Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

SEJARAH MASUK DAN BERKEMBANYA ISLAM KE RIAU


Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Agama
Dosen : Sawalluddin S.Pd.I., M.Pd

Disusun Oleh:
Reyna Azzahara (2102014428)

PRODI DIII AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS RIAU
T.A. 2023/2024
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah, yang Maha Mengetahui dan Maha Melihat hamba-
hambanya. Alhamdulillah karena berkat rahmat dan karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah sejarah peradaban islam ini. Adapun maksud dan
tujuan kami disini yaitu menyajikan beberapa hal yang menjadi materi dari
makalah kami. Makalah ini membahas mengenai “Masuknya Islam ke
Riau”. Makalah ini menggunakan bahasa yang mudah dimengerti untuk para
pembacanya.
Kami menyadari bahwa didalam makalah kami ini masih banyak
kekurangan, kami mengharapkan kritik dan saran demi menyempurnakan makalah
kami agar lebih baik dan dapat berguna semaksimal mungkin. Akhir kata kami
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan dan penyempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 30 November 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................... i
DAFTAR ISI .......................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................... 1
A. Latar Belakang Makalah ............................................................. 1
B. Rumusan Makalah ....................................................................... 2
C. Tujuan Makalah .......................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................... 3


A. Sejarah Singkat Melayu Riau ...................................................... 3
B. Islam Masuk Ke Riau .................................................................. 4
C. Teori Tentang Tempat Asal Datangnya Islam Ke Riau .............. 6
D. Sejarah Kerajaan Dan Pengaruh Penyebaran Islam Di Riau ...... 9
E. Situs-Situs Peninggalan Sejarah Islam ........................................ 14

BAB III PENUTUP ............................................................................... 23


A. Kesimpulan ................................................................................. 23
B. Saran ............................................................................................ 23

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 24

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Lahirnya agama Islam yang dibawa oleh Rasulullah SAW, pada abad ke-
7 M. Islam merupakan gerakan raksasa yang telah berjalan sepanjang zaman
dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Masuk dan berkembangnya Islam
ke Indonesia dipandang dari segi historis dan sosiologis sangat kompleks dan
terdapat banyak masalah, terutama tentang sejarah perkembangan awal Islam.
Ada perbedaan antara pendapat lama dan pendapat baru. Pendapat lama
sepakat bahwa Islam masuk ke Indonesia abad ke-13 M dan pendapat baru
menyatakan bahwa Islam masuk pertama kali ke Indonesia pada abad ke-7 M.
Namun yang pasti, hampir semua ahli sejarah menyatakan bahwa daerah
Indonesia yang mula-mula dimasuki Islam adalah daerah Aceh. Datangnya
Islam ke Indonesia dilakukan secara damai, dapat dilihat melalui jalur
perdagangan, dakwah, perkawinan, ajaran tasawuf dan tarekat, serta jalur
kesenian dan pendidikan, yang semuanya mendukung proses cepatnya Islam
masuk dan berkembang di indonesia. Kegiatan pendidikan Islam di Aceh lahir,
tumbuh dan berkembang bersamaan dengan berkembangnya Islam di Aceh.
Konversi massal masyarakat kepada Islam pada masa perdagangan disebabkan
oleh Islam merupakan agama yang siap pakai, asosiasi Islam dengan kejayaan,
kejayaan militer Islam, mengajarkan tulisan dan hapalan, kepandaian dalam
penyembuhan dan pengajaran tentang moral.
Islam merupakan salah satu agama besar di dunia saat ini. Agama ini
lahir dan berkembang di Tanah Arab. Pendirinya adalah Nabi Muhammad
SAW. Agama ini lahir salah satunya sebagai reaksi atas rendahnya moral
manusia pada saat itu. Manusia pada saat itu hidup dalam keadaan moral yang
rendah dan kebodohan (jahiliah). Penyembahan berhala, pembunuhan,
perzinahan, dan tindakan rendah lainnya merajalela. Islam mulai disiarkan
sekitar tahun 612 di Mekkah.

1
Karena penyebaran agama baru ini mendapat tantangan dari
lingkungannya, Muhammad kemudian pindah (hijrah) ke Madinah pada tahun
622.Dari sinilah Islam berkembang ke seluruh dunia.
Muhammad mendirikan wilayah kekuasaannya di Madinah.
Pemerintahannya didasarkan pada pemerintahan Islam. Muhammad kemudian
berusaha menyebarluaskan Islam dengan memperluas wilayahnya. Setelah
Muhammad wafat pada tahun 632, proses menyebarluaskan Islam dilanjutkan
oleh para kalifah yang ditunjuk Muhammad. Sampai tahun 750, wilayah Islam
telah meliputi Jazirah Arab, Palestina, Afrika Utara, Irak, Suriah, Persia,Mesir,
Sisilia, Spanyol, Asia Kecil, Rusia, Afganistan, dan daerah-daerah di Asia
Tengah. Pada masa ini yang memerintah ialah Bani Umayyah dengan ibukota
Damaskus.
Pada tahun 750, Bani Umayyah dikalahkan oleh Bani Abbasiyah yang
kemudian memerintah sampai tahun 1258 dengan ibu kota di Baghdad. Pada
masa ini, tidak banyak dilakukan perluasan wilayah kekuasaan. Konsentrasi
lebih pada pengembangan ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan peradaban
Islam. Baghdad menjadi pusat perdagangan, kebudayaan dan ilmu
pengetahuan. Setelah pemerintahan Bani Abbasiyah, kekuasaan Islam
terpecah. Perpecahan ini mengakibatkan banyak wilayah yang memisahkan
diri. Akibatnya, penyebaran Islam dilakukan secara perorangan. Agama ini
dapat berkembang dengan cepat karena Islam mengatur hubungan manusia dan
Rob_Nya. Islam disebar luaskan tanpa paksaan kepada setiap orang untuk
memeluknya.

B. Rumusan Makalah
1. Bagaimana perkembangan Islam di Riau?
2. Bagaimana penyebaran dan perkembangan Islam di Riau?

C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui sejarah Islsm di Riau.
2. Untuk mengetahui penyebaran dan perkembangan Islam di Riau.
2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Singkat Melayu Riau


Imperium Melayu Riau adalah penyambung warisan Sriwijaya.
Kedatangan Sriwijaya yang mula-mula sejak tahun 517 s/d 683 dibawah
kekuasaan Melayu, dengan meliputi daerah Sumatera tengah dan selatan.
Sriwijaya-Sailendra bermula dari penghabisan abad ke-7 dan berakhir pada
penghujung abad ke-12. Kemaharajaan Melayu yang dimulai dari kerajaan
Bintan,Tumasik abad 12-13 M dan kemudian memasuki periode Melayu Riau
yaitu zaman Melaka abad 14-15 m, zaman Johor-Kampar abad 16-17 m, zaman
Riau-Lingga abad 18-19 m.
Paramesywara atau Iskandar Syah dikenal dengan gelar Sri Tri Buana,
Maharaja Tiga Dunia (Bhuwana, Kw, Skt berarti dunia), seorang pangeran,
keturunan raja besar. Ia sangat berpandangan luas, cerdik cendikia, mempunyai
gagasan untuk menyatukan nusantara dan akhirnya beliaulah pula yang
membukakan jalan bagi perkembangan islam di seluruh nusantara.
Paramesywara adalah keturunan raja-raja Sriwijaya-Saildendra. Raja Suran
adalah keturunan Raja Sultan Iskandar Zulkarnain di Hindustan yang melawat
ke Melaka, beranak tidak orang laki-laki. Diantara putranya adalah Sang Si
Purba, kawin dengan Ratu Riau. Dari puteranya menjadi turunan Raja Riau.
Sang Si Purba sendiri pergi ke Bukit Sigantung Mahameru (Palembang)
menjadi Raja dan kawin disana. Ia melawat ke Minangkabau dan menjadi Raja
Pagarruyung. Memencar keturunannya menjadi Raja-Raja Aceh dan Siak Sri
Indrapura.
Menurut Sejarah Melayu tiga bersaudara dari Bukit Siguntang menjadi
raja di Minangkabau, Tanjung Pura (Kalimantan Barat) dan yang ketiga
memerintah di Palembang yang menjadi Raja di Palembang adalah Sang Nila
Utama. Sang Nila Utama inilah yang menjadi Raja di Bintan dan Kemudian
Singapura.

3
Dalam hikayat Hang Tuah yang terkenal, ada disebutkan, raja di
"Keindraan" bernama Sang Pertala Dewa. Adapula tersebut seorang raja. Istri
baginda hamil dan beranak seorang perempuan yang diberi nama Puteri
Kemala Ratna Pelinggam. Setelah dewasa diasingkan ke sebuah pulau bernama
Biram Dewa. Sang Pertala Dewa berburu di pulau Biram Dewa tersebut.
Akhirnya kawin dengan Putri Kemala Ratna PeLinggam. Lalu lahir anaknya
yang dinamai Sang Purba. Setelah itu mereka naik "keindraan". Kemudian
turun ke Bukit Sigintang Mahameru. Sang purba dirajakan di bukit siguntang.
Sang Purba kawin dengan puteri yang berasal dari muntah seekor lembu yang
berdiri ditepi kolam dimana sang puteri sedang mandi. Lahir seorang putra
dinamai Sang Maniaka dan kemudian lahir pula putera yang kedua Sang Jaya
Mantaka, yang ketiga Sang Saniaka dan yang keempat Sang Satiaka. Sang
Maniaka dirajakan di Bintan dan singapura.

B. Islam Masuk ke Riau


Sebelum masuknya agama Islam ke daerah Riau, tidak ada seorangpun
dari penduduk Riau yang memegang agama tauhid. Agama penduduk asli
adalah anismisme yang percaya ruh nenek moyang dan para leluhur, kemudian
menyusul pada sebagian penduduk mereka yang beragama Budha dan sekali
berkembang menjadi Hindu-Budha. Dalam kesempatan ini, agar lebih jelas
pembahasan masuk Islam ke Riau dibatasi kepada beberapa daerah, yaitu:
Kuntu-Kampar, Rokan, Kuantan, Indragiri,dan Tapung. Menurut Sejarah Riau,
Kuntu-Kampar adalah daerah pertama-tama di Riau Daratan yang
berhubungan dengan orang-orang Islam (pedagang). Hal ini dimungkinkan
karena sejak zaman bahari daerah ini telah berhubungan dengan pedagang-
pedagang asing dari negeri Cina, India, dan Arab-Persia. Hubungan tersebut
didasarkan oleh kepentingan perdagangan, karena daerah lembah sungai
Kampar Kanan/ Kiri merupakan daerah penghasil lada terpenting di dunia
dalam periode 500-140 M. Oleh karena itu, tidak mengherankan kalau daerah
Kuntu-Kampar yang mula-mula dimasuki agama Islam.

4
Berdasarkan perjalanan para penyiar agama Islam yang datang sebagai
pedagang itu, maka besar kemungkinan pada abad pertama hijrah atau abad ke-
7 M agama Islam itu mungkin telah sampai di Riau, sebagaimana juga
disimpulkan oleh seminar masuknya islam ke nusantara di Aceh tahun 1980.
Meskipun Islam telah masuk pada abad ke-7 atau 8 Masehi di Riau, namun
penganut agama ini masih terbatas di lingkungan para pedagang dan penduduk
kota di pesisir pantai tersebut. Hal ini disebabkan karena kuatnya pengaruh
agama Budha yang merupakan agama Negara dalam kerajaan Sriwijaya waktu
itu.
Dari Kuntu, Islam diperkirakan menyebar ke Rokan dalam tahun 738/
1349. Saat mereka datang ke daerah ini, Rokan sudah memiliki kehidupan
bermasyarakat yang teratur, dipimpin oleh seorang raja yang berkedudukan
sebagai primus interperes bernama Raja Said. Masuknya pelarian-pelarian
Muslim dari Kuntu berhasil membawa pengikut-pengikut Raja Said memeluk
Islam, dan bahkan Raja Said sendiri akhirnya menjadi penganut islam yang
baik. Di sampaing di atas, terdapat pula pendapat-pendapat lainnya, ada yang
menyatakan Islam di Rokan berasal dari Lima Koto (Bangkinang,Kuok, Salo,
Rumbio dan Air Tiris) yang terletak di tepi Sungai Kampar Kanan.
Ada pula yang berpendapat bahwa islam yang masuk ke Rokan datang
dari Aceh (Kerajaan Samudera Pasai) pada abad ke 14. Kerajaan Pasei inilah
yang kemudian mensponsori berdirinya Kerajaan Rokan bernama Kerajaan
Kuntodar al-Salam yang dalam perkembangannya sejajar dengan Kerajaan
Aceh Daral-Salam. Akan tetapi, dalam abad ke 14 itu juga, Kunto Dar al-Salam
diserang majapahit. Baru pada abad ke 16, terutama melalui tokoh syekh
Burhanuddin bukan hanya diintensifkan kembali. Syekh Burhanuddin bukan
hanya sebagai mubalig,tetapi juga bertindak sebagai guru.
Dari Kuntu-Kampar dan Kunto Dar al-Salam, Islam menyebar ke
Kuantan dan Indragiri. Di antara ulama yang berjasa menyebarkan islam
kedaerah ini adalah syekh Burhanudin al-Kamil(Wafat 610/1214).

5
Islamisasi yang dilakukan Syekh ini sampai ke Kuantan, terus ke hilirnya
Muara Sungai Indragiri, seperti Sapat dan Prigiraja. Sumber lain menyebutkan
masuknya Islam ke Indragiri melalui pantai barat sumatera, dibawa oleh
seorang ulama bernama Sayed Ali al-Idrus. Jalur-Jalur yang dilaluinya adalah:
dari hadramaut singgah di Samudra Pasei, dan sampai dipantai barat Sumatera,
tepatnya kota Air Bangis. Di daerah ini ia tinggal berapa lama dalam tugas
mengembangkan agama Islam. Kemudian menuju timur dan sampai ke
Kerajaan Siak, terus ke Pelalawan.

C. Teori Tentang Tempat Asal Datangnya Islam ke Riau


a. Teori dari India
Ditemukan oleh Snouck Hurgronje : "Seolah sebagian bangsa India
memeluk Islam, maka orang-orang Islam dari India turut mengambil lalu
lintas dan emigrasi di Nusantara, dan mereka itulah yang memasukkan Islam
ke wilayah Nusantara." Kemudian pendapat ini jadi popular dan sebagian
orientalis menyetujuinya antaranya, R.O. Winstedt, B. Harrison dll.
Alasan dalam kukuhkan teori ini:
1. Batu-batu nisan awal yang dijumpai di alam melayu telah diimport
dari Kambay (Kembayat) Gujerat.
2. Peranan penting yang dimainkan oleh pedagang-pedagang Gujerat di
Kepulauan Melayu dan Kesannya terhadap penyebaran Islam.
3. Tradisi Kesusasteraan Melayu lebih mirip tradisi India Islam.
4. Catatan Marco Polo dan Ibn Batutah yang pernah melawat Alam
Melayu sekitar abad ke-13 dan 14 M.
5. Ditemukannya makam Sultan malik al-Salleh, pemerintah Pasai yang
disebut dalam Sejarah Melayu dan Hikayat Raja-raja Pasai sebagai
Pemerintah I di Kepulauan Melayu.
6. Kekukuhan teori Islam hanya tersebar sekitar abad 13 M.
Kelemahan Teori:
Kajian mutakhir perhubungan diantara Alam Melayu dan Tanah Arab
sebelum lahirnya Islam lagi.
6
Tidak tepat jika dikatakan batu nisan yang dijumpai menyerupai India,
jadi Islam dari India.
Bukan hanya pedagang India saja yang berdagang di Alam Melayu
tetapi juga dari tempat lain seperti China. Pedagang arab yang pergi ke
Canton juga singgah ke Alam Melayu sekurang-kurangnya untuk
mendapatkan bekal atau menunggu angin yang sesuai untuk meneruskan
pelayaran meraka dan masa inilah yang mereka gunakan untuk berdagang.
Tradisi kesusasteraan mulai berkembang jauh setelah Islam lama menginjak
dan berkembang luas di India.
b. Teori dari China
1. Prof.S.Q. Fatimi perpindahan besar-besaran orang Islam dari Canton
876 (atau 878) akibat pemberontakan yang terjadi dan menjatuhkan
korban hingga 100,000 150,000 orang Islam membuat mereka pergi
menuju Alam Melayu yang diantaranya menurut S. Naquib ke Kedah
dan Palembang. Selain itu, ke Champa, Brunei, pantai timur T.Melayu
(Patani, Kelantan, T'ganu dan Pahang) dan Jawa Timur.
2. Bukti dari batu nisan Syekh Abdul Qadir di Langgar, Kedah, batu
bertuliskan Phan-rang di Kamboja, batu nisan Pahang dan batu
bertuliskan Terenggganu 1303M. Pengaruh China ini dibuktikan dalam
bentuk Mesjid di Malaka dan Jawa seperti Pagoda.
3. Bukti yang dikemukakan cukup meyakinkan tetapi tidak bermakna
Islam hanya pada masa itu baru diperkenalkan di Alam Melayukarena
telah ada penempatan Islam di awal Tarikh tersebut terutama di utara
Sumatera.
c. Teori dari Tanah Arab
Teori ini mendapat banyak dukungan pada masa sekarang.
1. Hamka: ada bukti orang Arab telah berlayar ke Indonesia sebelum
kelahiran Nabi Muhammad untuk membeli rempah ratus dan kapur
barus yang hanya terdapat di Sumatera. Peta/lokasi Alam Melayu telah
lama berada di minda orang Arab.

7
2. 7M Islam telah sampai ke Sumatera ketika Muawiyah bin Abi Sofyan
mengirim utusan ke Rja Sriwijaya. Begitu pula Umar bin Abd Azis
telah menggiatkan dakwah dan perniagaan di Alam Melayu.
3. Pemerintahan Khalifah Sulaiman bi Malik mengirim 35 buah armada
ke muara Sabak di Jambi. Armada inilah yang di sebut-sebut berangkat
dari Ceylon ke Palembang 717M sebelum ke China.
4. Pedagang Arab telah berdagang di Alam Melayu sebelum Islam
masuk. Karena mereka telah memeluk agama Islam, maka mulailah
Islam masuk di Alam Melayu. Sebagian besar pedagang dari Yama,
Hadramaut dan Oman.pengislama Yaman atas usaha Ali bin Abi Thalib
mempunyai implikasi terhadap pengislaman Alam Melayu karena
merekalah yang menyebarkan Islam ketika singgah di Alam Melayu.
5. Bukti catatan sejarah pengislaman raja-raja di Alam Melayu dilakukan
oleh pendakwah dari Timur Tengah. Contohnya Maharaja Drebar II
yang memerintah Kedah pada 1136M telah memeluk Islam dari S.
Abdullah bin S. Ahmad dari Yaman dengan memakai nama beru Sultan
Muzafar Shah. Parameswara juga masuk Islam dari Syekh Abdul Azis
dari Jeddah dan berganti nama menjadi Sultan Muhammad Syah.
6. Islam telah sampai sejak pertama Hijrah ( abad ke-7M ) wujud
perkampungan islam di utara Sumatera yang dikenal sebagai Ta-Shih.
7. Pengaruh Arab dalam bahasa Melayu separti Kitab, Surat, Kertas, dll.
Begitu juga dengan nama orang Melayu yang berunsurkan kearaban.
8. Terdapat di Alam Melayu keturunan Arab separti Syed dan Syarifah.
Dari ketiga teori diatas, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya Islam
telah datang ke Tanah Melayu sejak abad ke-7 M. Akan tetapi baru
berkembang pesat sejak abad 11-15 M yakni sejak berdirinya Kerajaan
Islam di tanah Melayu yang memiliki peranan penting dalam penyebaran
Islam ke seluruh pelosok Alam Melayu.

8
D. Sejarah Kerajaan dan Pengaruh Penyebaran Islam Di Riau
Salah satu bentuk bukti-bukti penyebaran dan perkembangan agama
islam di Riau adalah dengan mengetahui beberapa sejarah penting tentang
kerajaan Islam di Riau.
a) Kesultanan Riau-Lingga.
Kesultanan Riau-Lingga adalah kerajaan Islam yang berpusat
Kepulauan Lingga yang merupakan pecahan dari Kesultanan Johor.
Kesultanan ini dibentuk berdasarkan perjanjian antara Britania Raya dan
Belanda pada tahun 1824 dengan Sultan Abdul Rahman Muadzam Syah
sebagai sultan pertamanya. Kesultanan ini dihapuskan oleh pemerintah
kolonial Belanda pada 3 Februari 1911.
Wilayah Kesultanan Riau-Lingga mencakup provinsi Kepulauan Riau
modern, tapi tidak termasuk provinsi Riau yang didominasi oleh Kesultanan
Siak, yang sebelumnya sudah memisahkan diri dari Johor-Riau. Kesultanan
ini memiliki peran penting dalam perkembangan bahasa Melayu hingga
menjadi bentuknya sekarang sebagai bahasa Indonesia. Pada masa
kesultanan ini bahasa Melayu menjadi bahasa standar yang sejajar dengan
bahasa-bahasa besar lain di dunia, yang kaya dengan susastra dan memiliki
kamus ekabahasa. Tokoh besar di belakang perkembangan pesat bahasa
Melayu ini adalah Raja Ali Haji, seorang pujangga dan sejarawan keturunan
Melayu-Bugis.
Riau-Lingga pada awalnya merupakan bagian dari Kesultanan Malaka,
dan kemudian Kesultanan Johor-Riau. Pada 1811 Sultan Mahmud Syah III
mangkat. Ketika itu, putra tertua, Tengku Hussain sedang melangsungkan
pernikahan di Pahang. Menurut adat Istana, seseorang pangeran raja hanya
bisa menjadi Sultan sekiranya dia berada di samping Sultan ketika mangkat.
Dalam sengketa yang timbul Britania mendukung putra tertua, Husain,
sedangkan Belanda mendukung adik tirinya, Abdul Rahman.

9
Traktat London pada 1824 membagi Kesultanan Johor menjadi dua:
Johor berada di bawah pengaruh Britania sedangkan Riau-Lingga berada di
dalam pengaruh Belanda. Abdul Rahman ditabalkan menjadi raja Riau-
Lingga dengan gelar Sultan Abdul Rahman Muadzam Syah, dan
berkedudukan di Kepulauan Lingga.
Sultan Hussain yang didukung Britania pada awalnya beribukota di
Singapura, namun kemudian anaknya Sultan Ali menyerahkan kekuasaan
kepada Tumenggung Johor, yang kemudian mendirikan kesultanan Johor
modern. Pada tanggal 7 Oktober 1857 pemerintah Hindia-Belanda
memakzulkan Sultan Mahmud IV dari tahtanya. Pada saat itu Sultan sedang
berada di Singapura. Sebagai penggantinya diangkat pamannya, yang
menjadi raja dengan gelar Sultan Sulaiman II Badarul Alam Syah. Jabatan
raja muda (Yang Dipertuan Muda) yang biasanya dipegang oleh bangsawan
keturunan Bugis disatukan dengan jabatan raja oleh Sultan Abdul Rahman
II Muadzam Syah pada 1899. Karena tidak ingin menandatangani kontrak
yang membatasi kekuasaannya Sultan Abdul Rahman II meninggalkan
Pulau Penyengat dan hijrah ke Singapura. Pemerintah Hindia Belanda
memakzulkan Sultan Abdul Rahman II in absentia 3 Februari 1911, dan
resmi memerintah langsung pada tahun 1913.
b) Kesultanan Daik -Lingga
Daik Lingga,Daik (Bekas Pusat Kerajaan Riau Lingga).Daik,
dahulunya hampir selama seratus tahun menjadi pusat kerajaan Riau-
Lingga, sekarang menjadi ibu kota Kecamatan Lingga, Kabupaten
Kepulauan Riau. Kota Daik yang terletak di sungai Daik, hanya dapat dilalui
perahu atau kapal motor di waktu air pasang. Kalau air surut, sungai Daik
mengering dan tak dapat dilalui. Perhubungan lainnya adalah melalui jalan
darat ke desa Resun di sungai Resun. Dari sana melalui sungai itu terus ke
muara (Pancur) yang terletak di pantai utara pulau Lingga, berseberangan
dengan Senayang.

10
Selama seratus tahun Daik menjadi pusat kerajaan, tentulah terdapat
berbagai peninggalan sejarah dan sebagainya. Raja-raja kerajaan Riau-
Lingga yang memerintah kerajaan selama periode pusat kerajaan di Daik
Lingga yaitu : Sultan Abdurakhman Syah (1812-1832), Sultan Muhammad
Syah (1832-1841), Sultan Mahmud Muzafar Syah (1841-1857), Sultan
Sulalman Badrul Alam Syah II (1857-1883) dan Sultan Abdurrakhman
Muazzam Syah (1883-1911).
❖ Mesjid Jamik Daik
Mesjid Jamik terletak di kampung Darat, Daik Lingga, dibangun pada
masa pemerintahan Sultan Muhammad Riayat Syah (1761-1812) pada masa
awal beliau memindahkan pusat kerajaan dari Bintan ke Lingga. Sumber
tempatan menyebutkan bahwa bangunan mesjid ini dimulai sekitar tahun
1803, dimana bangunan aslinya seluruhnya terbuat dari kayu. Kemudian
setelah Mesjid Penyengat selesai dibangun, maka bangunan Mesjid Jamik
ini dirombak dan dibangun lagi dari beton.
Mesjid ini di dalam ruang utamanya tidaklah mempergunakan tiang
penyangga kubah atau lotengnya. Pada mimbarnya terdapat tulisan yang
terpahat dalam aksara Arab-Melayu (Jawi), berisi : “Muhammad SAW.
Pada 1212 H hari bulan Rabiul Awal kepada hari Isnen membuat mimbar di
dalam negeri Semarang Tammatulkalam.” Tulisan ini memberi petunjuk,
bahwa mimbar yang indah ini dibuat di Semarang, Jawa Tengah dengan
memasukan motif-motif ukiran tradisional Melayu.
c) Kerajaan Indragiri
Indragiri berasal dari bahasa sansekerta yaitu “Indra” yang berarti
mahligai dan “Giri” yang berarti kedudukan yang tinggi atau negeri,
sehingga kata indragiri diartikan sebagai Kerajaan Negeri Mahligai
Kerajaan Indragiri diperintah langsung dari Kerajaan Malaka pada masa
Raja Iskandar yang bergelar Narasinga I.

11
Pada generasi Raja yang ke 4 (empat) barulah istana Kesultanan
Indragiri didirikan oleh Paduka Maulana Sri Sultan Alauddin Iskandarsyah
Johan Zirullah Fil Alamin bergelar Nara Singa II beristerikan Putri Dang
Purnama, bersamaan didirikannya Rumah Tinggi di Kampung Dagang.
❖ Raja-Raja Kerajaan Indragiri.
Adapun Silsilah dari Kerajaan ini sebagai berikut :
1. Raja Kecik Mambang alias Raja Merlang I. Memerintah pada tahun 1298
- 1337, beliau adalah Sultan Indragiri pertama yang merupakan Putra
Mahkota dari Kerajaan Melaka.
2. Raja Iskandar alias Nara Singa I. Memerintah pada tahun 1337 - 1400 M
dan merupakanSultan Indragiri ke dua.
3. Raja Merlang II bergelar Sultan Jamalluddin Inayatsya. Memerintah pada
tahun 1400 - 1473 M dan merupakan Sultan Indragiri ke tiga.
4. Paduka Maulana Sri Sultan Alauddin Iskandarsyah Johan Zirullah Fil
Alamin bergelar Nara Singa II. Memerintah pada tahun 1473 - 1452 M
dan merupakan Sultan Indragiri ke empat, dimakamkan di Pekan Tua /
Kota Lama.
5. Sultan Usulluddin Hasansyah. Memerintah pada tahun 1532 - 1557 M
dan merupakan Sultan Indragiri ke lima.
6. Raja Ahmad bergelar Sultan Mohamadsyah. Memerintah pada tahun
1557 - 1599 M dan merupakan Sultan Indragiri ke enam.
7. Raja Jamalluddin bergelar Sultan Jammalludin Keramatsyah.
Memerintah pada tahun 1559 - 1658 M dan merupakan Sultan Indragiri
ke tujuh.
8. Sultan Jamalluddin Suleimansyah. Memerintah pada tahun 1658 - 1669
M dan merupakan Sultan Indragiri ke delapan.
9. Sultan Jamalluddin Mudoyatsyah. Memerintah pada tahun 1669 - 1676
M dan merupakan Sultan Indragiri ke Sembilan.
10. Sultan Usulluddin Ahmadsyah. Memerintah pada tahun 1676 - 1687 M
dan merupakan Sultan Indragiri ke sepuluh.

12
11. Sultan Abdul Jalilsyah. Memerintah pada tahun 1687 - 1700 M dan
merupakan Sultan Indragiri ke sebelas.
12. Sultan Mansyursyah. Memerintah pada tahun 1700 - 1704 M dan
merupakan Sultan Indragiri ke dua belas.
13. Sultan Modamadsyah. Memerintah pada tahun 1704 - 1707 M dan
merupakan Sultan Indragiri ke tiga belas.
14. Sultan Musafarsyah. Memerintah pada tahun 1707 - 1715 M dan
merupakan Sultan Indragiri ke empat belas.
15. Raja Ali bergelar Sultan Zainal Abidin Indragiri. Pada awalnya beliau
merupakan Mangkubumi Indragiri kemudian menjadi Sultan Indragiri ke
lima belas yang memerintah pada tahun 1715 - 1735 M dan dimakamkan
di Kota Lama.
16. Raja Hasan bergelar Sultan Salehuddin Keramatsyah. Memerintah pada
tahun 1735 - 1765 M dan merupakan Sultan Indragiri enam belas.
Dimakamkan di Kampung Tambak sebelah hilir Kota Rengat.
17. Raja Kecik Besar bergelar Sultan Sunan. Memerintah pada tahun 1765
- 1784 M dan merupakan Sultan Indragiri ke tujuh belas. Dimakamkan
di Mesjid Daik Riau
18. Sultan Ibrahim. Memerintah pada tahun 1784 - 1815 M dan merupakan
Sultan Indragiri ke delapan belas. Ia adalah yang mendirikan kota Rengat
dan pernah ikut dalam perang Teluk Ketapang untuk merebut kota
melaka dari tangan Belanda pada tanggal 18 Juni 1784. Dimakamkan di
Mesjid Raya Rengat.
19. Raja Mun bergelar Sultan Mun Bungsu. Memerintah pada tahun 1815 -
1827 M dan merupakan Sultan Indragiri ke sembilan belas, beliau pernah
bertapa di puncak Gunung Daik.
20. Raja Umar bergelar Sultan Berjanggut Keramat Gangsal. Memerintah
pada tahun 1827 - 1838 M dan merupakan Sultan Indragiri ke dua puluh.

13
21. Raja Said bergelar Sultan Said Modoyatsyah. Memerintah pada tahun
1838 - 1876 M dan merupakan Sultan Indragiri ke dua puluh satu.
22. Raja Ismail bergelar Sultan Ismailsyah. Memerintah pada tahun 1876 M
- hanya seminggu naik tahta kerajaan kemudian meninggal dunia karena
sakit dan merupakan Sultan Indragiri ke dua puluh dua.
23. Tengku Husin alias Tengku Bujang bergelar Sultan Husinsyah.
Memerintah pada tahun 1877 - 1883M dan merupakan Sultan Indragiri
ke dua tiga. Dimakamkan di Raja Pura ( Japura).
24. Tengku Isa bergelar Sultan Isa Mudoyatsyah. Memerintah pada tahun
1887 - 1902 M dan merupakan Sultan Indragiri ke dua puluh empat.
Dimakamkan di Mesjid Raya Rengat
25. Raja Uwok. Sebagai Raja Muda Indragiri, memangku pada tahun 1902
- 1912 M.
26. Tengku Mahmud bergelar Sultan Mahmudsyah. Memerintah pada tahun
1912 - 1963 M dan merupakan Sultan Indragiri ke dua puluh lima. Oleh
T.N.I diberikan pangkat Mayor Honorair TNI dengan surat penetapan
Panglima T.N.I No. 228/PLM/Pers/1947 tanggal 11 Desember 1947.

E. Situs-Situs Peninggalan Sejarah Islam di Riau


Salah satu bukti nyata dari perkembangan dan penyebaran agama Islam
di Riau dapat kita lihat dari Situs-situs peninggalan sejarah islam di Riau
Seperti :
a. Masjid Raya Nur Alam Senapelan Tonggak Sejarah Islam Pekanbaru
Sebuah bangunan masjid megah yang didominasi warna kuning di daerah
Senapelan. Bangunan tempat ibadah kaum muslimin seluas 60 X 80 meter
itu dikenal dengan nama Masjid Raya Nur Alam. Sejarah nama Masjid Raya
Nur Alam yang juga dijuluki Masjid Alam ini, diambil dari nama kecil
Sultan Alamudin yaitu Raja Alam.

14
Dimana upacara menaiki bangunan ini dilakukan pada salat Jum'at yang
dipimpin oleh menantu Sultan Alamudin yaitu Imam Syaid Oesman
Syahabuddin, menantu Sultan Alamuddin, ulama besar kerajaan
Siak.Bangunan Masjid bersejarah itu terlihat masih berdiri kokoh di sudut
kota Pekanbaru.
Menurut sejarah rilisan takmir masjid ini, pada tahun 1762 Sultan
Abdul Jalil Alamuddin Syah memindahan kerajaan Siak Sri Indrapura dari
Mempura Besar ke Bukit Senapelan. Bukit Senapelan selanjutnya dikenal
sebagai Kampung Bukit. Dalam tradisi melayu, sebuah istana kerajaan
hendaknya dibangun bersama balai rapat dan masjid. Prasyarat tradisi itu
merupakan perwujudan dari filosofi ôTali Berpilin Tigaö dimana dasar
sebuah tata masyarakat melayu adalah adanya unsur pemerintah, adat dan
agama. Secara bentuk, bangunan Masjid Raya Pekanbaru telah mengalami
berbagai ubahan Awalnya masjid hanya berukuran kecil dan terbuat dari
kayu, menurut Dadang, salah satu pengurus masjid. Arsitektur bangun
masjid ini masih asli. Masjid ini hanya mengalami pelebaran saja,
mengingat umat muslim yang beribadah di masjid ini ini terus bertambah.
Masjid yang berdiri di luas tanah tanah sekitar setengah hektare ini,
memiliki nilai arsitektur tradisional yang amat menarik. Bangunan religius
yang merupakan peninggalan kerajaan Siak dan merupakan masjid batu
pertama yang dibangung di Pekanbaru. tdak banyak orang mengetahui,
komplek masjid inilah nama Pekanbaru bermula.
Pada masa pemerintahan Sultan Muhammad Ali Abdul Jalil
Muazzamsyah (1766-1779), komplek kerajaan ini mengalami kemajuan
pesat. Sebagai sebuah pusat pemerintahan, dibangunlah sarana pendukung
ekonomi berupa pasar. Islam dalam catatan banyak sejarawan disebarkan
oleh kalangan pedagang. Pasar yang saat itu disebut sebagai Pekan sudah
ada sebelumnya di komplek itu. bangunan pasar baru itu saat itu dinamakan
sebagai Pekan Baharoe.

15
Pada perkembanganya, kelaziman nama itu menjadi Pekanbaru dan
menjadi nama kota ini hingga kini. Masjid sebagai pusat kebudayaan islam
kental sekali terlihat. Seperti pada zaman awal islam, masjid juga digunakan
sebagai tempat untuk mengambil sumpah bagi orang yang akan memeluk
agama dan keyakinan islam.
Pada saat tribun berkunjung, H. Azhar Kasim, salah satu Imam masjid
tengah mengambil sumpah dalam dua kalimat syahadat dua orang warga
Rumbai. Misalnya, duaorang warga Rumbai ini menyatakan memeluk
agama islam, dan mengucap dua kalimat syahadat di masjid raya Pekanbaru
ini. Imam masjid, H.Azhar Kasim, yang mengislamkan dua perantau asal
Nias itu berpesan beberapa hal. Secara umum, rukun iman dan rukun islam
menjadi nasehat awal kepada Niu dan Feni. Islam itu agama yang universal
dan sesuai dengan nurani manusiaö ujar Azhar. Menurutnya, tidak ada
perantara dalam hubungan antara pencipta dengan hambanya dalam islam.
Disamping itu, ia juga menegaskan kepada dua muallaf itu, agar dalam
memeluk islam bukan karena adanya pemaksaan.Kedepan, masjid
bersejarah yang sedang dipugar ini akan difungsikan sebagai pusat kajian
dan kebuadyaan islam. Sebuah Islamic centre akan dibangun. Dengan
pembebasan tanah seluas 3,5 hektare, komplek Islamic Center ini akan
mengakomodir kebutuhan bermasyarakat umat islam secara luas. Gedung
serbaguna, pasar, pelabuhan hingga amphitheater akan dibangun guna
mesukseskan tujuan revitalisasi masjid ini. 3 zona terbagi dalam rancang
bangun kawasan masjid. Zona satu berupa Masjid sebagai tempat ibadah.
Zona dua berupa Islamic center mewakili balai kerapatan, dan zona tiga
adalah pelabuhan mewakili area istana. Ketiga zona tersebut, menurut
pengurus masjid merupakan perwujudan filosofi tiga berpilin yang menjadi
nafas kerajaan melayu.Terletak tak jauh dari pusat perbelanjaan Pasar
Bawah di Kecamatan Senapelan, di komplek masjid saksi dari penyebaran
awal agama islam ini terdapat komplek makam.

16
Selain tempat ibadah, pada bulan tertentu, Masjid Raya juga dijadikan
salah satu objek wisata religius andalan kota Pekanbaru. Wisatawan
domestik maupun luar negeri acapkali berkunjung ke masjid itu. Prosesi
adat mandi menjelang bulan puasa Mandi Balimau adalah salah satu tradisi
menjelang ramadhan yang oleh pemerintah setempat dijadikan salah satu
andalan sektir wisata. Mandi menjelang bulan ramadhan juga dikenal
dibeberapa tempat lain. Dalam tradisi jawa, tradisi mandi yang diadaptasi
dari kebiasaan pada sebelum islam itu dikenal sebagai padusan. Berbeda
dengan padusan, mandi balimau menggunakan beberapa jenis rempah, akar-
akaran, dan buah limau sebagai campuran air. Mandi balimau yang didaerah
Kampar dinamakan dengan Belimau Kasai ini kemudian dikemas sebagai
agenda wisata dan dikenal sebagai Petang Megang. Peziarah dan
pengunjung maupun wisatawan dalam maupaun dan luar negeri, acapkali
datang berkunjung. Peziarah dari berbagai penjuru umumnya datang untuk
berdoa di komplek makam Sultan Siak. Menurut Dadang, yang juga
mengurus komplek makam. Komplek makam memang terbuka untuk
peziarah umum.
b. Masjid Arrahman Tertua ke2 di Pekanbaru
Ternyata, setelah mendengar cerita seorang kakek yang bernama
Ibrahim salah satu saksi hidup berdirinya Mesjid Arrahman Pekanbaru
Riau. Ia bercerita bahwa Masjid yang berada di persimpangan jalan
Soedirman dan Jalan Nangka Pekanbaru ini "katanya" adalah masjid tertua
kedua di Kota Pekanbaru.
Dijelaskannya, lokasi bangunan Masjid Ar-Rahman merupakan tanah
wakaf dari Raden Sastro Pawiro Djaya Diningrat. Pembangunan masjid ini
dilakukan dengan swadaya masyarakat yang berada di sekitar Jalan
Sumatera dan wilayah Pekanbaru hingga ke Tangkerang. Namun begitu,
Raden Sastro merupakan donatur terbesar dan yang berperan penting
dalam pembangunan masjid ini.

17
"Raden Sastro memiliki banyak jasa dengan masjid ini, karena dialah
yang memberikan konstribusi besar untuk terwujudnya masjid ini. Tidak
hanya itu, yang menggagas masjid ini adalah Raden bersama masyarakat
sekitarnya," ujarnya sampil mempermainkan kacamata yang berada di
tangannya.
Dalam penuturannya, pembangunan masjid ini dimulai tahun 1930
hingga 1935. Saat itu, di sekitar masjid terdapat tiga rumah panggung.
Raden bersama masyarakat berswadaya membangun satu-satunya masjid
yang berada di tengah kota itu. Konsep pembangunan juga sangat
sederhana. Dinding, lantai, dan tiang masjid saat itu hanya berasal dari
papan biasa dengan atap daun dan bangunan berbentuk panggung dengan
ketinggian 1 meter. Luas bangunan juga hanya 8x8 m2. Masjid juga dicat
menggunakan oli bekas, sehingga warna masjid sedikit hitam kecoklatan
bergabung dengan warna papan.
Meski sederhana, warga Pekanbaru yang mayoritas muslim saat itu
terus memenuhi masjid tersebut. Mulai dari warga Jalan Sumatera,
Tangkerang, Cut Nyak Dien, A Yani hingga di Jalan Pinang. Apalagi
setelah tabuhan beduk disambut dengan suara azan terdengar saat
masuknya waktu salat.
“Dulu sangat ramai, bahkan masjid ini penuh. Terutama waktu beduk
yang saat itu ada ditabuhkan dan ditambah suara azan dari muazin. Begitu
mereka masuk, lantai papan masjid berderak-derak (berbunyi), apalagi
saat kita sedang melaksanakan ibadah salat jamaah. Bisa dikatakan tidak
pernah tidak penuh masjid ini pada masa itu," ujar lelaki yang lahir 20
Agustus 1932 itu.
Melihat kondisi ini, sekitar tahun 1960 warga mulai berswadaya
menurunkan bangunan masjid itu dari panggung menjadi tidak panggung.
Namun kondisi bangunan tetap sama tanpa ada perubahan. Pasalnya saat
itu, Raden yang rumahnya saat itu berada tepat di atas tanah yang saat ini
berdiri gedung delapan lantai PT Surya Dumai.

18
"Kalau ditotal sebelum Pemko, kami sudah memrenovasi masjid ini
sebanyak dua kali. Yaitu tahun 1935 dan 1960 yang lalu. Pemko sendiri
baru merenovasi masjid ini sekitar tahun 2005 yang lalu," jelasnya.
Pada tahun 2004 yang lalu Pemerintah Kota Pekanbaru telah melakukan
pembebasan lahan yang berada di sekitar mesjid Ar-Rahman. 4.700 meter
persegi tanah yang dibebaskan, dan saat ini lah yang dibangun Masjid Ar-
Rahman dan Gedung BAZ serta KPU Pekanbaru. Setelah itu sekitar tahun
2006 lalu pemerintah Provinsi Riau membantu bangunan sekitar 610 meter
persegi.
Banyak perubahan yang terjadi di masjid ini, bahkan bisa dikatakan
berubah 100 persen. Dari sebuah masjid yang kecil saat ini berubah
menjadi sebuah masjid yang sangat mengah. Tak ayal, Pemko Pekanbaru
menasbihkannya menjadi salah satu ikon Kota Bertuah ini. Namun satu
yang tak akan pernah hilang diingatan Ibrahim, sesaat ketika Ustadz
Abdullah Hasan yang tidak lain adalah orangtua dari Wali Kota Pekanbaru
Drs H Herman Abdullah MM menyampaikan tausiahnya yang memang
kerap dilakukan. "Bentuk bangunan bisa berganti, tetapi nilai sejarah yang
terkandung tidak akan hilang. Satu hal yang tidak akan saya lupakan yaitu
pesan dari Uztad Abdullah Hasan dalam dakwahnya," ujarnya kakek
bernama Ibrahim itu.
c. Istana Kerajaan Siak
1. Sejarah Pembangunan
Istana Siak ini merupakan bukti sejarah kebesaran kerajaan Melayu
Islam di Riau. Istana ini dibangun oleh Sultan Assyaidis Syarif Hasyim
Abdul Jalil Syaifuddin pada tahun 1889, dengan nama ASSERAYAH
HASYIMIAH lengkap dengan peralatan kerajaan. Sebelum
pembangunan istana dilakukan, Sultan melakukan lawatan ke negeri
Belanda dan Jerman. Kemungkinan, pengalaman selama di Eropa ikut
mempengaruhi corak arsitektur Istana Siak.

19
Saat ini, di dalam istana masih bisa ditemukan berbagai koleksi
yang bernilai tinggi, seperti:
• kursi singgasana sultan yang bersalut emas
• payung
• senjata kerajaan Melayu
• bendera kerajaan Siak
• replika mahkota Kerajaan Siak
• setanggi pembakar
• canang
• alat musik komet buatan Jerman, yang memiliki piringan bergaris
tengah 90 cm, berisikan lagu-lagu Mozart dan Bethoven.
• kursi dan meja yang terbuat dari kayu, kristal dan kaca
• lampu kristal warna-warni
• berbagai bentuk lemari dan senjata
• dan beraneka bentuk koleksi cendera mata dari negeri sahabat.
Selain benda-benda tersebut, terdapat sebuah cermin peninggalan
permaisuri sultan yang disebut cermin Ratu Agung. Ada keyakinan
yang berkembang di masyarakat bahwa, jika sering bercermin di depan
Ratu agung, maka akan membuat kulit awet muda.
2. Lokasi
Istana ini terletak di Kabupaten Siak Sri Indrapura, berjarak lebih
kurang 125 km. dari Pekanbaru, Riau, Indonesia.
3. Luas
Bangunan Istana Siak berdiri di atas areal tanah seluas ± 28.030 m2.
4.Arsitektur
Corak arsitektur Istana Siak menunjukkan adanya perpaduan gaya
arsitektur Melayu,Arab dan Eropa. Istana ini masih berdiri megah
hingga saat ini setelah dilakukan beberapa kali renovasi.

20
Pada pintu gerbang masuk, terdapat hiasan berupa sepasang burung
elang menyambar dengan sorot mata tajam, seolah-olah mengawasi
semua orang yang akan masuk ke areal istana. Istana Siak terdiri atas
dua lantai, lantai bawah dan lantai atas. Pada setiap sudut bangunan
terdapat pilar berbentuk bulat. Sedangkan pada bagian ujung puncak
terdapat hiasan burung garuda. Semua pintu dan jendela berbentuk
kubah dengan hiasan mozaik kaca. Lantai bawah terdiri dari 6 ruangan
yang berfungsi untuk menerima tamu dan ruang sidang. Di dalamnya
terdapat ruang besar utama yang terbagi atas ruang depan istana, ruang
sisi kanan, ruang sisi kiri, dan ruang belakang. Sedangkan lantai atas
terdiri dari 9 ruangan yang berfungsi untuk istrahat sultan, keluarga atau
kerabat sultan dan para tamu kerajaan.
Selain bangunan utama, di dalam komplek Istana Siak juga terdapat
bangunan lain, yaitu:
a. Istana Baru
Istana ini berada di sebelah barat bangunan utama. Dibangun pada
masa sultan yang terakhir. Denah dasar bangunan ini berbentuk
persegi empat berukuran 19 m x 15,7 meter. Terdiri dari enam ruangan
yaitu ruang depan, ruang tamu, ruang kerja, ruang makan, dan 2 buah
kamar tidur. Pada bagian samping kanan dan kiri terdapat teras.Istana
Baru dahulu difungsikan untuk tempat tinggal permaisuri sultan pada
waktu hamil. Sekarang digunakan untuk tempat tinggal keturunan
sultan.
b. Istana Panjang
Istana ini hanya tinggal lubang-lubang bekas tonggak (tiang) yang
terletak di sebelah timur bangunan utama istana. Berdasarkan
penuturan dari keluarga keturunan sultan, dahulu Istana Panjang
tersebut terbuat dari kayu.

21
c. Istana Limas
Saat ini, bentuk bangunan istana sudah tidak ada. Konon, dahulu
istana ini juga terbuat dari kayu.
d. Gardu Jaga Lama
Gardu jaga lama berbentuk bulat silinder, terbuat dari batu bata.
Diameternya berukuran 3 m. dengan 1 buah pintu di depan berbentuk
kubah. Terletak di sebelah kiri bangunan istana baru.
e. Dapur dan Kolam Istana
Dapur istana terletak di belakang kanan bangunan istana baru.
Sekarang yang masih tersisa adalah bagian dinding, terdiri dari 3
ruangan berjajar. Bangunan ini relatif kurang terawat dan sekarang
difungsikan sebagai gudang. Di depan dapur istana ini terdapat kolam
istana berbentuk bulat dengan diameter 5,30 m dan tinggi fondasi 40
cm. Adapun ketebalan dinding sekitar 26 cm.
f. Perencana
Sebagian orang berpendapat, arsitek atau perencana istana ini
adalah seorang arsitek berkebangsaan Jerman. Namun tidak diketahui
secara pasti siapa namanya.

22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ada beberapa hal yang dapat kami simpulkan dari beberapa
pembahasan yang berhubungan dengan penyebaran perkembangan agama
Islam Di Riau, yaitu :
1. Perkembangan dan penyebaran agama Islam di Riau dimulai dengan
perkembangan secara sedikit-sedikit melalui rasa keingin tahuan
masyarakat Riau itu sendiri pada mulanya.
2. Perkembangan Islam di Riau ,tidak terlepas dari pejuangan tokoh-tokoh
penting dalam sejarah seperi Raja Ali haji dan beberapa pembesar kerajaan
– kerajaan Islam di Riau seperti Kerajaan Siak ,daik, serta kerajaan yang
ada di daerah indra giri.
3. Salah satu bukti nyata perkembangan dan penyebaran agama islam di Riau
adalah Situs- situs sejarah yang ada di Riau itu sendiri seperti : Masjid
Masjid Raya Nur Alam Senapelan, Masjid Arrahman Tertua ke2 di
Pekanbaru,Istana kerajaan Siak.
4. Situs Sejarah pulau Penyengat.

B. Saran
Demikian beberapa pembahasan mengenai Perkembangan agama Islam
di Riau, Adapun beberapa saran yang ingin kami sampaikan adalah :
1. Mempelajari tentang Perkembangan Islam di Riau seharusnya membuat
kita sadar bawha, cukup banyak situs – situs bukti penyebaran agama
Islam di Riau, Oleh karena Itu kita Wajib untuk bangga karena menjadi
Warga penduduk Riau.
2. Dengan adanya Situs-situs sejarah islam di Riau hendaknya memotivasi
kita untuk menjaga Aset daerah kita, sehingga dapat di jadikan ladang
baru untuk kita bias mendatangkan minat wisatawan dating ke
Riau,sehingga dapat menambah asset daerah.

23
3. Menjaga peninggalan-peninggalan sejarah di Daerah kita (Riau)
seharusnya selalu kita lakukan generasi Riau kedepannya dapat
mengetahui sejarah Islam di daerahnya.
4. Dan yang terakhir yang paling penting dari kita mempelajari Sejarah
perkembangan serta penyebaran Islam di Riau adalah Agar kita bisa
melihat kebesaran-kebesaran Allah. S.W.T dalam penciptaan mahluk dan
dapat meningkatkan taraf keiman dan takwaan kita kepada –Nya.

24
DAFTAR PUSTAKA

Abie, Deni (2008). ”Perkembangan Islam” [online]. Perkembangan islam.


Diambil dari: http://www.riau.go.id.
------2000. .Pertumbuhan dan Perkembangan Kota Kota Muslim di Indonesia.
Jakarta, PT. Menara Kudus.
Tjandrasasmita Uka 1993. (ditor Khusus): Jaman Pertumbuhan Dan
Perkembangan Kerajaan-Kerajaan Islam Di Indonesia. Dalam Sejarah Nasional
Indonesia III. , Jakarta.Departemen Pendidikan dan Kebudayaan bp Balai Pustaka.

25

Anda mungkin juga menyukai