Anda di halaman 1dari 186

Kimia

SMA/MA Kelas XII

Disusun oleh:
1. Narum Yuni Margono
2. Annik Qurniawati
3. Risha Rahmawati

Disklaimer Daftar isi


Disklaimer
• PowerPoint pembelajaran ini dibuat sebagai alternatif guna membantu
Bapak/Ibu Guru melaksanakan pembelajaran.

• Materi PowerPoint ini mengacu pada Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi
Dasar (KD) Kurikulum 2013.

• Dengan berbagai alasan, materi dalam PowerPoint ini disajikan secara


ringkas, hanya memuat poin-poin besar saja.

• Dalam penggunaannya nanti, Bapak/Ibu Guru dapat mengembangkannya


sesuai kebutuhan.

• Harapan kami, dengan PowerPoint ini Bapak/Ibu Guru dapat


mengembangkan pembelajaran secara kreatif dan interaktif.
Daftar Isi
BAB I Sifat Koligatif Larutan

BAB II Reaksi Redoks dan Elektrokimia

BAB III Kimia Unsur

BAB IV Gugus Fungsi Senyawa Karbon

BAB V Benzena dan Senyawa Turunannya

BAB VI Polimer

BAB VII Makromolekul Karbohidrat, Protein, dan Lipid


BAB

I Sifat Koligatif Larutan

Sifat Koligatif Larutan dan Satuan


Konsentrasi

Sifat Koligatif Larutan Nonelektrolit dan


Elektrolit

Infus dimasukkan ke dalam tubuh melalui jarum ke dalam


pembuluh vena (pembuluh balik). Oleh karena masuk ke pembuluh
darah, tekanan osmotik cairan infus harus sama dengan tekanan
osmotik darah (isotonik)

Kembali ke daftar isi


Sifat Koligatif Larutan

Dalam sistem pelarut murni titik didih, titik beku, tekanan uap, bahkan
tekanan osmotik hanya dipengaruhi oleh molekul pelarut itu sendiri.

Dalam sistem larutan terdapat molekul pelarut dan molekul zat terlarut.
Adanya molekul zat terlarut memengaruhi keempat sifat tersebut.

Zat terlarut volatil mengakibatkan tekanan uap jenuh larutan lebih besar
dari tekanan uap jenuh pelarut, sedangkan zat terlarut nonvolatil
menurunkan tekanan uap jenuh larutan.

Penurunan tekanan uap


memengaruhi titik didih dan
titik beku larutan.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Diagram P–T air dan larutan dalam air

Sifat Koligatif Larutan:

a. Penurunan tekanan
uap

b. Kenaikan titik didih

c. Penurunan titik beku

d.Tekanan osmotik

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Satuan Konsentrasi
1. Konsentrasi Molar atau Molaritas (M)

2. Konsentrasi molal atau kemolalan (m)

3. Fraksi mol (X)

4. Persen Massa (%massa)

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Zat nonelektrolit dalam air masih berbentuk molekul-molekulnya,
sedangkan zat elektrolit dalam air terurai menjadi ion-ionnya.

Oleh karena zat nonelektrolit tidak terurai menjadi ion dan zat elektrolit
terurai menjadi ion, jumlah zat terlarut dalam larutan elektrolit lebih
banyak daripada larutan nonelektrolit. Akibatnya, sifat koligatif kedua
larutan berbeda.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Larutan Nonelektrolit Larutan Elektrolit

a. Penurunan Tekanan Uap ( P) a. Penurunan Tekanan Uap ( P)

b. Penurunan Titik Beku ( Tf)

b. Penurunan Titik Beku ( Tf)

c. Kenaikan Titik Didih ( Tb)


c. Kenaikan Titik Didih ( Tb)

d. Tekanan Osmotik (∏)

d. Tekanan Osmotik (∏)


Keterangan:
i = faktor Van’t Hoff

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Contoh penyelesaian soal sifat koligatif larutan
kenaikan titik didih

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Penerapa Sifat Koligatif Larutan dalam
Kehidupan Sehari-hari

Membuat Zat Antibeku pada Radiator Membuat Obat Tetes Mata


Mobil

Mencairkan Salju di Jalan Raya Membuat Es Puter

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


BAB

II Reaksi Redoks dan Elektrokimia

Persamaan Reaksi Reduksi Oksidasi


(Redoks)

Sel Elektrokimia

Korosi

Tahukah Anda senyawa yang terkandung dalam pemutih


pakaian? Reaksi pemutih pakaian dengan serat kain merupakan
reaksi redoks (reduksi-oksidasi). Apa yang dimaksud dengan
reaksi redoks?
Kembali ke daftar isi
Persamaan Reaksi Reduksi Oksidasi (Redoks)

Penentuan Bilangan Oksidasi

Ketentuan Penentuan Biloks

Reaksi Autoredoks (Disproporsionasi)

Reaksi Konproporsionasi

Penyetaraan Persamaan Reaksi Redoks

Metode Setengan Reaksi (Ion Elektron)

Metode Bilangan Oksidasi

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Ketentuan Bilangan Oksidasi

Paku berkarat

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Reaksi Autoredoks (Disproporsionasi)

Reaksi autoredoks adalah reaksi redoks dengan oksidator dan reduktor


berupa zat yang sama.
Contoh:

I2 mengalami reaksi oksidasi sekaligus reduksi dengan perubahan


bilangan oksidasi dari 0 menjadi –1 dan +5.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Reaksi Konproporsionasi

Reaksi konproporsionasi adalah reaksi redoks dengan hasil


oksidasi dan hasil reduksi berupa zat yang sama.
Contoh:

Hasil oksidasi dan hasil reduksi berupa padatan sulfur (S).

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Metode Setengah Reaksi atau Ion Elektron
Langkah-langkah penyetaraan persamaan reaksi redoks dengan metode
ini sebagai berikut.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Contoh:
Setarakan reaksi redoks berikut dengan metode setengah reaksi:
MnO(s) + PbO2(s) → MnO4–(aq) + Pb2+(aq) (suasana asam)

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Metode Bilangan Oksidasi
Langkah-langkah penyetaraan persamaan reaksi redoks dengan
metode ini sebagai berikut.
1) Menentukan bilangan oksidasi (biloks) setiap atom pada semua zat.
2) Menyetarakan atom yang mengalami perubahan biloks. Perlu diperhatikan jika
ada atom dalam satu zat yang memiliki jumlah lebih dari satu.
3) Menentukan jumlah penurunan dan kenaikan bilangan oksidasi (jumlah
perubahan bilangan oksidasi atom dikalikan jumlah atom dalam zat tersebut).
4) Menyamakan jumlah perubahan bilangan oksidasi antara atom yang
mengalami reaksi reduksi dan atom yang mengalami reaksi oksidasi dengan
koefisien tertentu.
5) Menyetarakan jumlah atom-atom yang lain kecuali atom H dan O.
6) Menyetarakan muatan dengan menambah ion H+ untuk suasana asam dan
ion OH– untuk suasana basa.
7) Menyetarakan atom H dengan menambahkan H2O.
8) Memeriksa jumlah atom O dan hasil penyetaraan.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Contoh:
Setarakan reaksi redoks berikut dengan metode bilangan oksidasi:
CuS(s) + NO3 –(aq) → Cu2+(aq) + S(s) + NO(g) (suasana asam)

penyelesaian:

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Sel Elektrokimia

Reaksi Redoks Spontan

Sel Volta atau Sel Galvani

Sel Elektrolisis

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Reaksi Redoks Spontan

 Reaksi redoks spontan


merupakan reaksi redoks
yang berlangsung dengan
sendirinya.
 Reaksi redoks spontan
dapat menghasilkan
energi listrik.
 Reaksi redoks tidak
spontan memerlukan
Reaksi logam seng dengan larutan CuSO4
energi listrik. berlangsung spontan

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Sel Volta atau Sel Galvani

 Sel Volta (sel Galvani)


mempunyai elektrode
yang dicelupkan ke
dalam larutan
garamnya, seperti pada
gambar di samping.
 Pada sel Volta terjadi
perubahan energi
kimia menjadi energi
listrik yang dapat
diketahui dari Voltmeter.

Sel Volta

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Diagram sel
 Diagram sel merupakan susunan suatu sel Volta yang dinyatakan
dengan suatu notasi singkat.
 Logam yang bertindak sebagai katode dan anode harus
ditentukan terlebih dahulu sebelum menentukan diagram sel.
Contoh:

 Berdasarkan reaksi di atas, logam Zn berfungsi sebagai anode dan logam


Cu berfungsi sebagai katode.
 Jika potensial sel yang ditunjukkan oleh voltmeter sebesar 1,1 volt, penulisan
diagram selnya sebagai berikut.
Zn(s) | Zn2+(aq) || Cu2+(aq) | Cu(s), E° = 1,1 volt

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Potensial Elektrode dan Potensial Sel
 Potensial elektrode merupakan potensial listrik pada permukaan elektrode.
Cara menentukan harga potensial sel dalam suatu sel Volta menggunakan
rumus berikut.

Contoh Soal:

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


c.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Sel Elektrolisis

 Elektrolisis merupakan
peruraian suatu elektrolit
karena adanya arus listrik.

 Pada sel elektrolisis terjadi


perubahan energi listrik
menjadi energi kimia.
Rangkaian Sel Elektrolisis

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Penerapan Sel Volta dalam Kehidupan

Sel Kering Karbon Seng Sel Aki Timbal Asam

Baterai Litium

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Cara Kerja dan Reaksi dalam Elektrolisis
Sel elektrolisis merupakan rangkaian dua elektrode yaitu
anode dan katode yang dicelupkan ke dalam larutan elektrolit dan
dilengkapi sumber arus listrik.
Sumber arus listrik memompa elektron ke katode dan
ditangkap oleh kation (ion positif) sehingga pada permukaan
katode terjadi reduksi pada kation. Pada saat yang sama, anion
(ion negatif) melepaskan elektron. Elektron ini dikembalikan ke
sumber arus listrik melalui anode. Akibatnya, pada permukaan
anode terjadi oksidasi terhadap anion.
Katode merupakan kutub negatif dan anode merupakan kutub
positif. Di katode terjadi reaksi reduksi, sedangkan di anode
terjadi reaksi oksidasi.
Spesi yang mengalami reduksi di katode berupa spesi yang
mempunyai potensial elektrode lebih positif.
Spesi yang mengalami oksidasi di anode berupa spesi yang
mempunyai potensial elektrode lebih negatif.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Reaksi elektrolisis pada katode dan anode dalam elektrolisis

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Hukum Faraday
Jumlah zat yang dihasilkan pada elektrode sebanding dengan jumlah arus
yang dialirkan pada zat tersebut.

Jika arus listrik dialirkan ke dalam beberapa sel elektrolisis yang dihubungkan seri,
jumlah berat zat-zat yang dihasilkan pada tiap-tiap elektrode sebanding dengan
berat ekuivalen tiap-tiap zat tersebut.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


C
O
N
T
O
H

S
O
A
L

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Korosi

 Korosi besi terjadi akibat


adanya oksigen, uap air
atau air, dan zat elektrolit
(asam, basa, atau garam).

 Korosi merupakan reaksi


redoks antara logam
dengan zat lain dan
menghasilkan senyawa
yang tidak dikehendaki,
misal korosi besi.

Pagar besi berkarat

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Pencegahan Korosi Besi

Perlindungan Elektrokimia
Perlindungan Mekanis
(Perlindungan Katodik)
 Pengecatan
 Caranya dengan menghubungkan
 Melumuri dengan Oli
logam besi dengan logam pelindung
 Melapisi dengan Seng
yang mempunyai E° lebih kecil.
 Melapisi dengan Timah
 Logam pelindung yang biasa
 Membalut dengan Plastik
digunakan yaitu magnesium.
 Membuat Paduan Logam

Pencegahan Korosi Aluminium

Aluminium merupakan logam yang lebih aktif daripada besi, tetapi lebih tahan terhadap
karat. Aluminium yang berkarat akan membentuk aluminium oksida (Al2O3) dengan cepat.
Perkaratan akan segera terhenti setelah terbentuk lapisan oksida yang tipis. Lapisan
tersebut melekat kuat pada permukaan logam. Oleh karenanya, logam di bawahnya akan
terlindungi dari perkaratan lebih lanjut. Melalui elektrolisis, lapisan oksida tersebut dapat
dipertebal. Proses ini dinamakan anodizing. Aluminium hasil anodizing digunakan untuk
membuat perkakas dapur, kerangka bangunan, kusen pintu dan jendela, serta bingkai.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


BAB

III Kimia Unsur

Unsur-Unsur Golongan Utama

Unsur-Unsur Periode Ketiga

Unsur-Unsur GolonganTransisi Periode


Empat

Intan dan grafit merupakan alotrop dari karbon. Grafit


memiliki sifat fisika lunak dan ringan sehingga dapat digunakan
sebagai bahan baku pembuatan pensil. Intan memiliki sifat keras
dan kuat sehingga dapat digunakan sebagai alat pemotong kaca.

Kembali ke daftar isi


Unsur-Unsur Golongan Utama

Kelimpahan Unsur-Unsur Golongan


Utama di Alam

Sifat-Sifat Unsur Golongan Utama

Pembuatan, Kegunaan, dan Dampak


Penggunaan Unsur-Unsur Golongan
Utama

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Kelimpahan Unsur-Unsur Golongan Utama di
Alam

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Sifat-Sifat Unsur-Unsur Golongan Utama

Sifat Fisika Sifat Kimia

Golongan IA (Alkali)

Golongan IIA (Alkali Tanah)

Golongan IIIA

Golongan IVA

Golongan VA

Golongan VIA

Golongan VIIA (Halogen)

Golongan VIIIA (Gas Mulia)

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Golongan IA (Alkali)
Sifat Fisika

Warna nyala

Natrium

Litium

Kalium

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Golongan IA (Alkali)

Sifat Kimia

reaksi kalium dengan air


Golongan Alkali

• Dari atas ke bawah logam alkali semakin reaktif.


• Logam alkali bereaksi dengan air menghasilkan gas hidrogen.
• Reaksinya dengan oksigen menghasilkan senyawa oksida.
• Reaksi logam alkali dengan hidrogen menghasilkan senyawa
hidrida.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Golongan IIA (Alkali Tanah)
Sifat Fisika

Stronsium

Barium

Kalsium

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Golongan IIA (Alkali Tanah)

Sifat Kimia

Golongan Alkali Tanah

• Sifat unsur-unsur logam alkali tanah dari atas ke bawah semakin


reaktif, tetapi kurang reaktif jika dibandingkan logam alkali yang
seperiode.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Golongan IIIA
Sifat Fisika

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Golongan IIIA

Sifat Kimia

Golongan IIIA

• Boron akan bereaksi dengan oksigen, halogen, asam pengoksidasi,


dan alkali jika dipanaskan. Senyawa boron bersifat racun.
• Aluminium sebagai agen pereduksi yang baik. Aluminium bersifat
nontoksik.
• Galium mudah mengorosi logam lain. Galium bersifat toksik ringan.
• Indium bersifat toksik ringan.
• Senyawa talium(III) mudah direduksi menjadi talium(I) atau sebagai
pengoksidasi kuat. Talium dan senyawanya bersifat sangat toksik.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Golongan IVA
Sifat Fisika

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Golongan IVA

Sifat Kimia

Golongan IVA

• Karbon tidak bersifat toksik dan merupakan unsur yang sangat


tidak reaktif.
• Silikon kurang reaktif dibandingkan karbon. Silikon bersifat nontoksik.
• Germanium bersifat lebih reaktif daripada silikon dalam larutan
H2SO4 dan HNO3 pekat.
• Timah(II) merupakan agen pereduksi yang baik. Timah bersifat
nontoksik.
• Timbal(II) lebih stabil daripada timbal(IV). Timbal bersifat toksik.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Golongan VA
Sifat Fisika

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Golongan VA

Sifat Kimia

Golongan VA

• Nitrogen merupakan unsur yang stabil dan sulit bereaksi dengan


unsur atau senyawa lainnya.
• Fosfor putih bersifat racun dan dapat larut dalam CS2. Fosfor merah
tidak bersifat racun dan tidak larut dalam CS2.
• Arsenik bersifat racun.
• Antimoni yang berupa logam biru putih bersifat stabil, sedangkan
antimoni kuning dan hitam merupakan logam yang tidak stabil.
• Bismut akan membentuk nyala biru ketika dibakar dengan oksigen.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Golongan VIA
Sifat Fisika
Golongan VIA
Sifat Kimia

Golongan VIA

• Oksigen merupakan oksidator yang dapat mengoksidasi logam


maupun nonlogam. Oksigen bersifat nontoksik.
• Belerang sukar bereaksi dengan unsur-unsur lain pada suhu biasa.
• Selenium dan telurium mempunyai sifat kimia sama dengan belerang,
tetapi lebih bersifat logam dibanding belerang.
• Sifat kimia polonium mirip dengan telurium dan bismut.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Golongan VIIA (Halogen)

Sifat Fisika

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Golongan VIIA (Halogen)

Sifat Kimia

Golongan Halogen
• Halogen bersifat reaktif. Halogen dapat bereaksi dengan logam,
nonlogam, metaloid tertentu, hidrogen, dan air.
• Halogen merupakan oksidator kuat.
• Kelarutan unsur halogen berbeda-beda. Fluorin jika dilarutkan
dalam air akan mengoksidasi air. Klorin dan bromin dapat larut
dengan baik dalam air. Iodin sukar larut dalam air.
• Unsur halogen dapat bereaksi dengan hidrogen membentuk asam
halida.
• Unsur halogen (kecuali fluorin) dapat membentuk asam-asam
beroksigen (oksihalogen).
• Kekuatan asam oksihalogen yaitu HClO4 > HClO3 > HClO2 > HClO.
• Kekuatan asam halida yaitu HI > HBr > HCl > HF.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Golongan VIIIA (Gas Mulia)

Sifat Fisika

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Golongan VIIIA (Gas Mulia)

Sifat Kimia

Golongan Gas Mulia

• Gas mulia sukar bereaksi (bersifat inert) karena konfigurasi


elektronnya stabil sehingga jarang ditemukan dalam bentuk senyawa.
• Gas mulia sedikit larut dalam air, kecuali helium dan neon karena
ukuran atomnya terlalu kecil.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Pembuatan, Kegunaan, dan Dampak Unsur-
Unsur Golongan Utama

Golongan Alkali
Logam alkali diperoleh
Golongan Alkali melalui proses elektrolisis lelehan garam kloridanya.

Golongan Alkali Tanah

Logam alkali tanah,


kecuali Mg dibuat
dengan mereduksi
garam fluoridanya
menggunakan
logam-logam yang
lebih aktif.

Mg(OH)2 dan Al(OH)2 dimanfaatkan sebagai obat mag


Golongan IIIA
Aluminium dibuat dengan proses Hall melalui dua tahap yaitu tahap
pemurnian dan tahap elektrolisis.

Golongan IVA
 Senyawa karbon yang berupa grafit
diperoleh dengan cara sintesis batu
bara antrasit melalui pemanasan
dengan suhu tinggi.
• Silikon murni diperoleh dari reduksi
Na2SiF6 dengan logam natrium.
• Timbal diperoleh dari reduksi
timbal(II) oksida dengan coke
batubara (C)
• Germanium diperoleh melalui proses
reduksi GeO2 dengan H2 atau C. Kaleng dari timah
• Timah dibuat melalui reduksi SnO2
dengan karbon

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Golongan VA

 Nitrogen dihasilkan dengan cara distilasi fraksinasi udara. Amonia (NH3)


dibuat menggunakan metode Haber-Bosch.
• Fosfor diperoleh dengan cara pemanasan batuan fosfat, silika (SiO2),
dan coke batu bara di dalam pembakar listrik.
• Arsen diperoleh dari pemanasan logam sulfida yang mengandung
arsenik atau dengan cara mereduksi arsenik(III) oksida dengan gas CO.
• Antimoni diperoleh dari stibnit (Sb2S3).
• Bismut dihasilkan dari bijih bismutinit (Bi2S3) dan bismit (Bi2O3).

Golongan VIA

 Oksigen dibuat secara industri dengan


cara penyulingan bertingkat udara cair
dan elektrolisis air.
• Belerang dibuat dengan cara Sisilia dan
Frasch
Pupuk ZA atau pupuk
amonium sulfat
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Golongan VIIA
 Senyawa yang mengandung unsur golongan halogen umumnya
menimbulkan dampak negatif. Senyawa CFC dapat mengakibatkan
rusaknya lapisan ozon (O3).

Golongan VIIIA
 Unsur-unsur gas mulia diperoleh dengan
cara penyulingan bertingkat udara cair,
kecuali radon.
 Radon diperoleh dari peluruhan radioaktif
isotop radium-226.
 Gas argon juga dapat diperoleh dengan
pemanasan campuran udara dengan Obat luka mengandung iodine
kalsium karbida. sebagai antiseptik

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Unsur-Unsur Periode Ketiga

Kelimpahan Unsur-Unsur Periode Ketiga di Alam

Sifat-Sifat Unsur Periode Ketiga

Pembuatan, Kegunaan, dan Dampak Penggunaan Unsur-


Unsur Periode Ketiga

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Kelimpahan Unsur-Unsur Periode Ketiga di Alam

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Sifat-Sifat Unsur Periode Ketiga

1. Sifat Logam dan Nonlogam Unsur-Unsur Periode Ketiga

Unsur Unsur
Unsur
Unsur logam:
logam:
semilogam: nonlogam:

Na, Mg, dan Al. Si P, S, Cl, dan Ar.

2. Sifat Kepriodikan Unsur-Unsur Periode Ketiga

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


3. Sifat Reduktor dan Oksidator Unsur-Unsur Periode Ketiga

unsur-unsur periode ketiga semakin ke kanan semakin mudah mengalami reaksi reduksi. Oleh
karenanya, sifat oksidatornya semakin bertambah dan sifat reduktornya semakin berkurang

4. Sifat Konduktor Listrik 5. Sifat Asam-Basa Unsur-Unsur


Periode Ketiga

Dapat menghantarkan Tidak dapat menghantarkan


listrik: listrik:

Unsur-unsur periode ketiga semakin ke kanan


Na, Mg, dan Al. P, S, Cl, dan Ar sifat basanya semakin berkurang dan sifat
asamnya semakin bertambah.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Pembuatan, Kegunaan, dan Dampak Unsur-Unsur
Periode Ketiga

Pembuatan Pembuatan asam sulfat:


a. Proses kontak
1. Natrium : elektrolisis lelehan NaCl
b. Proses bilik timbal
2. Magnesium : elektrolisis lelehan MgCl2
3. Aluminium : proses Bayer dan Hall-Heroult
4. Silikon : mereduksi SiO2
5. Fosfor : proses Wohler
6. Sulfur : cara Sisilia, cara Frasch, dan
cara Claus
7. Klorin : elektrolisis larutan garam dapur
Chip komputer dari silikon

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Unsur-Unsur GolonganTransisi Periode Empat

Kelimpahan Unsur-Unsur Golongan Transisi Periode Empat


di Alam

Sifat-Sifat Unsur Golongan Transisi Periode Empat

Pembuatan, Kegunaan, dan Dampak Penggunaan Unsur-


Unsur Golongan Transisi Periode Empat

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Kelimpahan Unsur-Unsur Transisi Periode Empat
di Alam

1. Skandium 0,0025% di kerak bumi.


2. Titanium 0,6% di kerak bumi.
3. Vanadium 0,02% di kerak bumi.
4. Krom 0,0122% di kerak bumi.
5. Mangan lumayan berlimpah di kerak bumi.
Bijih nikel
6. Besi berada di peringkat keempat berdasarkan
kelimpahannya di alam.
7. Kobalt murni tidak ditemukan di alam. Kobalt
ditemukan dalam persenyawaannya dengan nikel.
8. Nikel berada di peringkat ke-24 berdasarkan
kelimpahannya kerak bumi.
Bijih krom

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Sifat-Sifat Unsur Golongan Transisi Periode Empat

1. Sifat-Sifat Unsur Golongan Transisi Periode Empat

a. Sifat Sifat
Logam Logam b. Bilangan Oksidasi c. Senyawa Berwarna

Semua unsur transisi


mempunyai sifat transisi
logam.  Unsur transisi  Senyawa yang
 Semua unsur
Adanya ikatan logam mempunyai beberapa dibentuk dari ion-ion
mempunyai sifat ini
mengakibatkan titik bilangan oksidasi. logam transisi
logam.
leleh, titik didih, dan sebagian besar
 Unsur-unsur transisi berwarna.
densitas
Adanyaunsur transisi
ikatan logam
cukup besar sehingga periode empat bersifat
ini mengakibatkan
bersifat kerastitik
dan didih,
kuat elektropositif (mudah  Warna ini disebabkan
titik leleh,
melepaskan elektron) oleh tingkat energi
dan densitas unsur
sehingga bilangan elektron pada unsur-
transisi cukup besar
oksidasinya bertanda unsur transisi hampir
sehingga bersifat
positif. sama.
keras dan kuat.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


d. Sifat
Sifat Magnetik
Logam

Diamagnetik: Paramagnetik: Feromagnetik:

Unsur transisi
Unsur transisi yang dapat
Unsur transisi
yang sedikit ditarik dengan
yang menolak
dapat ditarik sangat kuat
medan magnet.
medan magnet. oleh medan
Contoh: unsur
Contoh: unsur magnet
Zn
Sc Contoh: unsur
Fe, Co, dan Ni

e. Ion Kompleks

Unsur transisi dapat membentuk ion kompleks karena


memiliki orbital-orbital yang masih kosong.

Contoh nama senyawa kompleks:


[Ag(NH3)2]Cl : diamin perak(I) klorida
Na2[Cu(OH)4] : natrium tetrahidrokso kuprat(II)

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Pembuatan, Kegunaan, dan Dampak Unsur-Unsur
Golongan Transisi Periode Empat

Baja sebagai kerangka bangunan

Titanium digunakan sebagai bahan


badan pesawat

Tembaga sebagai bahan baku


kabel listrik
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
BAB

IV Gugus Fungsi Senyawa Karbon

Haloalkana

Alkohol dan Eter

Aldehid dan Keton

Asam Karboksilat dan Ester

Minuman maupun makanan dengan rasa buah dapat diperoleh dengan


menambahkan perisa buatan. Senyawa yang digunakan sebagai perisa
buatan tersebut termasuk senyawa ester. Apa yang dimaksud dengan
ester?
Kembali ke daftar isi
Haloalkana

Kegunaan
Isomer Haloalkana
Haloalkana

Tata nama Pembuatan


Haloalkana Sifat-Sifat Haloalkana
Haloalkana

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Tata Nama Haloalkana
Aturan penamaan haloalkana sebagai berikut.
a. Rantai induk berasal dari rantai terpanjang yang
mengandung atom halogen.
b. Atom C yang mengikat halogen diberi nomor serendah
mungkin.
c. Nama halogen ditulis sebagai awalan, diikuti nama
alkananya, ditulis sesuai abjad.
d. Jika terdapat lebih dari satu jenis atom halogen,
penamaannya diurutkan sesuai kereaktifannya. Urutan
kereaktifan atom halogen: F > Cl > Br > I.
e. Jika terdapat dua atau lebih atom halogen sejenis,
penamaannya diberi awalan di-, tri-, dan seterusnya

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Isomer Haloalkana
Isomer Kerangka
Isomer kerangka terjadi pada
senyawa-senyawa yang
memiliki rumus molekul dan
gugus fungsi sama, tetapi
kerangka rantai induknya
berbeda.

Isomer Posisi
Isomer posisi terjadi pada
senyawa-senyawa yang
memiliki rumus molekul sama,
gugus fungsi sama, dan
kerangka yang sama, tetapi
letak/posisi gugus fungsinya
berbeda.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Sifat-Sifat Haloalkana
a. Memiliki titik didih lebih tinggi dibandingkan senyawa
alkana dengan jumlah atom karbon yang sama.
b. Sukar larut dalam air.
c. Haloalkana suku rendah berwujud gas dan haloalkana
suku tinggi berwujud cair sampai padat.
d. Dapat mengalami reaksi dengan logam Mg, Na, natrium
alkoholat, KOH, AgOH, KCN, dan AgNO2, serta reaksi
reduksi dan hidrolisis.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Pembuatan Haloalkana

 Reaksi Substitusi Alkana


Pada reaksi ini atom H dari alkana akan disubstitusi oleh atom
halogen

 Reaksi Substitusi Alkohol


Pada reaksi ini digunakan pereaksi asam halida dan hanya
dapat menghasilkan senyawa monohaloalkana (monohalida)

 Reaksi Adisi Alkena


Pada reaksi ini, jika alkena diadisi memakai halogen akan
terbentuk senyawa dihaloalkana.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Kegunaan Haloalkana
 Kloroform
Kloroform bersifat anestesi
sehingga banyak dimanfaatkan
di bidang kedokteran sebagai
obat bius.

 Iodoform (CHI3)
Iodoform merupakan kristal padat berwarna kuning dan berbau
khas. Iodoform digunakan di bidang kedokteran sebagai
antiseptik
 Karbon Tetraklorida (CCl4)
Dalam rumah tangga, CCl4 digunakan untuk menghilangkan noda
minyak atau lemak yang menempel pada pakaian.
Dahulu CCl4 juga banyak digunakan sebagai bahan pemadam
kebakaran (extinguisher) serta pelarut lemak, lilin, damar, dan
protein.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Kegunaan Haloalkana

 Freon
Freon banyak digunakan untuk keperluan-
keperluan berikut.
1) Pelarut lemak, minyak, dan damar.
2) Bahan pendingin pada freezer dan AC
karena mempunyai titik didih – 30°C.
3) Sebagai aerosol pada hair spray dan body
spray.
 Iodoform (CHI3)
Iodoform merupakan kristal padat berwarna kuning dan berbau khas.
Iodoform digunakan di bidang kedokteran sebagai antiseptik.

 Karbon Tetraklorida (CCl4)


Dalam rumah tangga, CCl4 digunakan untuk menghilangkan noda
minyak atau lemak yang menempel pada pakaian.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Alkohol dan Eter

Kegunaan
Penggolongan Sifat-Sifat Alkohol
Alkohol Alkohol

Tata nama Pembuatan


Alkohol Isomer Alkohol
Alkohol

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Alkohol dan Eter

Kegunaan
Sifat-Sifat Eter
Eter
Pembuatan
Eter
Tata nama
Eter
Isomer Eter

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Alkohol
Tata Nama Alkohol
Nama IUPAC
1) Nama alkohol diturunkan dari nama alkana yaitu akhiran -a diganti –ol
2) Penomoran pada alkohol alifatik (rantai terbuka) dimulai dari ujung rantai induk
yang paling dekat dengan gugus hidroksi (–OH).
3) Apabila rantai induk mengikat gugus alkil atau halida, penomoran dimulai dari
ujung rantai induk yang mengandung gugus –OH dan paling dekat dengan gugus
substituennya.
4) Apabila rantai induk mengikat lebih dari satu gugus hidroksi, penamaannya
menggunakan awalan di- untuk dua gugus –OH, tri- untuk tiga gugus –OH, dan
tetra- untuk empat gugus –OH, dan seterusnya tepat sebelum akhiran -ol.

Jadi, penamaan dimulai dengan menyebutkan posisi gugus –OH, diikuti nama alkana
dengan akhiran -a tetap, lalu awalan di-, tri, tetra-, atau sesuai jumlah gugus –OH
serta diikuti akhiran -ol.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Alkohol
Tata Nama Alkohol

Nama Trivial
Nama trivial alkohol dimulai dengan menyebutkan nama alkilnya, lalu
diikuti dengan kata alkohol.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Alkohol
Penggolongan Alkohol
 Alkohol Primer
Alkohol primer terjadi apabila gugus hidroksi (–OH) terikat pada atom
C primer (atom C yang mengikat satu atom C lainnya).

 Alkohol Sekunder
Alkohol sekunder terjadi apabila gugus hidroksi (–OH) terikat pada
atom C sekunder (atom C yang mengikat dua atom C lainnya).

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Alkohol
Penggolongan Alkohol

 Alkohol Tersier
Alkohol tersier terjadi apabila gugus hidroksi (–OH) terikat pada atom C
tersier (atom C yang mengikat tiga atom C lainnya)

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Alkohol
Isomer Alkohol
 Isomer Gugus Fungsi
Alkohol dan eter dapat berisomer gugus fungsi satu sama lain. Artinya,
alkohol dan eter dengan jumlah atom karbon yang sama, memiliki rumus
molekul sama, tetapi memiliki gugus fungsi yang berbeda.

 Isomer Optis
Keisomeran optis terjadi pada senyawa yang memiliki atom C asimetris
atau atom C kiral.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Alkohol
Sifat-Sifat Alkohol

1) Dengan massa molekul relatif (Mr) sama, titik didih alkohol lebih
tinggi daripada titik didih eter. Hal ini dikarenakan alkohol
mempunyai ikatan hidrogen.
Semakin besar massa molekul relatif alkohol, titik didihnya semakin
tinggi. Titik didih alkohol rantai bercabang lebih rendah daripada titik
didih alkohol rantai lurus.
2) Alkohol mudah larut dalam air.
3) Alkohol dapat mengalami reaksi dengan logam Na dan hidrogen
halida, serta reaksi esterifikasi, oksidasi, dan dehidrasi.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Alkohol
Pembuatan Alkohol

Hidrasi alkena dengan katalis asam menghasilkan etanol.

Metanol dapat dibuat dengan mereaksikan gas alam (metana)


denganH2O dan gas H2.

Fermentasi karbohidrat dengan bantuan ragi menghasilkan


etanol.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Alkohol
Pembuatan Alkohol
Melalui pereaksi Grignard dapat dihasilkan alkohol primer dan
alkohol sekunder.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Alkohol
Kegunaan Alkohol
Metanol
a) Sebagai pelarut, bahan baku pembuatan formaldehid (untuk membuat
polimer) dan campuran bahan bakar bensin.
b) Sebagai bahan bakar
Etanol
a) Sebagai pembersih luka dan antiseptik.
b) Sebagai spirit (minuman keras) bermetil yang diproduksi
dalam skala industri.
c) Sebagai bahan bakar. Etanol dapat digunakan sebagai
bahan bakar baik sendiri maupun dicampur dengan petrol
(bensin).
d) Sebagai pelarut.
Etilen Glikol, sebagai zat antibeku pada radiator mobil, bahan baku serat sintetis
seperti dakron, dan bahan pelunak/pelembut.
Gliserol, sebagai pelembap dan pelembut pada losion dan berbagai kosmetik.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Eter
Tata Nama Eter

Nama IUPAC
Nama IUPAC eter yaitu alkoksi alkana.
Alkil dengan jumlah atom C lebih sedikit dianggap sebagai gugus
alkoksi, sedangkan alkil dengan jumlah atom C lebih banyak
dianggap sebagai alkana.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Eter
Tata Nama Eter

Nama Trivial
Nama trivial eter adalah alkil alkil eter yaitu nama kedua gugus
alkil ditulis di depan diikuti kata eter dan ditulis terpisah. Alkil-alkil
ditulis sesuai urutan jumlah atom C. Apabila kedua alkil sama,
diawali dengan kata “di”

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Eter
Isomer Eter

 Isomer Posisi
Isomer posisi terjadi pada senyawa-senyawa yang memiliki
rumus molekul dan gugus fungsi sama, tetapi letak gugus fungsi
berbeda.

 Isomer Gugus Fungsi


Alkoksi alkana berisomer gugus fungsi dengan alkohol

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Eter
Sifat-Sifat Eter
Senyawa eter memiliki sifat-sifat sebagai berikut.
1) Merupakan cairan yang mudah menguap dan mudah
terbakar.
2) Titik didih rendah, lebih rendah daripada alkohol dengan
massa molekul relatif yang sama.
3) Sedikit larut dalam air.
4) Melarutkan senyawa-senyawa kovalen.
5) Bersifat anestetik.
6) Tidak reaktif serta tidak dapat dioksidasi, direduksi,
dieliminasi, atau direaksikan dengan basa, tetapi dapat
disubstitusikan dengan asam kuat.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Eter
Pembuatan Eter
Reaksi asam sulfat dan etanol menghasilkan dietil eter dan etil
hidrogen sulfat sebagai zat antara.

Sintesis Williamson
Pada sintesis ini terjadi reaksi antara alkil halida dengan
alkoksida.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Eter
Kegunaan Eter

 Eter digunakan sebagai pelarut dan obat anestesi. Senyawa


eter yang diberikan melalui pernapasan sebagai obat bius,
contohnya kloroform dan siklopropana.
 Metiltersierbutil eter (MTBE)
digunakan sebagai zat aditif pada
bensin untuk menaikkan bilangan
oktan bensin.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Aldehid dan Keton

Tata
Sifat-Sifat
Nama
Aldehid
Aldehid
Kegunaan
Isomer Aldehid
Aldehid

Pembuatan
Aldehid

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Aldehid dan Keton

Tata
Sifat-Sifat
Nama
Keton
Keton
Kegunaan
Isomer Keton
Keton

Pembuatan
Keton

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Aldehid
Tata Nama Aldehid
Nama IUPAC
Nama IUPAC alkanal diturunkan dari nama
alkananya, dengan mengganti akhiran -a
menjadi -al.

Nama Trivial
Nama trivial aldehid diturunkan dari
nama trivial asam karboksilat yaitu
dengan menghilangkan kata asam dan
mengganti akhiran -at menjadi kata
aldehid.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Aldehid
Isomer Aldehid
 Isomer Kerangka
Isomer kerangka terjadi karena ada atau tidak adanya cabang
serta perbedaan letak cabang. Butanal mempunyai dua isomer
yaitu:

 Isomer Gugus Fungsi


Gugus fungsi aldehid berisomer gugus fungsi dengan alkanon.
Isomer gugus fungsi aldehid dan alkanon mempunyai rumus
umum CnH2nO.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Aldehid
Sifat-Sifat Aldehid
1) Merupakan senyawa polar.
2) Mudah larut dalam air.
3) Melarutkan senyawa polar dan nonpolar.
4) Tidak mempunyai ikatan hidrogen.
5) Titik didihnya lebih tinggi jika dibandingkan dengan senyawa karbon
yang massa relatifnya hampir sama.
6) Dapat mengalami reaksi adisi, oksidasi, polimerisasi, dan
autoredoks, serta dapat bereaksi dengan PX5 dan halogen.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Aldehid

 Oksidasi Alkohol Primer Pembuatan Aldehid

 Reduksi Asam Karboksilat

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Aldehid
Kegunaan Aldehid
 Formaldehid
Senyawa ini
digunakan sebagai
desinfektan,
insektisida,
pengawet mayat,
dan dimanfaatkan
dalam industri
plastik.
 Asetaldehid
Asetaldehid merupakan bahan dasar
pembuatan asam asetat dan butanol. Selain
itu, asetaldehid digunakan dalam pembuatan
zat warna, plastik, dan karet sintetis.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Keton
Tata Nama Keton
Nama IUPAC
Nama IUPAC alkanon diturunkan dari nama alkananya, tetapi akhiran -a
diganti dengan -on.
Untuk alkanon bercabang berlaku aturan sebagai berikut.
1) Rantai terpanjang/rantai induk harus mengandung gugus –CO–.
2) Rantai induk diberi nomor dari salah satu ujung sehingga posisi
gugus fungsi mendapat nomor terkecil.
3) Cabang dan gugus pengganti lain ditulis terlebih dahulu sesuai abjad
diikuti rantai induk. Posisi rantai induk diberi awalan angka.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Keton
Tata Nama Keton

Nama Trivial
Nama trivial keton yaitu alkil alkil keton.

Gugus alkil ditulis secara terpisah diakhiri kata keton.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Keton
Isomer Keton

 Isomer Kerangka
Isomer kerangka terjadi karena ada atau tidak adanya cabang
serta jenis cabang.

 Isomer Posisi
Isomer posisi terjadi karena perbedaan letak gugus fungsinya.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Keton
Sifat-Sifat Keton
Keton memiliki sifat-sifat sebagai berikut.
1) Merupakan senyawa polar.
2) Larut dalam air.
3) Tidak mempunyai ikatan hidrogen.
4) Titik didih keton lebih tinggi dibandingkan hidrokarbon lain
dengan massa molekul relatif hampir sama.
5) Mengalami reaksi adisi dan kondensasi serta bereaksi
dengan PX5.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Keton
Pembuatan Keton
 Oksidasi Alkohol Sekunder

 Distilasi Kering Garam Alkali atau Alkali Tanah Karboksilat

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Keton
Kegunaan Keton
 Keton yang paling banyak digunakan
yaitu aseton.
 Aseton merupakan suku alkanon
terendah, disebut juga propanon.
 Aseton digunakan sebagai pelarut
senyawa-senyawa organik, terutama
untuk melarutkan beberapa macam
plastik dan gas etuna.
 Aseton juga digunakan sebagai tinner
untuk membersihkan cat kuku/kuteks.
Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab
Asam Karboksilat dan Ester

Tata Nama Sifat-Sifat


Asam Asam
Karboksilat Karboksilat
Isomer Kegunaan
Asam Asam
Karboksilat Karboksilat
Pembuatan
Asam
Karboksilat

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Asam Karboksilat dan Ester

Tata Nama Sifat-Sifat


Ester Ester
Kegunaan
Isomer Ester
Ester

Pembuatan
Ester

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Asam Karboksilat
Tata Nama Asam Karboksilat
Nama IUPAC
Nama karboksilat diturunkan dari nama alkananya dengan mengganti
akhiran -a menjadi -oat dan diberi awalan asam.

Nama Trivial
Nama trivial asam karboksilat didasarkan pada sumbernya.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Asam Karboksilat
Isomer Asam Karboksilat
 Isomer Kerangka
Isomer kerangka terjadi karena ada atau tidak adanya cabang serta jenis
dan letak cabang.

 Isomer Gugus Fungsi


Asam karboksilat berisomer gugus fungsi dengan ester. Rumus umum
isomer gugus fungsi asam karboksilat dan ester adalah CnH2nO2.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Asam Karboksilat
Sifat-Sifat Asam Karboksilat
Sifat-sifat asam karboksilat sebagai berikut.
1) Merupakan senyawa polar.
2) Titik didih tinggi karena mempunyai ikatan hidrogen.
3) Senyawa dengan atom C1 – C4 mudah larut dalam air, semakin
banyak cabang kelarutannya dalam air semakin berkurang.
4) Mengalami reaksi-reaksi berikut.
- Dapat bereaksi dengan logam, garam karbonat, dan basa alkali.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Asam Karboksilat
Sifat-Sifat Asam Karboksilat
- Dapat bereaksi dengan alkohol menghasilkan ester (reaksi esterifikasi).

- Dapat dioksidasi menghasilkan CO2 dan H2O.

- Dapat bereaksi dengan PX5.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Asam Karboksilat
Pembuatan Asam Karboksilat

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Asam Karboksilat
Kegunaan Asam Karboksilat
Beberapa contoh penggunaan asam karboksilat.
1) Asam formiat digunakan untuk penyamakan kulit, industri tekstil, dan
penggumpalan lateks di perkebunan karet.
2) Asam asetat digunakan sebagai pelarut, serta
bahan baku untuk industri serat dan plastik.
Asam asetat murni disebut asam asetat glasial.
Cuka merupakan larutan 3–6% asam asetat
dalam air, dibuat melalui peragian dari sari buah
apel dan anggur atau dari pengenceran asam
asetat sintesis.
3) Asam oksalat digunakan untuk penghilang karat dan pereaksi pada
pembuatan zat warna.
4) Asam tartrat digunakan untuk penyamakan, fotografi, pembuatan
keramik, dan mengasamkan minuman serta permen.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Ester
Tata Nama Ester

Nama IUPAC
Ester merupakan turunan asam
karboksilat. Oleh karena itu, ester
diberi nama dengan alkil alkanoat.
Alkil diikat oleh atom O,
sedangkan alkanoat meliputi alkil
dan gugus fungsinya.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Ester
Tata Nama Ester
Nama Trivial
Nama trivial berasal dari
alkil-alkil ester. Alkil-alkil
ditulis sesuai urutan
jumlah atom C diikuti kata
ester.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Ester
Isomer Ester
 Isomer Kerangka
Isomer kerangka terjadi karena ada atau tidak adanya cabang
serta jenis dan letak cabang.

 Isomer Gugus Fungsi


Ester berisomer gugus fungsi dengan asam karboksilat. Rumus
umum isomer gugus fungsi asam karboksilat dan ester adalah
CnH2nO2.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Ester
Sifat-Sifat Ester
Sifat-sifat ester sebagai berikut.
1) Mudah menguap.
2) Sedikit larut dalam air.
3) Semakin besar massa molekul relatifnya, titik didih semakin tinggi.
4) Dapat mengalami reaksi-reaksi berikut.
- Reaksi hidrolisis, terbentuk reaksi kesetimbangan antara asam
karboksilat dengan alkohol.

- Hidrolisis dengan basa menghasilkan suatu garam dan alkohol.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Ester
Sifat-Sifat Ester
- Reaksi dengan alkohol menghasilkan ester lain dan alkohol lain.

- Dapat direduksi menghasilkan alkohol.

- Bereaksi dengan pereaksi Grignard menghasilkan alkohol.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Ester
Pembuatan Ester

Ester dibuat dari reaksi asam karboksilat dengan alkohol. Reaksi


ini disebut esterifikasi.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Ester
Kegunaan Ester
 Senyawa-senyawa ester banyak
digunakan sebagai esens karena
mempunyai aroma khas.
 Senyawa-senyawa ester yang
biasa digunakan sebagai esens
sebagai berikut.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


BAB

V Benzena dan Senyawa Turunannya

Struktur Benzena

Sifat-Sifat Benzena

Reaksi-Reaksi Benzena

Tata Nama Benzena


Parasetamol
Senyawa Turunan Benzena dan
Obat demam yang
Kegunaannya
mengandung senyawa
benzena.

Kembali ke daftar isi


Struktur Benzena

Rumus struktur benzena


(C6H6) berbentuk
heksagonal planar.
Sudut Ikatan C-C =120 o

Kedudukan atom C dan H


August Kekule
dalam molekul benzena
bersifat ekuivalen, sedangkan
ikatan rangkap selalu
berpindah-pindah
(beresonansi).

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Sifat-Sifat Benzena
Sifat Fisika
1. Titik leleh 5,5°C, sedangkan titik didihnya 80,1°C.
2. Pada suhu kamar berwujud cair, tidak berwarna, mudah menguap, dan berbau khas.
3. Benzena bersifat nonpolar.
4. Benzena larut dalam pelarut organik seperti CCl4 (karbon tetraklorida), dietil eter, dan heksana, tetapi
tidak larut dalam air.
Sifat Kimia
1. Uap benzena bersifat toksik dan sedikit karsinogenik.
2. Benzena dapat dioksidasi sempurna dan menghasilkan gas CO2 dan H2O. Reaksi ini menghasilkan
jelaga cukup tebal karena terbentuk banyak partikel karbon.
3. Benzena tidak dapat dioksidasi oleh Br2, H2O, dan KMnO4, tetapi dapat diadisi oleh H2 dan Cl2 dengan
bantuan katalis Ni atau sinar matahari.
4. Atom-atom H pada molekul benzena dapat disubstitusikan oleh atom atau gugus atom
menghasilkan senyawa turunan benzena. Benzena lebih mudah mengalami substitusi daripada reaksi
adisi karena struktur cincin benzena bersifat stabil akibat adanya elektron-elektron terdelokalisasi.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Reaksi-Reaksi pada Benzena

Halogenasi

Reaksi
Adisi
Reaksi Nitrasi
Adisi
Substitusi
Hidrogen

Adisi
Klorin Sulfonasi
Asilasi

Alkilasi

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Reaksi Adisi

Adisi Hidrogen Adisi Klorin


 Adisi Benzena dengan hidrogen  Adisi benzena oleh klorin (Cl2)
menghasilkan sikloheksana. dapat berlangsung dengan
 Reaksi ini berlangsung pada suhu bantuan sinar matahari.
150°C menggunakan katalis nikel  Pada adisi ini dihasilkan
(Ni). senyawa 1,2,3,4,5,6- heksakloro
sikloheksana.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Sulfonasi
 Benzena bereaksi dengan asam sulfat (H2SO4).

 Hasil reaksi berupa asam benzenasulfonat dan air.

SO3
40°C

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Alkilasi
 Benzena bereaksi dengan haloalkana (RX).
 Menggunakan katalis AlCl3.

Reaksi ini disebut reaksi sintesis Friedel-Crafts

 Reaksi Umum:

 Contoh:
Reaksi pembuatan toluena

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Asilasi
• Reaksi benzena dengan mensubstitusi atom H oleh gugus asil (CH3C=O).
• Menggunakan katalis AlCl3.
• Rumus Umum:

• Contoh:
Reaksi pembuatan asetofenon

Asetofenon

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Nitrasi
 Benzena bereaksi dengan asam nitrat (HNO3 atau HONO2).
 Reaksi nitrasi memerlukan katalis asam sulfat (H2SO4) pekat.
 Reaksi berlangsung pada suhu 50°C.
 Menghasilkan nitrobenzena.

H2SO4

50°C

Nitrobenzena

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Halogenasi
 Benzena bereaksi dengan atom halogen (gologan VIIA).
 Menggunakan katalis FeCl3, FeBr3, AlCl3, atau SbCl3.
 Menghasilkan halobenzena (benzena yang memiliki gugus
halogen) dan asam kuat.

Klorobenzena

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Tata Nama Senyawa Turunan Benzena
1. Benzena Monosubstituen
Penamaan IUPAC = substituen + benzena

X = substituen/cabang

Contoh:

Etilbenzena Klorobenzena Nitrobenzena

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


2. Benzena Bisubstituen
Apabila dua atom H pada benzena
diganti dengan atom atau gugus atom
Contoh:
lain, maka akan terjadi tiga macam posisi
(tiga isomer).

o-dimetilbenzena
(o-xilena)

Orto (1,2) Meta (1,3) Para (1,4)

m-kloroanilina p-nitrofenol
Urutan prioritas gugus:
–COOH > –SO3H > –CHO > –CN > –OH > –NH2 > –R(alkil) > –NO2 > –X (halogen)

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


3. Benzena Trisubstituen atau Lebih
Posisi substituen dinyatakan dengan angka.
Contoh:

1,2,4-trinitrobenzena 2,4,6-trinitrotoluena

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


4. Benzena Terikat pada Rantai Karbon
Apabila suatu cincin benzena terikat pada rantai karbon yang
panjang (>6) atau pada rantai alkana bergugus fungsi maka
cincin benzena tersebut dianggap sebagai substituen yang
dinamakan gugus fenil.

Contoh:

3-fenilheptana 3-fenil-1-pentanol

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


5. Gabungan Cincin Benzena (Polibenzena)

Naftalena Antrasena

Fenantrena Pirena

Benzo(α) piren Krisena Benzofluorantena

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Senyawa Turunan Benzena dan
Kegunaannya

1. Toluena  Bahan dasar pembuatan asam benzoat


(bahan pengawet di industri makanan).
 Bahan dasar pembuatan bahan peledak
seperti TNT.

Kegunaan:

 Pelarut senyawa
karbon.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


2. Fenol Kegunaan:
 Bahan desinfektan
atau pembunuh
kuman pada
pembersih lantai.

 Bahan pelarut pada pemurnian minyak


pelumas.
 Bahan pembuat zat warna.
 Bahan dasar pembuatan plastik bakelit
dengan cara mereaksikan fenol dengan
formaldehid.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


Kegunaan:
3. Asam Salisilat
 Sebagai antijamur pada
bedak dan salep untuk
mengobati penyakit kulit
seperti panu, kadas, dan
kurap.

Asam salisilat dapat diesterifikasi dengan alkohol dan asam

Metil salisilat banyak


diperdagangkan dengan
nama minyak gandapura
Metil salisilat

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


4. Anilina 5. Stirena

Kegunaan: Kegunaan:

Stirena digunakan sebagai bahan


dasar pembuatan polimer sintetik
Anilin banyak digunakan sebagai zat polistirena melalui proses
warna diazo pada batik, katun, dan polimerisasi.
tinta.

Kembali ke daftar isi Kembali ke awal bab


BAB

VI Polimer

Tata Nama Polimer

Penggolongan Polimer

Sifat-Sifat Polimer

Reaksi Polimerisasi
Sumber: bit.ly/2WtxRW

Baterai
dengan teknologi kertas Kegunaan dan Dampak Polimer
ramah lingkungan

Menggunakan polimer
rekayasa
Kembali ke daftar isi
Tata Nama Polimer

Berdasarkan Monomer

 Monomer Hanya Terdiri Atas Satu Kata

poli + monomer Nama Monomer Nama Polimer


Stirena Polistirena
Etena Polietena

 Monomer Hanya Terdiri Atas Satu Kata

poli + (monomer) Nama Monomer Nama Polimer


1-pentena Poli(1-pentena)
Metil metakrilat Poli(metil metakrilat)
Tata Nama Polimer

Berdasarkan Taktisitas Berdasarkan Isomer

i/s +poli + monomer cis/trans +nomor ikatan + poli + monomer

i = isotaktik
s = sindiotaktik

Keterangan:
Disusun oleh monomer stirena
dengan posisi gugus fenil sama

Kembali ke daftar Isi Kembali ke awal bab


Tata Nama Polimer

Berdasarkan Unit Dasar (IUPAC)


Aturan Penamaan Polimer Menurut IUPAC:
1. Mengidentifikasi unit struktur terkecil (CRU).
2. Menentukan subunit CRU sebagai prioritas berdasarkan ikatan
yang ditulis dari kiri ke kanan.
3. Memberikan nomor substituen dari kiri ke kanan.
4. Memberikan nama dengan diawali kata 'poli' dan nama CRU
dikurung.

Kembali ke daftar Isi Kembali ke awal bab


Penggolongan Polimer

Berdasarkan
Berdasarkan Sifat Terhadap
Pemanasan
Asalnya atau Sifat Berdasarkan
Kekenyalannya Bentuk
Susunan
Rantainya

Berdasarkan
Jenis
Monomernya

Berdasarkan
Penggunaan
Polimer

Kembali ke daftar Isi Kembali ke awal bab


Penggolongan Polimer

Polimer Alam
Polimer alam yaitu polimer yang
Berdasarkan tersedia secara alami di alam dan
Asalnya berasal dari makhluk hidup.
 Contoh: amilum, selulosa, protein,
asam nukleat, karet alam

Polimer Buatan (Sintetis) Polimer Semisintetis


 Polimer buatan yaitu Polimer semisintetis
polimer yang tidak yaitu polimer yang
terdapat di alam, tetapi diperoleh dari hasil
disintesis atau dibuat dari modifikasi polimer
monomer-monomernya alam dan bahan
dalam reaktor di industri Contoh: polietena, kimia.
kimia. nilon, dakron  Contoh: selulosa nitrat

Kembali ke daftar Isi Kembali ke awal bab


Penggolongan Polimer
Homopolimer
 Homopolimer disebut juga polimer linear yaitu
Berdasarkan polimer yang tersusun atas monomer-monomer
Jenis yang sama atau sejenis.
Monomernya  Contoh: PVC, protein, karet alam

Kopolimer
 Kopolimer yaitu polimer yang tersusun atas
monomer-monomer yang berlainan jenis.
 Contoh: nilon, tetoron, bakelit
 Berdasarkan susunan monomernya, kopolimer
dibedakan menjadi kopolimer bergantian, kopolimer
blok, kopolimer bercabang, dan kopolimer tidak
beraturan. (A) kopolimer tidak beraturan
(B) kopolimer bergantian
(C) kopolimer blok
(D) kopolimer bercabang

Kembali ke daftar Isi Kembali ke awal bab


Termoplastik
Penggolongan • Polimer termoplastik memiliki sifat-sifat antara
Polimer lain berat molekul kecil, tidak tahan terhadap
panas, jika dipanaskan akan melunak, jika
didinginkan akan mengeras, mudah diregangkan,
fleksibel, titik leleh rendah, dapat dibentuk ulang
Berdasarkan (daur ulang), mudah larut dalam pelarut yang
Sifat Terhadap sesuai, dan memiliki struktur molekul linear atau
Pemanasan bercabang.
atau Sifat  Contoh: polietilena, PVC, polistirena
Kekenyalanny
a
Termosetting
 Polimer termosetting memiliki sifat-sifat
Elastomer antara lain keras dan kaku (tidak
fleksibel), jika didinginkan akan
 Elastomer merupakan polimer mengeras, tidak dapat dibentuk ulang,
yang elastik atau dapat mulur tidak dapat larut dalam pelarut apa
jika ditarik, tetapi kembali ke pun, jika dipanaskan pada suhu yang
awal jika gaya tarik ditiadakan. terlalu tinggi akan meleleh, tahan
 Contoh: karet sintetis SBR terhadap asam dan basa, serta memiliki
ikatan silang antarrantai molekul.
 Contoh: bakelit, poliester, uretana

Kembali ke daftar Isi Kembali ke awal bab


Penggolongan Polimer
Polimer Linear
 Polimer linear yaitu polimer yang
tersusun denga unit ulang berikatan
satu sama lainnya membentuk rantai
Berdasarkan polimer yang panjang.
Bentuk  Contoh: polietena dan polivinil klorida
Susunan
Rantainya
Polimer Bercabang
 Polimer bercabang yaitu polimer yang
terbentuk jika beberapa unit ulang
membentuk cabang pada rantai utama.
 Contoh: glikogen

Polimer Berikatan Silang (Cross-linking)


 Polimer berikatan silang yaitu polimer yang terbentuk karena
beberapa rantai polimer saling berikatan satu sama lain pada rantai
utamanya. Contoh: bakelit dan resin urea formaldehida

Kembali ke daftar Isi Kembali ke awal bab


Penggolongan Polimer
Serat
 Polimer yang dimanfaatkan
sebagai serat misalnya kain
Berdasarkan dan benang.
Penggunaan  Contoh: poliester, nilon, dan
Polimer dakron

Plastik
 Polimer yang dimanfaatkan
sebagai plastik.
 Contoh: bakelit, polietilena,
PVC, polistirena, dan
polipropilena

Kembali ke daftar Isi Kembali ke awal bab


Sifat-Sifat Polimer
 Sifat mekanik polimer
Sifat mekanik polimer meliputi:
 Sifat termal polimer
 kekuatan (strength);
Sifat termal polimer meliputi:
 elongation;
 koefisien pemuaian
 modulus;
termal;
 ketangguhan (toughness).
 panas jenis;
 koefisien hantaran termal;
 Sifat fisik polimer  titik tahan panas.
Sifat fisik polimer ditentukan oleh:
 panjang rantai atau jumlah monomer;
 Stabilitas panas
 susunan rantai;
 tingkat percabangan pada rantai;
 Kelenturan
 gugus fungsi pada monomer;
 ikatan silang antarrantai polimer;  Ketahanan terhadap
 penambahan zat aditif. mikroorganisme
Kembali ke daftar Isi Kembali ke awal bab
Reaksi Polimerisasi
Reaksi penggabungan sejumlah monomer menjadi polimer

Polimerisasi Adisi

Polimerisasi Kondensasi

Kembali ke daftar Isi Kembali ke awal bab


Reaksi Polimerisasi
Reaksi penggabungan sejumlah monomer menjadi polimer

Reaksi pembentukan polimer dari monomer-monomer


yang berikatan rangkap menjadi ikatan tunggal
Polimerisasi Adisi
Reaksi Umum:

Polimerisasi Adisi Alami Polimerisasi Adisi Sintesis


 Polimerisasi adisi alami  Polimerisasi adisi sintesis merupakan
merupakan reaksi polimerisasi reaksi polimerisasi yang sengaja
pada makhluk hidup. dilakukan di laboratorium atau industri.
 Contoh: pembentukan karet alam  Contoh : pembentukan polivinilklorida
atau poliisoprena. (PVC) dari vinil klorida.

Kembali ke daftar Isi Kembali ke awal bab


Reaksi Polimerisasi
Reaksi penggabungan sejumlah monomer menjadi polimer

Polimerisasi Adisi

Polimerisasi Kondensasi
Polimerisasi Polimerisasi Reaksi yang terjadi jika
Kondensasi Alami Kondensasi Sintesis dua atau lebih monomer
sejenis atau berbeda jenis
Contoh: bergabung membentuk
 Pembentukan molekul besar sambil
Contoh:
glikogen dan melepaskan molekul-
Pembentukan nilon
molekul kecil, seperti H2O,
amilum dari atau poliamida dari NH3, dan HCl.
α–D-glukosa asam adipat dan
 Pembentukan Reaksi umum:
heksametilendiamin
protein dari
asam amino
Kembali ke daftar Isi Kembali ke awal bab
Kegunaan dan Dampak Penggunaan Polimer
No Polimer Monomer Kegunaan
1 Polietilena etilena Polietilena dengan densitas
(Polietena) rendah (LDPE)  pembungkus
makanan, kantong plastik, dan jas
hujan.
Polietilena densitas tinggi (HDPE) 
botol plastik, botol detergen, mainan,
ember dan panci, serta untuk pelapis
kawat dan kabel.
2 Polipropilena propilena Karung dan tali plastik, serta botol
(Polipropena) minuman.
3 Teflon tetrafluoroeti- pelapis barang yang tahan panas,
lena seperti tangki di pabrik kimia, pelapis
panci dan penggorengan antilengket,
serta pelapis dasar setrika.

Kembali ke daftar Isi Kembali ke awal bab


Kegunaan dan Dampak Penggunaan Polimer
No Polimer Monomer Kegunaan
4 Polivinilklorida vinil klorida pipa, slang keras, lapisan lantai, dan
(PVC) atau kloro piringan hitam.
etilena
5 Bakelit fenol dan Bakelit dipakai pada peralatan listrik,
formaldehid kotak isolator, toilet, kabinet radio,
pembuatan lembaran laminasi, asbak,
serta perekat plywood.
6 Polimetilmeta- metil bahan pencampur gelas dan
krilat (PMMA) metakrilat pencampur logam, lampu belakang
mobil, dan kaca jendela, badan
pesawat terbang.
7 Serat akrilat asam akrilat jaket, kaus kaki, karpet, dan bahan
(asam 2- pakaian dalam.
propenoat)

Kembali ke daftar Isi Kembali ke awal bab


Kegunaan dan Dampak Penggunaan Polimer

No Polimer Monomer Kegunaan


8 Dakron asam tereftalat serat tekstil, film tipis yang kuat, pita
dan perekam magnetik, dan bahan
etilen glikol balon cuaca yang dikirim ke
stratosfer.
9 Polikloroprena 2-kloro-1,3- slang oli.
(Neoprena) butadiena
10 SBR (Styrene- stirena dan ban kendaraan bermotor.
Butadiene 1,3-butadiena
Rubber)
11 Polistirena atau stirena genting, cangkir, mangkuk, mainan,
Polifenil Etena stirofoam, kabin pada radio, TV, dan
tape.

Kembali ke daftar Isi Kembali ke awal bab


Kegunaan dan Dampak Penggunaan Polimer

No Polimer Monomer Kegunaan


12 Nilon asam adipat dan tali, jala, parasut, jas hujan,
heksametilendiamina dan tenda.
13 Kevlar asam benzena-1,4- rompi antipeluru.
dikarboksilat dan
1,4-diaminobenzena
14 Karet alam isoprena ban.
15 Polivinil alkohol etanol bak air.

Kembali ke daftar Isi Kembali ke awal bab


Bab VII
Makromolekul Karbohidrat, Protein, dan Lipid

Karbohidrat

Protein
Jaring Laba-Laba
tersusun atas ribuan benang
berukuran nano yang tersusun
secara paralel. Lipid
Setiap helai jaring laba-laba
terbuat dari protein β-keratin.
Protein ---> Makromolekul
Kembali ke daftar Isi
Karbohidrat
Penggolongan Karbohidrat
Pengertian
 Monosakarida
Karbohidrat merupakan Monosakarida adalah karbohidrat paling
senyawa polihidroksi aldehid sederhana karena tidak dapat dihidrolisis
(aldosa) atau polihidroksi menjadi bentuk karbohidrat yang lebih
keton (ketosa) dengan rumus sederhana lagi.
umum Cn(H2O)m.
Nama karbohidrat berasal  Oligosakarida
dari karbon yang berarti Oligosakarida merupakan senyawa
mengandung unsur karbon karbohidrat yang terdiri atas beberapa
dan hidrat yang berarti air. molekul monosakarida.
 Polisakarida
Polisakarida merupakan polimer alam
yang tersusun atas unit-unit
monosakarida membentuk rantai
panjang melalui reaksi kondensasi.
Kembali ke daftar Isi Kembali ke awal bab
Monosakarida

 Monosakarida merupakan
senyawa terkecil dalam golongan Aldosa Ketosa
karbohidrat dengan rumus (misal: glukosa) (misal: fruktosa)
CnH2nOn dimana n= memiliki gugus biasanya memiliki
3–8 aldehida pada salah gugus keto pada
 C3H6O3 : triosa satu ujungnya. atom C 2.
 C4H8O4 : tetrosa
dan seterusnya
 Setiap molekul monosakarida
memiliki 1 gugus keton atau 1
gugus aldehida.
 Gugus aldehida selalu berada
di atom C pertama.
 Gugus keton selalu berada di
atom C kedua.

Kembali ke daftar Isi Kembali ke awal bab


Monosakarida
Notasi D dan L
 Berdasarkan letak gugus
–OH terakhir, mono-sakarida
struktur Fischer dibagi menjadi
dua yaitu:
 D (dektsro = kanan)
 L (levo = kiri).
Kedua senyawa tersebut
berperan sebagai isomer satu
sama lain.
 Untuk gula dengan atom C
asimetrik lebih dari 1, notasi D
atau L ditentukan oleh atom C
asimetrik terjauh dari gugus
aldehida atau keto. Penampilan dalam bentuk gambar
Proyeksi Fischer.

Kembali ke daftar Isi Kembali ke awal bab


Monosakarida
Struktur Siklik Monosakarida
Berdasarkan bentuk ikatan tetrahedral yang dibentuk atom C, molekul karbohidrat
lebih stabil dalam bentuk siklik. Rumus Haworth menggambarkan struktur lingkar
karbohidrat dengan ikatan antara C pertama dengan O-hidroksil pada atom C kelima.
Nama monosakarida didasarkan pada posisi gugus –OH pada atom C pertama. Jika posisi
gugus –OH pada atom C pertama mengarah ke bawah disebut struktur α. Akan tetapi, jika
gugus –OH tersebut mengarah ke atas disebut struktur β.

Kembali ke daftar Isi Kembali ke awal bab


Monosakarida
Glukosa Jenis Monosakarida di Alam
• Glukosa terdapat dalam gula merah, madu, buah anggur, dan serum darah

Fruktosa
• Fruktosa terdapat dalam gula pasir, sari buah, dan madu. Fruktosa merupakan
jenis gula yang paling manis

Galaktosa
• Galaktosa merupakan monosakarida yang dihasilkan dari proses hidrolisis gula
susu (laktosa) sehingga tidak ditemukan dalam keadaan bebas

Pentosa
• Senyawa pentosa tidak terdapat di alam dalam keadaan bebas. Contoh
senyawa aldopentosa antara lain arabinosa, xilosa, ribosa, dan 2-deoksiribosa.
Arabinosa diperoleh dari pengolahan gom arab. Xilosa diperoleh dari hidrolisis
jerami atau kayu. Ribosa dan 2-deoksiribosa merupakan komponen asam
nukleat dan diperoleh dengan cara hidrolisis.
Kembali ke daftar Isi Kembali ke awal bab
Monosakarida
Reaksi-Reaksi pada Monosakarida
• Apabila dilarutkan dalam air, monosakarida dapat
Murotasi memutar bidang polarisasi

• Aldehid dan alkohol primer dapat dioksidasi


Oksidasi menjadi asam karboksilat

• Gugus aldehid atau keton dapat direduksi menjadi


Reduksi alkohol

Pembentukan • Monosakarida (yang mengandung gugus hidroksil) dapat

Ester membentuk ester dengan asam organik dan anorganik.

Pembentukan • Tiap-tiap molekul monosakarida dapat saling berikatan


Glikosida membentuk rantai panjang melalui ikatan glikosida

Kembali ke daftar Isi Kembali ke awal bab


Oligosakarida

Sukrosa Maltosa Laktosa Rafinosa Stakiosa

Sukrosa Maltosa adalah Rafinosa Stakiosa


adalah gula disakarida yang Laktosa merupakan merupakan merupakan
pasir yang terbentuk dari disakarida yang trisakarida yang tetrasakarida
tersusun atas glukosa tersusun atas yang
kita kenal dua molekul
dan galaktosa. galaktosa,
berasal dari glukosa. tersusun atas
Laktosa berasa kurang glukosa, dan
Maltosa dua
gula tebu manis, merupakan fruktosa.
galaktosa,
atau gula bit. merupakan gula pereduksi, serta Hidrolisis
hasil antara rafinosa oleh glukosa, dan
Sukrosa juga mampu mengalami
dalam proses enzim sukrase fruktosa.
mutarotasi. Laktosa
terdapat menghasilkan Stakiosa
hidrolisis disebut gula susu
dalam gula fruktosa dan tidak
amilum dengan karena terdapat
aren, gula melibiosa. mempunyai
asam maupun dalam susu sapi dan
sifat
kelapa, enzim. susu ibu.
madu, nanas, mereduksi.
dan wortel.
Kembali ke daftar Isi Kembali ke awal bab
Polisakarida
 Polisakarida mempunyai molekul yang besar dan lebih kompleks
dibanding monosakarida maupun oligosakarida.
 Jenis polisakarida: pati, glikogen, dan selulosa.

Pati Glikogen Selulosa

• Sedikit larut dalam • Mudah larut • Tidak dapat larut


air dingin dalam air panas dalam air, tetapi
Kembali ke awal bab
• Daya reduksiKembali ke daftar Isi
• Larutannya larut dalam
Sifat-Sifat Karbohidrat
Sifat Fisik
 Karbohidrat berwujud padat pada suhu kamar.
 Semua karbohidrat bersifat optis aktif.
 Sebagian besar karbohidrat dapat memutar bidang polarisasi.
 Sebagian besar karbohidrat dapat memutar bidang polarisasi cahaya.
 Monosakarida dan disakarida berasa manis dan larut dalam air, sedangkan polisakarida
berasa tawar dan tidak larut dalam air.

Sifat Kimia
H2O/H+
disakarida H2O/H
+
 Hidrolisis : polisakarida monosakarida
 Fermentasi : glukosa etanol + CO2
H2SO4
 Dehidrasi : karbohidrat karbon + H2O
 Oksidasi : reaksi oksidasi karbohidart menghasilkan asam
 Reaksi karbohidrat dengan hidroksida logam mengakibatkan karbohidrat teroksidasi,
sedangkan hidroksida logam akan tereduksi.

Kembali ke daftar Isi Kembali ke awal bab


Reaksi Identifikasi Karbohidrat

1. Uji Molisch 2. Uji Iodin


Tujuan: membuktikan adanya Tujuan: membuktikan adanya
karbohidrat secara kualitatif. polisakarida (amilum, glikogen, dan
dekstrin).

Kembali ke daftar Isi Kembali ke awal bab


Reaksi Identifikasi Karbohidrat

3. Uji Seliwanoff 4. Uji Asam Musat


Tujuan: mengetahui adanya ketosa Tujuan: membedakan antara glukosa
(fruktosa) atau membedakan antara dengan galaktosa. Uji ini
glukosa dengan fruktosa. menggunakan asam nitrat pekat.
Reaksi antara karbohidrat dengan
asam nitrat pekat menghasilkan
asam musat yang dapat larut air,
kecuali laktosa dan galaktosa.

Kembali ke daftar Isi Kembali ke awal bab


Protein
Asam Amino

Protein (Polipeptida)

Penggolongan Protein

Identifikasi Protein
 Protein merupakan senyawa makromolekul yang
tersusun atas asam amino.
 Protein yang berasal dari hewan disebut protein Denaturasi Protein
hewani
Contoh: susu dan telur.
 Protein yang berasal dari tumbuhan disebut protein
nabati
Contoh: kacang-kacangan.
Kembali ke daftar Isi Kembali ke awal bab
Asam Amino

 Asam amino merupakan senyawa monomer penyusun protein dengan


struktur sebagai berikut.

 Sifat-sifat asam amino:


 Dapat larut dalam air dan pelarut polar, tetapi sukar larut dalam pelarut
nonpolar.
 Bersifat amfoter.
 Dalam larutannya, membentuk zwitter ion.
 Bereaksi dengan asam nitrit menghasilkan gas N2.
 Bersifat optis-aktif (dapat memutar cahaya terpolarisasi) karena
mempunyai atom (kristal).

Kembali ke daftar Isi Kembali ke awal bab


Asam Amino

Penggolongan Asam Amino

Berdasarkan  Asam amino esensial


Pembentuknya  Asam amino nonesensial

Berdasarkan Struktur  Asam amino dengan rantai samping netral


Gugus R (Rantai  Asam amino dengan rantai samping asam
Samping)  Asam amino dengan rantai samping basa

Kembali ke daftar Isi Kembali ke awal bab


Protein (Polipeptida)

Struktur Protein

Sifat-Sifat Protein
 Membentuk zwitter ion di dalam air
 Dapat mengalami denaturasi (kerusakan struktur) akibat pemanasan, perubahan
pH, pelarut organik, gerakan mekanik, dan adanya ion logam
 Jika dilarutkan dalam air, mempunyai viskositas (kekentalan) lebih besar daripada
air. Viskositas tergantung pada jenis protein, bentuk molekul, konsentrasi, dan
suhu larutan
 Sebagian besar protein bersifat koloid hidrofil
 Dapat dihidrolisis menjadi asam amino dengan asam encer atau enzim protease

Kembali ke daftar Isi Kembali ke awal bab


Penggolongan Protein

• Protein nabati
Berdasarkan sumber asal • Protein hewani

• Protein globular (menggulung)


Berdasarkan bentuknya • Protein fibrous (memanjang berupa serat atau serabut)

Berdasarkan hasil • Protein majemuk


hidrolisisnya • Protein tunggal

• Protein struktural,
• Protein transpor atau pembangun
• Protein pelindung
Berdasarkan fungsinya • Protein cadangan • hormon
• Protein kontraktil

• α-keratin
Berdasarkan gugus alkil pada
• β-keratin
rantai protein
• Kolagen

Kembali ke daftar Isi Kembali ke awal bab


Identifikasi Protein

 Reaksi Biuret
Jika sampel protein ditambah beberapa tetes CuSO4 dan NaOH akan berwarna merah muda sampai
ungu. Uji ini dilakukan untuk mengetahui adanya ikatan peptida.

 Reaksi Xantoprotein
Jika sampel protein ditambah asam nitrat pekat dan dipanaskan akan berwarna kuning. Jika
ditambah basa, larutan akan berwarna jingga. Uji ini untuk mengetahui protein yang mengandung
inti benzena.

 Reaksi Millon
Jika sampel protein dipanaskan dengan merkuri nitrat (Hg(NO3)2) lalu ditambah asam nitrit akan
terbentuk cincin yang berwarna merah. Uji ini untuk mengetahui adanya asam amino dengan gugus
fenil.

 Reaksi Uji Belerang


Jika sampel protein direaksikan dengan NaOH lalu dipanaskan dan ditambah Pb(CH3COOH)2 atau
Pb(NO3)2akan terjadi endapan hitam yang berasal dari PbS. Uji ini untuk mengetahui adanya
belerang dalam protein.

Kembali ke daftar Isi Kembali ke awal bab


Identifikasi Protein

 Reaksi Sakaguchi
Jika sampel protein ditambah dengan pereaksi Sakaguchi (campuran naftol dan
natrium hipobromit) akan menghasilkan warna merah. Uji ini untuk mengetahui
adanya gugus guanidin dalam protein.

 Reaksi Hopkins-Cole
Jika sampel protein dicampur dengan pereaksi Hopkins-Cole kemudian
ditambahkan asam sulfat perlahan-lahan, campuran tersebut akan membentuk
lapisan di bawah larutan protein hingga terjadi cincin antara kedua lapisan. Uji
ini untuk mengetahui adanya gugus indol dalam protein.

 Reaksi Ninhidrin
Jika sampel asam amino atau protein ditambah dengan pereaksi ninhidrin, akan
terbentuk senyawa kompleks yang ditandai dengan warna biru-ungu pada
larutan. Senyawa kompleks tersebut terbentuk karena gugus –NH2 bebas
bereaksi dengan ninhidrin.

Kembali ke daftar Isi Kembali ke awal bab


Denaturasi Protein

Denaturasi protein dapat terjadi karena perlakuan-perlakuan berikut.


 Mencampur Protein dengan Larutan Garam (NaCl)
Sampel protein seperti albumin yang dicampur dengan larutan garam akan
mengalami saltingout. Hal ini disebabkan rusaknya ikatan peptida yang dimiliki
albumin oleh larutan garam.

 Memanaskan Protein
Memanaskan protein berarti menaikkan suhu protein. Suhu tinggi dapat
mengacaukan ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobik nonpolar pada molekul
protein.

 Menambahkan Alkohol pada Protein


Penambahan alkohol pada protein juga dapat merusak ikatan hidrogen.

Kembali ke daftar Isi Kembali ke awal bab


Lipid

Asam Lemak

Lemak

Fosfolipid

Lilin

 Lipid berasal dari bahasa Yunani lipos yang berarti lemak.


 Para ahli biokimia mengelompokkan lemak dan senyawa yang mirip lemak ke
dalam golongan lipid. Kesepakatan ini sudah disetujui Kongres Internasional
Kimia Murni dan Terapan (IUPAC).
Kembali ke daftar Isi Kembali ke awal bab
Asam Lemak

Pengertian
Asam lemak adalah asam organik golongan asam karboksilat yang berasal dari
hewan atau tumbuhan.

Asam Lemak Jenuh Asam Lemak Jenuh


Asam lemak jenuh tidak Asam lemak tidak jenuh
mengandung ikatan mengandung ikatan rangkap
rangkap dua pada rantai dua pada rantai karbonnya.
karbonnya.
Contoh:
Contoh:  asam oleat
 asam butirat  asam linoleat
 asam kaproat  asam palmitoleat
 asam miristat
 asam stearat

Kembali ke daftar Isi Kembali ke awal bab


Asam Lemak

Penggolongan
Berdasarkan proses sintesisnya, asam lemak dibedakan menjadi asam lemak
esensial dan asam lemak nonesensial.

 Asam lemak esensial adalah asam lemak yang tidak dapat disintesis oleh
tubuh dan hanya dapat diperoleh dari makanan.
Contoh: asam linoleat dan asam linolenat.
 Asam lemak nonesensial dapat disintesis tubuh dari nutrisi makanan.
Contoh: asam palmitat, asam stearat, dan asam oleat.

Kembali ke daftar Isi Kembali ke awal bab


Lemak

Pengertian Penggolongan
Lemak merupakan senyawa ester Lemak dibedakan menjadi dua
trigliserida yang terbentuk dari tiga
berdasarkan bentuk fisiknya yaitu lemak
asam lemak dengan gliserol.
dan minyak.

 Istilah lemak biasa digunakan untuk


lemak yang berbentuk padat pada
suhu ruangan. Lemak berbentuk
padat karena sebagian besar tersusun
atas asam lemak jenuh.
 Istilah minyak digunakan untuk lemak
yang berbentuk cair pada suhu
ruangan. Minyak tersusun atas asam
lemak tidak jenuh.

Kembali ke daftar Isi Kembali ke awal bab


Lemak

Reaksi pada Lemak


 Reaksi Hidrolisis
 Reaksi hidrolisis lemak berjalan dengan asam, basa, atau enzim tertentu. Hidrolisis
lemak dengan basa (NaOH atau KOH) menghasilkan gliserol dan garam asam lemak
yang biasa disebut sabun.
 Sabun dari NaOH adalah sabun keras, sedangkan sabun dari KOH adalah sabun
lunak/cair. Proses ini disebut penyabunan (saponifikasi).

 Reaksi Oksidasi
Reaksi oksidasi lemak atau minyak menimbulkan rasa dan bau tidak sedap. Proses ini
disebut ketengikan.

Kembali ke daftar Isi Kembali ke awal bab


Fosfolipid

 Fosfolipid atau fosfatidat adalah gliserida yang mengandung fosfor dalam


bentuk ester asam fosfat.

 Fosfatidil kolin (lesitin) berupa zat padat lunak seperti lilin, berwarna putih,
higroskopis, dan dapat berubah menjadi cokelat jika terkena cahaya.
 Asam lemak yang biasa menyusun lesitin antara lain asam palmitat, asam
stearat, asam oleat, asam linoleat, dan asam linolenat.

Kembali ke daftar Isi Kembali ke awal bab


Lilin

 Lilin merupakan ester dari asam lemak rantai panjang dengan alkohol rantai
panjang (antara 14 sampai 34 atom karbon).
 Lilin tidak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut lemak. Lilin tidak mudah
terhidrolisis dan tidak dapat diuraikan oleh enzim yang menguraikan lemak.
 Lilin dari lebah madu terbentuk dari campuran beberapa senyawa, terutama
mirisilpalmitat. Sementara itu, lilin dari paus sebagian besar terbentuk dari
setilpalmitat.

Kembali ke daftar Isi Kembali ke awal bab

Anda mungkin juga menyukai