Garuda 24879
Garuda 24879
Andi Tenrisau
Received: September 30, 2021 | Reviewed: October 24, 2021 | Accepted: November 29, 2021
Andi Tenrisau
1
1
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, Indonesia
Koresponden email: anditenrisau50@gmail.com
ABSTRAK
Tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development goals - SDGs) disepakati bersama menjadi tujuan (global)
untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat secara berkesinambungan. Penelitian ini mengkaji landasan
pengelolaan pertanahan berkelanjutan yang diterjemahkan dalam satu sistem yang dinamakan sistem penataan agraria
berkelanjutan (SPAB). SPAB dimaksudkan untuk mewujudkan catur tertib pertanahan yaitu tertib hukum pertanahan,
tertib administrasi pertanahan, tertib penggunaan tanah dan tertib pemeliharaan tanah dan lingkungan, sehingga dapat
mewujudkan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Metode yang digunakan adalah dengan pendekatan non-
empiris (desk/secondary research) melalui pengumpulan, pemeriksaan, serta analisis data dan informasi yang menggunakan
data sekunder, berupa dokumen-dokumen internasional, peraturan perundang-undangan yang terkait, dan studi pustaka
(literature review). Gagasan SPAB diharapkan dapat memberikan arahan dalam pengaturan dan penataan pertanahan
(agraria) agar tepat sasaran dan memberikan nilai tambah bagi masyarakat. SPAB dibangun dengan mengadopsi paradigma
pengelolaan pertanahan yang meliputi kebijakan pertanahan, administrasi pertanahan dan infrastruktur pertanahan, dimana
fungsi administrasi pertanahan (land tenure, land value, land use, dan land development) sebagai landasan utamanya. SPAB
menerjemahkan paradigma tersebut menjadi skema (pendekatan) siklus yang meliputi input, pelaksanaan (penataan aset,
penataan penggunaan tanah, dan penataan akses), dan output, serta umpan balik (feedback).
ABSTRACT
Sustainable development goals (SDGs) are mutually agreed to be a (global) goal for officially improving the economic welfare
of the community. This research conducts a study on premises of sustainable land management which is translated into a
system called sustainable agrarian management system (SPAB). SPAB is aimed to create orderly land affair in land law, land
administration, land use, and land management and environmental preservation to actualize sustainable natural resource
management. The method used in this research is a non-empirical approach (desk/secondary research) through data and
information collection, examination and analysis of data and information using secondary data, in the from of international
documents, related laws and regulations, and (literature review). SPAB is expected to provide recommendation in the
regulation and land (agrarian) arrangement, so that the implementation falls right on target and gives additional value for the
community. SPAB is built by adopting the land management paradigm (LMP) including land policy, land administration and land
infrastructure, in which the core function of land administration (land tenure, land value, land use, and land development) acts
as the main basis. SPAB translates this paradigm into a cycle scheme (approachment) which includes input, implementation
(asset, land use, and access management), output, and feedback.
103
JURNAL PERTANAHAN Vol. 11 No. 2 November 2021 103-112
104
Landasan Pengelolaan Pertanahan dalam Sistem Penataan Agraria Berkelanjutan
Andi Tenrisau
kualitas lingkungan hidup, serta pembangunan yang hanya tentang proses teknis atau administratif tetapi
inklusif dengan tata kelola yang mampu menjaga juga bersifat politis dan mencerminkan konsep sosial
peningkatan kualitas kehidupan dari satu generasi tentang masyarakat, hak, dan objek tanah berkenaan
ke generasi berikutnya (Bappenas, 2021). dengan penguasaan tanah, pasar tanah, pajak tanah,
Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi penataan pengendalian penggunaan tanah, pengembangan
agraria, Direktorat Jenderal Penataan Agraria tanah, dan pengelolaan lingkungan.
berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 47 dan Pembangunan pengelolaan agraria harus
Nomor 48 Tahun 2020 tentang Kementerian Agraria mengintegrasikan kegiatan, kebijakan, dan
dan Tata Ruang, dan Badan Pertanahan Nasional pendekatan serta peluang teknologi, dan yang
(Republik Indonesia, 2020a; Republik Indonesia, lebih penting lagi yaitu pengelolaan kegiatan
2020b), terdiri dari Direktorat Landreform, Direktorat saat ini yang sangat penting bagi keberlanjutan
Penatagunaan Tanah dan Direktorat Pemberdayaan pembangunan (Enemark, 2009). SPAB didasari
Tanah. Berdasarkan Peraturan Menteri Agraria dan pada konsep sustainable land management (SLM)
Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional yang digagas oleh Herweg et al. (1999) yang
Nomor 27 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis menyatakan bahwa SLM adalah landasan/pondasi
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan dalam pertanian berkelanjutan dan merupakan
Pertanahan Nasional Tahun 2020-2024 (Republik komponen strategis dalam pembangunan
Indonesia, 2020c), salah satu permasalahan dan isu berkelanjutan dan pengentasan kemiskinan.
strategis, yang merupakan hasil evaluasi rencana Konsep paradigma pengelolaan pertanahan (land
strategis sebelumnya, adalah mengharuskan adanya management paradigm pada Gambar 1) muncul
pengaturan dan pengelolaan bidang agraria dan tata sebagai kerangka dalam pencapaian tujuan
ruang yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan tersebut dalam bidang pertanahan. Paradigma
masyarakat dengan prinsip pembangunan pengelolaan pertanahan meliputi kebijakan
berkelanjutan. pertanahan (land policy framework), administrasi
pertanahan (land administration functions) dan
II. METODE infrastruktur informasi pertanahan (land information
Penelitian ini merupakan penelitian non-empiris infrastructures) (Ting, 2002; Enemark, 2004).
(desk/secondary research). Metode pengumpulan, Paradigma ini menggambarkan kerangka dalam
pemeriksaan serta analisis data dan informasi memfasilitasi proses integrasi kebutuhan-
dilakukan dengan menggunakan data sekunder, kebutuhan baru ke dalam sistem yang ada dalam
berupa dokumen-dokumen internasional, peraturan suatu negara. Paradigma ini penting untuk setiap
perundang-undangan yang terkait, dan studi pustaka negara dalam tata kelola pencatatan administrasi
(literature review). pertanahan yang berlandaskan pada empat
fungsi utama (core functions) (Williamson et al.,
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 2010), yaitu penguasaan tanah (land tenure), nilai
Tata pemerintahan yang baik dan pembangunan tanah (land value), penggunaan tanah (land use),
berkelanjutan dapat dicapai dengan adanya dan pengembangan tanah (land development)
administrasi pertanahan yang baik atau – secara lebih (Enemark et al., 2010). Fungsi administrasi
luas – pengelolaan agraria yang baik (Enemark, 2009). pertanahan tersebut menjadi landasan utama
Lebih lanjut, Enemark (2009) menegaskan bahwa dalam pengelolaan pertanahan yang berkelanjutan
sistem administrasi pertanahan pada prinsipnya (Bennet et al., 2008). Paradigma ini menjadi kunci
mencerminkan hubungan sosial antara masyarakat dalam membangun sistem yang menggabungkan
dan tanah yang diakui secara hukum dengan prinsip good governance, fungsi administrasi
tujuan untuk memfasilitasi implementasi kebijakan pertanahan (land tenure, land value, land use, dan
pertanahan dalam konteks pengelolaan pertanahan land development), dan infrastruktur informasi
nasional. Kegiatan administrasi pertanahan, bukan pertanahan menjadi pendekatan yang jelas dalam
mencapai SDGs (Enemark & McLaren, 2008).
105
JURNAL PERTANAHAN Vol. 11 No. 2 November 2021 103-112
106
Landasan Pengelolaan Pertanahan dalam Sistem Penataan Agraria Berkelanjutan
Andi Tenrisau
dan data P4T (penguasaan, pemilikan, penggunaan pelaksanaan kegiatan penataan aset berupa
dan pemanfaatan tanah). Cakupan basis data dapat redistribusi tanah adalah memperbaiki gini rasio
meliputi wilayah administrasi desa, kecamatan, kepemilikan tanah.
kabupaten/kota, provinsi dan wilayah NKRI Reforma agraria yang bertujuan untuk
tergantung wilayah SPAB yang akan disusun. Input menciptakan kemakmuran sebesar-besar bagi
data meliputi rakyat Indonesia harus didasarkan pada konsep
a. data tata ruang, dipakai sebagai dasar un- yang berbasis pada distribusi manfaat. Pengaturan
tuk mengetahui pola ruang dan struktur ruang kembali penggunaan dan pemanfaatan tanah yang
dalam suatu wilayah tertentu untuk menentu- dimiliki oleh seseorang atau badan hukum, dilakukan
kan arahan pemanfaatan ruang; melalui kerja sama penggunaan dan pemanfaatan
b. data tata guna tanah, dapat berupa penggu- tanah. Kerja sama tersebut melibatkan beberapa
naan tanah saat ini, ketersediaan tanah dan pihak antara lain pemilik tanah, pemerintah pusat
intensitas penggunaan tanah; dan/atau daerah, badan usaha, badan hukum,
organisasi sosial dan keagamaan, serta civil society
c. data kemampuan tanah, meliputi ketinggian,
organization. Hasil dari kerja sama penggunaan dan
lereng, drainase, permeabilitas tekstur dan
pemanfaatan tanah ini dibagi secara berkeadilan
jenis tanah;
kepada semua pihak terkait. Tujuan distribusi
d. data penduduk, dapat berupa kepadatan, ting-
manfaat adalah memperbaiki penggunaan dan
kat pertumbuhan penduduk dan jumlah rumah
pemanfaatan tanah agar menghasilkan penggunaan
tangga petani, data penguasaan dan pemilikan
dan pemanfaatan tanah yang optimal. Hasil dari
tanah;
penggunaan dan pemanfaatan tanah dibagi secara
e. data sosial dan ekonomi, dapat berupa jenis berkeadilan kepada semua pihak terkait.
mata pencaharian, jumlah petani gurem dan
b. Penataan Penggunaan Tanah
tingkat pendapatan per kapita penduduk; dan
Penataan penggunaan tanah dimaksudkan agar setiap
f. daftar prioritas kegiatan pembangunan.
penggunaan tanah dan/atau pemanfaatan tanah
2. Pelaksanaan Penataan Agraria dapat dilakukan secara efisien, efektif dan berdaya
a. Penataan Aset guna serta berhasil guna. Efektif berarti penggunaan
Penataan aset dilakukan dengan melakukan tanah dilakukan sesuai dengan norma,n standar,
redistribusi tanah. Redistribusi tanah adalah kegiatan dan kriteria penggunaan tanah, sedangkan efisien
pengaturan kembali penguasaan dan pemilikan tanah adalah penggunaan tanah dilakukan semaksimal
dengan melakukan pemberian hak atas tanah pada mungkin untuk hasil yang juga maksimal. Berdaya
subjek tertentu yang memenuhi syarat dalam rangka guna artinya bahwa penggunaan tanah digunakan
menciptakan keadilan pertanahan. agar mendatangkan hasil dan manfaat, sedangkan
berhasil guna adalah hasil yang diharapkan adalah
Redistribusi tanah berupa pembagian
hasil yang terbaik. Untuk mewujudkan hasil terbaik
lahan-lahan yang dikuasai oleh negara dan telah
dari penataan penggunaan tanah perlu diperhatikan
ditegaskan menjadi obyek redistribusi tanah
faktor-faktor sebagai berikut.
kepada para subjek reforma agraria. Tujuan
redistribusi tanah ialah memperbaiki penguasaan 1) Tata ruang
dan pemilikan tanah yang lebih berkeadilan Tanah digunakan sesuai dengan rencana tata
yang pada akhirnya memperbaiki kondisi sosial- ruang. Tata ruang didefinisikan sebagai perwu-
ekonomi rakyat dengan cara membagikan lahan judan struktur ruang dan pola ruang. Pola ruang
secara adil kepada warga negara tertentu sesuai terkait erat dengan penggunaan dan peman-
dengan prioritas. Dengan demikian, ketimpangan faatan ruang itu sendiri. Struktur Ruang terkait
kepemilikan tanah di Indonesia (provinsi, dengan jalur distribusi hasil dan layanan antar
kabupaten/kota, kecamatan dan kelurahan/desa) wilayah-wilayah pusat dan penyangganya.
diharapkan bisa berkurang. Ukuran keberhasilan
107
JURNAL PERTANAHAN Vol. 11 No. 2 November 2021 103-112
108
Landasan Pengelolaan Pertanahan dalam Sistem Penataan Agraria Berkelanjutan
Andi Tenrisau
Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun Penataan akses dapat dilakukan dengan
2004 dapat tercapai yaitu konsolidasi pemanfaatan pemberian akses permodalan dan bantuan lain
tanah melalui pengaturan kelembagaan yang terkait kepada pemegang hak/pengelola tanah dalam
dengan pemanfaatan tanah sebagai satu kesatuan rangka mengoptimalkan penggunaan dan
sistem untuk kepentingan masyarakat secara adil. pemanfaatan tanah, dalam rangka memberikan nilai
Penataan penggunaan tanah diwujudkan tambah untuk peningkatan kesejahteraan. Seperti
dengan berprinsip pada model wilayah tanah usaha diuraikan sebelumnya, penataan akses tidak hanya
(WTU) (Gambar 3). Model WTU dilandasi oleh lereng berfokus pada pemberian akses permodalan, akan
(medan) dan ketinggian (iklim) dalam mengarahkan tetapi bentuk lain seperti pendampingan pelatihan
‘letak’ sesuatu bagi tanah (wilayah) sebagai tempat usaha, pendampingan pemasaran, bantuan saprodi
kegiatan masyarakat atau tanah usaha (Sandy, (sarana produksi) untuk usahan pertanian, subsidi
2017). Sandy (2017) selanjutnya menguraikan saprodi pertanian dan perikanan serta pelatihan
bahwa WTU merupakan arahan dalam perencanaan kewirausahaan lainnya.
penggunaan tanah dimana dalam perencanaan Dalam rangka pelaksanaan penataan akses
penggunaan tanah tidak menggariskan bidang apa terdapat 5 (lima) objek pemberdayaan tanah
harus ada, melainkan mengatur letak dari bidang- masyarakat, terdiri dari
bidang yang telah digariskan. Pedoman (asas) 1) pemberdayaan tanah masyarakat untuk
pertama yang dipakai dalam usaha menempatkan tanah yang telah ditetapkan sebagai lokasi
bidang-bidang yang telah digariskan tersebut adalah transmigrasi, baik yang sudah bersertipikat
kelestarian, dengan pertimbangan penggunaan maupun yang belum dan sudah ditetapkan
tanah yang seimbang dan optimal. sebagai objek tanah objek reforma agraria
(TORA);
2) pemberdayaan tanah masyarakat yang telah
ditetapkan sebagai lokasi pendaftaran tanah
sistematis lengkap (PTSL);
3) pemberdayaan tanah masyarakat dan
pelaku usaha, yang telah ditetapkan sebagai
kegiatan legalisasi aset lintas sektor;
4) pemberdayaan tanah masyarakat yang be-
rasal dari tanah ex HGU, tanah telantar dan
pelepasan kawasan hutan yang ditetapkan
sebagai objek TORA;
5) pemberdayaan tanah yang telah dimiliki oleh
masyarakat atau badan hukum yang ditetap-
kan menjadi objek TORA.
Gambar 3 Wilayah Tanah Usaha (Sandy, 1977) Dalam rangka pelaksanaan penataan akses
c. Penataan Akses terdapat 5 (lima) rujukan model pemberdayaan
Penataan akses dimaksudkan sebagai kegiatan tanah masyarakat sebagai berikut.
pemberdayaan berbasis pemilikan, penguasaan, 1) Pemberdayaan tanah masyarakat berbasis
penggunaan dan pemanfaatan tanah. Kegiatan kemitraan (partnership)
ini dilakukan sebagai upaya untuk mendapatkan Konsep kemitraan adalah komitmen dua atau
hasil yang maksimal terkait dengan penguasaan, lebih pihak/entitas untuk bekerjasama men-
pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah capai tujuan bisnis tertentu. Konsep kemi-
bagi seseorang atau badan hukum. Parameter traan mempunyai cakupan yang luas meliputi
keberhasilan untuk kegiatan penataan akses adalah perilaku, sikap, nilai-nilai dan teknik. Kemitraan
peningkatan pendapatan per kapita para pemilik dapat mengatasi kendala pendanaan maupun
tanah.
109
JURNAL PERTANAHAN Vol. 11 No. 2 November 2021 103-112
kualitas produk di tingkat masyarakat. Kemi- jawab sosial perusahaan atau corporate so-
traan juga dapat menjamin pemasaran maupun sial responsibility (CSR). Model ini merupakan
tingkat harga hasil produksi petani/peternak. salah satu upaya untuk menciptakan keber-
Pada sisi perusahaan inti juga memperoleh langsungan usaha dengan tetap memperhati-
manfaat yang besar, karena ada jaminan suplai kan kepentingan sosial dan lingkungan hidup
bahan baku dari petani plasma. di sekitarnya demi terwujudnya pembangunan
2) Pemberdayaan tanah masyarakat berbasis yang berkelanjutan.
penataan agraria berkelanjutan 5) Pemberdayaan masyarakat berbasis distri-
Konsep ini merupakan suatu model yang busi manfaat (creating shared value)
mengintegrasikan tiga kegiatan pokok yaitu pe- Terbatasnya objek TORA yang berasal
nataan aset, penataan penggunaan tanah, dan dari tanah yang dikuasai langsung oleh
penataan akses. Model seperti ini biasa disebut negara dilakukan kegiatan redistribusi, dapat
dengan model kampung reforma agraria. Kam- dengan mengembangkan suatu konsep
pung reforma agraria adalah suatu kawasan pemberdayaan tanah masyarakat berupa distri-
yang didiami kelompok masyarakat penerima busi manfaat. Hasil kerja sama penggunaan dan
TORA dan/atau masyarakat lainnya yang telah pemanfaatan tanah dibagi secara
dan/atau sedang dilakukan kegiatan penataan berkeadilan kepada para pihak yang terlibat
aset, penataan penggunaan tanah, dan/atau dalam kerja sama tersebut. Pihak-pihak yang
penataan akses sehingga terwujud suatu kam- dapat melakukan kerja sama penggunaan dan
pung tematik yang mencerminkan catur tertib pemanfaatan tanah antara lain masyarakat/
pertanahan (tertib admistrasi pertanahan, tertib perorangan, kelompok masyarakat, badan
hukum pertanahan, tertib penggunaan tanah, hukum meliputi yayasan, perseroan terbatas,
dan tertib lingkungan hidup), sehingga terwujud dan badan usaha.
masyarakat yang produktif dan sejahtera. 3. Output SPAB
3) Pemberdayaan tanah masyarakat berbasis Hasil kegiatan dari SPAB adalah mewujudkan
pertanian korporasi (cooperative farming) pemanfaatan tanah yang sebesar-besar untuk
Pemberdayaan tanah masyarakat den- kemakmuran rakyat. SPAB diharapkan menghasilkan
gan model cooperative farming merupakan mekanisme/tata cara kerja yang sistematis dalam
model pemberdayaan petani melalui kelompok, melaksanakan reforma agraria yang menyeluruh
dengan melakukan rekayasa sosial, ekonomi, dalam kerangka penataan aset, penataan
teknologi, dan nilai tambah. Rekayasa sosial penggunaan tanah dan penataan akses.
dapat dilakukan dengan penguatan kelemba- Hasil kegiatan penataan aset berupa seberapa
gaan tani, penyuluhan, dan pengembangan luas tanah yang diberikan kepada subjek tertentu dan
SDM. Rekayasa ekonomi dilakukan dengan seberapa besar nilai yang dapat dibagi kepada pihak-
pengembangan akses permodalan untuk pihak terkait dalam kerja sama pemanfaatan dan
pengadaan dan akses pasar. Rekayasa penggunaan tanah. Hasil kegiatan penatagunaan
teknologi dapat dilakukan dengan pencapaian tanah adalah seberapa luas bidang tanah yang
kesepakatan teknologi anjuran dengan kebi- digunakan sesuai dengan rencana tata ruang,
asan petani. Rekayasa nilai tambah dilakukan tata guna tanah, kemampuan tanah, status tanah,
melalui pengembangan usaha. dan kebijakan penggunaan tanah lainnya. Hasil
4) Pemberdayaan tanah masyarakat berbasis kegiatan penataan akses adalah seberapa besar
corporate sosial responsibility (CSR) jumlah kepala keuarga yang dilakukan kegiatan
Partisipasi dunia usaha dalam pembangunan pemberdayaan tanah masyarakat. Hasil akhir dari
berkelanjutan adalah dengan mengembang- penataan agraria berkelanjutan adalah terciptanya
kan program kepedulian perusahaan kepada kepastian hukum hak atas tanah yang pada akhirnya
masyarakat sekitarnya yang disebut tanggung meningkatkan kesejahteraan rakyat.
110
Landasan Pengelolaan Pertanahan dalam Sistem Penataan Agraria Berkelanjutan
Andi Tenrisau
struktur pemilikan dan penguasaan yang lebih Sep 2021 dari http://sdgs.bappenas.go.id/
yang efisien, efektif dan berhasil guna serta dapat Bennett, R.,Wallace, J., & Williamson, I.P. (2008).
meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat. A toolbox for mapping and managing
Input data untuk tahapan pelaksanaan tahun new interests over land. Survey
berikutnya diharapkan akan berubah yaitu, tingkat Review, 40(307), 43-53. https://doi.
gini rasio akan lebih baik (penduduk yang semula org/10.1179/003962608X253475.
tidak mempunyai tanah akan memiliki tanah), dan
tingkat pendapatan per kapita masyarakat juga lebih Enemark, S. (2004). Building Land Information
baik. Pelaksanaan SPAB ini diharapkan dilakukan Policies. Proceedings of Special Forum
secara berkelanjutan sehingga akan diwujudkan on Building Land Information Policies in
pengelolaan sumber daya agraria untuk sebesar- the Americas. Aguascalientes, Mexico: 26-
besar kemakmuran rakyat. 27 October 2004. http://www.fig.net/pub/
mexico/papers_eng/ts2_enemark_eng.
IV. KESIMPULAN pdf.
Sistem penataan agraria berkelanjutan (SPAB) Enemark, S., & McLaren, R. (2008). Preventing
dilaksanakan untuk menciptakan catur tertib Informal Development – through Means
pertanahan yaitu tertib hukum pertanahan, of Sustainable Land Use Control.
administrasi pertanahan, tertib penggunaan tanah Proceedings of FIG Working Week.
dan tertib pemeliharaan tanah dan lingkungan. SPAB Stockholm: 14-19 June 2008. http://
ini dalam pelaksanaannya dapat mewujudkan www.fig.net/pub/fig2008/papers/ts08a/
pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, ts08a_01_enemark_mclaren_2734.pdf.
karena SPAB memastikan semua pemanfaatan
sumber daya agraria dilakukan sesuai rencana Enemark, S. (2009). Land Administration Systems
tata ruang dan tata guna tanah/kemampuan tanah – Managing Rights, Restrictions and
(lereng, ketinggian, drainase, tekstur tanah dan Responsibilities in Land. Map World
kedalaman tanah dan lain-lain). Selanjutnya melalui Forum. [Electronic resource], Mode of
SPAB diperoleh penggunaan dan pemanfaatan access https://www.fig.net/organisation/
tanah yang lebih berkualitas. SPAB dibangun council/council_2007-2010/council_
dengan mengadopsi paradigma pengelolaan members/enemark_papers/2009/
pertanahan (land management paradigm) yang hyderabad_february_2009_paper.pdf.
meliputi kebijakan pertanahan (land policy),
Enemark, S., McLaren, R., & der Molen, P. V.
administrasi pertanahan (land administration)
(2010). Land Governance in Support
dan infrastruktur informasi pertanahan (land
of The Millineum Development Goals
information infrastructure), dimana fungsi
A New Agenda for Land Professionals.
administrasi pertanahan (land tenure, land
FIG Publication No.45. Coopenhagen:
value, land use, dan land development) sebagai
International Federation of Surveyor.
landasan utamanya. SPAB menerjemahkan
111
JURNAL PERTANAHAN Vol. 11 No. 2 November 2021 103-112
112