KEPERAWATAN MATERNITAS
Disusun Oleh :
Tingkat II.A
2023/2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kehadirat Allah Swt. atas segala rahmat-Nya sehingga Buku
ini dapat tersusun sampai selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan
baik pikiran maupun materi.
Penulis sangat berharap semoga buku ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar buku ini bisa
pembaca praktikkan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam
penyusunan buku ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk
itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan buku ini.
Penulis
NAMA KELOMPOK
Nama Kelompok
1.pengertian
Pemeriksaan fisik ibu hamil adalah pemeriksaan tubuh pasien/ ibu hamil secara
keseluruhan atau hanya bagian tertentu yang dianggap perlu untuk memperoleh data
yang sistematisndan komprehensif, membuktikan hasil anamnesa, menentukan
masalah dan merencanakan tindakan
2.tujuan
1) Untuk mengumpulkan data dasar tentang kesehatan pasien
2) Mengetahui Kesehatan ibu dan janin
3) Untuk membuat keputusan klinik
4) Menegakkan diagnosis kebidanan
5) Mengembangkan rencana asuhan yang paling sesuai dengan kondisi ibu
3.Prosedur
PERSIAPAN
1.Pengukuran TB dan BB
2. Tensi meter
3.Stetoskop binokuler/monoral/vetoskop
4.Thermometer
5.Pita pengukur LILA
6.Nierbekken
7.Tong Spatel + Gaas
8.Senter
9.Pita CM
10.Stetoskop Pinard
11. Dopton/Dopler + Jelly
12. Tissue
13.Jangka Panggul
14.Refleks Hammer
15.Sarung tangan/Handscound
16.Schrem
17.Tissue
18.Stetoskop
19. Jam Tangan
PELAKSANAAN
1. Memberi tahu ibu mengenai tindakan dan prosedur yang akan dilakukan
2. Menyiapkan alat-alat dan bahan pemeriksaan
3. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun cair dan air mengalir lalu
mengeringkannya
4. Menjaga privasi ibu dengan menutup pintu tirai (screem)
5. Melakukan penilaian secara sistematis keadaan umum pasien, dengan inspeksi
terhadap keadaan umum, warna kulit, tekstur kulit dan pigmentasi
6. Mengukur tinggi dan berat badan dan lingkar lengan atas
7. Mengatur posisi pasien senyaman munngkin
8. Melakukan pengukuran vital sign
9. Melakukan pemeriksaan pada rambut
10.Melakukan pemeriksaan pada wajah
11. Melakukan pemeriksaan pada mata ( konjungtiva dan sklera )
12.Melakukan Inspeksi pada hidung dan telinga telinga
13.Melakukan pemeriksaan pada mulut
14.Melakukan pemeriksaan pada leher ( Kelenjar limfe dan tiroid )
15.Melakukan pemeriksaan pada dada ( Benjolan, kolostrum, puting, areola)
16.Melakukan Inspeksi pada abdomen ( luka bekas operasi, pembesaran abdomen)
17.Melakukan Palpasi pada abdomen ( leopold 1, II, III, IV )
18.Melakukan Auskultasi pada abdomen
19.Melakukan pengukuran Mc. Donald
20.Melakukan Perkusi pada abdomen
21.Melakukan pemeriksaan pada ekstremitas
22.Melakukan Vulva Higiene
23.Melakukan pemeriksaan pada genitalia luar dan dalam
24. Melakukan pemeriksaan reflek patella
PEMERIKSAAN KEPALA
a. Tujuan : Untuk mengetahui bentuk dan fungsi kepala
b. Cara kerja :
1. Atur pasien dalam posisi duduk atau berdiri (tergantung pada kondisi pasien
dan jenis pemeriksaan yang akan dilakukan.
2. Bila pasien memakai kacamata, anjurkan untuk melepasnya.
3. Lakukan inspeksi yaitu dengan memperhatikan kesimetrisan
muka,tengkorak, warna dan distribusi rambut serta kulit kepala
4. Muka normalnya simetris antara kanan dan kiri. Ketidaksimetrisan
mukadapat merupakan suatu petunjuk adanya kelumpuhan parase saraf
ketujuh.
5. Bentuk tengkorak yang normal adalah simetris dengan bagian frontal
menghadap kedepan dan bagian pariental menghadap ke belakang.
6. Distribusi rambut sangat bervariasi pada setiap orang dan kulit
kepalanormalnya tidak mengalami peradangan, tumor maupun
bekasluka/sikatrik.
7. Lanjutkan pemeriksaan dengan palpasi untuk mengetahui keadaan
rambut,massa, pembengkakan, nyeri tekan, keadaan tengkorak, dan kulit
kepala.Palpasi tulang, tengkorak pada bayi dilakukan juga dengan tujuan
untuk mengtahui ukuran fontanella.
PEMERIKSAAN MATA
a. Tujuan : Untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata
- Sebelum melakukan pemeriksaan, harus tersedia sumber
penerangan/lampuyang baik dan ruang gelap untuk tujuan tertentu
- Pasien harus diberitahu sebelumnya sehingga ia dapat bekerja sama
- Untuk mempermudah pemeriksaan, bidan dapat berdiri atau duduk
dihadapan pasien
- Dalam pemeriksaan selalu bandingkan antara mata kanan dengan mata kiri.
Normalnya mata berbentuk bulat/sperik
Inspeksi :
PEMERIKSAAN TELINGA
a. Tujuan: untuk mengetahui keadaan telinga luar, slauran telinga,
gendangtelinga/membran timpanidan pendengaran.
- Telinga mempunyai fungsi sebagai alat pendengaran dan
menjagakeseimbangan.
- Menurut struktur anatominya, telinga dapat dibagi menjadi tiga bagian :
Telinga luar : aurikel (pinna) dan saluran pendengaran luar
Telinga tengah (rongga timpani) terpisah dengan telinga luar oleh
adanyamembran timpani (gendang telinga). Terdapat komponen
pendengaran(maleolus, inkus, stapes) yang berhungan dengan
tubaeustasia(pendengaran), sinus-sinus mastoid, telinga luar dan
telinga dalam.
Telinga dalam : labirin yang bertulang dan bermembran yang
meliputikohlea, vestibulum, dan saluran, semiskular.
b. Alat-alat yang perlu dipersiapkan dalam pemeriksaan fisik telinga, antaralain :
otoskop, garpu tala, arloji.
c. Cara Kerja:
Inspeksi dan Palpasi
1) Bantu pasien dalam posisi duduk. Pasien yang masih anak-anakdapat
diatur duduk di pangkuan orang lain.
2) Atur posisi anda menghadap pada sisi telinga pasien yang
akandiperiksa.
3) Untuk pencahayaan, gunakan auroskop, lampu kepala atau
sumbercahaya yang lain sebagai tangan anda akan bebas kerja.
4) Mulailah mengamati telinga luar, periksa keadaan pinna
terhadapukuran, bentuk, lesi dan adanya massa.
5) Lanjutkan pemriksaan palpasi dengan memegang telinga luardengan
jempol dan jari telunjuk.
6) Palpasi kartilago telinga luar secara sistematis dari jaringan lunak,
jaringan keras dan catat bila ada nyeri.
7) Tekan bagian tragus ke dalam dan tekan pula tulang telinga di bawah
daun telinga. Bila ada peradangan maka pasien akan merasa nyeri.
8) Bandingkan telinga kiri dan telinga kanan.
9) Bila diperlukan, lanjutkan pemeriksaan telinga bagian dalam.
10) Pegang bagian pinggir daun telinga/heliks dan secara perlahan-lahan
tarik daun telinga ke atas dan kebelakang sebagi lubang telinga
menjadi lurus dan mudah diamati. Pada anak-anak dauntelinga
ditarik ke bawah.
11) Amati pintu masuk lubang telinga dan pertikan ada tidaknya
peradangan, peredaran, kotoran/serumen.12)
12) Dengan hati-hati amsukkan otoskop yang menyala kedalam
lubangtelinga.13)
13) Bila letak otoskop sudah tepat, letakkan mata di eye-piece.14)
14) Amati dinding lubang telinga thd kotoran, serumen,
peradangan/adanya benda asing.15)
15) Amati membran timpani mengenai bentuk, transparansi, kilau,
perforasi terhadap adanya darah/cairan.
Pemeriksaan pendengaran:
1) Pemeriksaan pendengaran dilakukan untuk mengetahui fungsi
telinga
2) Secara sederhana pendengaran dapat diperiksa dengan
menggunakansuara bisikan.
3) Pendengan yang baik akan dengan mudah dapat mengetahui adanya
bisikan.
4) Bila pendengaran dicurigai tidak berfungsi baik, maka
pemeriksaanyang lebih teliti dapat dilakukan yi dengan
menggunakan garpu talaatau test audiometri
Pemeriksaan pendengaran dengan bisikan :
1) Atur posisi pasien berdiri membelakangi anda pada jarak sekitar 4,5-
6meter.
2) Anjurkan pasien untuk menutup salah satu telinga yang tidak
diperiksa.
3) Bisikan suatu bilangan (mis 76)
4) Beritahu pasien untuk mengulang bilangan yang didengar.
5) Pemeriksaan telinga yang satunya dengan cara sama.
6) Bandingkan kemampuan mendengar telinga kanan dan kiri pasien
Pemeriksaan pendengaran dengan arloji
1) Pegang sebuah arloji disamping pasien.
2) Suruh pasien menyatakan apakah mendengar detak arloji.
3) Pindah posisi arloji perlahan-lahan menjauhi telinga dan suruh
pasienmenyatakan bila tak dapat mendengar lagi. Normalnya detak
arlojimasih dapat didengar sampai jarak sekitar 30 cm dari telinga.
4) Bandingkan telinga kanan dan telinga kiri.
Pemeriksaan pendengaran dengan garpu tala :
1) Tujuan : untuk mengetahui kualitas pendengar secara lebih teliti2)
2) Pemeriksaan garpu tala dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu :
pemeriksaan rinne dan pemeriksaan weber.
3) Pemeriksaan rinne dilakukan untuk membandingkan antara
konduksiudara dengan konduksi tulang. Normalnya konduksi udara
lebih baikddibandingkan dengan konduksi tulang.
4) Pemeriksaan weber digunakan untuk mengetahui lateralisasi
fibrasi(getaran, yang dirasakan baik oleh telinga kanan maupun kiri).
Normalnya vibrasi/suara dirasakan ditengah-tengah kepala atau
seimbang antara 2 telinga.
PEMERIKSAAN FISIK HIDUNG DAN SINUS-SINUS
a) Tujuan : Untuk mengetahui keadaan bentuk dan fungsi hidung.Pemeriksaan hidung
dimulai dari bagian luar, bagian dalam lalu sinus-sinus-sinus, pasien dipersiapkan
dalam posisi duduk bila memungkinkan.
b) Peralatan yang dipersiapkan, antara lain :
- otoskop
- spekulum hidung
- cermin
- kecil.
- Sumber penerangan/lampu
c) Cara kerja pemeriksaan fisik hidung dan sinus-sinus
Inspeksi dan palpasi hidung bagian luar palpasi sinus-sinus:
1) Duduklah menghadap pada pasien.
2) Atur penerangan dan amati hidung bagian luar sisi depan,samping dansisi
atas.perhatikan bentuk/tulang hidug dari ketiga sisi ini.
3) Amati keadaan kulit hidung terhadap warna dan pembengkakan.
4) Amati kesimentrisan lubang hidung.
5) Lanjutkan dengan melakukan palpasi hidung luar dan catat biladitemukan
ketidaknormalan kulit/tulang hidung.
6) Kaji mobilitas septum hidung.
7) Palpasi sinus maksilaris,frontalis dan etmoidalis,perhatikan terhadapadanya
nyeri tekan.
Inpeksi hidung bagian dalam:
1) Duduklah menghadap pada pasien.
2) Pasang lampu kepala.
3) Atur lampu sehingga sisi untuk menerangi lubang hidung.
4) Elevasikan ujung hidung pasien dengan cara menekan hidung secararingan
dengan ibu jari anda,kemudian amati bagian anterior lubanghidung.
5) Amati posisi septum hidung dan kemungkinan adanya perfusi.
6) Amati bagian turbin interior.
7) Pasang ujung spekulum hidung pada lubang hidung sehingga ronggahidung
dapat diamati.
8) Untuk memudahkan pengamatan pada dasar hidung maka atur posisikepala
sedikit menengadah.
9) Dorong kepala menengadah sehingga bagian atas rongga hidung mudah
diamati.
10) Amati bentuk dan posisi septum, kartilago dan dinding-dinding ronggahidung
serta selaput lendir pada rongga hidung(warna, sekresi, bengkak).
11) Bila sudah selesai,lepas spekulum secara perlahan-lahan.
PEMERIKSAAN FISIK MULUT DAN FARING
a. Tujuan : Untuk mengetahui keadaan mulut dan faring Pemeriksaan mulut dan faring
dilakukan dengan posisi pasien duduk.Pencahayaan harus baik sehingga semua bagian
dalam mulut dapat diamatidengan jelas.Pemeriksaan dimulai dengan mengamati bibir,
gigi, gusi, selaput lendir, pipi bagian dalam,lantai dasar mulut dan palatum/langit-
langit mulut,kemudian faring
inspeksi :
1) Bantu pasien duduk berhadapan dengan anda,dengan tinggi yangsejajar.
2) Amati bibir untuk mengetahui adanya kelainan kongenital,bibirsumbing,warna
bibir,ulkus,lesi dan massa
3) Lanjutkan pengamatan pada gigi dengan pasien dianjurkan membukamulut.
4) Atur pencahayaan yang memadai dan bila diperlukan gunakan penekanlidah
untuk menekan lidah sehingga gigi akan tampak lebih jelas
5) Amati keadan setiap gigi mengenai posisi,jarak,gigi rahang atas danrahang
bawah, ukuran, warna, lesi/adanya tumor. Amati juga secarakhusus pada akar-akar
gigi dan gusi.
6) Pemeriksaan setiap gigi dengan cara mengetuk secara sistematis, bandingkan
gigi bagian kiri, kanan, atas dan bawah dan anjurkan pasienuntuk memberitahu
bila merasa nyeri sewaktu diketuk.
7) Perhatikan pula ciri-ciri umum sewaktu melakukan pengkajian, antaralain
kebersihan mulut, dan bau mulut.
8) Lanjutkan pengamatan pada lidah dan perhatikan kesimetrisannya.Suruh
pasien menjulurkan lidah dan amati mengenai kelurusan, warna,ulkus, maupun
setiap ada kelainan.
9)Amati selaptu lendir mulut secara sistematis pada semua bagian mulutmengenal
warna, adanya pembengkakan, tumor, sekresi, peradangan,ulkus, dan
pendarahan.
10)Beri kesempatan pasien untuk istirahat dengan menutup mulut sejenak bila
capai, lalu lanutkan dengan inpeksi faring dengan cara pasiendianjurkan membuka
mulut, tekan lidah ke bawah pasien sewaktu
pasien berkata ”ah”. Amati faring terhadap kesimentrisan o
vula.
Palpasi
1) Palpasi pada pemeriksaan mulut dilakukan terutama bila dari inspeksi belum
diperoleh data yang menyakinkan2)
2) Tujuan : untuk mengetahui bentuk dan setiap ada kelainan pada mulutyang
dapat diketahui dengan palpasi, meliputi pipi, dasar mulut, palatum/langit-
langit mulut dan lidah.
3) Palpasi harus dilakukan secara hati-hati dan perlu diupayakan agar pasien
tidak muntah, yaitu:
Atur posisi pasien duduk menghadap anda.
Anjurkan pasien membuka mulut.
Pegang pipi diantara ibu jari dan jari telunjuk (jari telunjuk beradadidalam).
Palpasi pipi secara sistematis dan perhatikan terhadapadanya
tumor/pembengkakan.Bila pembengkakan deter minasikanmenurut ukuran,
konsistensi, hubungan dengan daerah sekitarnyadan adanya nyeri.
4) Lanjutkan dengan palpasi pada palatum dengan jari telunjuk danrasakan
terhadap adanya pembengkakan dan fisura.
5) Palpasi dasar mulut dengan cara pasien disuruh mengatakan”el”
kemudian palpasi dilakukan pada dasar mulut secara sistematis dengan jari
penunjuk tangan kanan. Bila diperlukan beri sedikit penekanandengan ibu
jari dari bawah dagu untuk mempermudah palpasi.Catat bila didapatkan
pembengkakan.
6) Palpasi lidah dengan cara pasien disuruh menjulurkan lidah, peganglidah
dengan kassa steril menggunakan tangan kiri.Dengan jari penunjuk tangan
kanan lakukan palpasi lidah terutama bagian belakang dan batas-batas lidah.
INSPEKSI:
1) Anjurkan pasien untuk melepas baju.
2) Atur pencahayaan yang baik.
3) Lakukan inspeksi leher mengenai bentuk leher, warna, kulit, adanya
pembengkakan, jaringan parut dan adanya massa.
4) Inspeksi dilakukan secara sistematis mulai dari garis tengah sisi depanleher, dari
samping dan dari belakang.
5) Bentuk leher yang panjang dan ramping umumnya ditemukan padaorang
berbentuk ektomorf, orang dengan gizi jelek/orang dengan tbc paru.
6) Bentuk leher pendek dan gemuk di dapatkan pada orang
berbentukendomorf/obesitas.
7) Warna kulit leher normalnya sama dengan kulit sekitarnya. Dapatmenjadi kuning
pada semua jenis ikterus, dan menjadi merah, bengkak, panas dan nyeri tekan bila
mengalami peradangan.
8) Inspeksi tiroid dengan cara pasien disuruh menelan dan amati gerakankelenjar
tiroid pada takik supraternal.Normalnya gerakan kelenjar tiroidtidak dapat dilihat,
kecuali pada orang yang sangat kurus.
CARA KERJA
1. Kaji ritme dan kecepatan jantung secara umum, perhatikan
dan tentukanarea aukutasi
2. Anjurkan pasien untuk bernafas secara normal dan kemudian
tahan nafassaat ekspirasi. Dengarkan s1 sambil melakukan
palpasi nadi karotis. Bunyis1 seirama dengan saat nadi
korotis berdenyut. Perhatikan intensitas,adanya
kelainan/variasi, pengaruh respirasi, dan adanya spilittin s1
(bunyis1 ganda yang terjadi dalam waktu yang sangat
berhimpitan).
3. Konsentrasikan pada sistole, dengarkan secara saksama
untuk mengetahuiadanya bunyi tambahan/murmur s1 pada
awal sistole.
4. Konsentrasikan pada sistole, yang mirip interval yang lebih
panjang darisistole, perhatikan secara seksama untuk
mengetahui adanya bunyitambahan/murmur (durasi sistole
dan diastole adalah sebanding pada saatkecepatan jantung
meningkat).
5. Anjurkan pasien bernafas secara normal, dengarkan s2
secara seksamauntuk mengetahui apakah ada spilitting s2
saat inspirasi.
6. Anjurkan pasien untuk menghembuskan dan menahan nafas,
kemudianmenghirup/inhalasi dan menahan. Dengarkan s2
untuk mengetahui apakahs2 menjadi bunyi tunggal
INSPEKSI :
1. Bantu pasien mengatur posisi duduk menghadap kedepan, telanjangdada dengan
kedua tangan rileks di sisi tubuh.
2. Mulai inspeksi mengenai ukuran, bentuk dan kesimentrisan payudara.Payudara
normalnya melingkar dan agak simetris dan dapatdidiskripsikan kecil, sedang,
dan besar.
3. Inspeksi warna areola. Pada wanita hamil pada umumnya berwarna lebihgelap.
4. Inspeksi payudara dan putting susu mengenai setiap adanya penonjolan/retraksi
akibat adanya skar/lesi.
5. Inspeksi puting susu mengenai setiap adanya keluaran, ulkus,
pergerakan/pembengkakan amati juga posisi kedua putting susu yangnormalnya
mempunyai arah yang sama.6.
6. Inspeksi ketiak dan klavikula untuk mengetahui. Adanya pembengkakan/tanda
kemerah-merahan.
PALPASI
1.Lakukan palpasi di sekeliling puting susu untuk mengetahui adanyakeluaran.
Bila ditemukan keluaran maka identifikasikan keluarantersebut mengenai
sumber, jumlah, warna, konsistensi dan kaji terhadapadanya nyeri tekanan.
2. Palpasi daerah klavikula dan ketiak itu. Pada area limfe nodi.
3.Lakukan palpasi setiap payudara dengan tehnis bimanual tu payudarayang
berukuran besar dengan cara : tekankan telapak tangan/tiga jaritengah ke
permukaan payudara pada kuadran samping atas. Lakukan palpasi dengan
gerakan memutar terhdap dinding dada dari tepi menujuareola dan memutar
searah jarum jam.
4. Lakukan palpasi payudara sebelahnya.
5. Bila diperlukan lakukan pula pengkajian dengan posisi pasien supoinasidan
diganjal bantal/selimut dibawah bahunya.
PEMERIKSAAN FISIK ABDOMEN
a. Perut abdomen merupakan suatu bagian tubuh yang menyerupai rongga
tempat beberapa organ-organ penting tubuh, yaitu; lambung,usus, hati,
limpa,serta ganjil.
b. Bentuk perut yang normal adalah. Simetris baik pada orang yang
gemukmaupun kurus.
c. Perut menjadi besar dan tidak simetris pada beberapa keadaan,
misalnya :kehamilan, tumor dalam rongga perut, tumor ovarium/tumor
kandung kemih.
d. Perut menjadi besar dan tidak simetris pada beberapa keadaan,
misalnya:kehamilan, tumor dalam rongga perut, tumor ovarium/tumor
kandung mesih.
e.Perut dapat membesar setempat, misalnya : pada pembengkakan hati
ginjal,limpa/kandung empedu.
f. Permukaan perut normal nampak halus, lembut dengan kobntur
datar,melingkar/cekung.
g. Apabila ada pembesaran, maka kulit perut menjadi tegang, licin dan tipis.
h. Pada keadaan setelah distensi berat, kulit perut menjadi berkeriput, dan
padakeadaan ikterik, kulit perut akan nampak kuning.
INSPEKSI :
1. Anjurkan pasien membuka baju untuk menampakkan daerah perut
2. Pasien diatur berbaring ditempat permukaan datar dengan kepala
pasiendiatur sedikit ke atas pada bantal.
3. Pasien dianjurkan relaks dengan kedua tangan diletakkan disampingtubuhnya
serta dianjurkan bernafas secara bebas.
4. Pemeriksaan dapat berdiri/ duduk disebelah kanan pasien.
5. Lakukan pengamatan mengenai bentuk perut secara umum, kontur
permukaan perut dan adanya retraksi, penonjolan dan
adanyaketidaksimetrisan.
6. Amati gerkan-gerakan kulit pada perut saat inspirasi dan ekspirasi.
7. Amati keadaan kulit secara lebih teliti mengenai pertumm-buhn rambutdan
pigmentasi.
AUSKULTASI :
1. Siapkan stetoskop,hangatkan tangan dan bagian diagfragma stetoskop.
2. Tanya pasien tentang waktu terakhir makan. Suara usus meningkat padaorang
setelah makan.
3. Tentukan bagian stetoskop yang akan digunakan. Bagian
diafragmadigunakan untuk mendengarkan suara usus, sedangkan bagian bell
untukmendengarkan suara pembuluh darah.
4. Letakkan diafragma stetoskop dengan tekanan ringan pad setiap area
4kuadran perut dan dengar suara peristalik aktif dan suara
mendeguk(gurgling) yang secara normal terdengar setiap 5-20 detik dengan
durasi</> 1 detik frekw suara tergantung pada status pencernaan/ada
dantidaknya makanan dalam sel cerna. Suara usus dapat di nyatakan
dengan :terdengar tidak ada/hipoaktif, sangat lambat (misalnya : hanya
terdengar1x/mnt) dan hiperaktif/meningkat (misalnya : terdengar setiap 3
detik).Bila suara usus terdengar jarang sekali/tidak ada maka sebelum di
pastikandengarkan dulu selama 3-5.
5. Letakkan bagian bell stetoskop di atas aorta , arteri renale dan arteri
iliaka.Dengarkan suara-2 arteri/bruit. Auskultasi pada aorta dilakukan dari
arahsuperior ke umbilikus. Auskultasi arteri renale di lakukan dengan
carameletakkan stetoskop pada garis tengah perut/kearah kanan kiri dari garis
perut bag atas mendekati panggul. Auskultasi arteriiliaka di lakukandengan
cara meletakkan stetoskop pada area bawah umbilikus di sebelahkanan dan
kiri garis tengah perut.
6. Letakkan bagian bell stetoskop di atas area preumbilikal
untukmendengarkan bising vena (jarang terdengar).
7. Dalam melakukan auskultasi pada setiap tempat khususnya pada areahepar
dan lien , kaji pula kemungkinan terdengar suara-2 gesekan sepertisuara
gesekan 2 benda. untuk mengkaji suara gesekan pada area lien makaletakkan
stetoskop pada area bawah tulang rusak di garis aksilaris anterior dan suruh
pasien menarik nafas dalam. Untuk mengkaji suara gesekan pada area hepar,
letakkan stetoskop pada sisi bawah kanan tulang rusuk
PERKUSI
1. Perkusi di mulai dari kuadran kanan atas kemudian bergerak searah jarum
jam (dari sudut pandang/perspektif pasien).
2. Perhatikan reaksi pasien dan catat bila pasien merasa nyeri/nyeri tekan
3. Lakukan perkusi pada area timpani dan redup. Suara timpani mempunyaiciri
nada>tinggi daripada resonan , yang mana suara ini dapat di dengarkan pada
ronggan/organ yang berisi udara. Suara redup mempunyai ciri nada>rendah /
> datar daripada resonan . suara ini dapat di dengarkan pada massayang padat
, mis : keadaan asites , keadaan distensi kandung kemih serta pada
pembesaran atau tumor hepar dan limfe.
PALPASI
1. Hangatkan tangan. Tangan yang dingin bila dirabakan pada perut
akanmembuat pasien secara refleks mengencangkan otot-otot perutnya
sehinggaakan menyulitkan pemeriksaan.
2. Pada palpasi ringan, letak telapak tangan pada perut pasien dengan jari-jari
paralel terhadap perut. Jari-jari digerakan secara agak melingkar
danditekankan ke bawah kira-kira sedalam 1cm / sedalam jar subkutan.
Selamamelakukan palpasi ringan, tetap perhatikan ekspresi wajah pasien
dananjurkan pasien untuk memberitahu area-area yang nyeri tekan.
3. Pada palpasi dalam, tekankan ¼ distal permukaan tangan pada tangan
yanglain yang diletakkan di dinding perut pasien. Penekanan ke
bawahdilakukan sedalam 4-5 cm/ mendekati jar subkutan. Raba adanya
massadan jelaskan menurut uukuran, letak, mobilisasi, kontur, konsisten, dan
nyeri tekan. Harus teliti dalam mendeterminasi massa untuk
menghindarikekeliruan. Struktur-struktur dalam rongga perut normal yang
sering dikiramassa adalah batas lateral otot rektus abdominal dan feses yang
terdapatdalam kolon ascende, desenden dan sigmoid
PERSENDIAN
1. Lakukan inspeksi persendian untuk mengetahui adanya kelainan persendian.
2. Lakukan palpasi persendian untuk mengetahui adanya nyeri tekan,gerakan,
bengkak, kapitasi dan nodula.
3. Periksa rentang gerak persendian (rang of motion).
4. Catat hasil pemeriksaan.
Pemeriksaan Leopold
1. Pengertian :
Suatu teknik pemeriksaan pada ibu hamil dengan cara perabaan yaitu
merasakan bagian yang terdapat pada perut ibu hamil menggunakan tangan
pemeriksa dalam posisi tertentu, atau memindahkan bagian-bagian tersebut
dengan cara-cara tertentu menggunakan tingkat tekanan tertentu. Teori ini
dikembangkan oleh Christian Gerhard Leopold.
2. Tujuan :
1) Leopold I
Bertujuan mengetahui TFU dan bagian janin yang ada di Fundus.
2) Leopold II
Bertujuan mengetahui bagian janin yang ada disebelah kanan atau kiri ibu.
3) Leopold III
Bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada dibawah uterus.
4) Leopold IV
Bertujuan untuk mengetahui bagian janin yang ada di bagian yang ada di
bawah bagian bawah dan untuk mengetahui apakah kepala sudah masuk
panggul atau belum.
3. Alat dan bahan :
1. Sarung tangan
2. Selimut
3. Meteran
4. Lenek/Doppler
4. Prosedur kerja :
Tahap Prainteraksi
1. Mengecek rencana tindakan
2. Menyiapkan alat dan bahan
3. Mencuci tangan
Tahap Orientasi
1. Beri salam, dan perkenalkan diri
2. Mengecek identifikasi pasien : tanyakan nama, tanggal lahir, alamat
(minimal 2 item). Cocokan dengan gelang identitas.
3. Tanyakan kondisi dan keluhan klien.
4. Jelaskan tujuan, prosedur, lama tindakan, dan hal yang perlu dilakukan
pasien.
5. Berikan kesempatan kepada pasien/ keluarga bertanya sebelum kegiatan dilakukan
6. Mintala ibu untuk menggosongkan kandung kemih
Tahap kerja
1. Jaga privacy pasien
2. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
3. Atur posisi pasien, letakkan sebuan bantal di bawah kebawah kepala bahunya
4. Usahakan agar tangan perawat cukup hangat sebelum pemeriksaan dilakukan
5. Lakukan pemeriksaan leopold dengan cara;
a) LEOPOLD I
( umtuk menentukan tinggi fundus uteris dan bbagian janin yang berada dalam
fundus uteri)
Pemeriksaan berdiri di sebelah kanan ibu menghadap kearah kapada ibu
Kedua telapak tangan pemeriksaan diletakkan pada puncak fundus ( bokong
atau
Rasakan bagian jani yangbarada pada bagaian fundus 9 bokong atau kepala
kosong.) Hasilnya adalah jika kepala janin yang berada di fundus. Maka
palpasi akan taeaba bulat,keras dan dapat di gerakkan 9 Ballotement.) Jika
bokong yang terletak difundus maka pemeriksa akan meraba suatu bentuk
yang tidak spesifik lebih besar dan lebih lunak dari kepala, tidak dapat di
gerakkan, serta fundus terasa penuh, pada letak lintang, palpasi didaerah
fundus akan terasa kosong.
Menentukan tinggi fundus uteri untuk menentukan usia kehamilan .
- Kehamilan 12 minggu fundus dapat teraba 1-2 jari di atas kehamilan.
- Kehamilan 16 minggu, fundus dapat teraba di antara simpisis dan pusat
- Kehamilan 20 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di bawah pusat
- Kehamilan 24 minggu, fundus dapat di raba tepat di pusat-kehamilan 28
minggu, fundus dapat teraba 3 jari di atas pusat- kehamilan 32
minggufundus dapat teraba di pertengahan antara prosesus xipoideus.
- Kehamilan 36 minggu, fundus dapat teraba 3 jari di bawah prosesus
sipodeus.
- Kehamilan 40 minggu, fundus dapat teraba pertengahan antara prosesus
xipodeus dan pusat (lakukan konfirmasi dengan wawancara pasien untuk
membedakan dengan usia kehamilan 32 minggu.
b.) LEOPOLD II
( untuk menentukan di mana letak punggung ataupun kaki janin pada kedua
sisi perut)
Kedua telapak tangan diletakkan pada kedua sisi perut, dan lakukan tekanan
yang lembut tetapi cukup dalam untuk meraba darinkedua sisi.
Pemeriksaan berdiri disebelah kanan ibu, menghadap ke kepala ibu.
Kedua tlapak tangan pemeriksa bergeser turun ke bawah sampai di samping
kiri dan kanan umbulikus
Secara perlahan bergeser jari-jari dari satu sisi ke sisi lain untuk
menentukanpada sisi mana terletak punggung, lengan dan kaki
Menentukan bagian punggung janin dan menentukan lokasi auskultasi DJJ
nantinya dengan menggunakan Doppler. Hasilnya adalah bagian bokong
janin akan teraba sebagai suatu benda yang keras pada beberapa bagian lunak
dengan bentuk teratur, sedangkan bila teraba adanya bagian-bagian kecil
yang teratur dan mempunyai banyak tonjolan serta dapat bergerak dan
menendang, maka bagian tersebut adalah lengan, kaki dan lutut. Bila
punggung janin tidak teraba di kedua sisi mungkin punggung janin barada
pada sisi yang sama dengan punggung ibu
Dokumentasi
Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan dan laporkan hasil
pemeriksaan
Hemaotologin rutin: mendeteksi anemia yang dapat mempengaruhi kondisi fisik ibu
hamil dan perkembangan janin yang dikandungnya. Di samping ini untuk
mengetahui kelainan sistemik (gangguan hati dan ginjal) yang dapat mempengaruhi
bentuk dan fungsi sel darah; penyakit infeksi dan penyakit pendarahan yang
menunjukan kelainan Faal hemostasis.
HBsAg: mengetahui ada atau tidaknya infeksi hepatitis B yang dapat ditularkan
langsung dari ibu kepada janin atau melalui kontak fisik / luka saat melahirkan.
Golongan darah A,B,O dan Rh: persiapan untuk kepentingan tranfusi darah (bila
suatu saat dibutuhkan) dan untuk mengetahui kecocokan rhesus. Bila seorang wanita
dengan rhesus negatif hamil dari suami yang menpunyai rhesus positif dan
mengandung anak dengan rhesus positif (terdapat 50% kemungkinan ini), maka
secara alami ibu akan menghasilkan antibodi yang menyerang darah janinnya dan
menyebabkan sel darah merah janin rusak hingga mengakibatkan janin mengalami
anemia, kerusakan otak dan jantung, serta akibat fatal lainnya
Glukosa puasa dan 2 jam: mendeteksi diabetes gestasional yang dapat
mengakibatkan keguguran, kerusakan otak dan PP : jantung janin, atau berat badan
janin berlebih. Bagi ibu hamil, diabetes gestasional dapat menyebabkan kesulitan
saat melahirkan (karena bayi berukuran besar) dan meningkatkan resiko
preeclampsia.
VDRL/RPR : mendeteksi infeksi sifilis yang pada yang pada ibu hamil tidak di obati
dapat menyebabkan sifilis kongenital (bawaan) dengan tingkat penularan ibu ke janin
berkisar 10 - 100% tergantung tingkat infeksi yang dialami ibu.
Anti-Toxoplasma IgG & Ig M, Anti-Rubella IgG & IgM, Anti- CMV IgM dan Anti -
HSV2 IgG & IgM: menditeksi infeksi toxoplasma, rubella, cytomagelovirus dan
herpes yang dapat ditularkan dari ibu kepada janis nnya dan mengakibatkan
keguguran, bayi lahir premature, atau cacat / kelainan pada janin yang dikandung
Pemeriksaan Diagnostic
a. Pemeriksaan USG
1. USG Kehamilan
USG kehamilan sebenarnya adalah jenis pemeriksaan yang disarankan
untuk rutin dilakukan selama hamil. Pemeriksaan ini nyatanya bisa
membantu melihat pertumbuhan janin serta mendeteksi kemungkinan
terjadinya kelainan.
2. USG Doppler
Mendeteksi kemungkinan gawat janin juga bisa dilakukan dengan
pemeriksaan USG Doppler. Jenis USG ini bisa membantu
mengetahui ada atau tidak gangguan di aliran darah dan jantung
janin.
3. Cardiotocography
Cardiotocography (CTG) dilakukan untuk melihat detak jantung
janin secara berkelanjutan. Pemeriksaan ini juga bisa memantau
detak jantung janin terhadap pergerakan janin dan kontraksi rahim.
4. Kadar Air Ketuban
Pemeriksaan air ketuban juga bisa dilakukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya gangguan. Tes ini dilakukan untuk mengetahui
volume air ketuban dan melihat kemungkinan ditemukan mekonium
atau tinja janin pada air ketuba
5. Pemeriksaan pH
Gawat janin yang terjadi karena kekurangan asupan oksigen bisa
menyebabkan pH darah janin menjadi lebih asam. Maka dari itu,
dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan penunjang berupa
pengambilan sampel darah bayi untuk memeriksa pH.
c. Ujian visual
Penampakan urin yang keruh, yang dapat
menunjukkan infeksi
a) bau tidak normal
b) Adanya warna kemerahan atau kecoklatan, yang
dapat menunjukkan darah dalam urin Anda
c) Hasil Urinalisis Ketika hasil urinalisis Anda
tersedia, dokter Anda akan memeriksanya
bersama Anda. Jika hasil Anda tampak tidak
normal, ada dua opsi. Jika sebelumnya Anda
telah didiagnosis memiliki masalah ginjal,
masalah saluran kemih, atau kondisi terkait
lainnya, dokter Anda dapat menganjurkan
pemeriksaan lebih lanjut atau urinalisis lain
untuk mengidentifikasi penyebab abnormalitas
urin Anda. Jika Anda tidak memiliki gejala lain
dari kondisi yang mendasarinya dan
pemeriksaan fisik menunjukkan bahwa
kesehatan Anda secara keseluruhan normal,
dokter Anda mungkin tidak memerlukan tindak
lanjut. Protein dalam urin Anda
d) Urin Anda biasanya mengandung tingkat protein
yang dapat diabaikan. Terkadang, kadar protein
dalam urin Anda dapat meningkat karena panas
atau dingin yang berlebihan demam, stres, baik
fisik maupun emosional, olahraga yang
berlebihan
Faktor-faktor ini biasanya tidak menandakan
masalah besar. Tetapi kadar protein tinggi yang
tidak normal dalam urin Anda bisa menjadi
tanda masalah mendasar yang dapat
menyebabkan penyakit ginjal, seperti:
1. diabetes
2. kondisi jantung
3. tekanan darah tinggi
4. lupus
5. leukemia
6. anemia sel sabit
7. rhematoid arthritis
Dokter dapat menyarankan tes tindak lanjut
untuk mengidentifikasi kondisi yang
menyebabkan kadar protein tinggi abnormal
dalam urin Anda. Tindak lanjut setelah urinalisis
Jika hasil urinalisis Anda menunjukkan hasil
yang abnormal, dokter Anda mungkin
memerlukan tes tambahan untuk menentukan
penyebabnya. Ini dapat mencakup:
Tes Darah
tes pencitraan seperti CT scan atau MRI
ujil metabolisme yang komprehensif
kultur urin
hitung darah lengkap,tes fungsi hati atau ginjal
3. Pemeriksaan Kultur Urine
Prosedur kultur urine
Pengambilan sampel untuk kultur urine dapat dilakukan
dengan beberapa cara. Namun, cara yang paling umum
disebut dengan “tangkapan bersih tengah’ dengan
menggunakan cangkir sebagai wadah urine.
Pertama-tama, Anda harus membersihkan area genital
terlebih dahulu guna mencegah kontaminasi urine dengan
bakteri dan sel-sel dari kulit di sekitarnya. Kemudian, cuci
tangan sampai bersih.
Bagi wanita, bentangkan labia vagina lalu bersihkan
menggunakan lap yang telah disediakan dari depan ke
belakang. Ulangi langkah ini dua kali dengan lap yang
berbeda untuk memastikan kebersihannya.
Sedangkan bagi pria, bersihkan alat kelamin penis dengan
menyeka ujung penis selama beberapa kali. Selanjutnya,
Anda bisa mulai buang air kecil. Biarkan urine mengalir
sampai memenuhi 60 mililiter (mil) dalam wadah steril.
Bila berlebih, buang sisanya ke toilet. Selama melakukan
prosedur tersebut, jangan sentuh bagian dalam wadah dan
jangan menadah urine dari toilet atau wadah lainnya.Cara
lainnya yaitu dengan memasukkan tabung fleksibel tipis
atau kateter urine melalui uretra ke dalam kandung kemih.
Namun, cara ini dilakukan pada pasien yang tidak bisa
buang air kecil sendiri. Prosedur ini dilakukan dengan
bantuan petugas kesehatan
4. Pemeriksaan Fungsi Ginjal
Pemeriksaan fungsi ginjal dapat dilakukan melalui
pengambilan sampel urine atau sampel darah. Penjelasan
lebih lanjutnya adalah sebagai berikut:
Pemeriksaan fungsi ginjal dengan sampel urine
Pada pemeriksaan fungsi ginjal yang menggunakan sampel
urine, pasien akan diminta untuk melakukan langkah-
langkah berikut:
a) Bersihkan kemaluan dengan kain yang sudah
disediakan oleh klinik atau rumah sakit.
b) Buang urine yang keluar pada awal buang air kecil
ke kloset, kemudian berhenti di tengah buang air
kecil.
c) Tampung urine yang keluar selanjutnya di wadah
khusus yang telah disiapkan hingga memenuhi ¾-
nya.
d) Tutup wadah sampel urine dengan rapat.
Penting untuk diingat, pada saat proses pengambilan
sampel urine, pasien tidak boleh menyentuh bagian dalam
wadah untuk menghindari perpindahan bakteri dari tangan
ke sampel urine.
Untuk pengumpulan sampel urine 24 jam, pasien akan
diminta mengumpulkan sampel urine di tempat khusus
setiap kali buang air kecil hingga 24 jam ke depan.
Biasanya, pengumpulan sampel dimulai setelah kandung
kemih berada dalam keadaan kosong atau setelah buang air
kecil pertama di pagi hari.
Pada bayi dan orang yang tidak bisa melakukan proses
di atas, dokter akan memasukkan kateter ke kandung kemih
melalui lubang kencing. Setelah itu, urine yang keluar akan
ditampung di wadah yang telah disiapkan.Pemeriksaan
fungsi ginjal dengan sampel darah Pada pemeriksaan
fungsi ginjal yang menggunakan sampel darah, dokter akan
melakukan tahap-tahap berikut:
1. Mengikat lengan bagian atas pasien dengan tali
khusus, agar pembuluh darah vena pasien terlihat
dengan jelas.
2. Membersihkan area kulit di sekitar pembuluh darah
vena dengan menggunakan cairan antiseptik
3. Menusukkan jarum ke pembuluh vena dan
mengambil beberapa mililiter darah
4. Mencabut jarum setelah darah yang diambil cukup,
lalu menempelkan plester di area bekas tusukan
jarum untuk mencegah perdarahan
5. Memindahkan darah ke dalam tabung sampel
6. Membawa sampel darah ke laboratorium untuk
diperiksa Setelah Pemeriksaan
Fungsi Ginjal
Sampel urine atau darah pasien akan dibawa ke
laboratorium untuk diperiksa lebih lanjut. Pada pertemuan
selanjutnya, dokter akan memberi tahu hasil pemeriksaan
tersebut.
Berikut ini adalah hasil pemeriksaan ginjal, berdasarkan
jenis tes yang dilakukan:
BAB II
c. Senam hamil
1) Pengertian
Senam hamil yang dilakukan secara rutin bisa membuat
ibu hamil tetap sehat dan bugar hingga waktu persalinan tiba.
Namun, senam hamil sebaiknya tidak dilakukan sembarangan.
2) Manfaat
a) Memperkuat otot dan sendi
b) Memperkuat jantung dan paru-paru
c) Membuat tidur lebih nyenyak
d) Menurunkan risiko berat badan naik secara berlebihan
e) Mengurangi nyeri pada tulang belakang atau nyeri
punggung
f) Mendukung tumbuh kembang janin
g) Mengurangi ketegangan menjelang persalinan
h) Meningkatkan stamina
i) Lebih mudah mengembalikan bentuk tubuh seperti sebelum
hamil
3) Gerakan Senam Hamil
a) Push-up dinding
Berdiri menghadap tembok dengan kedua tangan lurus
menyentuh dinding.
Buka lutut sedikit agak lebar dan menjauh dari dinding.
Tekuk siku perlahan dan turunkan dada hingga hidung
hampir menyentuh dinding.
Jaga punggung agar tetap lurus, kemudian kembali ke
posisi awal.
Ulangi gerakan-gerakan tersebut sebanyak 15 kali.
b) Squat dengan bola senam
Berdiri tegak dengan membuka kaki selebar bahu dan
membelakangi dinding.
Letakkan bola senam di antara punggung dan dinding.
Bergeraklah turun secara perlahan hingga lutut
membentuk sudut 90 derajat.
Kembali ke posisi semula dan ulangi sebanyak 10 kali.
c) Latihan angkat kaki
Ambil posisi seperti merangkak hingga lutut
membentuk sudut 90 derajat dan telapak lengan lurus
menyentuh lantai.
Angkat salah satu kaki ke belakang hingga lurus
dengan punggung dan tahan selama beberapa saat.
Kembali ke posisi awal, lalu lakukan gerakan yang
sama dengan kaki yang lain.
Ulangi sebanyak 10 kali untuk masing-masing kaki
kanan dan kiri.
d) Step-up atau menaiki bangku pendek
Letakkan bangku pendek di depan Bumil atau
berdirilah di salah satu anak tangga.
Pijakkan kaki kiri, lalu kaki kanan menaiki bangku atau
anak tangga secara bergantian
Turun dari bangku atau anak tangga dengan kaki kiri
atau kanan secara bergantian.
Lakukan gerakan tersebut dengan hati-hati, tidak
terburu-buru, dan pastikan punggung tetap lurus.
Ulangi gerakan ini sebanyak yang Bumil bisa lakukan.
b. Pengawasan Kala 1
BAB III
a. untuk memastikan keadaan fisik bayi baru lahir dalam keadaan normal
atau abnormal
b. Untuk mendeteksi adanya penyimpangan dari normal atau abnormal
c. Menentukan apakah bayi baru lahir dapat dirawat bersama ibu (Rawat
gabung) atau tempat perawatan khusus
Wajah :
Mata :
Hidung :
Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya harus
lebih dari 2,5 cm. Bayi harus bernapas dengan hidung, bila melalui
hidung maka harus diperhatikan kemungkinan ada obstruksi jalan
napas karena atresia koana bilateral, fraktur tulang hidung atau
ensefalokel yang menonjol ke nasofaring. Periksa adanya sekret yang
mukopurulen yang terkadang berdarah, ini kemungkinan adanya sifilis
konginetal. Periksa adanya pernapasan cuping hidung, jika cuping
hidung mengembang menunjukan adanya gangguan pernapasan
Mulut :
Telinga :
Telinga diperiksa kanan dan kiri, periksa dan pastikan jumlah, bentuk
dan posisinya. Pada bayi cukup bulan, tulag rawan sudah matang.
Daun telinga harus berbentuk sempurna dengan lengkungan yang jelas
dibagian atas. Perhatikan letak daun telinga.Daun telinga yang
letaknya rendah (low set ears) terdapat pada bayi yang mengalami
sindrom tertentu (Pierre-robin). Perhatikan adanya kulit tambahan
atau aurikel hal ini dapat berhubungan dengan abnormalitas ginjal.
Leher :
Dada :
Kedua organ ini akan langsung diperiksa oleh dokter beberapa menit
setelah bayi lahir. Yang diamati dokter adalah pola pernapasan dan
memeriksa jantung dengan stetoskop. Pemeriksaan ini bertujuan untuk
mengetahui kedua organ ini bekerja dengan baik.
Abdomen :
Tulang Belakang :
Genetalia :
Pada bayi laki-laki panjang penis3-4cm,lebar1-1,3cm.Periksa lubang
uretra.Preputisium tidak boleh ditarik karena menyebabkan fimosis.
Perhatikan adanya hiposdia dan epispadia. Skrotum harus dipalpasi
untuk memastikan jumlah testis ada dua.Pada bayi perempuan cukup
bulan labia mayora menutupi labia minora.Lubang uretra terpisah
dengan lubang vagina.Terkadang tampak adanya sekret yang
berdarah pada vagina. Hal ini disebabkan pengaruh hemoroid ibu
(withdrawlbedding).
Ekstremitas :
Kulit :
Periksa adanya ruam dan bercak atau tanda lahir. Periksa adanya
Nilai APGAR pertama kali diperkenalkan oleh dokter anastesi yaitu dr.
Virginia APGAR pada tahun 1952 yang mendesain sebuah metode penilaian
cepat untuk menilai keadaan klinis bayi baru lahir pada usia 1 menit, yang
dinilai terdiri atas 5 komponen, yaitu frekwensi jantung (pulse), usaha nafas
(respiration),tonus otot (activity),refleks pada ransangan (grimace) dan
warna kulit (appearance) (American Academy of Pediatrics (2006) dalam
Kosim, 2010).G: grimace (reflek).
Nilai APGAR diukur pada menit pertama dan kelima setelah
kelahiran. Pengukuran pada menit pertama digunakan untuk menilai
bagaimana ketahanan bayi melewati proses persalinan. Pengukuran pada
menit kelima menggambarkan sebaik apa bayi dapat bertahan setelah keluar
dari rahim ibu. Pengukuran nilai APGAR dilakukan untuk menilai apakah bayi
membutuhkan bantuan nafas atau mengalami kelainan
jantung(Prawirohardjo, 2010).
Tabel.APGAR Score
Nilai 0 1 2
Denyut Absen Pelan(<100kali/menit) (<100 kali/menit)
jantung >100xkali/menit
b. Oximetri Pulse
Tes ini dilakukan untuk memeriksa kadar oksigen dalam darah bayi Anda.
Sebab, jika kadar oksigen dalam darah rendah atau fluktuatif, hal tersebut
cenderung menjadi tanda adanya Critical Congenital Heart Defect
(CCHD) atau dalam bahasa Indonesia.Penyakit jantung bawaan
kritis.Penyakit jantung bawaan biasanya terjadi tanpa gejala namun bisa
menyebabkan kematian jika tidak segera dilakukan pengobatan atau
tindakan.
c. Resusitasi
Mengutip dari Queensland Health,resusitasi adalah pemberian napas
buatan guna memberikan pasokan oksigen lebih sehingga merangsang
jantung dan paru bayi mulai bekerja.Resusitasi dilakukan pada bayi baru
lahir dengan kondisi baik dan buruk sebagai prosedur pemeriksaan yang
dokter lakukan. Biasanya resusitasi bayi diperlukan dalam kondisi
tertentu, yaitu sebagai berikut :
1. Terlambat lahir
Berbanding terbalik dengan prematuritas, bayi dikatakan terlambat
lahir saat persalinan dimulai lewat dari 42 minggu usia kehamilan.
Saat bayi terlambat lahir, plasenta yang bertugas memasok nutrisi dan
oksigen dari ibu tidak lagi berfungsi seefektif sebelumnya.Akibatnya
muncul berbagai masalah seperti peningkatan risiko selama persalinan
akibat pasokan oksigen yang buruk hingga berisiko mengalami
aspirasi mekonium.Aspirasi mekonium adalah kondisi saat bayi
bernapas dengan cairan yang mengandung feses pertamanya. Kondisi
ini tentu saja bisa menghalangi saluran pernapasannya untuk dapat
berfungsi dengan baik. Oleh karena itu, biasanya resusitasi diperlukan
setelah kelahiran.
2. Proses persalinan yang lama
Persalinan normalnya memakan waktu 12-18 jam.Namun, pada
kondisi tertentu proses melahirkan berjalan hingga 24
jam.Umumnya,proses melahirkan bayi besar lewat jalur normal atau
posisi bayi sungsang.Ibu yang memiliki jalur lahir terlalu sempit atau
kontraksinya sangat lemah juga berisiko mengalami persalinan lama.
Persalinan yang memakan waktu terlalu lama bisa membahayakan
janin.Berbagai risiko seperti kadar oksigen yang rendah untuk
bayi,irama jantung bayi yang tidak normal,cairan ketuban yang
terkontaminasi zat-zat berbahaya,dan infeksi uterus bisa saja terjadi.Itu
kenapa bayi bisa lahir dalam kondisi yang
mengkhawatirkan.Resusitasi bayi menjadi salah satu cara
penyelamatan untuk menormalkan kondisi bayi.Setelah melakukan
serangkaian pemeriksaan, Anda dan bayi akan dipulangkan dan
istirahat di rumah. Untuk orangtua,sangat penting menjadikan rumah
aman untuk anak terutama ketika anak sudah bisa bergerak aktif.
d. Skrining Hipotiroid
Skrining ini bertujuan untuk mendeteksi dini adanya hipotiroid
kongenital/bawaan. Hipotiroid kongenital yang tidak diobati sejak dini
dapat mengakibatkan retardasi mental berat.Mengingat gejala hipotiroid
kongenital pada bayi baru lahir biasanya tidak jelas, dan hipotiroid
kongenital dapat memengaruhi masa depan anak dengan menyebabkan
retardasi mental berat, maka skrining hipotiroid pada bayi baru lahir
penting untuk menemukan kasus hipotiroid secara dini.
Tes ini dilakukan dengan mengambil sampel kecil darah bayi untuk
mengetahui beberapa kondisi kesehatan yang jarang terjadi tapi
serius.Ketika bayi berusia sekitar lima hari, dokter akan menusuk tumit
bayi ibu dan mengumpulkan beberapa tetes darah untuk diuji.Itulah
beberapa tes kesehatan yang wajib dilakukan bayi baru lahir. Dengan
memeriksakan kondisi dan kesehatan bayi di awal mula kehidupannya,
bayi pun bisa memiliki tumbuh kembang yang optimal.
BAB IV
4. Memberikan vitamin K
7. Imunisasi HB-0
Bayi baru lahir (BBL) adalah bayi yang baru mengalami proses kelahiran,
berusia 0-28 hari. BBL memerlukan penyesuain fisiologi berupa maturasi, adaptasi
(menyusuaikan diri dari kehidupan intrauteri ke kehidupan ekstraurine) dan tolerasi
BBL untuk dapat hidup dengan baik. Bayi baru lahir disebut juga dengan neonatus
merupakan individu yang sedang bertumbuh dan baru saja mengalami trauma
kelahiran serta harus dapat melakukan penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke
kehidupan ekstrauterin (Herman, 2020)
4. Memberikan vitamin K
Vitamin K adalah vitamin yang larut dalam lemak, merupakan suatu
natfokuinon yang berperan dalam modifikasi dan aktivasi beberapa protein
yang berperan dalam pembekuan darah, seperti faktor II, VII, IX, X dan
antikoagulan protein C dan S, serta beberapa protein lain seperti protein Z dan
M belum banyak diketahui peranannya dalam pembekuan darah (Sitepu J. B..
2019)
Dengan pemberian vitamin K dapat meningkatkan kemampuan
pembekuan darah, sehingga dapat mencegah bayi baru lahir mengalami
pendarahan.
Prosedur Tindakan pemberian vitamin K pada bayi baru lahir:
1. Alat / bahan
a. Spuit 1 cc
b. Vitamin K
c. Alkohol swab
2. Pelaksanaan
a. Jelaskan pada keluarga manfaat vitamin k untuk bayi
b. Mencuci tangan efektif
c. Hisap vitamin k 1 mg (0,5 ml) kedalam spuit 1 cc
d. Usap alcohol swab pada daerah yang akan disuntik
e. Suntikkan secara IM pada paha kiri bagian anterolateral sebanyak 1
mg dosis Tunggal, berikan paling lambat 2 jam setelah lahir
3. Evaluasi
a. Pembengkakan di daerah penyuntikan
4. Dokumentasi
a. Tanggal dan waktu penyuntikan
b. Nama dan paraf petugas
Persiapan alat-alat
Pelaksanaan
7. Imunisasi HB-0
Penyuntikan Imunisasi Hepatitis B adalah Tindakan Pemberiaan
Vaksin untuk pencegahan penyakit Hepatitis B.
Tujuan imunisasi HB-0 sebagai acuan untuk upaya pencegahan
penyakit Hepatitis pada bayi dan enurunkan angka kesakitan dan kematian
pada bayi.
Pelaksanaan
1. Perawat cuci tangan
2. Membawa alat-alat ke dekat pasien
3. Membuka vaksin uniject
4. Membebaskan daerah yang akan disuntik pada paha kiri
5. Mendesinfeksi daerah yang akan disuntik dengan kapas alkohol 70%
6. Meregangkan tempat yang akan disuntik dengan tangan kiri sementara itu
tangan kanan menyuntikkan vaksin secara intramuskular dengan sudut
90°
7. Memasukkan vaksin
8. Menahan kulit dengan kapas alkohol, jarum dicabut dengan cepat
kemudian tekan daerah penusukan
9. Pasien dirapikan dan alat-alat dibereskan
10. Perawat cuci tangan
11. Mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan pada KMS
atau kartu imunisasi
BAB V
3. Pemeriksaan TTV
Bahwa masa nifas adalah masa persalinan alat-alat Kandungan setelah
melahirkan yang berlangsung kira-kira 6 minggu dan kembali seperti keadaan
sebelum ada kehamilan dan memerlukan waktu selama 3 bulan. Pada masa
nifas, tanda-tanda vital yang harus dikaji antara lain:
Suhս
Suhu tubuh wanita inpartu tidak lebih dari 37,2° cc. Pasca melahirkan,
suhu tubuh dapat naik kurang lebih 0,5° ccdari keadaan normal.
Pelaksanaan :
a) Salam terapeutik, beritahu klien prosedur yang akan dilakukan dan
menutup tirai.
b) Atur posisi klien senyaman mungkin dan dekatkan alat ke pasien
c) Cuci tangan dan memakai handscoon.
d) Mengukur suhu tubuh
1) Cek termometer pastikan air raksa dibawah garis 35C.
2) Bersihkan ketiak pasien dengan tissue.
3) Pasang termometer di tengah ketiak, tangan diletakan di atas dada
klien selama 5-10 menit.
4) Lepaskan termometer, baca kenaikan air raksa.
5) Turunkan air raksa.
6) Bersihkan termometer (sesuai jenis termometer).
Tekanan darah
Tekanan darah normal adalah sistolik antara 90- 120 mmHg dan diastolik
60-80mmmHg
Pelaksanaan :
1) Buka lengan baju jika perlu
2) Pasang manset pada lengan yang sudah disiapkan (Kanan/kiri) sekitar 3
cm di atas fossa kubiti jangan terlalu ketat/longgar
3) Pegang denyut nadi radialis, pompa sampai denyut nadi tidak teraba
kemudian 20 mmHg dari nilai normal
4) Dengarkan bunyi duk pertama kali denyut nadi teraba kembali, hal ini
menunjukan tekanan systolik bunyi duk ke 2 sebagai tekanan dyastolik
Nadi
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali per menit. Pasca
melahirkan, denyut nadi dapat menjadi bradikardi maupun lebih cepat.
Denyut nadi yang melebihi 100 kali per menit, harus waspada
kemungkinan infeksi atau perdarahan post partum.
Pelaksanaan:
1) Letakan kedua lengan telentang di sisi tubuh klien.
2) Tentukan letak arteri (denyut nadi yang akan di hitung)
3) Meletakan ujung jari telunjuk, jari tengah dan jari manis pada
arteri/nadi yang akan diukur, tekan dengan lembut. Tentukan frekwensi
permenit, keteraturan irama dan kekuatan denyutan.
4) Menghitung frekwensi nadi mulai hitungan nol (0) selama satu
menit/30 detik dikalikan 2, jika tidak teratur dilakukan satu menit
Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal pada orang dewasa adalah 16-24 kali per
menit. Pada ibu post partum umumnya pernafasan lambat atau normal.
Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi
istirahat, Keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu
dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan
mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas.
Bila pernafasan pada masa post partum menjadi lebih cepat, kemungkinan
ada tanda-tanda syok.
Pelaksanaa :
Mengukur pernafasan dengan menghitung naik turunnya dada dan perut
jika Teratur 30 detik dikalikan 2, jika tidak teratur dilakukan satu menit
penuh.
1. Pengawasan Perdarahan
Penatalaksanaan Pengawasan Perdarahan Post Partum
1. Pengertian Perdarahan post partum (PPP) adalah
perdarahan yang massif yang berasal dari
tempat implantasi plasenta, robekan pada
jalan lahir, dan jaringan sekitarnya dan
merupakan salah satu penyebab kematian ibu
disamping perdarahan karena hamil ektopik
dan abortus.
Definisi perdarahan post partum adalah
perdarahan pasca persalinan yang melebihi
500 ml setelah bayi lahir atau yang berpotensi
mengganggu hemodinamik ibu.
2. Tujuan Sebagai acuan penerapan langkah-langkah
untuk Menangani perdarahan post partum.
3. Prosedur Tindakan 1. Anamnesa
2. Pemeriksaan fisik
3. Penegakan diagnosa: perrdarahan post
partum
4. Tatalaksana
Tatalaksana Awal
a. Nilai sirkulasi, jalan napas, dan pernapasan
pasien.
b. Bila menemukan tanda-tanda syok, lakukan
penatalaksanaan syok
c. Berikan oksigen.
d. Pasang infus intravena dengan kanul
berukuran besar (16 atau 18) dan mulai
pemberian cairan kristaloid (NaCl 0,9% atau
Ringer Laktat atau Ringer Asetat) sesuai
dengan kondisi ibu e. Lakukan pengawasan
tekanan darah, nadi, dan pernapasan ibu.
f. Periksa kondisi abdomen: kontraksi uterus,
nyeri tekan, parut luka, dan tinggi fundus
uteri. g. Periksa jalan lahir dan area perineum
untuk melihat perdarahan dan laserasi (jika
ada, misal: robekan serviks atau robekan
vagina).
h. Periksa kelengkapan plasenta dan selaput
ketuban. i. Pasang kateter Folley untuk
memantau volume urin dibandingkan dengan
jumlah cairan yang masuk. (CATATAN:
produksi urin normal 0.5-1 ml/kgBB/jam atau
sekitar 30 ml/jam) J. Jika kadar Hb<8 g/dl
rujuk ke layanan sekunder (dokter spesialis
obsgin)
k. Jika fasilitas tersedia, ambil sampel darah
dan lakukan pemeriksaan: kadar hemoglobin
(pemeriksaan hematologi rutin) dan
penggolongan ABO.
i. Tentukan penyebab dari perdarahannya dan
lakukan tatalaksana spesifik sesuai penyebab
2. Pemantauan Lochea
A. Mengukur TFU
a. Tinggi fundus uteri hari ke-1 pada ibu postpartum primigravida
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan hasil rata-rata tinggi
fundus uteri hari ke-1 pada ibu postpartum primigravida yang
memberikan ASI eksklusif adalah 9,07 cm, terendah 9 cm dan
tertinggi 10 cm sedangkan rata-rata tinggi uteri hari ke-1 ibu
postpartum fundus uteri primigravida yang tidak memberikan ASI
eksklusif adalah 9,17 cm, terendah 9 cm dan tertinggi 10 cm. Pada
penelitian kelompok yang memberikan dan tidak memberikan ASI
eksklusif mempunyai rata-rata tinggi fundus uteri hampir sama yaitu 9
cm, hal ini dikarenakan proses involusi uterus akan mulai mengalami
penurunan kira-kira 1 cm setiap 24 jam.
b. Tinggi fundus uteri hari ke-3, ke-6 dan ke-9 pada ibu postpartum
primigravida
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui rata-rata tinggi
fundus uteri hari ke-3 pada ibu postpartum primigravida yang
memberikan ASI eksklusif adalah 6,10 cm sedangkan rata-rata tinggi
fundus uteri hari ke-3 ibu postpartum primigravida yang tidak
memberikan ASI eksklusif adalah 6,90 cm. Rata-rata tinggi fundus
uteri hari ke-6 pada ibu postpartum primigravida yang memberikan
ASI eksklusif adalah 3,79 cm sedangkan rata-rata tinggi fundus uteri
hari ke-6 ibu postpartum primigravida yang tidak memberikan ASI
eksklusif adalah 4,86 cm.
Rata-rata tinggi fundus uteri hari ke-9 pada ibu postpartum
primigravida yang memberikan ASI eksklusif adalah 0,69 cm
sedangkan rata-rata tinggi fundus uteri hari ke-9 ibu postpartum
primigravida yang tidak memberikan ASI eksklusif adalah 1,90 cm.
Rata-rata tinggi fundus uteri pada ibu yang memberikan ASI eksklusif
lebih rendah dibandingkan pada ibu yang tidak memberikan ASI
eksklusif, hal ini disebabkan pada ibu yang memberikan ASI eksklusif
akan meningkatkan rangsangan kontraksi otot uterus sehingga proses
involusi uterus mengalami percepatan. Sedangkan pada ibu yang tidak
memberikan ASI eksklusif tetap akan mengalami involusi uterus
secara alami.
Mengukur Tinggi Fundus Uteri
1. Pengertian Memastikan involusi uterus berjalan
dengan baik dan mencegah subinvolusi
uteri pada ibu nifas.
2. Tujuan Sebagai acuan untuk:
1. Sebagai salah satu indikator menentukan
kemajuan janin
2. Sabagai perkiraan usia kehamilan secara
kasar
3. Membantu mengidentifikasi faktor-
faktor resiko tinggi
3. Alat dan Bahan Meteran, Selimut. Alat cuci tangan
4. Prosedur 1. Petugas memberitahu ibu tentang
maksud dan tujuan pemeriksaan
2. Petugas meminta ibu untuk berbaring
dengan kedua kaki diluruska
3. Petugas memasang selimut dan buka
pakaian atas ibu
4. Petugas mencuci tangan
5. Petugas menentukan bagian tertinggi
fundus memakai tangan kiri. Sedikit
menekan dinding atas perut ibu.
6. Bila menggunakan meteran ukur tinggi
fundus uteri dengan menggunakan meteran
dari bagian tertinggi fundus ke simfisis
atau sebaliknya. Tinggi fundus dinyatakan
dalam satuan centimeter (cm).
7. Bila menggunakan jari petugas, ukur
dengan jari tangan kanan berapa jari diatas
atau di bawah pusat.
8. Petugas merapikan pakaian ibu, selimut
dan alat..
9. Petugas mencuci tangan.
10. Petugas mencatat hasil pada status ibu.
B. Kontraksi Rahim
Sensasi yang Muncul Akibat Kontraksi Rahim Setelah Melahirkan
Intensitas kontraksi rahim setelah melahirkan anak pertama
biasanya terasa ringan dibandingkan kelahiran anak kedua dan
seterusnya. Hal ini dikarenakan wanita yang baru melahirkan anak
pertama memiliki kondisi otot rahim yang masih kencang dan
ketegangan yang lebih baik. Dengan demikian, otot rahim bisa lemas
kembali setelah beberapa waktu dan kontraksi rahim menjadi lebih
stabil. Sementara itu, pada wanita yang telah melahirkan anak kedua
atau berikutnya, jarak waktu antara kontraksi rahim dan relaksasi lebih
pendek, sehingga rasa nyeri lebih terasa.
Penyebab Kontraksi Setelah Persalinan
Ada beberapa penyebab mengapa Bunda masih bisa merasakan
kontraksi rahim setelah melahirkan, antara lain:
a. Perubahan ukuran rahim
Saat persalinan, otot-otot menjadi kencang seiring Bunda
mendorong buah hati keluar dari rahim. Nyeri yang Bunda rasakan
akibat kontraksi rahim setelah persalinan terjadi karena otot rahim
berusaha menyusut kembali ke ukurannya semula, sama seperti
kondisi rahim sebelum hamil. Perubahan ini menyebabkan munculnya
kram.
b. Rahim berusaha untuk menghentikan pendarahan
2. Mengompres perut
Bunda juga dapat mengompres area perut dengan kompres
hangat untuk meredakan rasa nyeri yang muncul akibat kontraksi
rahim setelah melahirkan. Bunda bisa menggunakan botol yang diisi
air hangat atau hot pack.
3. Tidak menunda buang air kecil
Usahakan untuk tidak menunda buang air kecil dan cobalah
untuk buang air kecil lebih sering walau belum muncul keinginan
untuk buang air kecil. Hal ini dapat membantu mempercepat
pengosongan kandung kemih agar tidak menekan rahim yang sedang
berkontraksi.
4. Mengonsumsi obat pereda nyeri
C. Posisi Rahim
1. Posisi rahim segera setelah melahirkan
Proses pemulihan rahim bisa dimulai tepat setelah bayi
dilahirkan. Setelah proses persalinan, Ibu dapat kehilangan sekitar 6
kg berat badan seiring menyusutnya ukuran rahim. Kenapa? Pasalnya,
selama proses melahirkan, ibu akan kehilangan berat bayi, cairan
ketuban, plasenta dan sejumlah darah maupun cairan tubuh lainnya.
Sekitar 1-2 hari sesudah melahirkan, ukuran rahim bisa tampak seperti
kehamilan 18 minggu atau sekitar 4-5 bulan. Seiring berjalannya
waktu, rahim yang melebar untuk memberi ruang pada janin saat
berada di kandungan pun semakin menyusut.
2. Posisi rahim setelah melahirkan pada sekitar 1-2 minggu
D. Letak Rahim
Letak rahim akan kembali ke dalam panggul meskipun
ukurannya belum kembali seperti saat ibu belum hamil. Ukuran rahim
akan kembali normal saat memasuki 6 bulan setelah melahirkan.
Darah nifas biasanya akan berhenti keluar saat Moms memasuki fase
ini.
4. Pemantauan Involusi
Pemantauan Involusi Uterus
Pengertian Mengecil atau kembali rahim ke bentuk semula
setelah persalinan
Tujuan A, Untuk mengetahui alat dan bahan untuk
pemantauan involusi uteri
B. Untuk mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan
dalam pemantauan involusi uteri
Pelaksanaan Persiapan Alat dan bahan:
1. Sarung tangan
2. Meteran gulung
Tahap Prainteraksi :
3. Mengkaji kebutihan post partum pasien
4. Menyiapkan alat dan bahan untuk melakukan
pemantauan involusi
5. Mencuci tangan
Tahap Orientasi :
6. Perkenalkan diri kepada keluarga pasien
7. Menjelaskan tujuan dan prosedur
8. Mendekatkan alat dan bahan untuk melakukan
pemeriksaan involusi uteri
Tahap Kerja:
9. Anjurkan ibu untuk buang air kecil terlebih
dahulu. R: untuk mengakuratkan data pengukuran
saat palpasi
10. Anjurkan dan posisikan ibu dengan posisi tidur
terlentang dengan kedua kaki ditekuk.
R: untuk membuat perut ibu tidak tertarik
(mengencang bila diluruskan)
11. Palpasi untuk mengukur batas tinggi fundus uteri
dengan menggunakan pita ukur (meteran)
R: Menentukan letak fundus uteri
12. Menanyakan adanya keluhan nyeri saat palpasi
sambil melihat respon klien
R: mengatisipasi adanya keluhan nyeri yang dapat
mengakibatkan masalah. baru seperti pendarahan
13. Dokumentasi
14. Rapihkan alat dan bahan
15. Cuci tangan
Tahap terminasi :
16. Mengevalusi perasaan klien
17. Memberikan pujian
18. Kontrak waktu kegiatan selanjutnya
19. Menyampaikan salam
BAB VI
A. DEFINISI
Post partum adalah masa setelah melahirkan, bisa juga disebut masa
nifas, yaitu masa setelah melahirkan yang diperlukan untuk pemulihan sistem
minggu sejak lahirnya bayi dan organ reproduksi hingga kembali normal
seperti sebelum hamil (Bobak, 2010). Masa nifas (Post partum) adalah masa
setelah lahirnya plasenta dan berakhir pada saat otot rahim kembali ke
(Wahyuningsih, 2019).
tahap yaitu:
berdarah, lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu kenyang dan
bertahun-tahun.
B. Bounding Attachment
a. Pengertian
Bounding attachment adalah suatu proses yang sebagian
merupakan hasil interaksi berkelanjutan antara bayi dan orang tua
yang penuh kasih sayang, yang memberikan kepuasan emosional dan
kebutuhan satu sama lain. Bounding attachment/ikatan batin antara
bayi dan ibu sangat erat kaitannya dengan perkembangan psikologis
yang sehat serta tumbuh kembang bayi (Sukma, dkk, 2017 ).
manusia.
2. IMD
Inisiasi menyusui dini adalah proses memulai menyusui
lahir, saat bayi mencari sendiri puting susu ibu. Pemberian ASI
detak jantung lebih stabil karena kontak kulit antara ibu dan
berujung pada cinta kasih timbal balik (Liu, Leung and Yang,
2014).
3. Rawat Gabung
98).
5. Suara (Voice)
42).
6. Sentuhan (Touch)
Kedekatan orang tua dan bayi serta orang tua dan bayi sehat
Merawat Anak
Tentunya kemampuan orang tua dalam berkomunikasi dan
(Sembiring, 2019).
2. Perawatan Perineum
a. Pengertian
Perawatan perineum merupakan upaya untuk memenuhi
(Nurhayati,2010).
2. Tata Cara
menghilangkan mikroorganisme.
besar.
cermin kecil
menghilangkan mikroorganisme.
1. Infeksi
2. Komplikasi
lemah.
3. Perawatan Payudara
a. Pengertian
2019).
(Kumalasari, 2015)
mudah.
mudah menyusu.
payudara.
(Kumalasari, 2015)
1. Persiapan Ibu
a) Mencuci tangan nenggunakan sabun dan air mengalir.
b) Membuka pakaian
a) Handuk
hangat.
3. Pelaksanaan
4. Pijat Oksitosin
a. Pengertian
2016:148).
oksitosin yaitu:
menghilangkan stres.
a) Handuk
c) Waslap
d) Baby oil
3. Pelaksanaan
dada.
ke kanan ± 2 cm.
h) Anda bisa memijat dengan ibu jari kiri dan kanan atau
5. Konseling ASI
menerima pendapat ibu tanpa penilaian dan membantu ibu untuk membuat
pilihan terbaik berdasarkan informasi dan saran yang relevan yang diberikan
oleh konselor laktasi dan kegiatan ini dapat menjadi motivasi bagi ibu
mendukung ibu untuk selalu tetap menjaga ASI diberikan secara eksklusif.
Konseling ini diberikan dua kali selama kehamilan dan lima kali setelah
melahirkan.
menyusui dan bagaimana hal itu dapat dimulai dari saat bayi lahir hingga usia
2 tahun, dimana tertuang pada program dari 10 langkah menuju keberhasilan
menyusui yaitu memberi informasi kepada ibu hamil tentang manfaat dan
kempeng.
yang telah dilatih sebagai konselor dan dapat menggunakan media apa pun.
Ibu yang terlalu sibuk untuk konseling menyusui, informasi dapat diberikan
melalui Short Message Service (SMS) atau telepon dari seorang konselor.
SMS dan telepon dapat membantu ibu menyusui pada kontak awal namun
Berbagai hal yang dihasilkan konseling melalui telepon pada periode yang
berbeda ini mungkin terkait dengan aksesibilitas ibu ke intervensi, total menit
konseling yang diterima ibu, jumlah total panggilan konseling yang berhasil
6. Tak terdengar bunyi decak dari bayi, hanya ada suara menelan
9. Bayi merasa kenyang setelah menyusu, tandanya antara lain lepas dari
7. Penyimpanan ASI
ASI perah dapat disimpan mulai dari beberapa jam hingga beberapa
ASI perah tahan hingga 4 jam jika ditaruh pada suhu ruangan sekitar
25°C
ASI perah tahan hingga 24 jam saat disimpan dalam kotak pendingin
ASI perah tahan sampai 4 hari, ketika ditaruh pada kulkas bagian
infeksi pada bayi. Semakin lama penyimpanan ASI perah, baik didinginkan
b. USG transvaginal
c. USG abdominal
d. Papsmear
e. Lab urine
3. Perawat maternitas sedang melakukan pengkajian pada ibu postpartum normal
a. Mobilisasi
b. Senam nifas
c. Senam kegel
d. Massase uterus
e. Manajemen laktasi
4. Perawat maternitas sedang melakukan pertolongan persalinan dan saat ini sudah
selesai mengeluarkan plasenta secara utuh. Setelah memastikan kontraksi uterus baik,
selanjutnya perawat memantau proses IMD selama 1jam.
Apakah tindakan selanjutnya yang harus dilakukan perawat pada kasus tersebut?
a. Injeksi HBO
b. Injeksi vit. K
ASI eksklusif karena ibu harus kembali bekerja setelah cuti melahirkan selesai.
e. Manajemen laktasi
dengan keluhan tidak haid selama 3 bulan. Keluarga mengatakan pasien mengalami
kecacatan mental sejak kecil, keluarga khawatir pasien mendapatkan pelecehan
seksual di lingkungannya. Hasil pengkajian HCG urin
positif dan USG terdapat rangka janin, Apakah masalah keperawatan yang tepat pada
kasus tersebut?
yang akan pulang. Hasil evaluasi, sudah ada pengeluaran kolostrum, payudara penuh
dan bengkak, ibu masih takut ketika menggendong bayinya dan tanda-tanda REEDA
tidak ada.
d. Perawatan perinium
c. Kontrasepsi
10. Perawat maternitas sedang melakukan evaluasi pada pasien pospartum GIAO
yang akan pulang. Hasil evaluasi, sudah ada pengeluaran kolostrum, payudara penuh
dan bengkak, ibu masih takut ketika menggendong bayinya, tanda-Tanda REEDA
tidak ada.
d. Perawatan perinium
e. Kontrasepsi
BAB II
BAB III
BAB IV
1. Seorang bayi laki-laki, anak kedua baru dilahirkan 6 jam yang lalu di RS
secara spontan. Riwayat kelahiran: bayi bernafas spontan, usia gestasi 40
minggu, inisiasi menyusu dini berhasil, Bayi sudah BAK 1 kali, PB 48 cm,
BB 2600 gram. Telah diberikan suntikan Vit. K1. Asuhan apakah yang paling
tepat pada kasus tersebut?
A. Memandikan
B. Melanjutkan IMD
C. Memfasilitasi rooming in
D. Melakukan pencatatan surat keterangan lahir
E. Memberikan suntikan imunisasi Hepatitis B0
3. Seorang bayi perempuan lahir spontan 1 jam yang lalu, ditolong dokter
diruangan VK. Bayi aktif, BB 2400 gram PB 48 cm RR 40 x/menit, aktif,
menangis, warna kulit merah dengan usia kehamilan saat lahir 36 minggu.
Dari hasil pemeriksaan tidak ditemukan kelainan. Apakah kebutuhan yang
segera diberikan?
A. Pemberian PASI
B. Pemberian cairan NaCi
C. Pemberian larutan gula
D. Pemberian ASI sesegera mungkin
E. Pemberian cairan infus Dexstore
5. Seorang perempuan baru saja melahirkan bayi 1 menit yang lalu di Klinik
Bersalin, umur kehamilan aterm, bayi menangis kuat, warna kulit merah, bayi
mulai mencari puting susu. Setelah 1 jam dilakukan pemeriksaan antropometri
dengan hasil: BB bayi 3800 gram, PB 56 cm, kulit lanugo sedikit, LK: 34 cm,
LD: 35 cm. Diagnosis apakah yang paling mungkin pada kasus tersebut?
A. Bayi baru lahir normal
B. Bayi baru lahir dismatur
C. Bayi baru lahir prematur
D. Bayi baru lahir post matur
E. Bayi baru lahir dengan obesitas
6. Seorang bayi laki-laki lahir spontan 2 jam yang lalu di Rumah sakit, BB 2400
gr, PB 47 cm. Usia kehamilan 36 minggu. Hasil pemeriksaan: Frekuensi
jantung 110x/menit, Terdapat banyak lanugo, reflex belum
sempurna. Diagnosis apakah yang paling mungkin pada kasus tersebut?
A. Immatur
B. Dismatur
C. Prematur
D. Post matur
E. Matur
7. Seorang bayi perempuan baru saja dilahir- kan spontan, dengan riwayat usia
gestasi 40 minggu di RB. Hasil Pemeriksaan: KU baik, BB lahir 3000 gram,
PB 50 cm, S 36°C, N 125x/menit, badan dan ekstremitas berwarna merah,
menangis kuat, gerakan sedikit, bersin saat dilakukan rangsangan
taktil. Berapakah nilai Apgar Skor bayi sesuai kasus?
A. 6
B. 7
C. 8
D. 9
E. 10
10. Seorang bayi berusia satu bulan diantar ibunya ke Puskesmas untuk imunisasi.
Hasil pemeriksaan TTV dalam batas normal, BB 4000 gram, telah diberikan
imunisasi Hepatitis B satu bulan lalu.
BAB V
1. Pada saat kunjungan rumah hari ke tiga ibu mengeluh Asi baru keluar
sedikit dan putting terasa nyeri ketika menyusui. Ibu menjadi takut untuk
menyusui bayinya. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital dalam batas normal,
putting susu ibu tampak lecet kemerahan. Pendidikan kesehatan apa yang
tepat diberikan pada kasus ini?
a. Merujuk ibu untuk pengobatan
b. Menganjurkan ibu tetap menyusui bayinya
c. Menganjurkan ibu membersihkan putting dengan air hangat
d. Menganjurkan ibu istirahat menyusui sampai putingnya sembuh
e. Menganjurkan ibu menggunakan susu fomula untuk sementara
4. Seorang perempuan berusia 35 tahun, post partum hari ke-10. Ibu mengeluh
sakit perut bagianbawah. Berdasarkan hasil pengkajian didapatkan data
sebagai berikut :Tekanan darah 110/80mmHg, nadi 85 x/menit, respirasi 23
x/menit, lochea rubra, suhu 38,5°C, ketika dilakukanperkusi perut bagian
bawah ibu meringis kesakitan, Skala nyeri 5. Apakah diagnosiskeperawatan
yang utama pada kasus tersebut?
a. Risiko tinggi penyebaran infeksi sepsis
b. Nutrisi kurang dari kebutuhan
c. Intoleransi aktivitas
d. Nyeri akut
e. Hipertermi
Pertanyaan Soal
a. Hipertermia
b. Resiko infeksi
e. Resiko cidera
e. Hipovolemia
a. Lochea serosa
b. Lochea Rubra
c. Lochea alba
d. Lochea purulenta
e. Lochea sanguinolenta
9. Seorang ibu nifas berusia 26 th, postpartum 4 hri yang lalu di tolong oleh
dukun. Anaknya meninggal dunia setelah lahir lama persalianan 2 hari di
mena sebelumnya ketuban telah pecah. Datang ke klinik dengan keluhan
sejak 3 hari yang lalu mengalami panas, menggigil, luka perineum tampak
kemerahan, bengkak dan mengeluarkan pus dari hasil pemeriksaan TFU 2
jari di bawah pusat, TD 100/60 mmHg, nadi 90 x/m, RR 20x/m, T 39 C.
Apakah faktor prediposisi dari kasus di atas?
a. Kondisi ibu kemah
b. Anak lahir mati
c. Distosa bahu
d. Partus lama
e. Robekkan jalan lahir
.
DAFTAR PUSTAKA
Https://Primayahospital.Com/Kebidanan-Dan-Kandungan/Cara-Menghitung-
Usia-Kehamilan/#:~:Text=Usia%20kehamilan%20dihitung%20dari
%20periode,Tingkat%20kesalahannya%20sekitar%202%20minggu
Https://Www.Alodokter.Com/Senam-Hamil-Untuk-Mempermudah-
Persalinan
Https://Www.Alomedika.Com/Tindakan-Medis/Obstetrik-Dan-Ginekologi/
Asuhan-Persalinan-Normal/Teknik
Https://Ners.Unair.Ac.Id/Site/Index.Php/News-Fkp-Unair/30-Lihat/1208-
Kenali-Prosedur-Manajemen-Nyeri
Https://Www.Halodoc.Com/Kesehatan/Perdarahan-Postpartum
Https://Www.Slideshare.Net/Nerschaicha/Pemeriksaan-Fisik-Bayi-Baru-Lahir
Https://Repository.Poltekkes-Tjk.Ac.Id/624/6/6.%20bab%20ii.Pdf
Marselino Widhi. 2014. Sop (21) Pemberian Vit K Pada Bayi Baru Lahir.
Diakses Pada 8 September 2023 Melalui
Https://Id.Scribd.Com/Document/372525012/Sop-21-Pemberian-Vit-K-Pada-
Bayi-Baru-Lahir
Sitepu. 2019. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Pemberian
Vitamin K Pada Bayi Baru Lahir Di Wilayah Kerja Puskesmas Sipintu Angin
Kecamatan Dolok Pardamean Kabupaten Simalungun Tahun 2017, 13(3),
127.
Amelinda, Citra. "Cara Memberikan Asi Eksklusif Yang Tepat", Primaya
Https://Primayahospital.Com/Anak/Cara-Memberi-Asi-Eksklusif/
Fauziah, A. A., & Saudah, N. (2022). Implementasi Sitz Bath Pada Pasien
Ilmiyah, N., Sulistyowati, A., Putra, K. W. R., & Annisa, F. (2021). Asuhan
Eksklusif-Media-Apa-Yang-Cocok-Diberikan-Oleh-Tim-Konseling
Laktasi/?Lang=Id#:~:Text=Konseling%20menyusui%20merupakan
%20salah%20satu,Menyusui%20terampil%20di%20fasilitas
%20kesehatan.
Muliawati, D. (2020). Analisis Tingkat Pendidikan Dengan Tingkat
Siska, S., Olfah, Y., & Dewi, S. C. (2019). Penerapan Pendidikam Kesehatan