Anda di halaman 1dari 9

Analisis Yuridis Pemberian Hak Atas Tanah di Sempadan Pantai

Kurnia Rheza Randy Adinegoro


Received: October 1, 2023 | Reviewed: October, 2023 | Accepted: November 30, 2023

ANALISIS YURIDIS PEMBERIAN HAK


ATAS TANAH DI SEMPADAN PANTAI
ANALYSIS REGARDING THE GRANTING OF
LAND RIGHTS ON THE COASTAL BORDER

Kurnia Rheza Randy Adinegoro


Kantor Wilayah BPN Provinsi Nusa Tenggara Timur
Koresponden email : rhezarndy@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis yuridis terhadap pemberian hak atas tanah di sempadan pantai. Sempadan
pantai merupakan wilayah yang memiliki peran penting dalam keberlanjutan lingkungan dan pemanfaatan sumber daya alam.
Pemberian hak atas tanah di sempadan pantai sering kali menjadi isu kontroversial karena berpotensi mengganggu ekosistem
pesisir. Metode penelitian yang digunakan adalah yuridis normatif melalui analisis dokumen hukum, perundang-undangan,
dan putusan pengadilan terkait dengan pemberian hak atas tanah di sempadan pantai. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa pemberian hak atas tanah di sempadan pantai harus mempertimbangkan berbagai faktor, termasuk aspek lingkungan,
dan ketentuan hukum yang berlaku. Penelitian ini juga mengidentifikasi tantangan dan implikasi yang mungkin dihadapi
dalam praktek pemberian hak atas tanah di sempadan Pantai. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pemahaman yang
lebih baik tentang kerangka hukum yang mengatur pemberian hak atas tanah di sempadan pantai. Hal ini diharapkan dapat
membantu menjaga keseimbangan antara pembangunan berkelanjutan dan pelestarian lingkungan di wilayah sempadan
pantai.

Kata kunci : pemberian hak atas tanah, sempadan pantai, sertipikat

ABSTRACT
This research aims to carry out a juridical analysis of the granting of land rights on coastal borders. The coastal border is an
area that has an important role in environmental sustainability and utilization of natural resources. Granting land rights along
coastal borders is often a controversial issue because it has the potential to disrupt coastal ecosystems. The research method
used is normative juridical through analysis of legal documents, legislation and court decisions related to the granting of land
rights on coastal borders. The results of this research indicate that granting land rights along coastal borders must consider
various factors, including environmental aspects and applicable legal provisions. This research also identifies the challenges
and implications that may be faced in the practice of granting land rights on the coastal border. It is hoped that this research
will provide a better understanding of the legal framework that regulates the granting of land rights on coastal borders. It is
hoped that this can help maintain a balance between sustainable development and environmental preservation in coastal
border areas.

Keywords : beach borders, land right, land certificates

133
JURNAL PERTANAHAN Vol. 13 No. 2 November 2023 133 - 141

I. PENDAHULUAN dari pendaftaran tanah adalah untuk memberikan


kepastian hukum kepada pemegang hak atas
Isu pertanahan khususnya yang terkait dengan
tanah, memberikan informasi kepada pihak
pemanfaatan lahan menjadi sebuah isu
yang berkepentingan, dan menjaga keteraturan
permasalahan yang kompleks. Isu ini tidak dapat
administrasi pertanahan. Peraturan pelaksanaan
dipandang sederhana dan hanya melihat dan
pendaftaran tanah di Indonesia diatur dalam
melibatkan satu sektor saja namun permasalahan
Peraturan Pemerintah nomor 24 tahun 1997 tentang
pemanfaatan tanah adalah permasalahan multisektor
Pendaftaran Tanah. Pasal 9 ayat (1) dalam Peraturan
yang kompleks. Jalan keluar yang dapat ditempuh
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 menjelaskan
untuk menyelesaikan masalah ini salah satunya
bahwa objek pendaftaran tanah mencakup berbagai
adalah dengan memberikan legalitas ataupun
jenis kepemilikan tanah, seperti hak milik, hak guna
kepastian hukum kepada individu dan/atau entitas
bangunan, hak guna usaha, hak pakai, tanah hak
yang memiliki dan berhak terhadap hak atas tanah
pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas satuan
tersebut. Dimana nantinya individu dan/atau entitas
rumah susun. Dalam pemberian hak atas tanah
yang memiliki hak atas tanah akan dan berkewajiban
harus jelas mengenai subyek dan obyeknya. Salah
untuk mengoptimalkan penggunaan tanah sesuai
satu obyek yang sering menjadi perdebatan dalam
dengan karakteristiknya. Inilah sebabnya mengapa
pemberian hak atas tanah adalah wilayah sepanjang
perlu dilakukan perencanaan yang cermat
sempadan pantai.
mengenai tata kelola lahan yang efisien, regulasi
mengenai kepemilikan lahan, serta penyediaan peta Secara umum, makna dari sempadan pantai
pendaftaran tanah melalui aktivitas pengukuran, adalah daerah atau wilayah yang berada di sekitar
pemetaan, dan proses pendaftaran yang ketat (Tim garis pantai atau tepi laut (Sugito & Sugandi, 2016).
Peneliti STPN, 2014). Wilayah ini memiliki karakteristik khusus karena
terhubung secara langsung dengan ekosistem
Permasalahan mengenai pemanfaatan
pantai dan laut. Di banyak negara, termasuk
dan pemberian hak atas tanah ini menjadi
Indonesia, sempadan pantai sering kali menjadi
semakin kompleks ketika menilik bahwa terdapat
fokus perhatian dalam hal regulasi dan pemberian
ketidakseimbangan antara ketersediaan lahan
hak atas tanah karena memiliki nilai strategis baik
dan permintaan lahan (Zakie, 2017). Fakta bahwa
dari segi lingkungan, ekonomi, maupun sosial. Dari
tanah adalah sumber daya yang tetap, sementara
segi lingkungan, sempadan pantai adalah daerah
populasi terus bertambah, mendorong pemerintah
yang sangat penting untuk keanekaragaman
untuk mengelola dan mengatur penggunaan tanah
hayati (Sundari, 2023). Selain itu sempadan pantai
dengan bijaksana. Ketidakseimbangan tersebut
memiliki fungsi ekologis dimana sebagai mencegah
dapat menimbulkan sejumlah masalah yang
terjadinya abrasi pantai dan melindungi pantai dari
kompleks, oleh karena itu diperlukan peraturan
kegiatan yang dapat mengganggu/merusak fungsi
mengenai penguasaan dan penggunaan lahan yang
dan kelestarian kawasan pantai (Darmawan et al.,
juga dikenal sebagai hukum pertanahan (Nuriyanto,
2022). Apabila kawasan sempadan pantai ini dialih-
2020). Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
fungsikan, maka dimungkinkan akan muncul dampak
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria atau yang
pada lingkungan dan memungkinkan menyebabkan
dikenal dengan Undang-Undang Pokok Agraria yang
permasalahan-permasalahan di kemudian waktu
selanjutnya disebut UUPA sebagai dasar hukum di
yang berujung pada perubahan keseimbangan
bidang pertanahan memiliki peranan sentral dalam
kehidupan dan juga bahkan bencana alam.
politik pertanahan Indonesia. Dengan adanya
kejelasan hukum mengenai hak-hak atas lahan, Sempadan pantai memiliki makna sebagai
akan tercipta pemahaman yang lebih baik mengenai pengendali polusi dan erosi (Akbar et al., 2017)
kepastian subyek dan obyek hak atas tanah melalui permukiman, lahan pertanian/ perkebunan,
pendaftaran tanah. pertambakan, dan pertambangan pasir.
Kerusakan lingkungan pantai mempengaruhi
Salah satu upaya dalam hal ini adalah
kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat
melalui proses pendaftaran tanah. Tujuan utama
seperti hilangnya badan jalan, permukiman,

134
Analisis Yuridis Pemberian Hak Atas Tanah di Sempadan Pantai
Kurnia Rheza Randy Adinegoro

lahan pertanian, dan fasilitas umum akibat abrasi digunakan dalam ilmu hukum untuk menganalisis
pantai. Upaya penanggulangan kerusakan dan menginterpretasikan hukum (Efendi & Ibrahim,
lingkungan pantai sebagai bagian dari adaptasi 2018). Model penelitian ini menekankan pada
manusia mempertahankan kehidupannya berupa pentingnya untuk menganalisis produk-produk
pembangunan pemecah gelombang (breakwaters). hukum yang sudah ada untuk mengatur pemberian
Pengendali erosi di sini artinya dapat terjadi ketika hak atas tanah di sempadan pantai serta bagaimana
gerusan ombak tidak mengurangi jumlah daratan implikasinya bagi pemegang hak atas tanah di
karena sudah ada sistem ekologis pepohonan sempadan pantai.
bakau misalnya. Selain itu tingginya tingkat vegetasi Metode ini berfokus pada analisis naskah
yang akan mengurangi jumlah polutan. Kepadatan hukum yang ada, seperti undang-undang, peraturan,
vegetasi ini akan diikuti juga tingkat tingginya putusan pengadilan, serta dokumen hukum lainnya.
kekayaan fauna. Tingginya tingkat kekayaan dan Tujuan utama dari metode penelitian yuridis
populasi fauna ini mendorong tumbuh kembang normatif adalah untuk memahami prinsip-prinsip
kawasan sempadan pantai. Namun dari sisi lain hukum yang terkandung dalam teks-teks hukum
khususnya dari segi ekonomi dan kepentingan untuk tersebut dan untuk menjawab pertanyaan hukum
kehidupan urban, sempadan pantai memiliki makna yang mungkin timbul (Soekanto & Mamudji, 2012).
yang tidak kalah penting (Handayani & Sanjiwani, Sumber bahan hukum yang dipergunakan adalah
2020). Sempadan pantai adalah lokasi rekreasi dengan menganalisis data sekunder yaitu peraturan
dan liburan. Pantai memberikan kesempatan untuk perundang-undangan.
menjalani gaya hidup yang sehat dan juga minim
stres sehingga banyak orang ingin memanfaatkan III. HASIL DAN PEMBAHASAN
wilayah ini (Ompusunggu et al., 2023). Hal tersebut
membuat wilayah ini mempunyai nilai investasi tinggi. A. Pemberian Hak Atas Tanah di
Sebagaimana diketahui bahwa untuk mengamankan Kawasan Lindung
aset yang bernilai investasi tinggi diperlukan Sebelum pendaftaran tanah diperkenalkan di
legalisasi hak atas tanahnya dengan pemberian Indonesia, pengelolaan tanah umumnya didasarkan
hak atas tanah oleh Kementerian Agraria dan Tata pada sistem adat yang beragam di berbagai daerah.
Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN). Hal ini menyebabkan ketidakseragaman hukum dan

Pemberian hak atas tanah di sempadan pantai konflik tanah yang sering terjadi. Untuk mengatasi

adalah isu yang telah lama menjadi perdebatan dalam masalah ini, pemerintah kolonial Belanda mulai

bidang hukum pertanahan. Pembahasan analisis memperkenalkan sistem pendaftaran tanah pada

yuridis pemberian hak atas tanah di sempadan abad ke-19. Pada tahun 1820, pemerintah kolonial

pantai menjadi sangat relevan karena daerah-daerah Belanda memperkenalkan sistem pendaftaran

ini sebagaimana telah dijelaskan di atas sering kali tanah di Jawa, yang dikenal sebagai “kadastrale

merupakan pusat kegiatan ekonomi dan sosial. registratie” (Hairan, 2008). Tujuan utama dari

Pemberian hak atas tanah di sempadan pantai pendaftaran tanah ini adalah untuk meningkatkan

adalah topik penting dan kompleks yang melibatkan pengawasan pemerintah terhadap tanah dan pajak

berbagai pemangku kepentingan dan memunculkan tanah yang dikenakan. Sistem pendaftaran tanah

sejumlah tantangan dan dampak. Olehnya dalam Belanda pada saat itu sangat terpusat dan data

tulisan ini akan dibahas mengenai analisis yuridis tanah dikumpulkan oleh pihak kolonial. Pendaftaran

pemberian hak atas tanah di sempadan pantai serta tanah ini juga mencatat pemilik tanah yang memiliki

implikasi bagi pemilik hak atas tanah di sempadan hak kepemilikan dan hak erfpacht (Wardani, 2021).

pantai. Pada tahun 1960, pemerintah Indonesia


mengeluarkan UUPA yang menjadi landasan
II. METODE PENELITIAN hukum pertanahan di Indonesia. UUPA mengatur
Penelitian dilakukan dengan metode analisis mengenai hak atas tanah, pendaftaran tanah, dan
yuridis normatif. Metode penelitian yuridis normatif penertiban sertipikat tanah. Salah satu isi UUPA
adalah salah satu metode penelitian yang umum adalah pengenalan hak ulayat, yang mengakui

135
JURNAL PERTANAHAN Vol. 13 No. 2 November 2023 133 - 141

hak tradisional masyarakat adat atas tanah di adat terhadap tanah dan sumber daya alam di
Indonesia (Adinegoro, 2019). Hal fundamental wilayah adat mereka. Prinsip ini diakui dalam
yang mendasari dibentuknya UUPA adalah Pasal upaya untuk memelihara kearifan lokal dan
33 ayat 3 UUD Negara Republik Indonesia tahun keberlangsungan ekosistem yang dihuni oleh
1945 yang menegaskan bahwa negara memiliki hak masyarakat adat.
paling utama untuk mengatur penggunaan hak atas 5. Konservasi sumber daya alam
tanah dan kekayaan alam lainnya. Dalam kerangka
Pemberian hak atas tanah juga mempertim-
UUD Negara Republik Indonesia tahun 1945, telah
bangkan perlindungan dan konservasi sumber
diamanatkan dengan jelas bahwa tanggung jawab
daya alam, termasuk lahan pertanian, hutan,
negara dalam pengaturan hak atas tanah di Indonesia
dan daerah-daerah konservasi. Hal ini menjadi
sangat besar. Oleh karena itulah, negara kemudian
lebih krusial jika konteks yang kita diskusikan
diwajibkan untuk memiliki pandangan yang luas dan
adalah sempadan pantai yang merupakan ka-
komprehensif untuk menyelesaikan permasalahan
wasan yang di dalamnya memuat berbagai
agraria, sehingga dalam UUPA dijelaskan pokok-
kepentingan tidak hanya lingkungan saja na-
pokok pemberian hak atas tanah adalah sebagai
mun ekonomi masyarakat.
berikut.
6. Penggunaan lahan yang efisien dan produktif
1. Prinsip kepentingan umum
Pemberian hak atas tanah juga harus mem-
Pemberian hak atas tanah harus mempertim-
perhatikan penggunaan lahan yang efisien dan
bangkan kepentingan umum dan kesejahteraan
produktif untuk mendukung kegiatan pertani-
masyarakat. Tanah yang diberikan hak harus
an, perkebunan, perikanan, dan sektor-sektor
dimanfaatkan untuk kepentingan nasional dan
ekonomi lainnya.
kepentingan rakyat. Keseimbangan inilah yang
7. Keadilan dan kesetaraan akses
kemudian seringkali menimbulkan konflik. Mes-
ki demikian, berdasarkan mandat dari UUD Prinsip keadilan dan kesetaraan akses terha-
Negara Republik Indonesia tahun 1945, hal dap hak atas tanah juga diakui, sehingga pem-
tersebut menjadi tanggung jawab negara untuk berian hak atas tanah tidak boleh diskriminatif
menyelesaikannya demi kepentingan bersama. dan harus mempertimbangkan kepentingan
masyarakat luas.
2. Pemilikan tanah oleh negara
Menilik hal-hal yang telah dijelaskan di atas
UUPA menyatakan bahwa bumi, air, dan ke-
dapat disimpulkan bahwa pemberian hak itu harus
kayaan alam yang terkandung di dalamnya
memiliki signifikansi yang sangat penting dalam
dikuasai oleh negara. Oleh karena itu, pembe-
konteks sosial, ekonomi, dan hukum. Pemberian
rian hak atas tanah merupakan pengalihan hak
hak harus dilakukan secara hati-hati dan penuh
dari negara kepada individu atau badan hukum
perhitungan, serta harus dilakukan sesuai dengan
tertentu. Negara sebenarnya memiliki hak un-
prinsip-prinsip yang telah ditetapkan. Pemberian
tuk melakukan intervensi dan pengambilan hak
hak atas tanah di kawasan lindung merujuk pada
atas tanah jika memang hal tersebut dibutuhkan
pemberian hak kepemilikan di wilayah yang
selama hal tersebut untuk kepentingan orang
ditetapkan dengan tujuan utama untuk menjaga
banyak.
kelestarian lingkungan hidup. Hal ini mencakup
3. Pengaturan pemilikan dan pemanfaatan tanah
pelestarian sumber daya alam dan buatan manusia.
UUPA mengatur berbagai jenis hak atas tanah, Kawasan Lindung mencakup berbagai jenis area,
termasuk hak milik, hak guna bangunan, hak seperti
guna usaha, hak pakai, dan lain sebagainya.
1. kawasan berawa dan kawasan yang berfungsi
Setiap jenis hak memiliki aturan dan persyara-
sebagai penyerapan air;
tan yang berbeda.
2. kawasan yang mencakup pantai, tepian sungai,
4. Perlindungan hak masyarakat adat
area sekitar danau/waduk, mata air, serta ruang
UUPA juga mengakui hak-hak masyarakat hijau, termasuk hutan kota;

136
Analisis Yuridis Pemberian Hak Atas Tanah di Sempadan Pantai
Kurnia Rheza Randy Adinegoro

3. kawasan suaka alam yang mencakup cagar mencakup berbagai jenis kegiatan, baik dalam sektor
alam dan suaka margasatwa; pertanian maupun non-pertanian, yang bertujuan
4. kawasan pelestarian alam yang termasuk untuk memberikan nilai tambah sesuai dengan fungsi
taman nasional, taman hutan raya, dan taman tanah, lingkungan, kepentingan masyarakat, dan
wisata alam; waktu tertentu. Beberapa contoh pemanfaatan tanah
meliputi penggunaan lahan untuk pemukiman, usaha
5. kawasan atau lahan yang memiliki nilai budaya
komersial seperti warung dan kios, serta berbagai
yang perlu dilestarikan;
jenis jasa lainnya.
6. kawasan yang rentan terhadap bencana alam,
Pemanfaatan tanah untuk kebun antara lain
seperti daerah rawan letusan gunung berapi,
dapat mencakup pengembangan agrowisata,
gempa bumi, longsor tanah, serta area yang
penanaman tanaman bunga, atau budidaya
rentan terhadap gelombang pasang dan banjir;
tanaman buah-buahan. Penting untuk dicatat bahwa
7. kawasan lindung lainnya, seperti taman buru,
sempadan pantai adalah salah satu jenis kawasan
cagar biosfer, wilayah perlindungan plasma
lindung berdasarkan fungsinya. Ketika mengatur
nutfah, area pengungsian satwa, dan wilayah
penggunaan dan pemanfaatan tanah di kawasan
pantai dengan hutan bakau.
lindung, perlu memperhatikan fungsi kawasan
Pendaftaran tanah di kawasan lindung serta rencana tata ruang wilayah yang berlaku
mencakup dua aspek utama, yaitu proses di wilayah tersebut. Selain itu, harus dijaga agar
pendaftaran tanah untuk pertama kalinya dan penggunaan dan pemanfaatan tanah di kawasan
pemeliharaan data pendaftaran tanah (Sam et al., lindung tidak mengganggu fungsi alam, mengubah
2020). Pendaftaran tanah pertama kali di kawasan karakteristik alam, atau merusak ekosistem alami.
lindung melibatkan dua situasi berbeda, yakni 1) Peraturan Pemerintah No. 16 tahun 2004 tentang
pemberian hak atas tanah di kawasan lindung yang Penatagunaan Tanah mengatur bahwa pemanfaatan
memiliki status tanah negara, yang dapat berupa tanah di daerah sekitar sempadan pantai harus
hak atas tanah dengan jangka waktu yang sesuai mempertimbangkan kepentingan umum serta
dengan jenis hak yang dimiliki; 2) pendaftaran hak memperhatikan keterbatasan daya dukung, prinsip
atas tanah di kawasan lindung yang sebelumnya pembangunan berkelanjutan, keberlanjutan
adalah tanah adat, yang dapat berupa hak milik atau ekosistem, keragaman hayati, dan pelestarian
jenis hak atas tanah lainnya yang sesuai dengan lingkungan.
subjek hak. Proses pemberian hak atas tanah di
Pengaturan atas sempadan pantai sendiri
kawasan lindung, termasuk di dalamnya sempadan
secara khusus diatur dalam bentuk lex specialis
pantai, dapat dilakukan sesuai dengan ketentuan
dalam Peraturan Presiden nomor 51 tahun 2016
hukum yang berlaku. Namun, perlu dicatat bahwa
tentang Batas Sempadan Pantai. Dalam peraturan
terdapat pengecualian dalam situasi kawasan
tersebut telah ditetapkan mengenai zona batas
lindung tersebut berada di dalam kawasan hutan
yang wajib ditaati dalam penggunaan sempadan
dengan status tidak diizinkan.
pantai seperti pada pasal 6 yaitu bahwa penentuan
B. Pengaturan Pemberian Hak Atas batas sempadan pantai tidak hanya mengikuti
Sempadan Pantai kajian matematis namun harus mempertimbangkan
hal lain seperti pusat gempa, permasalahan abrasi
Penggunaan tanah merujuk pada aktivitas yang
dan faktor-faktor lainnya. Pertimbangan demikian
melibatkan pemanfaatan lahan secara alami di
ini menjadi krusial karena harus memikirkan kontur
permukaan bumi, termasuk yang merupakan hasil
alam di Indonesia yang sangat berbeda dari satu
dari proses alami atau kreasi manusia (Nuriyanto,
titik ke titik lainnya dan oleh karenanya negara
2020). Beberapa contoh jenis penggunaan tanah
harus memperhitungkan secara holisitik ketika
mencakup pemukiman, pertanian, kebun, hutan,
harus menentukan permasalahan sempadan
dan sejenisnya. Sementara itu, pemanfaatan tanah
pantai ini. Meski demikian juga sesuai pasal 8,
merujuk pada usaha untuk meningkatkan nilai lahan
perhitungan secara numerik tetap diberlakukan.
tanpa mengubah karakteristik fisiknya. Ini bisa
Hal ini mempertimbangkan kemungkinan bahwa

137
JURNAL PERTANAHAN Vol. 13 No. 2 November 2023 133 - 141

ketika kajian dilakukan dan tidak ditemukan resiko adalah kurangnya pengetahuan mengenai aturan
bencana bukan berarti kemudian terjadi pembiaran penataan ruang, meskipun sudah ada aturan baku
dan mengabaikan skala numerik (Reskiyanti et al., yang bisa digunakan. Namun isu ketidakjelasan tata
2018). ruang dan zonasi masih cukup rumit. Beberapa pihak
Bentuk pengaturan lain dari kawasan sempadan berpendapat bahwa tata ruang dan zonasi di wilayah
pantai ini adalah Undang-Undang nomor 27 tahun pesisir masih belum terlaksana dengan baik (Sujadmi
2007 tentang Pengaturan Wilayah Pesisir Pantai & Murtasidin, 2020). Kurangnya pemahaman dalam
dan Pulau-Pulau Kecil. Beberapa hal yang diatur penentuan zona-zona khusus dapat menyebabkan
terutama dalam kaitannya dalam pemberian hak atas penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan prinsip-
tanah terdapat pada pasal 6, yang menginstruksikan prinsip keberlanjutan. Di samping itu masih ada
kolaborasi dan keseimbangan dalam pengelolaan beberapa peraturan daerah tidak sinkron dengan
sempadan pantai. Beberapa hal yang harus menjadi aturan dalam Undang-undang Nomor 27 Tahun
perhatian bersama adalah kerja sama antara 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan
pemerintah, sektor swasta (dunia usaha), dan Pulau-Pulau Kecil dan belum ada bentuk-bentuk
masyarakat sangat penting. Pemerintah memberikan penegakkan hukum yang tegas bagi pelanggaran-
regulasi dan pengawasan, dunia usaha berkontribusi pelanggaran yang terjadi (Matthew R.S. Maringka,
dengan inovasi dan investasi, dan masyarakat 2023).
berpartisipasi dalam pengelolaan wilayah pesisir Di dalam amanat undang-undang, memberikan
secara aktif. Berikutnya adalah bahwa harus kita penegasan bahwa masyarakat harus dilibatkan
sadari ada hubungan daerah-daerah yang beririsan. dalam penyusunan sebuah peraturan, tetapi pada
Oleh sebab itu, kerja sama antar-pemerintah daerah pelaksanaannya tidak ada mekanisme bagaimana
menjadi krusial. masyarakat harus dilibatkan. Pada kenyataannya,
Koordinasi di antara pemerintah daerah masyarakat terbatasi dengan berbagai hal dan
diperlukan untuk memastikan bahwa berbagai kondisi. Partisipasi masyarakat yang terbatas ini
wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil dalam satu kemudian memicu terjadinya konflik agraria yang
provinsi atau kabupaten saling mendukung dalam pada akhirnya merugikan pembangunan secara
upaya pengelolaan yang berkelanjutan. Tidak hanya keseluruhan. Pada akhirnya, meskipun undang-
berbicara terkait wilayah geografis saja, tetapi ada undang menekankan pentingnya partisipasi
unsur lain yaitu permasalahan antarsektor. Berbagai masyarakat, dalam praktiknya seringkali partisipasi
sektor seperti pertanian, perikanan, pariwisata, ini terbatas. Masyarakat terkadang tidak terlibat
industri, dan sektor terkait lainnya harus bekerja dengan baik dalam proses pengambilan keputusan
bersama-sama dan berkoordinasi untuk memastikan terkait pengelolaan wilayah sempadan pantai.
bahwa kegiatan ekonomi yang dilakukan di wilayah Kemudian, terjadi masalah yaitu konflik
pesisir tidak merusak lingkungan dan keberlanjutan kepentingan antarsektor. Terdapat kesulitan
wilayah tersebut serta tidak merugikan salah satu dalam mengintegrasikan kepentingan berbagai
sektor. Pada akhirnya kegiatan ekonomi yang sektor seperti pariwisata, pertanian, dan industri di
dilaksanakan akan memberikan keadilan sosial yang wilayah sempadan pantai. Seringkali terjadi konflik
dapat dirasakan semua sektor. karena adanya kepentingan ekonomi yang berbeda
(Wibowo et al., 2019). Hal inilah yang menjadi
C. Tantangan dan Implikasi tantangan ekonomi pada sempadan pantai yang
Pemberian Hak di Sempadan mana hal tersebut menimbulkan permasalahan demi
Pantai permasalahan di kemudian waktu. Permasalahan
Indonesia sebenarnya telah memiliki jenis pengaturan lain yang terjadi adalah kendala finansial.
yang baik pada sempadan pantai terutama yang Pengelolaan wilayah pesisir membutuhkan investasi
mengkhususkan pada pengaturan zona-zona pantai dan sumber daya yang cukup besar. Pemerintah
dan pertimbangan pemberian hak sempadan pantai. daerah atau lembaga terkait mungkin mengalami
Dalam pelaksanaan pemberian hak ada beberapa kendala finansial dalam melaksanakan program-
permasalahan yang sering terjadi, salah satunya program pengelolaan wilayah sempadan pantai

138
Analisis Yuridis Pemberian Hak Atas Tanah di Sempadan Pantai
Kurnia Rheza Randy Adinegoro

secara optimal (Handayani & Sanjiwani, 2020). Letak untuk memastikan kelestarian lingkungan dan fungsi
tantangan berikutnya adalah keterbatasan kapasitas konservasi zona tersebut.
dan pengetahuan. Beberapa pemerintah daerah Hak atas tanah dapat dibatalkan apabila
atau lembaga terkait mungkin memiliki keterbatasan pemegang hak tidak mematuhi persyaratan dan
dalam hal kapasitas dan pengetahuan terkait larangan yang tercatat dalam 3R (right, restriction,
pengelolaan wilayah sempadan pantai. Hal ini dapat and responsibility) yang tercatat dalam buku tanah
mempengaruhi efektivitas implementasi kebijakan. dan sertipikat. Hak atas tanah di sempadan pantai
Pengaturan terpusat pada sempadan pantai, yang merupakan kawasan lindung dapat diberikan,
khususnya terkait pemberian hak tanah, merupakan dengan jenis hak tergantung dari penggunaan tanah
aspek yang memerlukan pertimbangan mendalam tersebut. Tanah di kawasan lindung dapat diberikan
dalam konteks pengelolaan wilayah sempadan hak milik maupun hak atas tanah berjangka waktu.
pantai agar tidak terjadi konflik dan perdebatan Sebagai contoh, untuk tanah yang sudah dimiliki
(Aghazsi, 2015). secara turun temurun dengan data yuridis yang
Walaupun penuh dengan tantangan pemberian lengkap, kemudian dilakukan verifikasi lapangan
hak atas tanah di sempadan pantai pada dasarnya dan dinyatakan bahwa tanah itu benar dimiliki
diperbolehkan dengan batasan-batasan dan oleh yang bersangkutan, maka dapat diberikan
kewajiban-kewajiban tertentu. Pemberian hak hak milik. Namun pemberian hak juga harus
atas tanah di sempadan pantai memiliki batasan mempertimbangkan fungsi kawasan tersebut.
dan kewajiban yang dicatat dalam buku tanah dan Khusus untuk penggunaan tanah di kawasan lindung,
sertipikat hak atas tanah, yang terdiri dari right demi keberlanjutan lingkungan dan kelestarian alam
(hak), restriction (pembatasan), dan responsibility maka pemerintah daerah setempat mengatur apa
(tanggung jawab) atau disingkat 3R. Konsep 3R yang boleh dibangun di kawasan tersebut maupun
yang dimaksud mencakup hal-hal sebagai berikut. apa yang tidak boleh dibangun. Dapat disimpulkan
1. Pemegang hak dilarang membangun struktur pendaftaran tanah dan pemberian hak atas tanah
bangunan yang dapat mengurangi fungsi di kawasan lindung secara yuridis-normatif dapat
konservasi tanggul, fungsi konservasi zona dilaksanakan, dengan memperhatikan peraturan
pantai, atau fungsi konservasi lainnya. perundang-undangan sektoral yang mengatur
kawasan lindung yaitu rencana tata ruang wilayah
2. Penggunaan dan pemanfaatan lahan di
yang berlaku pada daerah tersebut. Intinya adalah
kawasan lindung harus dilakukan tanpa
tanah di kawasan lindung boleh diberikan hak atas
mengganggu fungsi ekosistem alam, dan tanpa
tanah, jika tidak dilarang undang-undang sektoral
mengubah karakteristik fisik alam.
(Gunanegara, 2022).
3. Pemegang hak dilarang merusak sumber daya
Harus menjadi perhatian utama adalah bahwa
alam dan menjaga keberlanjutan lingkungan
pemberian hak atas tanah di sepanjang sempadan
hidup.
pantai harus sesuai dengan rencana tata ruang
4. Pemegang hak wajib merawat tanah, termasuk
wilayah yang berlaku. Ini menjadi catatan khusus
meningkatkan kesuburannya, mencegah
dan penting dalam konteks perencanaan wilayah.
kerusakan, dan menjaga kelestarian lingkungan.
Mengingat dinamika alam yang ada di wilayah
5. Pemegang hak wajib menjaga fungsi konservasi pesisir, diperlukan strategi tata ruang yang dapat
dari zona pantai atau fungsi konservasi lainnya. beradaptasi dengan cepat terhadap perubahan,
6. Penggunaan dan pemanfaatan lahan di terutama yang berkaitan dengan perubahan iklim
kawasan lindung harus sesuai dengan fungsi serta karakteristik topografi pantai.
wilayah dalam rencana tata ruang yang berlaku. Selain itu, perlu dilakukan pertimbangan yang
7. Ada ketentuan lain yang sesuai dengan cermat apakah pemberian hak kepemilikan akan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. mendukung pertumbuhan ekonomi di wilayah
Dengan demikian, hak atas tanah di zona pantai pesisir atau justru akan membawa risiko jangka
memiliki sejumlah kendali dan tanggung jawab panjang terhadap keberlanjutan lingkungan dan

139
JURNAL PERTANAHAN Vol. 13 No. 2 November 2023 133 - 141

risiko yang terkait dengan perubahan iklim. Hal ini undang-undang tanpa bobot. Integrasi antarsektor
membutuhkan kapasitas dan wewenang pemerintah perlu dieratkan hingga ke titik masyarakat terlibat
yang memadai untuk memastikan bahwa pemberian dalam pengelolaan sempadan pantai.
hak kepemilikan di wilayah pesisir menghasilkan
dampak positif yang berkelanjutan. V. DAFTAR PUSTAKA
Adinegoro, K. R. R. (2019). Tanah Adat dalam
IV. KESIMPULAN
Perspektif Agraria Indonesia. Jurnal
Hasil analisis telah mencatat bahwa telah ada
Pertanahan, 9.
produk-produk hukum yang mengatur pemberian
hak sempadan pantai. Hal ini mengindikasikan Aghazsi, S. R. (2015). Penguasaan tanah di kawasan
bahwa hukum telah diakui dan diterapkan untuk sempadan pantai dan wilayah pesisir.
mengatur masalah ini. Produk-produk hukum ini Lentera Hukum, 2(2), 117–135.
mencakup peraturan-peraturan yang mengatur hak
Akbar, A. A., Sartohadi, J., Djohan, T. S., &
dan kewajiban terkait pengelolaan sempadan pantai,
Ritohardoyo, S. (2017). Erosi Pantai,
termasuk pemberian hak atas tanah di wilayah
Ekosistem Hutan Bakau dan Adaptasi
tersebut.
Masyarakat Terhadap Bencana Kerusakan
Pada dasarnya pemberian hak atas tanah di
Pantai Di negara Tropis (Coastal Erosion,
sempadan pantai dapat diberikan namun dengan
Mangrove Ecosystems and Community
syarat ketentuan dan kewajiban tertentu. Syarat
Adaptation to Coastal Disasters in Tropical
kewajiban tersebut dibebankan kepada pemegang
Countries). Jurnal Ilmu Lingkungan, 15(1),
hak atas tanah yang dicatat dalam buku tanah
1. https://doi.org/10.14710/jil.15.1.1-10
dan sertipikat hak atas tanah. Kewajiban dan
ketentuan tersebut terdiri dari right (hak), restriction Darmawan, R. N. D., Wijaya, J. C. A., & Kanom, K.
(pembatasan), dan responsibility (tanggung jawab). (2022). Analisis Keberlanjutan Ekologis
Hak atas tanah dapat dibatalkan ketika pemegang Pantai Blibis Banyuwangi dengan
hak tidak mematuhi persyaratan dan larangan Pendekatan Risk Management. Jurnal
yang tercatat dalam 3R (right, restriction, and Manajemen Perhotelan Dan Pariwisata,
responsibility). 5(3), 352–361. https://doi.org/10.23887/
Namun perlu menjadi catatan bersama bahwa jmpp.v5i3.51540
regulasi yang ada belum sepenuhnya memecahkan
Efendi, J., & Ibrahim, J. (2018). Metode Penelitian
masalah, kenyataan mengenai mekanisme
Hukum: Normatif dan Empiris. Prenada
pengawasan terhadap pelanggaran terkadang
Media.
luput dari jangkauan. Diperlukan rincian lebih lanjut
mengenai bagaimana pemerintah akan memantau Gunanegara, G. (2022). Pemberian Hak Atas Tanah
dan menegakkan hukum terkait pelanggaran yang di Kawasan Lindung Menurut Surat
terjadi di sempadan pantai, termasuk jenis sanksi Edaran ATR/BPN No. 4/2022 Versus
atau tindakan yang akan diambil. Perlunya konsensi Undang-Undang Sektora. In Universitas
bersama bahwa kebutuhan untuk penataan tata Pelita Harapan (Issue 4). https://doi.
kelola zona ruang wilayah harus benar-benar org/10.13140/RG.2.2.16277.60647
mengedepankan kepentingan nasional.
Hairan. (2008). Pendaftaran Tanah Dalam Sertipikasi
Legislasi harus dirancang dan diterapkan
Hak Menurut Peraturan Pemerintah Nomor
dengan mempertimbangkan kepentingan
24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran
keseluruhan negara, bukan hanya kepentingan
Tanah. Risalah Hukum, 4(1), 35–42.
sektor-sektor tertentu, kepentingan lokal tertentu
atau bahkan kepentingan kelompok tertentu. Handayani, G. L., & Sanjiwani, P. K. (2020). Pengaruh
Partisipasi masyarakat masih belum terlihat dengan Aktivitas Eksklusif Sempadan Pantai Bagi
jelas dan hanya sekedar menjadi bagian dari aturan Kehidupan Masyarakat Di Pantai Double-

140
Analisis Yuridis Pemberian Hak Atas Tanah di Sempadan Pantai
Kurnia Rheza Randy Adinegoro

Six. Jurnal Destinasi Pariwisata, 8(2), 176. Sempadan Pantai. Jurnal Geografi
https://doi.org/10.24843/jdepar.2020.v08. Gea, 8(2). https://doi.org/10.17509/gea.
i02.p02 v8i2.1703

Matthew R.S. Maringka, dkk. (2023). Pemberlakuan Sujadmi, S., & Murtasidin, B. (2020). Perencanaan
Ketentuan Pidana Dalam Pengelolaan Tata Ruang Laut: Konflik, Negosiasi, dan
Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil,. Kontestasi Kepentingan Ekonomi Politik
Jurnal Lex Administratum, 11(4). Lokal di Bangka Belitung. JIIP: Jurnal
Ilmiah Ilmu Pemerintahan, 5(2), 163–173.
Nuriyanto. (2020). Urgensi Reforma Agraria; Menuju
https://doi.org/10.14710/jiip.v5i2.8514
Penataan Penggunaan Tanah Yang
Berkeadilan Sosial. Jurnal Rontal Keilmuan Sundari, I. L. (2023). Status Penguasaan Tanah
PKn, 6. Sempadan Pantai oleh Masyarakat di
Pesisir Pantai Ujong Blang Lhokseumawe.
Ompusunggu, S. M., Sarmita, I. M., & Wesnawa,
Locus Journal of Academic Literature
I. G. A. (2023). Persepsi Masyarakat
Review, 2(2), 97–116. https://doi.
terhadap Pemanfaatan Sempadan Pantai
org/10.56128/ljoalr.v2i2.130
untuk Kegiatan Ekonomi dan Dampaknya
bagi Lingkungan Pantai (Studi Kasus : Tim Peneliti STPN. (2014). Penataan dan Pengelolaan
Pantai Penimbangan). Jurnal Pendidikan Pertanahan yang Mensejahterakan
Geografi Undiksha, 11(1), 18–23. https:// Masyarakat. Pusat Penelitian dan
doi.org/10.23887/jjpg.v11i1.52466 Pengabdian kepada Masyarakat Sekolah
tinggi Pertanahan nasiona.
Reskiyanti, Rachman, T., & Paotonan, C. (2018).
Tinjauan Batasan Sempadan Pantai Wardani, W. I. (2021). Eksistensi Lembaga
Tanjung Bunga Sebagai Implementasi Rechtsverweking Dalam Sistem Publikasi
Undang-Undang No 1 Tahun 2014. Pendaftaran Tanah Di Indonesia.
Seminar Sains Dan Teknologi Kelautan, MAGISTRA Law Review, 2(02), 93. https://
1, 33–39. https://journal.unhas.ac.id/index. doi.org/10.35973/malrev.v2i2.2332
php/SENSISTEK/article/view/12307
Wibowo, T. A., Kaskoyo, H., & Damai, A. A. (2019).
Sam, I. M., Setiowati, S., & Riyadi, R. (2020). Analisis Pengembangan Wisata Pantai Mutun
Penguasaan, Pemilikan, Penggunaan dan Terhadap Dampak Fisik, Sosial Dan
Pemanfaatan Tanah di Sempadan Pantai Ekonomi Masyarakat Desa Sukajaya
di Kelurahan Bintarore. Tunas Agraria, Lempasing, Kabupaten Pesawaran,
3(2), 122–139. https://doi.org/10.31292/jta. Lampung. Jurnal Pengembangan
v3i2.112 Kota, 7(1), 83. https://doi.org/10.14710/
jpk.7.1.83-90
Soekanto, S., & Mamudji, S. (2012). Penelitian
Hukum Normatif Suatu Tinjauan Singkat. Zakie, M. (2017). Konflik Agraria Yang Tak Pernah
Raja Grafindo Persada. Reda. Jurnal Ilmiah Hukum LEGALITY,
24(1), 40. https://doi.org/10.22219/jihl.
Sugito, N. T., & Sugandi, D. (2016). Urgensi Penentuan
v24i1.4256
Dan Penegakan Hukum Kawasan

141

Anda mungkin juga menyukai