Anda di halaman 1dari 36

MODUL MANAJEMEN DAN

KEPEMIMPINAN

MODUL 4A
MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN

“MENERAPKAN MANAJEMEN DALAM PELAYANAN KEBIDANAN”

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES RI MEDAN
TINGKAT III SEMESTER VI
T.A 2023/2024

MODUL 4 1
MODUL MANAJEMEN DAN
KEPEMIMPINAN

HALAMAN PENGESAHAN

1. Matakuliah : Manajemen Dan Kepemimpinan


2. Judul Modul : Menerapkan manajemen dalam pelayanan kebidanan
3. Prodi : Sarjana Terapan Kebidanan
4. Jurusan : Kebidanan Medan Poltekkes Kemenkes Medan
5. Penulis : 1. Anggi Putri Rahdahani (P07524421004)
2. Cecillia Libnasia Tampubolon (P07524421006)
3. Elmi Fitria Nasution (P07524421011)
4. Putri Indah Lestari Sarumpaet (P07524421032)

Medan, 24 Januari 2024

Mengetahui

Kaprodi Poltekkes Kemenkes Medan Ketua Jurusan kebidanan Medan

Yusniar Siregar,SST,M.Kes Arihta br.sembiring,SST,M.kes


NIP : 1966091019940320001 NIP : 197002131998032001

MODUL 4 2
MODUL MANAJEMEN DAN
KEPEMIMPINAN

LEMBAR PENGESAHAN
MODUL PEMBELAJARAN

Peruntukan : Mahasiwa Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan Medan Telah


disahkan dan dapat di pergunakan bagi kalangan sendiri

Institusi : Poltekkes Kemenkes Medan

Dosen Pengajar : Dr.Efendi Sianturi, SKM,M.,Kes

Nomor Pustaka : -

Medan, 24 Januari 2024

Direktur Poltekkes Kemenkes Medan Ketua Jurusan Kebidanan

RR.Sri Arini Winarti Rinawati,SKM,M.Kep Arihta br.sembiring,SST,M.Kes


NIP: 197209021992032001 NIP:197002131998032001

MODUL 4 3
MODUL MANAJEMEN DAN
KEPEMIMPINAN

VISI & MISI PRODI SARJANA TERAPAN KEBIDANAN


MEDAN

VISI:
Menghasilkan lulusan bidan professional dalam asuhan kebidanan komprehensif yang
unggul dalam hypnotherapy kebidanan.

MISI:

1. Menyelenggarakan pendidikan Kebidanan dengan mengikuti perkembangan


IPTEK kebidanan.
2. Melaksanakan penelitian Kebidanan untuk mengembangkan keilmuan kebidanan.
3. Melaksanakan pengabdian kepada masyarakat dengan prinsip pemberdayaan
keluarga
4. Mengembangkan pelayanan Kebidanan dengan unggulan Hypnotherapy dalam
asuhan kebidanan

MODUL 4 4
MODUL MANAJEMEN DAN
KEPEMIMPINAN

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Rahmat dan
Hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan modul manajemen dan kepemimpinan
yang berjudul “Menerapkan manajemen dalam pelayanan kebidanana”. Kemudian, tidak
lupa kami ucapkan kepada bapak dosen yaitu Dr. Efendi Sianturi, SKM,M.Kes yang telah
memberikan tugas modul ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan modul ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari kata sempurna, baik dalam penulisan maupun dalam penyajiannya. Mengingat
isinya sangat penting sebagai bahan pembelajaran agar tercapainya tujuan dalam menghadapi
dan memecahkan masalah. Sebagai penulis dan penyusun modul kami juga mengharapkan
kritik dan saran yang sifatnya membangun. Bila terdapat kesalahan dalam penulisan modul
ini, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Dan kami berharap mudah-mudahan modul ini
besar manfaatnya bagi para pembaca dan khususnya kami sebagai penulis.

Medan, 24 Januari 2024

Kelompok 4 A

MODUL 4 5
MODUL MANAJEMEN DAN
KEPEMIMPINAN

DAFTAR ISI
Hh

HALAMAN JUDUL..........................................................................................................1
LEMBAR PENGESAHAN...............................................................................................3
VISI & MISI.......................................................................................................................4
KATA PENGANTAR.......................................................................................................5
DAFTAR ISI .....................................................................................................................6
PENDAHULUAN .............................................................................................................7
A. Deskripsi singkat....................................................................................................7
B. Relevansi.................................................................................................................7
C. Tujuan belajar..........................................................................................................7
PETUNJUK PEMBELAJARAN.....................................................................................8
KEGIATAN BELAJAR I ................................................................................................9
URAIAN MATERI......................................................................................................9
A. Kepemimpinan dalam setting pelayanan kebidanan................................................9
B. Lingkungan sosek yang mempengaruhi kebijakana, pelayanan dan model asuhan
.................................................................................................................................14
C. Regulasi dan peraturan dalam pelayanan kebidanan...............................................15
D. Tanggungjawab akuntabilitas dalam pelayanan kebidanan.....................................21
TEST FOMATIF...............................................................................................................29
KUNCI JAWABAN...........................................................................................................32
KESIMPULAN..................................................................................................................33
SARAN ..............................................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................35

MODUL 4 6
MODUL MANAJEMEN DAN
KEPEMIMPINAN

BAB I
PENDAHULUAN

DESKRIPSI SINGKAT

Modul ini memberikan kemampuan kepada mahasiswa untuk dapat memahami


materi tentang “Menganalisis data dalam penelitian” Modul ini juga memberikan
pemahaman bagi mahasiswa tentang metode yang dapat digunakan dalam menganalisis dan
mengumpulkan data penelitian.

RELEVANSI

Materi dalam modul ini berkaitan dengan materi matakuliah penelitian dalam
kebidanan.

TUJUAN BELAJAR

Setelah mempelajari modul ini penulis mengharapkan :


• Mahasiswa mampu mengetahui tentang kepemimpinan dalam setting pelayanan kebidanan
• Mahasiswa mampu mengetahui tentang lingkungan sosek yang mempengaruhi kebijakan
pelatyanan, dan model asuhan
• Mahasiswa mampu mengetahui regulasi dan peraturan dalam pelayanan kebidanan
• Mahasiswa mampu mengetahui tangggung jawab akuntabilitas dalam pelayanan
kebidanan

MODUL 4 7
MODUL MANAJEMEN DAN
KEPEMIMPINAN

PETUNJUK PEMBELAJARAN

Sebelum memulai mempelajari modul pembelajaran ini, dianjurkan agar membaca do’a
terlebih dahulu menurut agama dan kepercayaan masing-masing agar mendapat ilmu yang
bermanfaat.

• Bacalah uraian materi yang telah dipaparkan secara detail, tujuannya agar mahasiswa
mampu mengetahui pokok-pokok pikiran yang di urainkan dalam modul pembelajaran.
• Setelah mengetahui pokok-pokok fikiran bacalah sekali lagi secara cermat agar lebih
memahami mengenai pembahasan pokok fikiran.
• Untuk memudahkan anda mencari materi yang telah di baca maka beri tanda pada bacaan
yang telah anda baca.
• Bila anda belum terlalu yakin telah memahami materi tersebut maka bacalah sekali lagi
materi yang belum anda pahami
• Pelajari cara menyelesaikan soal yang telah di berikan, cara pengerjaannya seperti
berikut:
a. Baca soal yang akan anda kerjakan
b. Analisi soal tersebut dan carilah jawaban yang terdapat di materi Modul.
c. Carilah permasalahan dari soal tersebut
d. Buatlah konsep untuk menjawab soal yang telah di berikan
e. Tulis jawaban yang telah anda dapatkan padfa lembar jawaban

MODUL 4 8
MODUL MANAJEMEN DAN
KEPEMIMPINAN

KEGIATAN BELAJAR I
URAIAN MATERI

A. Kepemimpinan Dalam Setting Pelayanan Kebidanan


1. Defenisi Kepemimpinan
Kepemimpinan atau leadership merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu social, sebab
prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi
kesejahteraan manusia. Ada banyak pengertian yang dikemukakan oleh para pakar
menurut sudut pandang masing-masing, definisi-definisi tersebut menunjukkan adanya
beberapa kesamaan.
Kepemimpinan adalah ilmu dan seni mempengaruhi orang lain atau kelompok untuk
bertindak seperti yang diharapkan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien serta
sesuatu usaha untuk menggarahkan, membimbing dan memotivasi dan bersama-sama
mengatasi masalah dalam proses pencapain tujuan.
Pemimpin (leader) berasal dari kata dalam bahasa inggris a leader. Dari kata tersebut
maka pengertian pemimpin dapat diartikan seorang yang karena kecakapan pribadinya
dapat mempengaruhi kelompok yang dipimpinnya untuk mengarahkan upaya bersama
kearah pencapaian sasaran-sasaran tertentu. Pemimpin dapat bersifat resmi (formal) dan
tidak resmi (non formal). Pemimpin resmi diangkat atas dasar SKresmi dari orang yang
mengangkatnya dan biasanya mendapat gaji, sedangkan pemimpin tidak resmi diangkat
tanpa SK dan biasanya tanpa gaji.

Menurut Kartono kepemimpinan yaitu kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain
agar mau bekerjasama yang didasarkan pada kemampuan orang tersebut untuk
membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan kelompok.
Kepemimpinan adalah bentuk dominasi yang didasari atas kemampuan pribadi yang
sanggup mendorong atau mengajak orang lain untuk berbuat sesuatu yang berdasarkan
penerimaan oleh kelompoknya, dan memiliki keahlian khusus yang tepat bagi situasi
yang khusus. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpnan
merupakan kemampuan mempengaruhi orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan

MODUL 4 9
MODUL MANAJEMEN DAN
KEPEMIMPINAN

mengarahkan tingkah laku bawahan atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian
khusus dalam bidang yang diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan
organisasi atau kelompok (Ellisyah, 2019).

Swansburg menyatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses yang


mempengaruhi aktifitas suatu kelompok yang terorganisasi dalam usahanya mencapai
penetapan dan pencapaian tujuan Menurut George Terry (1986), Kepemimpinan adalah
kegiatan untuk mempengaruhi orang lain agar mau bekerja dengan suka rela untuk
mencapai tujuan kelompok (Suryani et al., 2021).

Kepimpinan merupakan penggunaan keterampilan seseorang dlm mempengaruhi


orang lain untuk melaksanakan sesuatu dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
kemampuan. Definisi pengertian kepemimpinan diatas maka kepemimpinan dipandang
sebagai suatu proses interaktif yang dinamis yang mencakup tiga dimensi yaitu dimensi
pimpinan, bawahan dan situasi (Suryani et al., 2021).

Pemimpin dan kepemimpinan merupakan seni dan keterampilan seseorang dalam


memanfaatkan seseorang dalam memanfaatkan kekuasaannya untuk memengaruhi orang
lain, agar melaksanakan aktivitas tertentu yang diarahkan pada tujuan yang telah
ditetapkan. Dalam menghadapi berbagai situasi dan kondisi tertentu, seseorang
pemimpin harus melakukan upaya perubahan karakter. Hal ini dikarenakan perubahan
karakter merupakan strategi memecahkan permasalahan yang dihadapi. Tanpa
perubahan karakter integritas yang kukuh, daya tahan menghadapi kesulitan dan
tantangan, visi serta misi yang jelas, seseorang tidak akan pernah menjadi pemimpin.
Selain itu juga bertujuan untuk mencapai keinginan yang dapat diraih sehingga
menghasilkan kinerja pegawai atau anggota kelompok dapat maksimal. Sehingga
pemimpin dapat meningkatkan kinerja agar tercapainya hasil kerja dalam mewujudkan
tujuan organisasi. Maka dari itu dalam meningkatkan keselamatan pasien dibutuhkan
peran kepemimpinan

Teknik-Teknik Dalam Kepemimpinan

a. Teknik Pematangan dan Penyiapan Pengikut

b. Teknik Human Relation

c. Teknik Menjadi Teladan

MODUL 4 10
MODUL MANAJEMEN DAN
KEPEMIMPINAN

d. Persuasi dan Pemberian Perintah

e. Teknik Penggunaan Sistem Komunikasi yang Cocok

f. Teknik Penyediaan Fasilitas

Unsur unsur kepemimpinan

Empat unsur pokok kepemimpinan :

1. Adanya kepemimpinan

Unsur pertama dari kepemimpinan adalah adanya pemimpin yakni seorang yang
mendorong dan atau mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang lain,
sehingga tercipta hubungan kerja yang serasi dan menguntungkan untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan tertentu.

2. Adanya pengikut

Seorang atau sekelompok orang yang mendapat dorongan atau pengaruh sehingga
bersedia dan dapat melakukan berbagai aktivitas tertentu untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan.

3. Adanya sifat dan ataupun perilaku tertentu

Unsur ketiga dari kepemimpinan adalah adanya sifat ataupun perilaku tertentu
yang dimiliki oleh pemimpin yang dapat dimanfaatkan untuk mendorong dan
ataupun memepengaruhi seseorang atau sekelompokorang.

4. Adanya situasi dan kondisitertentu

Unsur keempat dari kepemimpinan adalah adanya situasi dan kondisi tertentu yang
memungkinkan terlaksananya kepemimpinan. Situasi dan kondisi yang dimaksud
dibedakan atas dua macam. Pertama, situasi dan kondisi yang terdapat di dalam
organisasi. Kedua, situasi kondisi yang terdapat di luar organisasi yakni
lingkungan secara keseluruhan.

2. Macam-Macam Gaya Kepemimpinan

MODUL 4 11
MODUL MANAJEMEN DAN
KEPEMIMPINAN

Gaya kepemimpinan pada dasarnya mengandung pengertian sebagai suatu


perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya
dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk
tertentu.

a. Gaya Kepemimpinan Otoriter / (Authoritarian), adalah gaya pemimpin yang


memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya
sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang
oleh pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya
melaksanakan tugas yang telah diberikan.
b. Gaya Kepemimpinan Demokratis/(Democratic), adalah gaya pemimpin yang
memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada
permasalahan selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh.
Dalam gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak
informasi tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya.
c. Gaya Kepemimpinan Bebas (Laissez Faire), adalah pemimpin jenis ini hanya
terlibat delam kuantitas yang kecil di mana para bawahannya yang secara
aktif menentukan tujuan dan penyelesaian masalah yang dihadap.
d. Kepemimpinan partisipatif adalah apabila dalam kepemimpinannya
dilakukan dengan cara persuasif, menciptakan kerja sama yang serasi,
menumbuhkan loyalitas dan partisipasi para bawahan. Pemimpin memotivasi
bawahan agar merasa ikut memiliki perusahaan. Pemimpin dengan gaya
partisipatif akan mendorong kemampuan bawahan mengambil keputusan.
Dengan demikian, pimpinan akan selalu membina bawahan untuk menerima
tanggung jawab yang lebih besar (Ellisyah, 2019).

Gaya kepemimpinan menurut Hersey dan Blanchard dalam Muninjaya (2004)


berdasarakan pemikiran bahwa tidak ada satu pun gaya kepemimpinan yang efektif
untuk semua situasi. Kekuatan yang ada pada diri pemimpin dan yang dimiliki oleh
kelompok (hubungan interpersonal diantara keduanya), serta situasi lingkungan
(orientasi tugas) akan ikut menentukan gaya kepemimpinan seseorang jika ia
berinteraksi dengan bawahannya. Gaya kepemimpinan menurut mereka, yaitu:
instruksi, konsultasi, partisipasi, dan delegasi.

3. Kepemimpinan Dalam Pelayanan Kebidanan

MODUL 4 12
MODUL MANAJEMEN DAN
KEPEMIMPINAN

Pelayanan kebidanan merupakan salah satu kegiatan dalam pembangunan


kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan, hidup sehat dan
mengambil bagian dalam pelayanan kesehatan masyarakat, serta membantu
menghasilkan generasi bangsa yang cerdas.

Pelayanan kebidanan yang berkualitas akan memberi hasil yang berkualitas, yaitu
kepuasan pelanggan maupun provider dan pelayanan yang bermutu. Untuk pelayanan
yang berkualitas tersebut diperlukan seorang pemimpin yang dapat meningkatkan
terus mutu pelayanan kebidanan yang diberikan oleh organisasinya dan pelayanan
yang diberikan harus berorientasi pada mutu.
Bidan dituntut harus mampu menerapkan aspek kepemimpinan dalam organisasi
dan manajemen pelayanan kebidanan (KIA/KB), kesehatan reproduksi dan kesehatan
masyarakat di komunitas dalam praktik kebidanan (Permenkes 149 pasal 8).
Bidan sebagai seorang pemimpin harus mampu :
a. Berperan serta dalam perencanaan pengembangan dan evaluasi kebijakan
kesehatan.
b. Melaksanakan tanggung jawab kepemimpinan dalam praktik kebidanan di
masyarakat.
c. Mengumpulkan, menganalisis dan menggunakan data serta
mengimplementasikan upaya perbaikan atau perubahan untuk meningkatkan
mutu pelayanan kebidanan di masyarakat.
d. Mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah secara proaktif, dengan
perspektif luas dan kritis.
e. Menginisiasi dan berpartisipasi dalam proses perubahan dan pembaharuan
praktik kebidanan.

Klien atau pasien menginginkan bidan dapat memberi pelayanan yang berkualitas.
Selain keterampilan dan pengetahuan diperlukan kematangan pribadi bidan dalam
memberi pelayanan karena bidan juga menjadi tokoh masyarakat dan panutan bagi kaum
wanita, oleh karena itu ada beberapa keterampiran bidan dalam kepemimimpinan.

a. Mengenali keterbatasan pengetahuan dan ketrampilan dan menolak setiap


tugas atau tanggung jawab diluar wewenang dan tanggung jawab bidan.
b. Menerima tanggung jawab kepemimpinan dalam praktik kebidanan.

MODUL 4 13
MODUL MANAJEMEN DAN
KEPEMIMPINAN

c. Menggunakan kemampuan untuk berfikir secara proaktif, perspektif luas dan


kritikal dalam konteks penyelesaian masalah.

B. Lingkungan sosek yang Mempengaruhi Kebijakan Pelayanan dan Model


Asuhan
Perilaku persalinan dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik langsung maupun tidak
langsung. Selain faktor sosial ekonomi dan budaya, perilaku persalinan juga dipengaruhi
oleh dukungan kebijakan, serta ketersediaan fasilitas kesehatan yang memadai dan
mudah diakses

Pendekatan yang mengutamakan pelayanan medis, menjadi tidak berarti ketika ibu
bersalin tidak berdaya memanfaatkan pelayanan kesehatan, karena faktor ekonomi,
budaya dan persepsi terhadap kualitas pelayanan kesehatan. Kurangnya dukungan sosial
merupakan faktor risiko penting bagi perilaku ibu hamil dan berdampak buruk terhadap
proses persalinan dan bayi yang dilahirkan. Dukungan masyarakat terhadap sistem
rujukan kesehatan dapat membantu menurunkan morbiditas dan kematian ibu. Fakta
tersebut menunjukkan bahwa perilaku pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dipengaruhi
faktor sosial ekonomi dan budaya. Teori perilaku kesehatan Model Lingkungan
Psikososial menyatakan bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi oleh aksesibilitas
informasi, dukungan sosial, otonomi personal, dan kondisi yang memungkinkan untuk
bertindak (Widodo, Amanah, Pandjaitan, Susanto, et al., 2017).

Kematian ibu tidak hanya disebabkan oleh kegawatdaruratan yang terkait dengan
kehamilan dan persalinan, tetapi juga oleh kualitas pelayanan kesehatan yang buruk, yang
dapat dipengaruhi oleh status sosial ekonomi dan lokasi geografis. Tingginya AKI jamak
terjadi pada populasi yang menghadapi ketimpangan sosial ekonomi. Beberapa penelitian
telah menunjukan bahwa sosial ekonomi merupakan salah satu faktor risiko kematian ibu
Untuk mengurangi kematian terkait kehamilan/persalinan yang bisa dicegah, faktor-
faktor yang dapat berkontribusi terhadap kematian ibu, seperti status sosial ekonomi yang
berkaitan dengan pemilihan fasilitas kesehatan, harus diidentifikasi. Dengan mengetahui
tentang faktor risiko lingkungan kritis, diharapkan dapat membantu mengurangi kematian
ibu (Khulafa & Asdary, 2021).

MODUL 4 14
MODUL MANAJEMEN DAN
KEPEMIMPINAN

Upaya meningkatkan cakupan persalinan yang aman telah banyak dilakukan melalui
penyediaan dan peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, bantuan jaminan biaya
persalinan, dan penyuluhan kesehatan kepada ibu hamil. Perilaku persalinan yang aman,
yaitu persalinan di fasilitas kesehatan yang memadai, merupakan salah satu kunci sukses
dalam upaya mencegah kematian ibu. Oleh karena itu, dilakukan penelitian yang
bertujuan untuk mengidentifikasi faktor sosial ekonomi dan budaya yang mempengaruhi
perilaku persalinan di perdesaan pada daerah angka kematian ibu tinggi dan rendah
(Widodo, Amanah, Pandjaitan, Susanto, et al., 2017).

Upaya yang paling efisien untuk mengatasi masalah tersebut adalah pelayanan
penyuluhan untuk meningkatkan dukungan keluarga dan dukungan lingkungan sosial,
memberikan jaminan kesetaraan kualitas pelayanan dan kepastian biaya pelayanan, serta
memfasilitasi kelengkapan administrasi. Dukungan sosial yang kuat ditunjukkan oleh
banyaknya tetangga, kader, pamong desa, dan petugas kesehatan yang menyarankan agar
melakukan persalinan di fasilitas kesehatan, memfasilitasi dalam mengurus jaminan biaya
persalinan, serta banyak saudara dan tetangga yang siap membantu mengurus anggota
keluarga ketika ditinggal bersalin di fasilitas Kesehatan (Widodo, Amanah, Pandjaitan, &
Susanto, 2017).

C. Regulasi dan Pengaturan Dalam Pelayanan Kebidanan

Regulasi hukum mengenai kewenangan bidan sebagaimana yang telah diuraikan


sebelumnya bahwa bidan mempunyai kewenangan dalam melakukan asuhan kebidanan
pada balita sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 28 Tahun
2017 tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan Indonesia. Beberapa kewenangan
bidan yang terkait dalam penelitian ini adalah Permenkes Nomor 28 Tahun 2017 Tentang
Izin Dan Penyelenggaraan Praktik Bidan disebutkan bahwa dalam memberikan
pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud pada pasal 20 ayat (1), Bidan
berwenang melakukan (Nuryuniarti & Nurmahmudah, 2019) :

a. pelayanan neonatal esensial;


b. penanganan kegawatdaruratan, dilanjutkan dengan perujukan;
c. pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, dan anak prasekolah; dan
d. konseling dan penyuluhan.

Ayat (5) Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 28 Tahun 2017 tentang
Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan Indonesia bahwa Pemantauan tumbuh kembang

MODUL 4 15
MODUL MANAJEMEN DAN
KEPEMIMPINAN

bayi, anak balita, dan anak prasekolah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
meliputi kegiatan penimbangan berat badan, pengukuran lingkar kepala, pengukuran
tinggi badan, stimulasi deteksi dini, dan intervensi dini peyimpangan tumbuh kembang
balita dengan menggunakan Kuesioner Pra Skrining Perkembangan (KPSP) (Andayani et
al., 2020)

Pasal 22 Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 28 Tahun 2017 tentang


Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan Indonesia menyebutkan bahwa “ Selain
kewenangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, Bidan memiliki kewenangan
memberikan pelayanan berdasarkan:

a. penugasan dari pemerintah sesuai kebutuhan; dan/atau ,


b. pelimpahan wewenang melakukan tindakan pelayanan kesehatan secara mandat
dari dokter.
Pasal 23 Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 28 Tahun 2017 tentang
Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan Indonesia menyebutkan :
1. Ayat (1) Kewenangan memberikan pelayanan berdasarkan penugasan dari pemerintah
sesuai kebutuhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf a, terdiri atas:
kewenangan berdasarkan program pemerintah;
2. Ayat (2) Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diperoleh Bidan setelah
mendapatkan pelatihan.
3. Ayat (3) Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diselenggarakan oleh
Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah bersama organisasi profesi terkait
berdasarkan modul dan kurikulum yang terstandarisasi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
4. Ayat (4) Bidan yang telah mengikuti pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
berhak memperoleh sertifikat pelatihan.
5. Ayat (5) Bidan yang diberi kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
mendapatkan penetapan dari kepala dinas kesehatan kabupaten/kota.
Pasal 24 ayat (1) Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 28 Tahun 2017
tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan Indonesia menyebutkan Pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh Bidan ditempat kerjanya, akibat kewenangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 harus sesuai dengan kompetensi yang diperolehnya selama
pelatihan. Pasal 25 Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 28 Tahun 2017
tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan Indonesia menyebutkan :

MODUL 4 16
MODUL MANAJEMEN DAN
KEPEMIMPINAN

1. ayat (1) Kewenangan berdasarkan program pemerintah sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 23 ayat (1) huruf a, meliputi:
a. pemberian pelayanan alat kontrasepsi dalam rahim dan alat
kontrasepsi bawah kulit
b. asuhan antenatal terintegrasi dengan intervensi khusus penyakit tertentu;
c. penanganan bayi dan anak balita sakit sesuai dengan pedoman yang ditetapkan;
d. pemberian imunisasi rutin dan tambahan sesuai program pemerintah;
e. melakukan pembinaan peran serta masyarakat di bidang kesehatan ibu dan
anak, anak usia sekolah dan remaja, dan penyehatan lingkungan;
f. pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita, anak pra sekolah dan anak
sekolah;
g. melaksanakan deteksi dini, merujuk, dan memberikan penyuluhan terhadap
Infeksi
Menular Seksual (IMS) termasuk pemberian kondom, dan penyakit lainnya;
h. pencegahan penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya
(NAPZA) melalui informasi dan edukasi; dan melaksanakan pelayanan
kebidanan
komunitas;
2. ayat (2) Kebutuhan dan penyediaan obat, vaksin, dan/atau kebutuhan logistik lainnya
dalam pelaksanaan Kewenangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), harus
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 29 Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 28 Tahun 2017 tentang
Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan Indonesia menyebutkan bahwa dalam
melaksanakan praktik kebidanannya, Bidan memiliki hak :
a. memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan pelayanannya
sesuai dengan standar profesi, standar pelayanan, dan standar prosedur
operasional;
b. memperoleh informasi yang lengkap dan benar dari pasien dan/atau
keluarganya;
c. melaksanakan tugas sesuai dengan kompetensi dan kewenangan; dan
d. menerima imbalan jasa profesi.
Pasal 30 Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 28 Tahun 2017 tentang
Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan Indonesia menyebutkan :

MODUL 4 17
MODUL MANAJEMEN DAN
KEPEMIMPINAN

1. (1) Bidan yang menyelenggarakan Praktik Mandiri Bidan harus memenuhi


persyaratan, selain ketentuan persyaratan memperoleh SIPB sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1).
2. (2) Persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi persyaratan
lokasi, bangunan, prasarana, peralatan, serta obat dan bahan habis pakai.
Persyaratan Obat dan Bahan Habis Pakai: Kontrasepsi Oral, Kontrasepsi Suntik,
Kontrasepsi Implan, Kontrasepsi AKDR, Kondom, Obat Kegawat Darurat dan
Obat Lain ( Oksitosin Inj, Metilergometrin Inj, MgSO4 40% inj, Kalsium
Glukonat 10% Inj, Nifedipin/amlodipin, Metildopa, Vitamin A Dosis Tinggi,
Tablet tambah darah, Vitamin K1 Injeksi, Salep mata Gentamicin).
Melihat dari hal tersebut Masalah lainnya adalah dalam hal Penyediaan dan
Penyerahan obat-obatan dimana dalam hal ini Bidan harus menyediakan obat-obatan
maupun obat suntik sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Bidan
diperkenankan menyerahakan obat kepada pasien sepanjang untuk keperluan darurat
sesuai dengan protap. Berdasarkan temuan tersebut bidan haruslah bertanggung jawab
atas pelayanan yang dilakukan mengenai pengobatan pada balita sakit, temuan tersebut
bisa dikatakan Perbuatan Melawan Hukum yang dapat diajukan berdasarkan pasal
1365 KUHPerdata, karena dalam PMH tidak harus ditemui adanya
perikatan/perjanjian, akan tetapi ada prinsip dasar yang dapat dijadikan tuntutan adanya
PMH tersebut yaitu :
1) Ada perbuatan melawan hukum
2) Ada kerugian
3) Ada hubungan kausalitas antara perbuatan melawan hukum dan kerugian
4) Ada kesalahan
5) Melanggar hak orang lain
6) Bertentangan dengan kewajiban hukum diri sendiri
7) Menyalahi pandangan etika yang umumnya dianut (adat istiadat)
8) Berlawanan dengan sikap hati-hati yang seharusnya diindahkan.
9) Jelas bertentangan dengan standar profesi bidan.
Berdasarkan data di atas bertentangan dengan kewajiban hukumnya sendiri dan
standar profesi bidan. Suatu perbuatan adalah melawan hukum apabila perbuatan
tersebut adalah bertentangan dengan kewajiban hukum (rechtsplicht) si pelaku.
Rechtsplicht adalah kewajiban yang berdasar atas hukum. Menurut pendapat umum

MODUL 4 18
MODUL MANAJEMEN DAN
KEPEMIMPINAN

dewasa ini, maka hukum, mencakup keseluruhan Norma-norma, baik tertulis maupun
tidak tertulis.
Menurut Pasal 46 ayat (4) Permenkes Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Izin Dan
Penyelenggaraan Praktik Bidan bahwa dalam rangka pelaksanaan pengawasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Menteri, Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota dapat memberikan tindakan administratif kepada bidan
yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan penyelenggaraan praktik. Pasal 46
ayat (5) Permenkes Nomor 28 Tahun 2017 Tentang Izin Dan Penyelenggaraan Praktik
Bidan menyatakan bahwa tindakan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilakukan melalui:
a. teguran lisan;
b. teguran tertulis;
c. pencabutan SIP untuk sementara paling lama 1 (satu) tahun; atau
d. pencabutan SIPB selamanya.

Kegiatan yang dilaksanakan oleh sebuah profesi harus didasarkan atas peraturan
perundang undangan yang berlaku. Di samping itu tindakannya harus dapat terukur dan
dapat dipertanggungjawabkan, sehingga semua tindakan yang dilakukan oleh
kelompok profesi dapat dipertanggung jawabkan secara hukum. Demikian halnya
profesi Bidan, semua tindakannya arus berdasarkan pada peraturan perundang
undangan dan semua yang dilakukan bidan harus berbasis kompetensi dan didasari
suatu evidence based. Accountability diperkuat dengan satu landasan hukum yang
mengatur batas-batas wewenang profesi yang bersangkutan. Beberapa dasar hukum
yang perlu dalam otonomi dan aspek legal yang mendasari dan terkait dengan
pelayanan kebidanan antara lain sebagai berikut (Fajrin et al., 2023) :

a. UU Kesehatan No. 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan


b. UU No. 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
c. UU-04-2019 tentang Kebidanan
d. UU No. 10/1992 Tentang Pengembangan Kependudukan dan Pembangunan
Keluarga Sejahtera
e. UU No. 23 Tahun 2003 Tentang Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan
di dalam Rumah Tangga
f. UU No: 22 tahun 1999, Tentang Otonomi daerah
g. UU No 36 tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan.

MODUL 4 19
MODUL MANAJEMEN DAN
KEPEMIMPINAN

h. PP No 36 tahun 2014 Tentang Tenaga Kesehatan.

Hubungan antara bidan dengan pasien diatur dalam suatu perjanjian yang syaratnya
harus terpenuhi secara umum sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata.
Apabila seseorang pada waktu melakukan perbuatan melawan hukum tahu betul suatu
perbuatannya akan berakibat suatu keadaan yang merugikan orang lain pada umumnya
perbuatan orang tersebut dapat dikatakan bisa dipertanggugjawabkan (Nuryuniarti &
Nurmahmudah, 2019).

Kerugian pada gugatan berdasarkan perbuatan melawan hukum juga meliputi


kerugian materi dan imateriil sebagaimana yang berlaku dalam gugatan berdasarkan
wanprestasi. Apabila ketentuan di atas dibandingkan, maka gugatan perbuatan
melawan hukum memiliki pengertian jauh lebih luas dibandingkan dengan wanprestasi
karena beberapa hal:

1. Gugatan wanprestasi dasarnya adalah perjanjian yang dalam hal ini adalah
kontrak teraupetik (penyembuhan) antara tenaga kesehatan dalam hal ini adalah
pasien. Dengan berlakunya azas kepribadian dalam transaksi teraupetik maka
pihak yang terkait adalah pasien dan tenaga kesehatan atau rumah sakit. Oleh
karena itu jika transaksi teraupetik tidak tercapai tujuannya karena wanprestasi,
maka gugatan hanya ditujukan kepada bidan atau rimah sakit, sedangkan pihak
lain yang membantu tidak dapat digugat berdasarkan wanprestasi.
2. Sebaliknya gugatan berdasarkan perbuatan melawan hukum, gugatan tidak dapat
ditujukan perbuatan melawan hukum, gugatan tidak hanya ditunjukan pada
terhadap pelaku perbuatan itu saja, melainkan juga terhadap orangorang yang
bertanggung jawab atas perbuatan yang dilakukan oleh orangorang yang ada di
bawah tanggung jawabnya.
Dalam hal ini pihak Bidan Praktik Swasta dapat digugat untuk bertanggung jawab
atas perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh tenaga kesehatan atau
asistennya yang bekerja di Bidan Praktik Mandiri yang bekerja atas
diperintahnya.
3. Gugatan berdasarkan wanprestasi dasarnya adalah perjanjian, jadi gugatan hanya
diajukan bila bidan melakukan perbuatan melawan hukum lebih luas karena dapat
bertujuan yang masuk kategori perbuatan melawan hukum yang menimbulkan
pada pihak lain.

MODUL 4 20
MODUL MANAJEMEN DAN
KEPEMIMPINAN

Saat ini masih cenderung terjadi penyimpangan dalam pelayanan kebidanan.


Penyimpangan disini diartikan sebagai pelayanan kebidanan yang tidak sesuai dengan
Kode Etik Bidan, standar profesi dan hukum, meskipun para bidan praktisi di lapangan
sudah berusaha menjalankan pelayanan sesuai standar yang ada. Sehingga dapat
disebutkan sebagai dugaan perbuatan melawan hukum.
Regulasi Berdasarkan dokumen ICM Global Standards for Midwifery Regulation
(2011) tujuan ditetapkannya standar ini adalah untuk mempromosikan mekanisme
regulasi yang melindungi masyarakat dengan memastikan bahwa Bidan yang kompeten
menyediakan pelayanan yang aman bagi setiap Ibu dan bayinya. Tujuan regulasi ini
adalah untuk mendukung Bidan untuk bekerja secara mandiri dalam ruang lingkup
praktik mereka. Terdapat beberapa regulasi yang ditetapkan oleh pemerintah sehubungan
dengan profesi Bidan diantaranya:
a) UU No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan
b) UU No. 36 thun 2014 tentang tenaga kesehatan
c) Permenkes No. 1464/MENKES/PER/X/2010 tentang ijin dan penyelenggaraan
praktik Bidan
d) KMK No. 369/MENKES/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Bidan
e) KMK No.938/MENKES/SK/VII/2007 tentang Standar Asuhan KebidananDi
Indonesia, yang menjadi perhatian adalah, belum ada Badan / Komite khusus
yang mengatur dan memonitoring regulasi dan pelanggaran terhadap regulasi
tersebut, hal ini akan menjadi PR bagi kita semua.

D. Tanggung Jawab Akuntabilitas Dalam Pelayanan Kebidanan


1. Definisi Akuntabilitas

Salah satu prinsip utama dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik adalah
akuntabilitas (accountability). Dalam konteks historis, akuntabilitas merupakan sebuah
sistem yang sudah ada sejak zaman Mesopotamia pada tahun 4000 SM, yang saat itu ada
yang dikenal dengan adanya hukum Hammurabi dimana seorang raja wajib
mempertanggungjawabkan segala tindakannya kepada pihak yang memberi wewenang
Dunn (Rakhmat 2018).

Semua kepentingan publik dibuat oleh organisasi pemerintah dan oleh sebab itu, perlu
mempertanggungjawabkan tindakan dan kebijakannya kepada publik. Akuntabilitas
dalam suatu istilah yang diterapkan untuk mengukur apakah dana publik telah digunakan

MODUL 4 21
MODUL MANAJEMEN DAN
KEPEMIMPINAN

secara tepat untuk tujuan apa dana publik itu ditetapkan. Akuntabilitas menurut the
Oxford Advance Leaner's Dictionary (2000), diartikan sebagai required or expected to
give an explananation for one's action. Oleh karena itu, akuntabilitas pada dasarnya
diperlukan dan diharapkan mampu. memberikan penjelasan atas apa yang telah dilakukan
oleh birokrasi. Dalam birokrasi pemerintahan, akuntabilitas merupakan kewajiban
aparatur pemerintah untuk bertindak sesuai dengan kebijakan yang telah di tetapkan
karena aparatur pemerintah itu selaku penanggung gugat atas segala tindakan.

Akuntabilitas merupakan prinsip yang siap menjamin setiap penyelenggaraan


pemerintahan dapat di pertanggung jawabkan secara terbuka oleh pelaku kepada pihak
yang terkena dampak penerapan kebijakan. kegiatan Akuntabilitas dalam birokrasi
pemerintahan memiliki arti yaitu aparatur pemerintah wajib sebagai penanggung gugat
atas semua kebijakan dan tindakan yang ditetapkan Nisjar dalam. Dengan demikian,
prinsip akuntabilitas akan timbul secara efektif dalam lingkungan birokrasi yang
mengutamakan komitmen sebagai dasar pertanggung jawaban. Akuntabilitas dapat
dimulai oleh orang atau institusi vang berada di luar dirinya. Oleh karena itu,
akuntabilitas ini sering disebut sebagai tanggung jawab yang bersifat objektif (objective
responsibility). Responsibilitas objektif bersumber kepada adanya pengendalian dari luar
yang mendorong aparatur untuk bekerja, sehingga tujuan dapat tercapai secara efisien dan
efektif(Andayani et al., 2020).

Mahmudi (2007) mengatakan akuntabilitas adalah sebagai berikut: “Akuntabilitas


berarti kewajiban untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah di lakukan dan tidak
dilakukan oleh seseorang”. Di dalam pengertian yang luas, akuntabilitas publik
melibatkan lembaga-lembaga publik dan birokrasi untuk mengendalikan berbagai
harapan yang berasal dari dalam dan luar organisasinya.

Determinan penting yang membentuk sistem akuntabilitas publik yaitu bagaimana


pemerintah mampu mengendalikan dan mengontrol berbagai harapan publik. Dengan
demikian, akuntabilitas publik memiliki keterkaitan yang sangat erat dengan birokrasi
publik agar dapat mewujudkan harapan-harapan publik.Pengawasan merupakan salah
satu kriteria dalam akuntabilitas. Akuntabilitas bermakna pertanggungjawaban dengan
menciptakan kondisi saling mengawasi antara seluruh stakeholder (Andayani et al.,
2020).

MODUL 4 22
MODUL MANAJEMEN DAN
KEPEMIMPINAN

Adapun definisi-defini dari akuntabilitas sebagai berikut: menurut Rosjidi (2001)


akuntabilitas merupakan sebagai perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawa
bukan keberhasilan atau kegagalan atas pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai
tujuan dan sasaran-sasaran yang ditetapkan, melalui suatu media pertanggungjawaban
secara periodik. Menurut Mardiasmo (2009) Akuntabilitas adalah pertanggungjawaban
kepada publik atas setiap aktifitas yang dilakukan.

Dalam birokrasi pemerintahan, akuntabilitas merupakan kewajiban aparatur


pemerintah untuk bertindak sesuai dengan kebijakan yang telah di tetapkan karena
aparatur pemerintah itu selaku penanggung gugat atas segala tindakan dalam kepentingan
publik. Oleh karena itu, akuntabilitas ini sering disebut sebagai tanggung jawab yang
bersifat objektif (objective responsibility). Responsibilitas objektif bersumber kepada
adanya pengendalian dari luar yang mendorong aparatur untuk bekerja, sehingga tujuan
dapat tercapai secara efisien dan efektif.Selain itu, dikenal konsep responsibilitas
subjektif (subjective responsibility) yang bersumber dari sifat subjektif aparatur individu.
Responsibilitas merupakan sifat subjektif aparatur individu (Andayani et al., 2020).

a. Akuntabilitas Hukum Dan Kejujuran

Akuntabilitas hukum dan kejujuran merupakan akuntabilitas lembaga-


lembaga publik untuk berperilaku jujur dalam bekerja dan menaatai ketentuan
hukum yang berlaku. Akuntabilitas hukum yaitu bagaimana menjalankan
organisasi dengan mematuhi peraturan yang di tetapkan dan patuh terhadap,
sedangkan akuntabilitas kejujuran berkaitan dengan penghindaran penyalagunaan
jabatan (abuse of power), korupsi dan kolusi. Akuntabilitas hukum menuntut
penegakan hukum (law exforcemenet), sedangkan akuntabilitas kejujuran
menuntut adanya praktik organisasi yang sehat, tidak terjadi malapraktik dan
malaadminstrasi.

b. Akuntabilitas Proses

Akuntabilitas proses ini terkait dengan yang digunakan dalam melaksanakan


tugas. Akuntabilitas proses termanifestasikan melalui pemberian pelayanan
kesehatan yang cepat, responsive terhadap setiap keluhan pasien. Pelayanan yang
diberikan oleh setiap perawat dan pegawai harus mampu bertanggungjawab
terhadap pasien yang di layaninya, perawat dan tenaga medis rumah sakit harus
mampu merespon setiap keinginan maupun kebutuhan pasien dengan baik

MODUL 4 23
MODUL MANAJEMEN DAN
KEPEMIMPINAN

dengan cara membangun komunikasi dan mampu menanggapi setiap keluhan


pasien dengan cermat dan cepat.

c. Akuntabilitas Program

Akuntabilitas program yaitu pertanggungjawaban yang berhubungan dengan


program yang hendak dilakukan. Orang yang mempunyai wewenang dalam
program wajib bisa menunjukan jika program yang hendak dibangun dapat
berjalan dengan baik atau tidak dan apa saja usaha yang dapat dilakukan supaya
program yang akan direncanakan dapat berjalan dengan baik. akuntabilitas
program terkait dengan perimbangan apakah tujuan yang ditetapkan dapat
dicapai atau tidak.

d. Akuntabilitas Kebijakan

Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban lembaga publik


atas kebijakan-kebijakan yang diambil. Ciri yang menonjol dari suatu kebijakan
bahwa setiap kebijakan mempunyai konsekuensi dan menyentuh masyarakat
seluruhnya. Oleh karena itu, kebijakan pada dasarnya adalah pedoman dalam
bertindak untuk mencapai tujuan.

2. Akuntabilitas Dalam Kebidanan

Salah satu prinsip utama dalam mewujudkan kepemerintahan yang baik adalah
akuntabilitas (accountability). Dalam konteks historis, akuntabilitas merupakan
sebuah sistem yang sudah ada sejak zaman Mesopotamia pada tahun 4000 SM, yang
saat itu ada yang dikenal dengan adanya hukum Hammurabi dimana seorang raja
wajib mempertanggungjawabkan segala tindakannya kepada pihak yang memberi
wewenang Dunn (Rakhmat 2018).

Semua kepentingan publik dibuat oleh organisasi pemerintah dan oleh sebab itu,
perlu mempertanggungjawabkan tindakan dan kebijakannya kepada publik.
Akuntabilitas dalam suatu istilah yang diterapkan untuk mengukur apakah dana
publik telah digunakan secara tepat untuk tujuan apa dana publik itu ditetapkan.
Akuntabilitas menurut the Oxford Advance Leaner's Dictionary (2000), diartikan
sebagai required or expected to give an explananation for one's action. Oleh karena
itu, akuntabilitas pada dasarnya diperlukan dan diharapkan mampu. memberikan
penjelasan atas apa yang telah dilakukan oleh birokrasi. Dalam birokrasi

MODUL 4 24
MODUL MANAJEMEN DAN
KEPEMIMPINAN

pemerintahan, akuntabilitas merupakan kewajiban aparatur pemerintah untuk


bertindak sesuai dengan kebijakan yang telah di tetapkan karena aparatur pemerintah
itu selaku penanggung gugat atas segala tindakan.

Akuntabilitas merupakan prinsip yang siap menjamin setiap penyelenggaraan


pemerintahan dapat di pertanggung jawabkan secara terbuka oleh pelaku kepada
pihak yang terkena dampak penerapan kebijakan. kegiatan Akuntabilitas dalam
birokrasi pemerintahan memiliki arti yaitu aparatur pemerintah wajib sebagai
penanggung gugat atas semua kebijakan dan tindakan yang ditetapkan Nisjar dalam.
Dengan demikian, prinsip akuntabilitas akan timbul secara efektif dalam lingkungan
birokrasi yang mengutamakan komitmen sebagai dasar pertanggung jawaban.
Akuntabilitas dapat dimulai oleh orang atau institusi vang berada di luar dirinya. Oleh
karena itu, akuntabilitas ini sering disebut sebagai tanggung jawab yang bersifat
objektif (objective responsibility). Responsibilitas objektif bersumber kepada adanya
pengendalian dari luar yang mendorong aparatur untuk bekerja, sehingga tujuan dapat
tercapai secara efisien dan efektif(Andayani et al., 2020).

Mahmudi (2007) mengatakan akuntabilitas adalah sebagai berikut:


“Akuntabilitas berarti kewajiban untuk mempertanggungjawabkan apa yang telah di
lakukan dan tidak dilakukan oleh seseorang”. Di dalam pengertian yang luas,
akuntabilitas publik melibatkan lembaga-lembaga publik dan birokrasi untuk
mengendalikan berbagai harapan yang berasal dari dalam dan luar organisasinya.

Determinan penting yang membentuk sistem akuntabilitas publik yaitu


bagaimana pemerintah mampu mengendalikan dan mengontrol berbagai harapan
publik. Dengan demikian, akuntabilitas publik memiliki keterkaitan yang sangat erat
dengan birokrasi publik agar dapat mewujudkan harapan-harapan publik.Pengawasan
merupakan salah satu kriteria dalam akuntabilitas. Akuntabilitas bermakna
pertanggungjawaban dengan menciptakan kondisi saling mengawasi antara seluruh
stakeholder (Andayani et al., 2020).

Adapun definisi-defini dari akuntabilitas sebagai berikut: menurut Rosjidi (2001)


akuntabilitas merupakan sebagai perwujudan kewajiban untuk mempertanggungjawa
bukan keberhasilan atau kegagalan atas pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai
tujuan dan sasaran-sasaran yang ditetapkan, melalui suatu media pertanggungjawaban

MODUL 4 25
MODUL MANAJEMEN DAN
KEPEMIMPINAN

secara periodik. Menurut Mardiasmo (2009) Akuntabilitas adalah


pertanggungjawaban kepada publik atas setiap aktifitas yang dilakukan.

Dalam birokrasi pemerintahan, akuntabilitas merupakan kewajiban aparatur


pemerintah untuk bertindak sesuai dengan kebijakan yang telah di tetapkan karena
aparatur pemerintah itu selaku penanggung gugat atas segala tindakan dalam
kepentingan publik. Oleh karena itu, akuntabilitas ini sering disebut sebagai tanggung
jawab yang bersifat objektif (objective responsibility). Responsibilitas objektif
bersumber kepada adanya pengendalian dari luar yang mendorong aparatur untuk
bekerja, sehingga tujuan dapat tercapai secara efisien dan efektif.Selain itu, dikenal
konsep responsibilitas subjektif (subjective responsibility) yang bersumber dari sifat
subjektif aparatur individu. Responsibilitas merupakan sifat subjektif aparatur
individu (Andayani et al., 2020).

a. Akuntabilitas Hukum Dan Kejujuran

Akuntabilitas hukum dan kejujuran merupakan akuntabilitas lembaga-


lembaga publik untuk berperilaku jujur dalam bekerja dan menaatai ketentuan
hukum yang berlaku. Akuntabilitas hukum yaitu bagaimana menjalankan
organisasi dengan mematuhi peraturan yang di tetapkan dan patuh terhadap,
sedangkan akuntabilitas kejujuran berkaitan dengan penghindaran penyalagunaan
jabatan (abuse of power), korupsi dan kolusi. Akuntabilitas hukum menuntut
penegakan hukum (law exforcemenet), sedangkan akuntabilitas kejujuran
menuntut adanya praktik organisasi yang sehat, tidak terjadi malapraktik dan
malaadminstrasi.

b. Akuntabilitas Proses

Akuntabilitas proses ini terkait dengan yang digunakan dalam melaksanakan


tugas. Akuntabilitas proses termanifestasikan melalui pemberian pelayanan
kesehatan yang cepat, responsive terhadap setiap keluhan pasien. Pelayanan yang
diberikan oleh setiap perawat dan pegawai harus mampu bertanggungjawab
terhadap pasien yang di layaninya, perawat dan tenaga medis rumah sakit harus
mampu merespon setiap keinginan maupun kebutuhan pasien dengan baik
dengan cara membangun komunikasi dan mampu menanggapi setiap keluhan
pasien dengan cermat dan cepat.

MODUL 4 26
MODUL MANAJEMEN DAN
KEPEMIMPINAN

c. Akuntabilitas Program

Akuntabilitas program yaitu pertanggungjawaban yang berhubungan dengan


program yang hendak dilakukan. Orang yang mempunyai wewenang dalam
program wajib bisa menunjukan jika program yang hendak dibangun dapat
berjalan dengan baik atau tidak dan apa saja usaha yang dapat dilakukan supaya
program yang akan direncanakan dapat berjalan dengan baik. akuntabilitas
program terkait dengan perimbangan apakah tujuan yang ditetapkan dapat
dicapai atau tidak.

d. Akuntabilitas Kebijakan

Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban lembaga publik


atas kebijakan-kebijakan yang diambil. Ciri yang menonjol dari suatu kebijakan
bahwa setiap kebijakan mempunyai konsekuensi dan menyentuh masyarakat
seluruhnya. Oleh karena itu, kebijakan pada dasarnya adalah pedoman dalam
bertindak untuk mencapai tujuan.

1. Akuntabilitas Dalam Kebidanan

Akuntabilitas bidan dalam praktik kebidanan, merupakan suatu hal penting dan
dituntut dari suatu profesi, terutama yang berhubungan dengan keselamatan jiwa
manusia. Akuntabilitas bidan adalah pertanggungjawaban dan tanggung gugat
(accountability) atas semua tindakan yang dilakukannya. Oleh karena itu, semua
tindakan yang dilakukan oleh bidan harus berbasis kompetensi dan didasari suatu
evidence based. Dengan adanya Legitimasi kewenangan bidan yang lebih luas, bidan
memiliki hak otonom dan mandiri untuk bertindak secara professional yang dilandasi
kemampuan berfikir logis dan sistematis serta bertindak sesuai standar profesi dan
etika profesi (Suryani et al., 2021).

Konsep tanggung jawab, akuntabilitas dan otonomi secara intrinsik terkait dalam
menentukan ruang lingkup praktik keperawatan dan kebidanan. Perawat dan bidan
memegang posisi yang bertanggung jawab dan oleh karena itu diharapkan
bertanggung jawab atas praktik mereka. Tanggung jawab dan akuntabilitas
merupakan landasan praktik keperawatan dan kebidanan profesional, dan
direpresentasikan sebagai prinsip utama dalam Kode Etik dan Perilaku Profesional
Perawat Terdaftar dan Bidan Terdaftar .

MODUL 4 27
MODUL MANAJEMEN DAN
KEPEMIMPINAN

Tanggung jawab dijelaskan sebagai kewajiban untuk melaksanakan tugas, tugas


atau peran dengan menggunakan pertimbangan profesional yang sehat dan
bertanggung jawab atas keputusan yang diambil dalam melakukan hal tersebut.
Perawat atau bidan yang sedang mempertimbangkan untuk memperluas cakupan
praktiknya harus menyadari bahwa hal ini memerlukan tanggung jawab yang lebih
besar (Nursing and Midwifery Board of Ireland, 2015).

Akuntabilitas dipahami sebagai kemampuan untuk memberikan pertanggung


jawaban atas penilaian, tindakan, dan kelalaian seseorang dalam bidang keperawatan
dan kebidanan. Akuntabilitas adalah tentang menjaga kompetensi dan menjaga
kualitas hasil pelayanan pasien dan standar profesi, sekaligus bertanggung jawab
kepada mereka yang terkena dampak dari praktik keperawatan atau kebidanan.

Akuntabilitas berarti bertanggung jawab atas keputusan yang dibuat dalam praktik
profesional seseorang. Seorang perawat atau bidan harus mampu memberikan alasan
atas keputusan yang diambilnya dalam praktik profesionalnya dan harus
membenarkan keputusannya dalam konteks peraturan perundang-undangan, standar
dan pedoman profesional, praktik berbasis bukti, serta perilaku profesional dan etis.

Perawat dan bidan bertanggung jawab secara hukum dan profesional atas praktik
mereka, yaitu atas keputusan yang mereka buat dan konsekuensi dari keputusan
tersebut. Perawat dan bidan bertanggung jawab kepada pasien, masyarakat, badan
pengawas, pemberi kerja, dan otoritas pengawas terkait. Akuntabilitas hukum
melibatkan perawat dan bidan yang bertanggung jawab untuk memastikan mereka
memiliki asuransi ganti rugi profesional yang sesuai, karena pasien mempunyai hak
untuk meminta mereka memegang asuransi ini jika ada klaim kelalaian profesional
yang dapat dibuktikan (Nursing and Midwifery Board of Ireland, 2015).

Akuntabilitas tidak dapat dicapai kecuali perawat atau bidan mempunyai otonomi
untuk melakukan praktik. Otonomi mengacu pada kemampuan perawat atau bidan
untuk “membuat beberapa keputusan dalam profesi mereka sendiri dan hak serta
tanggung jawab mereka untuk bertindak sesuai dengan standar bersama dalam profesi
tersebut” (Varjus dkk. 2010). Otonomi profesional berasal dari kemampuan untuk
menggunakan berbagai macam pengetahuan secara kritis, yang menawarkan layanan

MODUL 4 28
MODUL MANAJEMEN DAN
KEPEMIMPINAN

kesehatan yang aman dan berkualitas kepada pasien. Tingkat otonomi individu dapat
bervariasi tergantung pada faktor legislatif, organisasi dan individu.

TEST FORMATIF

Tes formatif

1. Kegiatan atau seni mempengaruhi orang lain agar mau bekerjasama yang didasarkan pada
kemampuan orang tersebut untuk membimbing orang lain dalam mencapai tujuan-tujuan
yang diinginkan kelompok merupakan kepemimpinan menurut?

a. Kh.Dewantara
b. Swansburg
c. Kartono
d. George Terry
e. Who

2. Dibawah ini yang tidak termasuk Teknik-Teknik Dalam Kepemimpinan adalah ?

MODUL 4 29
MODUL MANAJEMEN DAN
KEPEMIMPINAN

a. Teknik Pematangan dan Penyiapan Pengikut


b. Teknik Human Relation
c. Teknik Menjadi Teladan
d. Persuasi dan Pemberian Perintah
e. Teknik persuasif dan pemberian negara

3. Ada empat unsur pokok kepemimpinan dibawah ini kecuali?

a. Adanya kepemimpinan
b. Adanya pengikut
c. Adanya sifat dan ataupun perilaku tertentu
d. Adanya situasi dan kondisi tertentu
e. Adanya mental yang kuat

4. gaya pemimpin yang memberikan wewenang secara luas kepada para bawahan merupakan

a. Gaya Kepemimpinan Demokratis/(Democratic)


b. Gaya Kepemimpinan Otoriter / (Authoritarian)
c. Gaya Kepemimpinan Bebas (Laissez Faire)
d. Kepemimpinan partisipatif
e. Kepemimpinan kualitatif

5. Bidan dituntut harus mampu menerapkan aspek kepemimpinan dalam organisasi dan
manajemen pelayanan kebidanan kecuali?

a. KIA
b. KB
c. Kespro
d. Kesehatan masyarakat dikomunitas
e. Lingkungan sosial dan ekonomi

6. Bidan sebagai seorang pemimpin harus mampu kecuali?

a. Berperan serta dalam perencanaan pengembangan dan evaluasi kebijakan kesehatan.


Melaksanakan tanggung jawab kepemimpinan dalam praktik kebidanan di masyarakat.
b. Mengumpulkan, menganalisis dan menggunakan data serta mengimplementasikan
upaya perbaikan atau perubahan untuk meningkatkan mutu pelayanan kebidanan di
masyarakat.
c. Mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah secara proaktif, dengan perspektif luas
dan kritis.

MODUL 4 30
MODUL MANAJEMEN DAN
KEPEMIMPINAN

d. Menginisiasi dan berpartisipasi dalam proses perubahan dan pembaharuan praktik


kebidanan.
e. Klien atau pasien menginginkan bidan dapat memberi pelayanan yang berkualitas.

7. Regulasi hukum mengenai kewenangan bidan sebagaimana yang telah diuraikan


sebelumnya bahwa bidan mempunyai kewenangan dalam melakukan asuhan kebidanan pada
balita sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan adalah?

a. (Permenkes) Nomor 28 Tahun 2017


b. Permenkes 18 tahun 2023
c. Permenkes No 2 tahun 2023
d. Permenkes No 11 Tahun 2017
e. Permenkes No 43 Tahun 2016

8. Prinsip yang siap menjamin setiap penyelenggaraan pemerintahan dapat di pertanggung


jawabkan secara terbuka oleh pelaku kepada pihak yang terkena dampak penerapan
kebijakan adalah

a. Akuntabilitas
b. Kepemimpinan
c. Birokrasi
d. Determinanan
e. Pelayanan kesehatan

9. Batita perempuan, 2 tahun, dirawat di ruang ruang anak dengan keluhan demam selama 5
hari dan muntah. Hasil pengkajian: tampak rewel, menangis ingin keluar ruangan, tidak
kooperatif saat dilakukan tindakan keperawatan. Perawat akan melakukan pemeriksaan suhu
dan menentukan menggunakan thermometer infrared agar pelaksanaannya lebih cepat.
Apakah prinsip etik pada kasus tersebut?

a. Justice
b. Fidelity
c. Veracity
d. Accountability
e. Nonmaleficence

10. Seorang anak laki-laki, 6 tahun, dirawat di ruang anak dengan keluhan batuk dan sesak
napas. Hasil pemeriksaan: tampak gelisah, terdengar wheezing, frekuensi napas 60x/menit,
frekuensi nadi 99x/menit, suhu 38,5°C. Perawat akan melakukan tindakan pemenuhan

MODUL 4 31
MODUL MANAJEMEN DAN
KEPEMIMPINAN

kebutuhan oksigen. Apakah persiapan awal yang harus dilakukan perawat pada kasus
tersebut?

a. Melakukan inform concent


b. Memberikan posisi semi fowler
c. Memberikan posisi yang nyaman
d. Memberikan O2 sesuai kebutuhan
e. Kolaborasi pemberian obat bronkodilator

KUNCI JAWABAN

1. C

2. E

3. E

4. A

5. E

6. E

7. A

8. A

MODUL 4 32
MODUL MANAJEMEN DAN
KEPEMIMPINAN

9. E

10. A

R
A
N
G
K
a. Kesimpulan U
M
Dapat disimpulkan bahwa kepemimpnan merupakan kemampuan mempengaruhi A
N
orang lain, bawahan atau kelompok, kemampuan mengarahkan tingkah laku bawahan
atau kelompok, memiliki kemampuan atau keahlian khusus dalam bidang yang
diinginkan oleh kelompoknya, untuk mencapai tujuan organisasi atau kelompok.
Pemimpin dan kepemimpinan merupakan seni dan keterampilan seseorang dalam
memanfaatkan seseorang dalam memanfaatkan kekuasaannya untuk memengaruhi
orang lain, agar melaksanakan aktivitas tertentu yang diarahkan pada tujuan yang telah
ditetapkan.

MODUL 4 33
MODUL MANAJEMEN DAN
KEPEMIMPINAN

Beberapa penelitian telah menunjukan bahwa sosial ekonomi merupakan salah satu
faktor risiko kematian ibu Untuk mengurangi kematian terkait kehamilan/persalinan
yang bisa dicegah, faktor-faktor yang dapat berkontribusi terhadap kematian ibu,
seperti status sosial ekonomi yang berkaitan dengan pemilihan fasilitas kesehatan,
harus diidentifikasi.

Regulasi hukum mengenai kewenangan dalam melakukan asuhan kebidanan pada


balita sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) Nomor 28 Tahun 2017
tentang Izin dan Penyelenggaran Praktik Bidan Indonesia. Akuntabilitas bidan dalam
praktik kebidanan, merupakan suatu hal penting dan dituntut dari suatu profesi,
terutama yang berhubungan dengan keselamatan jiwa manusia. Tanggung jawab dan
akuntabilitas merupakan landasan praktik keperawatan dan kebidanan profesional, dan
direpresentasikan sebagai prinsip utama dalam Kode Etik dan Perilaku Profesional
Perawat Terdaftar dan Bidan Terdaftar .

b. Saran

Sangat diperlukan jiwa kepemimpinanan pada setiap individu, serta dalam


melakukan pelayanan kebidanan untuk mencapai tujuan yang diinginkan, jiwa
kepemimpinan ini perlu selalu dipelihara dan dikembangkan dapat dimulai dari
memimpin diri kita sendiri.

MODUL 4 34
MODUL MANAJEMEN DAN
KEPEMIMPINAN

V. DAFTAR PUSTAKA

Agrina, A., Sahar, J., & Hariyati, R. T. S. (2012). Karakteristik Orangtua dan Lingkungan
Rumah Mempengaruhi Perkembangan Balita. Jurnal Keperawatan Indonesia, 15(2),
83–88. https://doi.org/10.7454/jki.v15i2.31
Ariyati, T. (2016). Parenting Di Paud Sebagai Upaya Pendukung Tumbuh. Jurnal Ilmiah
Kependidikan, IX(2).
Ayun, Q. (2017). Pola Asuh Orang Tua dan Metode Pengasuhan dalam Membentuk
Kepribadian Anak. ThufuLA: Jurnal Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal, 5(1),
102. https://doi.org/10.21043/thufula.v5i1.2421
Gea, F. (2019). Manfaat Pelaksanaan Parenting Pada Orang Tua. Parenting Style, 1–9.
Goffar, A., & Kurniawan, S. (2018). Konsep Parenting Dalam Keluarga Muslim. Edupedia,
2(2), 53–61. https://doi.org/10.35316/edupedia.v2i2.331
Herlina, S. (2018). Terhadap Perkembangan Bayi 6-12 Bulan. 1(1).
Maimun. (2016). Evaluasi Program Parenting Pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Di
Kota Mataram. JTP - Jurnal Teknologi Pendidikan, 18(3), 186–201.

MODUL 4 35
MODUL MANAJEMEN DAN
KEPEMIMPINAN

https://doi.org/10.21009/jtp1803.4
Mufida, A. Y. (2023). Indonesian Journal of Early Childhood Education Mewujudkan
Lingkungan Belajar Aman Pada Satuan PAUD Perspektif “ Seri 6 PAUD Berkualitas
( KEMENDIKBUDRISTEK ).” 6, 95–112.
Mutmainnah. (2015). Lingkungan Dan Perkembangan Anak Usia Dini Dilihat Dari
Perspektif Psikologi. Journal of Child and Gender Studies, 1(2), 15–32.
Surtikanti, J. D. W. (2019). Strategi Pembelajaran Anak Usia Dini (R. Ratlin (ed.); 1st ed.).
Yuliastanti, T., Khoiriyah, E., Pinang, T., Kebidanan, A., & Bintan, A. (2016). POLA ASUH
DAN PERKEMBANGAN ANAK USIA 2 -3 TAHUN. Kebidanan, VIII(02), 2018–
2019.

MODUL 4 36

Anda mungkin juga menyukai