Anda di halaman 1dari 5

RESENSI

OLEH :

NAMA : APRELIA DEWI BORU GULTOM

NIM : 2023004

DOSEN PEMBIMBING : FHETY WULANDARI LUBIS S.pd,M.pd

AKADEMI KEPERAWATAN KESDAM I/BB

PEMATANG SIANTAR

2023/2024

A. Identitas Buku

Judul buku : Negeri 5 Menara


Penulis : Ahmad Fuadi

Ilustrator : Doddy R. Nasution

Perancang sampul :Slamet Mangindaan

Negara :Indonesia Bahasa

Bahasa Indonesia,Bahasa Melayu

Genre :Edukasi, Religi, Roman

Penerbit : PT. Gramedia (Jakarta)

Tanggal terbit :Juli 2009

Halaman : 423 halaman

B. Sinopsis

Alif adalah seorang remaja yang hidup di daerah Danau Maninjau dan baru lulus dari Madrasah
Tsanawiyah bersama teman sekaligus saingannya Randai. Mereka sama-sama ingin bersaing masuk
Institut Teknologi Bandung setelah lulus Sekolah Menengah Atas, tetapi orang tua Alif ingin dia
meneruskan pendidikan ke sekolah Islam lagi. Alif awalnya tidak mau sampai dia mendapat pesan
dari kerabatnya yang lulusan Pondok Madani, sebuah sekolah Islam di Ponorogo yang lulusannya
fasih berbahasa asing dan punya karier di luar negeri. Alif pun tertarik dan menjadi santri di sana.

Di Pondok Madani, Alif mengikuti aturan-aturan yang ketat, mulai dari hanya boleh berbicara bahasa
Inggris dan Arab hingga kewajiban membantu jaga malam. Di pondok, Alif diajarkan "mantra"
berbahasa Arab man jadda wajadda yang artinya, "Siapa yang bersungguh-sungguh pasti berhasil."
Mantra ini memotivasi Alif dalam kehidupannya di pondok. Di waktu senggang, Alif terbiasa
berkumpul di bawah menara masjid bersama lima temannya: Raja dari Medan, Said dari Surabaya,
Dulmajid dari Sumenep, Atang dari Bandung, dan Baso dari Gowa. Karena tempat berkumpul
mereka, mereka berenam biasa dipanggil Sahibul Menara. Pada suatu hari saat berkumpul, mereka
melihat awan dan mendapat inspirasi untuk mimpi mereka masing-masing: Alif ingin pergi ke benua
Amerika, Raja ingin ke Eropa, Atang ke Afrika, Baso ke Asia, dan Said dan Dulmajid ingin tetap di
Indonesia.

Selama empat tahun belajar di Pondok Madani, Alif mulai menekuni jurnalisme sebagai kegiatan
ekstrakurikuler. Pada tahun terakhir, Baso pulang ke Gowa karena permasalahan ekonomi keluarga.
Di sisi lain, Alif iri pada Randai yang sudah lulus SMA dalam tiga tahun dan mempertimbangkan
untuk mengundurkan diri dari pondok agar bisa segera mengikutinya ke ITB. Namun, ayah Alif datang
dan mengubah pikirannya. Alif pun mengikuti ujian akhir pondok bersama Raja, Said, Dulmajid, dan
Atang. Mereka berlima lulus dan pulang ke kampung halaman masing-masing.

Di prolog dan epilog novel, diceritakan bahwa di masa mendatang, Alif bekerja di Amerika Serikat
dan mendapat undangan menjadi panelis di London. Said yang bekerja di Mesir juga diundang ke
sana, jadi Raja yang sedang tinggal di London mengajak mereka berkumpul. Diceritakan pula kabar
Baso yang telah mendapat beasiswa untuk menempuh pendidikan di Mekah serta Said dan Dulmajid
yang mendirikan pondok berbasis Pondok Madani di Surabaya.
C. Karakter

•Alif: Tokoh 'aku' dalam cerita ini.

•Raja: Teman Alif dari Medan. Ia adalah anggota English Club dan seorang orator yang hebat.

•Said: Dari Surabaya. Ia sangat terobsesi dengan bodybuilding dan mengidolakan Arnold
Schwarzenegger. Ia seorang penjaga kedisiplinan namun kehilangan jabatan setelah ia, Alif dan Atang
pergi ke Surabaya tanpa izin.

•Dulmajid: Dari Sumenep, Madura. Seorang pemain bulu tangkis, rekan latih tanding Ustad Torik.

•Atang: Dari Bandung. Seorang yang mencintai seni dan teater.

•Baso: Dari Gowa, Sulawesi. Terkenal karena memori fotografis dan Bahasa Arab yang fasih. Ia
meninggalkan Pondok Madani saat kelas lima untuk menjaga neneknya dan berusaha menghafal Al-
Qur`an di kampung halamannya.

Karakter Lain:

•sunting

•Amak

•Ayah/Fikri Syafnir/Katik •Parpatiah Nan Mudo

•Pak Sikumbang

•Pak Etek Muncak

•Pak Etek Gindo Marajo

•Pak Sutan

•Ismail Hmzah

•Burhan

•Ustadz Salman

•Kiai Amin Rais

•Kak Iskandar Matrufi

•Rajab Sujai/Tyson

•Ustadz Torik

•Raymond Jeffry/Randai

•Ustadz Surur

•Ustadz Faris

•Ustadz Jamil

•Ustadz Badil

•Ustadz Karim
•Kak Jalal

•Amir Tsani

•Pak Yunus

•Kurdi

•Ustadz Khalid

•Shaliha

•Sarah

•Mbok Warsi

D.Kelebihan:

Novel ini cocok dibaca oleh semua kalangan baik dari kalangan anak kecil maupun orang dewasa.
Novel ini menggambarkan sebuah persahabatan sehingga dapat dijadikan contoh yang baik bagi para
pembaca.

Novel ini sangat inspiratif karena dapat mendongkrak semangat anak muda untuk menggapai cita-
cita dan jangan pernah takut terhadap mimpi yakinlah bahwa Allah telah memberikan kesuksesan
untuk hambanya yang mau berusaha. Ingat ”man adda wajadda’’

Novel ini mampu mengubah tentang pola pikir masyarakat yang konservatif terhadap pesantren.
Mereka menilai bahwa di pesantren hanya mempelajari ilmu agama saja, namun faktanya juga
mempelajari bahasa Arab, bahasa Inggris, kesenian dan ilmu pengetahuan lainnya.

E.Kekurangan:

Ada beberapa kata bahasa Arab yang tidak diterjemahkan sehingga mempersulit orang awam dalam
memahami maknanya.

Novel ini tidak memberikan gambaran tokoh lain-lainnya secara jelas di akhir cerita perjalanan
hidupnya.

F.Latar

Adapun latar dari novel ini yaitu di Pondok Madani hal ini didukung oleh tema yang ada yaitu
pendidikan. Karakter tokoh utama juga mendukung latar yang ada.

Kutipan Novel:

ingin belajar berbagai macam ilmu. Lingkungannya Pondok Madani diberkti oleh energi yang
membuat kami sangat menikmati belajar dan selalu membuat orang yang tidak belajar menjadi
orang aneh. Karena itu cukup sulit menjadi pemalas di PM.

G. Sudut Pandang

Dalam novel ini penulis menggunakan sudut pandang orang pertama. Hal ini dikarenakan tokoh
utama selalu menyebut dirinya dengan kata aku.

Kutipan Novel:

Aku baca suratnya sekali lagi. Senang membaca surat dari kawan lama. Tapi aku juga iri. Rencana
masuk SMA-nya juga rencanaku dulu. Aku menghela napas dan menatap kosong kepuncak pohon
kelapa. Aku tidak boleh terlambat lagi. Aku kapok jadi jasus. Aku jera menjadi drakula. ( hal. 102-
103).

H. Gaya Bahasa

Gaya bahasa yang digunakan penulis dalam novel ini sangat inspiratif. Dari tiap kata-katanya kita
merasakan kekuatan pandangan hidup yang mendasari bangktnya semangat untuk mencapai harga
diri, prestasi dan martabat diri.

Kutipan Novel:

Dulu kami melukiss langit dan membebaskan imajinasi itu lepas membumbung tinggi. Aku melihat
awan yang seperti benua Amerika, Raja bersikeras awan yang sama berbentuk Eropa, sementara
Atang sangat percaya bahwa awan itu berbentuk Afrika. Baso malah melihat semua ini dalam konteks
Asia, sedang Said dan Dulmajid awan itu berbentuk peta negara kesatuan Indonesia. Dulu kami tidak
takut bermimpi. Meski juga kami tidak tahu bagaimana merealisasikannya. Tapi lihat hari ini, setelah
kami mengerahkan segala ikhtiar dan menggenapkan dengan doa, Tuhan mengirim benua impian
kepelukan kami masing-masing. Kun fayakun, maka semula awan impian, kini hidup yang nyata. ( hal.
405 ).

I. Amanat

Adapun amanat dalam novel ini adalah sebuah perenungan yang diberikan penulis bagi pembaca
untuk tidak putus asa dalam hidup dan bermanfaat bagi diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan
agama.

Kutipan Novel:

Jangan pernah remehkan impian walau setinggi apapun. Tuhan sungguh Maha Mendengar.

Man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh akan berhasil. ( hal.405 ).

DAFTAR PUSTAKA

Endraswara, Suwardi. 2008. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta: Medpress

Fuadi, A. 2009. Negeri 5 Menara. Jakarta : PT Gramedia

Jauhari, Heri. 2008. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Pustaka Setia

Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta : Gajah Mada University Press

Ratna, Nyoman Kutha. 2009. Penelitian Sastra ( Teori, Metode, dan Teknik ). Yogyakarta : Pustaka
Pelajar

Anda mungkin juga menyukai