-perasaan
di atas, seorang korban Bully juga merasa marah dan kesal dengan kejadian yang menimpa
mereka. Ada juga perasaan marah, malu dan kecewa pada diri sendiri karena “membiarkan”
kejadian tersebut mereka alami. Namun mereka tak kuasa “menyelesaikan” hal tersebut,
termasuk tidak berani untuk melaporkan pelaku pada orang dewasa karena takut dicap
penakut, tukang ngadu, atau bahkan disalahkan.
Dengan penekanan bahwa bully dilakukan oleh anak usia sekolah, perlu dicatat bahwa salah
satu karakteristik anak usia sekolah adalah adanya egosentrisme (segala sesuatu terpusat
pada dirinya) yang masih dominan. Sehingga ketika suatu kejadian menimpa dirinya, anak
masih menganggap bahwa semua itu adalah karena dirinya.
Bullying sepertinya sudah menjamur dikalangan anak sekolah. Baik antar teman, kakak kelas
dan adik kelas, bahkan guru sekalipun tidak terlepas dari perilaku bullying ini.
Menurut Duan, Bullying awalnya didasari atas saling olok mengolok, bercanda. Tetapi lama
kelamaan menjadi frontal bahkan sudah mulai rasis dan mengandung SARA
Menurut Riduan, Bullying awalnya didasari atas saling olok mengolok, bercanda. Tetapi lama
kelamaan menjadi frontal bahkan sudah mulai rasis dan mengandung SARA. Akhirnya
menimbulkan hal-hal yang tidak diinginkan dan tak terduga seperti penindasan,
pengeroyokan, pemukulan dan hal-hal yang merusak psikis atau mental seseorang.
Riduan memaparkan bahwa contoh dampak bullying bagi sang korban yaitu :
– Depresi
– Rendahnya kepercayaan diri / minder
– Pemalu dan penyendiri
– Merosotnya prestasi akademik
– Merasa terisolasi dalam pergaulan
– Terpikir atau bahkan mencoba untuk bunuh diri
Untuk itu dia sangat mengecam keras siswa-siswi yang terlibat bullying dalam bentuk apapun.
“Semoga di sekolah ini tidak ada kasus Bullying yang berujung kejalur hukum dan memalukan
nama Sekolah kita, Stop Bullying !!! Kejar Prestasi bukan Sensasi” ujar Riduan
Melihat besarnya dampak dari bullying kita sebagai guru maupun orang tua harusnya
senantiasa mengawasi dan memantau anak kita dan kegiatannya baik di dunia nyata maupun
dunia maya. Agar anak kita bisa lebih terarah dalam memilih keputusan mana yang baik dan
mana yang akan berdampak buruk bagi masa depannya kelak.
Tindakan Bullying bisa terjadi dimana saja, terutama tempat-tempat yang tidak diawasi oleh
guru atau orang dewasa lainnya. Pelaku akan memanfaatkan tempat yang sepi untuk
menunjukkan “kekuasaannya” atas anak lain, agar tujuannya tercapai. Sekitar toilet sekolah,
pekarangan sekolah, tempat menunggu kendaraan umum, lapangan parkir, bahkan mobil
jemputan dapat menjadi tempat terjadinya Bullying. Sebagai orang tua, kita wajib waspada
akan adanya perilaku bullying pada anak, baik anak sebagai korban atau sebagai pelaku.
Jika menemukan ciri-ciri seperti di atas, langkah yang harus dilakukan orangtua di antaranya:
1. Berbicara dengan orangtua si anak yang melakukan bully terhadap anak Anda
2. Mengingatkan sekolah tentang masalah seperti ini
3. Datangi konseling profesional untuk ikut membantu mengatasi masalah ini
Karakter-karakter tertentu pada anak yang biasanya menjadi korban bullying, misalnya:
• Sulit berteman
• Pemalu
• Memiliki keluarga yang terlalu melindungi
• Dari suku tertentu
• Cacat atau keterbatasan lainnya
• Berkebutuhan khusus
• Sombong, dll.
Anak yang menjadi korban biasanya merasa malu, takut, tidak nyaman. Sehingga untuk
membuat ia kembali mampu menjalani kegiatannya sehari-hari seperti biasa, ia harus dibekali
dengan “tools” yang membuat ia yakin bahwa ia akan mendapatkan pertolongan. Ia harus
tahu dan percaya bahwa guru kelas dan temannya akan membantu, misalnya. Atau ia
kemudian mendapatkan teman selama jam istirahat atau kegiatan di luar kelas. Rasa percaya
dirinya kembali dipupuk dengan memusatkan perhatian pada hal-hal yang menjadi kelebihan
dan potensinya. Yang terakhir ini biasanya berjakan dengan sendirinya jika rasa aman sudah
kembali dimiliki.
Bullying terjadi ketika seseorang merasa teraniaya, takut, terintimidasi, oleh tindakan
seseorang baik secara verbal, fisik atau mental. Ia takut bila perilaku tersebut akan terjadi lagi,
dan ia merasa tak berdaya mencegahnya. (Andrew Mellor, antibullying network, univ. of
edinburgh, scotland)
Perilaku bullying di institusi pendidikan bisa terjadi oleh siswa kepada siswa, siswa kepada
guru, guru kepada siswa, guru kepada guru, orang tua siswa kepada guru atau sebaliknya, dan
antarcivitas akademika di institusi pendidikan/sekolah.