Anda di halaman 1dari 8

MASALAH SOSIAL

“Resume faktor penyebab dan solusi terhadap kasus penyimpangan seksual”

Dosen Pengampu :
Dra. Dwiyanti Hanandini,
M.Si Drs. Wahyu Pramono, M.Si

Disusun Oleh :
HABIL YULIANDI
2210813056

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ANDALAS
Tahun 2023
A. Pengertian
->Penyimpangan seksual adalah -> kondisi ketika penderitanya merasakan
gairah seksual yang intens dan tidak normal secara berulang pada objek, aktivitas, atau situasi
yang umumnya tidak menimbulkan gairah seksual pada orang lain.
B. Dimensi
->1. Dimensi Biologis:
- Faktor Genetik: Beberapa penelitian menunjukkan adanya faktor genetik yang dapat
memengaruhi kecenderungan terhadap penyimpangan seksual.
- Faktor Hormonal: Perubahan hormonal atau disfungsi hormonal dapat memainkan peran
dalam mendorong perilaku seksual yang dianggap menyimpang.

2. Dimensi Psikologis:
- Gangguan Psikologis: Beberapa individu dengan penyimpangan seksual mungkin
mengalami gangguan psikologis, seperti gangguan kepribadian atau gangguan kecemasan.
- Trauma dan Pengalaman Masa Kecil: Beberapa kasus penyimpangan seksual dapat terkait
dengan pengalaman traumatis atau kekerasan seksual pada masa kecil.

3. Dimensi Sosial dan Budaya:


- Norma Seksual Masyarakat: Persepsi dan norma seksual dalam suatu masyarakat dapat
mempengaruhi cara individu mengartikan dan mengekspresikan seksualitas mereka.
- Teori Sosialisasi: Proses sosialisasi individu dalam masyarakat, termasuk nilai-nilai dan
norma-norma seksual yang dipelajari dari lingkungan sekitar.

4. Dimensi Hukum dan Etika:


- Hukum Seksual: Penyimpangan seksual dapat diukur berdasarkan standar hukum dan
etika yang berlaku di suatu negara atau wilayah.
- Penghakiman Moral: Pandangan moral dan etika masyarakat terhadap perilaku seksual
dapat memainkan peran dalam menentukan apa yang dianggap sebagai penyimpangan.

5. Dimensi Kesehatan Mental:


- Gangguan Seksual: Beberapa bentuk penyimpangan seksual dapat diidentifikasi sebagai
gangguan seksual yang memerlukan perhatian profesional di bidang kesehatan mental.
- Stigma dan Stres: Individu yang terlibat dalam perilaku seksual yang dianggap
menyimpang mungkin mengalami stres dan stigma, yang dapat memengaruhi kesehatan
mental mereka.

6. Dimensi Relasional:
- Hubungan Antarpersonal: Konteks relasional, termasuk dinamika dalam hubungan
antarpersonal, dapat memengaruhi bagaimana perilaku seksual diartikan dan diterima.
- Pengaruh Pasangan Seksual: Pengaruh dan persetujuan pasangan seksual juga dapat
memainkan peran dalam menilai apakah suatu perilaku dianggap sebagai penyimpangan.

7. Dimensi Perkembangan:
- Fase Perkembangan Seksual: Tahapan perkembangan seksual individu dapat
memengaruhi cara mereka menjelajahi dan mengartikan seksualitas.
- Perubahan Sikap Seksual seiring Waktu: Sikap dan perilaku seksual seseorang dapat
berubah seiring waktu, terkadang karena faktor perkembangan.

C. Asumsi
->1. Norma Seksual:
- Asumsi: Penyimpangan seksual diasumsikan sebagai perilaku atau preferensi seksual yang
melibatkan deviasi signifikan dari norma-norma seksual yang dianggap umum dalam
masyarakat tertentu.

2. Norma Budaya dan Moral:


- Asumsi: Asumsi ini didasarkan pada pandangan budaya dan moral yang berlaku di suatu
masyarakat. Penyimpangan seksual sering kali diukur dengan standar moral dan etika yang
berlaku dalam masyarakat tersebut.

3. Konsep Kesehatan Mental:


- Asumsi: Penyimpangan seksual sering dihubungkan dengan gangguan kesehatan mental
atau gangguan psikologis. Asumsi ini mencerminkan pandangan bahwa perilaku seksual yang
dianggap menyimpang dapat berkaitan dengan masalah mental atau emosional.
4. Teori Sosialisasi:
- Asumsi: Konsep ini melibatkan asumsi bahwa individu belajar norma-norma seksual dan
perilaku seksual dari lingkungan sosial dan budaya mereka. Penyimpangan seksual dapat
dianggap sebagai hasil dari sosialisasi yang tidak sesuai atau ketidakpatuhan terhadap norma-
norma tersebut.

5. Hukum dan Peraturan:


- Asumsi: Penyimpangan seksual dapat dilihat sebagai perilaku yang melanggar hukum atau
peraturan tertentu, dan asumsi ini muncul dari kerangka hukum dan normatif masyarakat.
D. Tahapan analisis
->1. Identifikasi Perilaku Menyimpang:
- Mengidentifikasi dan mendefinisikan perilaku atau tindakan yang dianggap menyimpang
dalam konteks masyarakat tertentu. Ini bisa mencakup pelanggaran norma-norma sosial,
hukum, atau nilai-nilai yang diakui.

2. Pemahaman Norma dan Nilai Masyarakat:


- Menganalisis norma-norma dan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Ini melibatkan
pemahaman tentang apa yang dianggap sebagai perilaku yang diterima dan sesuai dengan
norma-norma sosial yang berlaku.

3. Penetapan Konteks Sosial dan Budaya:


- Mempertimbangkan konteks sosial dan budaya di mana perilaku tersebut terjadi.
Penyimpangan sosial dapat diartikan secara berbeda dalam konteks yang berbeda, dan faktor-
faktor ini perlu dipertimbangkan dalam analisis.

4. Faktor Individu dan Lingkungan:


- Menilai faktor-faktor individu yang mungkin mempengaruhi perilaku menyimpang,
seperti pengalaman hidup, kondisi ekonomi, dan kesehatan mental. Juga mempertimbangkan
pengaruh lingkungan, baik keluarga, teman sebaya, atau lingkungan kerja.

5. Analisis Dampak Sosial dan Ekonomi:


- Menganalisis dampak sosial dan ekonomi dari perilaku menyimpang. Ini termasuk
pemahaman tentang bagaimana perilaku tersebut dapat memengaruhi individu, keluarga, dan
masyarakat secara lebih luas.
6. Pengukuran Frekuensi dan Sebaran:
- Mengukur sejauh mana perilaku menyimpang tersebar dan seberapa sering hal itu terjadi
dalam masyarakat. Pemahaman tentang frekuensi dapat memberikan wawasan tentang tingkat
prevalensi penyimpangan sosial.

7. Pengukuran Terhadap Standar Hukum:


- Memahami sejauh mana perilaku menyimpang melanggar hukum yang berlaku. Ini
melibatkan penelitian mengenai regulasi dan sanksi hukum yang terkait dengan perilaku
tersebut.

8. Analisis Terhadap Peran Lembaga Sosial:


- Menilai peran lembaga-lembaga sosial, seperti keluarga, sekolah, dan agama, dalam
membentuk atau mencegah perilaku menyimpang. Lembaga-lembaga ini dapat memiliki
dampak signifikan pada pembentukan nilai-nilai dan norma-norma masyarakat.
E. Perspektif Teori
->1. Perspektif Fungsionalisme:
- Dalam konteks fungsionalisme, penyimpangan seksual dapat dipahami sebagai hasil dari
ketidakseimbangan atau ketidakcocokan dalam fungsi sosial suatu masyarakat. Mungkin ada
ketidaksesuaian antara norma-norma sosial dan kebutuhan individu, sehingga individu
mencari cara alternatif untuk memenuhi kebutuhan mereka.
2. Perspektif Simbolik:
- Perspektif simbolik menekankan arti simbolik dan interpretasi yang diberikan oleh
individu terhadap tindakan seksual. Penyimpangan seksual dapat dianggap sebagai produk
dari persepsi dan makna yang diberikan oleh individu terhadap perilaku mereka dalam
konteks sosial tertentu.
3. Perspektif Interaksionisme Sosial:
- Teori interaksionisme sosial fokus pada interaksi individu dalam kehidupan sehari-hari
dan bagaimana norma-norma sosial dikonstruksi melalui interaksi tersebut. Penyimpangan
seksual dapat dijelaskan sebagai hasil dari proses interaksi di mana individu memperoleh
norma-norma atau norma alternatif.
.
F.Sumber Masalah
-> 1. Faktor Biologis:
- Gangguan Seksual: Ketidakseimbangan hormon atau gangguan seksual dapat
memengaruhi dorongan seksual dan perilaku seksual seseorang.
- Kondisi Kesehatan Mental: Beberapa gangguan kesehatan mental, seperti gangguan
kepribadian atau skizofrenia, dapat berhubungan dengan perilaku seksual yang dianggap
menyimpang.

2. Faktor Psikologis:
- Trauma dan Pengalaman Masa Kecil: Pengalaman traumatis atau pelecehan seksual pada
masa kecil dapat berkontribusi pada perkembangan penyimpangan seksual di kemudian hari.
- Gangguan Psikologis: Faktor-faktor seperti stres, kecemasan, atau depresi dapat
memengaruhi perilaku seksual seseorang.

3. Faktor Sosial dan Lingkungan:


- Kurangnya Dukungan Sosial: Individu yang mengalami isolasi sosial atau kurangnya
dukungan dari lingkungan dapat merasa lebih rentan terhadap penyimpangan seksual.
- Pengaruh Media dan Budaya: Pemaparan terhadap konten seksual yang merusak atau
norma-norma budaya yang kontradiktif dapat memengaruhi persepsi seksual dan perilaku.

4. Faktor Keluarga:
- Dysfunctional Family Dynamics: Dinamika keluarga yang tidak sehat, seperti
ketidakstabilan rumah tangga, kekerasan dalam rumah tangga, atau kurangnya pengawasan
orang tua, dapat berkontribusi pada perkembangan penyimpangan seksual.
- Pelecehan atau Pengabaian: Pengalaman pelecehan seksual atau pengabaian dalam
lingkungan keluarga dapat menjadi faktor penyebab penyimpangan seksual.

5. Faktor Pendidikan:
- Kurangnya Pendidikan Seksual: Pendidikan seksual yang tidak memadai atau kurangnya
pemahaman tentang batasan-batasan seksual sehat dapat meningkatkan risiko penyimpangan
seksual.
- Pelecehan di Sekolah: Pengalaman pelecehan seksual atau bullying di lingkungan sekolah
dapat memengaruhi perkembangan seksual individu.
G. Pendekatan
->Pendekatan terhadap penyimpangan sosial melibatkan berbagai strategi dan metode untuk
menganalisis, memahami, dan mengatasi perilaku yang dianggap melanggar norma-norma
sosial. Berikut beberapa pendekatan yang umumnya digunakan:

1. Pendekatan Fungsionalisme:
- Fungsionalisme menekankan bahwa penyimpangan sosial dapat memiliki fungsi dalam
mempertahankan keseimbangan sosial. Beberapa bentuk penyimpangan dapat berkontribusi
pada stabilitas masyarakat dengan memicu perubahan atau memenuhi kebutuhan tertentu.

2. Pendekatan Konflik:
- Pendekatan konflik menilai penyimpangan sosial sebagai hasil dari pertentangan
kepentingan antara kelompok-kelompok di masyarakat. Faktor ketidaksetaraan dan
ketidakadilan sosial diidentifikasi sebagai pendorong munculnya penyimpangan.

3. Pendekatan Interaksionisme Sosial:


- Interaksionisme sosial memeriksa bagaimana norma-norma sosial dihasilkan melalui
interaksi individu. Penyimpangan sosial diartikan sebagai konstruksi sosial yang berkembang
melalui proses interaksi.

4. Pendekatan Labelling:
- Pendekatan labelling mengatakan bahwa penyimpangan sosial sering kali dipengaruhi
oleh label atau stigmatisasi yang dilekatkan pada individu atau kelompok tertentu oleh
masyarakat atau lembaga kekuasaan.

5. Pendekatan Kontrol Sosial:


- Pendekatan ini mengamati bagaimana masyarakat mengontrol perilaku menyimpang
melalui sistem hukum, norma-norma sosial, dan institusi-institusi kontrol sosial lainnya.

6. Pendekatan Feminis:
- Pendekatan feminis menyoroti bagaimana ketidaksetaraan gender dan kekuasaan dapat
memainkan peran dalam munculnya dan menanggapi penyimpangan sosial.
7. Pendekatan Struktural-Fungsional:
- Struktural-fungsionalisme menganalisis peran penyimpangan sosial dalam
mempertahankan atau mengancam stabilitas sosial. Beberapa bentuk penyimpangan dapat
dilihat sebagai mekanisme yang membantu menjaga keseimbangan dalam masyarakat.
H.Kasus
->1. Kasus Pelecehan Seksual di Sekolah:
- Terdapat beberapa kasus pelecehan seksual yang melibatkan guru atau staf pendidikan
terhadap murid di sekolah. Kasus ini sering kali menimbulkan kekhawatiran besar di
masyarakat.
2. Pemerkosaan dan Kekerasan Seksual:
- Deskripsi: Kasus pemerkosaan dan kekerasan seksual terjadi di berbagai tingkatan,
melibatkan pelaku dari berbagai lapisan masyarakat. Beberapa kasus ini mendapatkan
perhatian media dan menjadi perbincangan luas di masyarakat.
3. Prostitusi
- Industri prostitusi, terutama di daerah tertentu, menjadi perhatian karena melibatkan
eksploitasi seksual. Upaya penegakan hukum dan pembinaan dilakukan untuk mengatasi
dampak negatif dari praktik prostitusi.
.

Anda mungkin juga menyukai