Anda di halaman 1dari 4

Home Ekonomi Syariah Tafsir Khutbah Hikmah Sirah Nabawiyah Bahtsul Masail Ubudiyah Gallery

Lainnya HOME KHUTBAH HIKMAH EKONOMI SYARIAH BATHSUL MASAIL UBUDIYAH FIQIH DIFABEL
WARISAN ZAKAT NIKAH VIDEO FOTO DOWNLOAD BAHTSUL MASAIL Penjelasan tentang Fidyah
Pengganti Shalat Orang Meninggal M Ali Zainal Abidin Jumat 11 Oktober 2019 17:00 WIB BAGIKAN:
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Ustadz yang saya hormati, perkenalkan nama saya
Suwardi dari Kebumen. Saya mau tanya, mohon penjelasan tentang masalah fidyah shalat orang
meninggal yang pernah meninggalkan shalat karena sakit secara rinci dan tata cara praktik
pelaksanaannya? ADVERTISEMENT Atas jawaban dan penjelasannya saya ucapakan terima kasih.
Jawaban: Waalaikumussalam wa rahmatullahi wa barakatuh. Terima kasih atas pertanyaan Saudara.
Semoga Saudara senantiasa diberi keberkahan dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Amin.
Sebelumnya patut dipahami bahwa para ulama Syafi’iyah berbeda pendapat tentang shalat yang
ditinggalkan oleh seseorang di masa hidup: apakah dapat diqadha’i oleh orang lain atau tidak.
ADVERTISEMENT Pendapat masyhur dalam mazhab Syafi’i menyebutkan bahwa ibadah shalat mayit
(orang yang sudah wafat) tidak dapat diqadha’i oleh siapa pun, serta tidak dapat digantikan dengan
pembayaran fidyah berupa menyedekahkan makanan pokok. Pendapat lain mengatakan bahwa shalat
yang ditinggalkan oleh mayit semasa hidup dapat diqadha’i. Dalam qaul qadim Imam As-Syafi’i
berpandangan bahwa jika mayit meninggalkan harta warisan (tirkah) maka wajib bagi wali mayit (anak,
saudara, dll) untuk mengqadha’i shalatnya. Sedangkan pendapat terakhir menyebutkan bahwa setiap
shalat yang ditinggalkan oleh mayit digantikan dengan pembayaran fidyah (pemberian makanan pokok)
kepada fakir miskin sebesar satu mud (0,6 kilogram atau ¾ liter) makanan pokok. Perbedaan pendapat
tentang hal ini dijelaskan dalam kitab Fath al-Mu’in: ADVERTISEMENT (‫ )فائدة‬،‫ فال قضاء‬،‫من مات وعليه صالة‬
‫ وفعل به السبكي عن بعض‬،‫ ومن ثم اختاره جمع من أئمتنا‬،‫ لخبر البخاري وغيره‬،‫ أنها تقضى عنه‬- ‫ كجمع مجتهدين‬- ‫ وفي قول‬.‫وال فدية‬
‫ أنه‬- ‫ عليه كثيرون من أصحابنا‬- ‫ وفي وجه‬.‫ كالصوم‬،‫ أن يصلي عنه‬- ‫ إن خلف تركه‬- ‫ ونقل ابن برهان عن القديم أنه يلزم الولي‬،‫أقاربه‬
‫ مذهب أهل‬:‫ وفي شرح المختار لمؤلفه‬.‫ واجبة أو مندوبة‬:‫ يصل للميت كل عبادة تفعل عنه‬:‫ وقال المحب الطبري‬.‫يطعم عن كل صالة مدا‬
‫السنة أن لالنسان أن يجعل ثواب عمله وصالته لغيره ويصله‬. ADVERTISEMENT “Faidah. Barangsiapa meninggal dunia
dan memiliki tanggungan shalat, ia tidak wajib mengqadha’ dan membayar fidyah (atas shalat tersebut).
Sedangkan menurut sebagian pendapat—seperti sekelompok mujtahid—shalat tersebut diqadha’i,
berdasarkan hadits riwayat Imam Bukhari dan lainnya. Pendapat ini juga dipilih oleh para imam mazhab
kita (Syafi’i) dan Imam as-Subki melakukan hal ini pada sebagian kerabatnya. Imam Ibnu Burhan menukil
dari qaul qadim bahwa wajib bagi wali untuk menshalati atas shalat yang mayit tinggalkan, jika memang
mayit meninggalkan harta tirkah (warisan). Menurut pendapat lain, yang diikuti oleh banyak ulama
mazhab Syafi’i bahwa wali memberi makan satu mud pada setiap shalat (yang ditinggalkan). Imam al-
Muhib at-Thabari berpendapat bahwa setiap ibadah yang dilakukan untuk mayit bisa sampai padanya,
baik berupa ibadah wajib ataupun ibadah sunnah. Dalam kitab Syarah al-Mukhtar dijelaskan: ‘Mazhab
Ahlussunnah wal Jama’ah berpandangan bahwa seseorang bisa menjadikan pahala amal dan shalatnya
untuk orang lain dan pahala tersebut bisa sampai padanya’” (Syekh Zainuddin al-Maliabari, Fath al-
Mu’in, juz 2, hal. 276) Baca juga: ● Penjelasan Umum tentang Kafarat, Fidyah, dan Dam (1) ●
Penjelasan Umum tentang Kafarat, Fidyah, dan Dam (2) Salah satu ulama Syafi’iyah yang berpandangan
bahwa shalat yang ditinggalkan oleh mayit dapat digantikan dengan memberi makanan satu mud adalah
Imam al-Baghawi, seperti yang dijelaskan dalam kitab al-Majmu’ ala Syarh al-Muhadzab: {‫لو مات }فرع‬
‫وعليه صالة أو اعتكاف لم يفعلهما عنه وليه وال يسقط عنه بالفدية صالة وال اعتكاف * هذا هو المشهور في المذهب والمعروف من‬
‫نصوص الشافعي في االم وغيره ونقل البويطي عن الشافعي أنه قال في االعتكاف يعتكف عنه وليه وفى وراية يطعم عنه قال البغوي وال‬
‫“ يبعد تخريج هذا في الصالة فيطعم عن كل صالة مد‬Jika seseorang meninggal dan ia memiliki tanggungan shalat
atau i’tikaf yang belum ia lakukan, maka pihak wali mayit tidak dapat melakukan kedua ibadah tersebut
atas ganti mayit, dan membayar fidyah pun tidak menggugugurkan tanggungan shalat dan i’tikaf mayit.
Pendapat ini merupakan pendapat yang masyhur dalam mazhab Syafi’i dan pandangan yang terkenal
dalam nash Imam as-Syafi’i dalam kitab al-Um dan kitab yang lain. Imam al-Buwaithi menukil dari
Imam as-Syafi’i bahwa beliau berpandangan tentang I’tikaf bisa digantikan oleh pihak wali, sedangkan
dalam sebagian riwayat digantikan dengan memberi makanan (fidyah) atas ganti tanggungan i’tikaf
mayit. Imam al-Baghawi berkata: ‘Tidak jauh untuk memberlakukan hal ini dalam shalat, maka pihak
wali memberi makanan (fidyah) satu mud atas setiap shalat’” (Syekh Yahya bin Syaraf an-Nawawi, al-
Majmu’ ala Syarh al-Muhadzab, juz 6, hal. 372). Pandangan bahwa shalat mayit dapat digantikan
dengan fidyah ini, sesuai dengan salah satu Hadits mauquf dari sahabat Ibnu ‘Abbas: ، ‫َال ُيَص ِّلي َأَح ٌد َع ْن َأَحٍد‬
‫“ َو َال َيُصوُم َأَح ٌد َع ْن َأَحٍد َو َلِكْن ُيْطِع ُم َع ْنُه َم َك اَن ُك ِّل َيْو ٍم ُم ًّد ا ِم ْن ِح ْنَطٍة‬Seseorang tidak dapat shalat atas ganti shalat
orang lain dan tidak dapat puasa atas ganti puasa orang lain, tetapi ia dapat memberi makan atas ganti
(shalat atau puasa) orang lain, setiap hari satu mud dari gandum” (HR. An-Nasa’i) Selain dalam mazhab
Syafi’i, penggantian shalat yang ditinggalkan oleh mayit dengan membayar fidyah juga merupakan
pendapat yang mu’tabar dalam mazhab Hanafiyah. Namun dalam hal ini, para ulama Hanafiyah
berpendapat bahwa shalat yang ditinggalkan oleh mayit dapat digantikan dengan pembayaran fidyah
hanya ketika mayit mewasiatkan untuk pembayaran fidyah atas shalat yang ia tinggalkan. Jika mayit
tidak mewasiatkan tentang pembayaran fidyah ini, maka para ulama Hanafiyah tidak berpandangan
bahwa pembayaran fidyah dapat menggantikan shalat yang ditinggalkan oleh mayit, kecuali menurut
pandangan Muhammad bin Hasan yang mengatakan bahwa pembayaran fidyah tetap dapat mengganti
atas shalat yang ditinggalkan oleh mayit, meskipun mayit tidak mewasiatkannya. Pembayaran fidyah
dalam mazhab Hanafi ini dapat memilih di antara dua komoditas, yaitu setengah sha’ (1,9 kilogram)
gandum/tepung atau satu sha’ (3,8 kilogram) kurma atau anggur. Namun wali mayit juga dapat
mengeluarkan fidyah dengan bentuk nominal uang yang setara dengan harga salah satu dari dua pilihan
pembayaran tersebut, sehingga secara umum dapat dipahami bahwa pembayaran fidyah menurut
mazhab Hanafi ini relatif lebih besar takarannya jika dibandingkan pembayaran fidyah dalam mazhab
Syafi’i. Perincian tentang pandangan mazhab Hanafiyah dalam persoalan fidyah shalat ini, seperti yang
dijelaskan dalam kitab al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-Kuwaitiyyah: ‫ذهب جمهور الفقهاء " المالكّية والّش افعّية والحنابلة‬
‫ وذهب الحنفّية إلى أّنه إذا مات المريض ولم يقدر على أداء الّص الة باإليماء برأسه ال يلزمه‬.‫" إلى أّن الّصالة ال تسقط عن المّيت باإلطعام‬
‫ فيخرج عنه ولّيه من ثلث‬، ‫ أّم ا إذا كان قادرًا على الّصالة ولو باإليماء وفاتته الّص الة بغير عذر لزمه اإليصاء بالكّفارة عنها‬.‫اإليصاء بها‬
: ‫ وهو قوله صلى هللا عليه وسلم‬، ‫ وقد ورد الّنّص في الّص يام‬.‫ وكذا الوتر ألّنه فرض عملّي عند أبي حنيفة‬، ‫الّتركة لكّل صالة مفروضة‬
‫ فيكون على كّل صالة‬، ‫ اعتبار كّل صالة بصوم يوم‬: ‫ والّصحيح‬. ‫« ولكن يطعم عنه » والّصالة كالّص يام باستحسان المشايخ لكونها أهّم‬
‫ وإن لم‬.‫ وهي أفضل لتنّوع حاجات الفقير‬، ‫ أو صاع تمر أو زبيب أو شعير أو قيمته‬، ‫ وهي نصف صاع من بّر أو دقيقه أو سويقه‬، ‫فدية‬
‫يوص وتبّرع عنه ولّيه أو أجنبّي جاز إن شاء هّللا تعالى عند محّم د بن الحسن وحده ألّنه قال في تبّرع الوارث باإلطعام في الّص وم يجزيه إن‬
‫ وفي إيصائه به جزم الحنفّية باإلجزاء‬.‫“ شاء هّللا تعالى من غير جزم‬Mayoritas ulama fiqih (Malikiyah, Syafi’iyah, dan
Hanbaliyah) berpandangan bahwa shalat tidak gugur atas mayit dengan memberi makan (pada orang
lain). Sedangkan ulama mazhab Hanafiyah berpandangan bahwa ketika orang yang sakit meninggal, dan
ia sebelumnya tidak mampu untuk melaksanakan shalat dengan berisyarat dengan kepalanya, maka ia
tidak wajib untuk mewasiatkan tentang shalat yang tertinggal tersebut. Jika ia mampu untuk
melakukan shalat, walaupun dengan berisyarat, dan shalatnya tidak ia laksanakan dengan tanpa adanya
uzur, maka wajib baginya untuk mewasiatkan pembayaran kafarat (denda) atas shalat tersebut. Maka
pihak wali mayit mengeluarkan harta dari sepertiga harta peninggalan mayit untuk setiap shalat fardhu
yang ditinggalkan, begitu juga untuk shalat witir, sebab sahalat witir merupakan amaliah fardhu
menurut imam Abu Hanifah. Dalil nash yang menjelaskan tentang fidyah ini terdapat pada
permasalahan puasa, yakni sabda Rasulullah: ‘Tetapi (wajib) memberi makanan sebagai ganti dari
puasa’, sedangkan shalat sama persis dengan puasa atas jalan istihsan (anggapan baik) para masyayikh
(ulama fiqih Hanafiyah), sebab shalat dipandang lebih penting. Menurut qaul shahih, setiap shalat
disamakan seperti puasa satu hari, maka setiap satu shalat wajib satu fidyah yakni setengah sha’ dari
gandum atau tepung atau gandum kecil; atau satu sha’ dari kurma, anggur, jerawut, atau harga dari
komoditas tersebut. Memberi fakir miskin nominal harga dari komoditas tersebut dipandang lebih
utama, sebab beraneka ragamnya kebutuhan orang-orang fakir. Jika mayit tidak mewasiatkan tentang
shalat yang ia tinggalkan lalu pihak wali mayit atau orang lain ber-tabarru’ (lepas tanggung jawab) untuk
membayarkan fidyah, maka hal tersebut insyaallah diperbolehkan hanya menurut pandangan
Muhammad bin Hasan saja. Sebab beliau berpandangan bahwa tabarru’-nya wali untuk memberikan
fidyah (makanan) atas puasa mayit adalah hal yang mencukupinya insyaallah dengan tanpa adanya
kemantapan (bimbang). Sedangkan dalam permasalahan ketika mayit ini mewasiatkan tentang
membayar fidyah, maka ulama Hanafiyah mantap untuk berpandangan mencukupi bagi ibadah (shalat
atau puasa) mayit” (Kementrian Wakaf dan Urusan Keagamaan, al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah al-
Kuwaitiyyah, juz 25, hal. 83) Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembayaran fidyah
merupakan salah satu dari pandangan para ulama tentang hal yang bisa menggantikan shalat yang telah
ditinggalkan oleh mayit. Cara pembayaran fidyah—jika berpijak pada mazhab Syafi’i—adalah dengan
memberi makanan pokok (beras) senilai satu mud (0,6 kilogram atau ¾ liter) kepada fakir miskin sebagai
pengganti setiap satu shalat yang ditinggalkan oleh mayit. Sedangkan menurut mazhab Hanafiyah,
pembayaran fidyah dapat berupa salah satu di antara dua pilihan, yakni setengah sha’ (1,9 kilogram)
gandum atau tepung atau satu sha’ (3,8 kilogram) kurma atau anggur. Wali mayit (anak, saudara, dll)
juga dapat mengeluarkan fidyah dengan bentuk nominal uang yang setara dengan harga salah satu dari
dua pilihan pembayaran fidyah di atas. Dua pendapat di atas sama-sama dapat diikuti dan diamalkan,
tapi jika wali mayit merupakan penganut mazhab Syafi’i hendaknya konsisten untuk mengikuti pendapat
dalam mazhab Syafi’i dalam hal pembayaran fidyah ini, agar tidak terjadi talfiq fil mazhab
(pencampuradukan pendapat berbagai mazhab) dalam satu kasus hukum. Selain itu, wali mayit juga
dapat memilih pendapat lain tentang pengganti shalat yang ditinggalkan oleh mayit, misalkan dengan
cara mengqadha’ setiap shalat yang ditinggalkan oleh mayit. Sebab persoalan ini sejak awal memang
merupakan persoalan yang diperdebatkan di antara ulama. Wallahu a’lam. Ustadz M. Ali Zainal
Abidin, Pengajar di Pondok Pesantren Annuriyah, Kaliwining, Rambipuji, Jember TAGS: shalat fidyah
BAGIKAN: ARTIKEL TERKAIT Pentingnya Musyawarah dan Istikharah Sebelum Membuat Keputusan
Penting Khutbah Istisqa Sebelum atau Sesudah Shalat? Tutup Aksi Damai, PMII Bojonegoro Shalat Ghaib
dan Tahlil di Mapolres Hukum Imam Shalat Jumat Membaca Selain Surat yang Dianjurkan Nabi Kemarau
Panjang, Ribuan Nahdliyin Pekalongan Gelar Shalat Istisqa TERPOPULER REKOMENDASI 1 Khutbah
Jumat: Merenungkan Ciptaan Allah Ta’ala Kamis 27 Mei 2021 2 Imam Nawawi, Ulama Besar yang Hidup
Membujang Kamis 27 Mei 2021 3 Sejarah Bani Israil (4): Zionisme dan Ambisi Punya Negara Sendiri Ahad
23 Mei 2021 4 Penyakit ‘Ain: Penyebab, Bahaya, dan Doa Terhindar darinya Selasa 25 Mei 2021 5
Khutbah Gerhana: Betapa Teraturnya Peredaran Bumi-Bulan-Matahari Rabu 26 Mei 2021 TOPIK Hikayat
Bani Israil dari Masa ke Masa Khutbah Jumat Bulan Syawal atau Pasca-Ramadhan Penjelasan dan Ragam
Tafsir Mimpi dalam Islam Kumpulan Artikel Amalan Bulan Syawal Kumpulan Khutbah Gerhana Terfavorit
WAWANCARA RISALAH REDAKSI Potret Pendidikan Indonesia di Daerah Terluar, Terdepan, dan
Tertinggal Senin 3 Mei 2021 Perjuangan Satgas NU Melawan Laju Pandemi Covid-19 Rabu 21 April 2021
Langkah PB PMII Wujudkan Cita-cita Terdepan dalam Kemajuan Sabtu 17 April 2021 Sambut Indonesia
Emas, Dosen PMII Harus Selalu Mengembangkan Diri Ahad 4 April 2021 Harapan Dakwah Aswaja dan
Kondisi Dai di Harlah Ke-98 NU Ahad 28 Februari 2021 TERKINI Setahun Pembelajaran Daring, Fenomena
'Learning Loss' Menggejala Ahad 30 Mei 2021 Saudi Kembali Buka Kedatangan Warga Asing dari 11
Negara Ini Ahad 30 Mei 2021 Kisah Pak Poleng, Santri Kinasih Mbah Siraj Payaman Magelang Ahad 30
Mei 2021 Menag Revitalisasi KUA Seluruh Indonesia Ahad 30 Mei 2021 Sekjen PBNU: Perlu Kreativitas
dan Inovasi dalam Membumikan Pancasila Ahad 30 Mei 2021 SENI BUDAYA Corona dan Kesalahan
Manusia Sabtu 22 Mei 2021 Ziarah Kubur dan Posisi Makam Ulama Betawi Ahad 16 Mei 2021 Nostalgia
Pertama Kali Mondok bersama 'Mantuk' Kamis 13 Mei 2021 Takbir: Mengagungkan Tuhan, Mengecilkan
Ego Kamis 13 Mei 2021 Sukarno: Bapak Teater Indonesia Kamis 6 Mei 2021 SEJAWAT Beranda Tentang
NU Redaksi Kontak Kami Download © 2020 NU Online | support@nu.or.id

Sumber: https://islam.nu.or.id/post/read/112035/penjelasan-tentang-fidyah-pengganti-shalat-orang-
meninggal

===

Yuk, install NU Online Super App versi Android (s.id/nuonline) dan versi iOS (s.id/nuonline_ios). Akses
dengan mudah fitur Al-Qur'an, Yasin & Tahlil, Jadwal Shalat, Kompas Kiblat, Wirid, Ziarah, Ensiklopedia
NU, Maulid, Khutbah, Doa, dan lain-lain.

Anda mungkin juga menyukai