Anda di halaman 1dari 10

Landasan Pengelolaan Pertanahan dalam Sistem Penataan Agraria Berkelanjutan

Andi Tenrisau
Received: September 30, 2021 | Reviewed: October 24, 2021 | Accepted: November 29, 2021

LANDASAN PENGELOLAAN PERTANAHAN DALAM


SISTEM PENATAAN AGRARIA BERKELANJUTAN
BASIC LAND MANAGEMENT IN SUSTAINABLE
AGRARIAN MANAGEMENT SYSTEM

Andi Tenrisau
1

1
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, Indonesia
Koresponden email: anditenrisau50@gmail.com

ABSTRAK
Tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development goals - SDGs) disepakati bersama menjadi tujuan (global)
untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat secara berkesinambungan. Penelitian ini mengkaji landasan
pengelolaan pertanahan berkelanjutan yang diterjemahkan dalam satu sistem yang dinamakan sistem penataan agraria
berkelanjutan (SPAB). SPAB dimaksudkan untuk mewujudkan catur tertib pertanahan yaitu tertib hukum pertanahan,
tertib administrasi pertanahan, tertib penggunaan tanah dan tertib pemeliharaan tanah dan lingkungan, sehingga dapat
mewujudkan pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan. Metode yang digunakan adalah dengan pendekatan non-
empiris (desk/secondary research) melalui pengumpulan, pemeriksaan, serta analisis data dan informasi yang menggunakan
data sekunder, berupa dokumen-dokumen internasional, peraturan perundang-undangan yang terkait, dan studi pustaka
(literature review). Gagasan SPAB diharapkan dapat memberikan arahan dalam pengaturan dan penataan pertanahan
(agraria) agar tepat sasaran dan memberikan nilai tambah bagi masyarakat. SPAB dibangun dengan mengadopsi paradigma
pengelolaan pertanahan yang meliputi kebijakan pertanahan, administrasi pertanahan dan infrastruktur pertanahan, dimana
fungsi administrasi pertanahan (land tenure, land value, land use, dan land development) sebagai landasan utamanya. SPAB
menerjemahkan paradigma tersebut menjadi skema (pendekatan) siklus yang meliputi input, pelaksanaan (penataan aset,
penataan penggunaan tanah, dan penataan akses), dan output, serta umpan balik (feedback).

Kata kunci : penataan agraria, penggunaan tanah, pembangunan berkelanjutan

ABSTRACT
Sustainable development goals (SDGs) are mutually agreed to be a (global) goal for officially improving the economic welfare
of the community. This research conducts a study on premises of sustainable land management which is translated into a
system called sustainable agrarian management system (SPAB). SPAB is aimed to create orderly land affair in land law, land
administration, land use, and land management and environmental preservation to actualize sustainable natural resource
management. The method used in this research is a non-empirical approach (desk/secondary research) through data and
information collection, examination and analysis of data and information using secondary data, in the from of international
documents, related laws and regulations, and (literature review). SPAB is expected to provide recommendation in the
regulation and land (agrarian) arrangement, so that the implementation falls right on target and gives additional value for the
community. SPAB is built by adopting the land management paradigm (LMP) including land policy, land administration and land
infrastructure, in which the core function of land administration (land tenure, land value, land use, and land development) acts
as the main basis. SPAB translates this paradigm into a cycle scheme (approachment) which includes input, implementation
(asset, land use, and access management), output, and feedback.

Keywords : agrarian management, land use, sustainable development

103
JURNAL PERTANAHAN Vol. 11 No. 2 November 2021 103-112

I. PENDAHULUAN mendatang, dengan tetap memperhatikan daya


tampung dan daya dukung lingkungan (Republik
Tanah merupakan sumber bagi kelangsungan
Indonesia, 2001).
hidup manusia yang bersifat tetap, namun bersifat
kontradiktif dengan kebutuhan manusia yang Amanat konstitusi dalam Undang-undang
semakin meningkat. Dengan kata lain, tanah Dasar Tahun 1945 yaitu Pasal 33 ayat (3), bahwa
mengalami penurunan kualitas seiring dengan ”Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung
dinamika pertumbuhan penduduk dan pesatnya di dalamnya dikuasai negara dan dipergunakan
pembangunan. Oleh karena itu, diperlukan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat” (Republik
pengelolaan pertanahan yang efektif, efisien dan Indonesia, 1959). Untuk melaksanakan amanat
berkelanjutan dalam penggunaan dan pemanfaatan tersebut, Undang-Undang Nomor 5 tahun 1960
tanah. Pengelolaan pertanahan tersebut diatur secara tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria
eksplisit dalam konstitusi Indonesia. Pengelolaan (UUPA) menetapkan bahwa “Bumi, air dan ruang
pertanahan ini perlu disusun menjadi satu kesatuan angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung
dalam satu sistem dalam kerangka hukum tanah di dalamnya itu pada tingkatan tertinggi dikuasai
yang merupakan ketentuan-ketentuan hukum yang oleh negara, sebagai organisasi kekuasaan rakyat”
mengatur hak-hak penguasaan dan penggunaan (Republik Indonesia, 1960). Hak menguasai dari
atas tanah (Harsono, 1999). negara yang dikonstruksikan dalam Pasal 33
ayat (3) Undang-Undang Dasar Tahun 1945, pada
Kondisi pertanian sebagai penopang
perkembangannya ditafsirkan bahwa mandat
perekonomian nasional saat ini semakin memerlukan
diberikan kepada negara untuk mengadakan
perhatian khusus. Hal ini karena adanya penurunan
kebijakan (beleid) dan tindakan pengurusan
kualitas lingkungan, adanya bencana alam seperti
(bestuursdaad), pengaturan (regelendaad),
kekeringan dan banjir yang berpengaruh terhadap
pengelolaan (beheersdaad) dan pengawasan
produktivitas sehingga mengganggu swasembada
(toezichthoudensdaad) untuk sebesar-besarnya
pangan. Sektor pertanian masih berjalan pada sektor
kemakmuran rakyat (Kuntana et al., 2010). Mandat
usaha kecil dan menengah dengan kepemilikan aset
tersebut merupakan kewenangan negara yang
lahan pertanian kecil, permodalan yang kecil dan
bersumber pada hak menguasai dari negara untuk
penggunaan teknologi yang minim. Oleh karena itu,
mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat. Hak
intervensi pemerintah diperlukan untuk merubah ke
menguasai dari negara yang diatur dalam UUPA
sistem pertanian yang berbasis korporasi (corporate
(Republik Indonesia, 1960) mempunyai wewenang
farming) dengan pemberian aset (tanah pertanian)
untuk
dan akses (permodalan dan teknologi), serta
1. mengatur dan menyelenggarakan
pendampingan. peruntukan, penggunaan, persediaan
Perwujudan pengelolaan sumber daya agraria bumi, air dan ruang angkasa;
yang menjawab tantangan dinamika pertanian saat 2. menentukan dan mengatur hubungan-
hubungan hukum antara orang-orang
ini memerlukan suatu sistem penataan agraria
dengan bumi, air dan ruang angkasa;
berkelanjutan (SPAB) untuk menjamin peningkatan dan
kesejahteraan masyarakat sehingga penggunaan 3. menentukan dan mengatur hubungan-
dan pemanfaatan sumber daya agraria menjadi hubungan hukum antara orang-orang
lebih efektif, efisien, berdaya guna, dan berhasil dan perbuatan-perbuatan hukum
mengenai bumi, air dan ruang
guna dengan tetap memperhatikan keberlanjutan
angkasa.
dan kelestarian lingkungan. Aspek keberlanjutan ini
Dalam rangka mewujudkan sebesar-besar
diamanatkan dalam Pasal 4 TAP Nomor IX/MPR/2001
kemakmuran rakyat sesuai dengan mandat
tentang Pembaruan Agraria dan Pengelolaan
konstitusi, sustainable development goals (SDGs)
Sumber Daya Alam. Pembaruan agraria dan
disepakati bersama menjadi tujuan (global) dengan
pengelolaan sumber daya alam harus dilaksanakan
tujuan utama yaitu meningkatkan kesejahteraan
sesuai dengan prinsip keberlanjutan, dimana dalam
ekonomi masyarakat secara berkesinambungan,
pelaksanaannya harus dapat memberikan manfaat
keberlanjutan kehidupan sosial masyarakat,
yang optimal, baik untuk generasi sekarang maupun

104
Landasan Pengelolaan Pertanahan dalam Sistem Penataan Agraria Berkelanjutan
Andi Tenrisau

kualitas lingkungan hidup, serta pembangunan yang hanya tentang proses teknis atau administratif tetapi
inklusif dengan tata kelola yang mampu menjaga juga bersifat politis dan mencerminkan konsep sosial
peningkatan kualitas kehidupan dari satu generasi tentang masyarakat, hak, dan objek tanah berkenaan
ke generasi berikutnya (Bappenas, 2021). dengan penguasaan tanah, pasar tanah, pajak tanah,
Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi penataan pengendalian penggunaan tanah, pengembangan
agraria, Direktorat Jenderal Penataan Agraria tanah, dan pengelolaan lingkungan.
berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 47 dan Pembangunan pengelolaan agraria harus
Nomor 48 Tahun 2020 tentang Kementerian Agraria mengintegrasikan kegiatan, kebijakan, dan
dan Tata Ruang, dan Badan Pertanahan Nasional pendekatan serta peluang teknologi, dan yang
(Republik Indonesia, 2020a; Republik Indonesia, lebih penting lagi yaitu pengelolaan kegiatan
2020b), terdiri dari Direktorat Landreform, Direktorat saat ini yang sangat penting bagi keberlanjutan
Penatagunaan Tanah dan Direktorat Pemberdayaan pembangunan (Enemark, 2009). SPAB didasari
Tanah. Berdasarkan Peraturan Menteri Agraria dan pada konsep sustainable land management (SLM)
Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional yang digagas oleh Herweg et al. (1999) yang
Nomor 27 Tahun 2020 tentang Rencana Strategis menyatakan bahwa SLM adalah landasan/pondasi
Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan dalam pertanian berkelanjutan dan merupakan
Pertanahan Nasional Tahun 2020-2024 (Republik komponen strategis dalam pembangunan
Indonesia, 2020c), salah satu permasalahan dan isu berkelanjutan dan pengentasan kemiskinan.
strategis, yang merupakan hasil evaluasi rencana Konsep paradigma pengelolaan pertanahan (land
strategis sebelumnya, adalah mengharuskan adanya management paradigm pada Gambar 1) muncul
pengaturan dan pengelolaan bidang agraria dan tata sebagai kerangka dalam pencapaian tujuan
ruang yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan tersebut dalam bidang pertanahan. Paradigma
masyarakat dengan prinsip pembangunan pengelolaan pertanahan meliputi kebijakan
berkelanjutan. pertanahan (land policy framework), administrasi
pertanahan (land administration functions) dan
II. METODE infrastruktur informasi pertanahan (land information
Penelitian ini merupakan penelitian non-empiris infrastructures) (Ting, 2002; Enemark, 2004).
(desk/secondary research). Metode pengumpulan, Paradigma ini menggambarkan kerangka dalam
pemeriksaan serta analisis data dan informasi memfasilitasi proses integrasi kebutuhan-
dilakukan dengan menggunakan data sekunder, kebutuhan baru ke dalam sistem yang ada dalam
berupa dokumen-dokumen internasional, peraturan suatu negara. Paradigma ini penting untuk setiap
perundang-undangan yang terkait, dan studi pustaka negara dalam tata kelola pencatatan administrasi
(literature review). pertanahan yang berlandaskan pada empat
fungsi utama (core functions) (Williamson et al.,
III. HASIL DAN PEMBAHASAN 2010), yaitu penguasaan tanah (land tenure), nilai
Tata pemerintahan yang baik dan pembangunan tanah (land value), penggunaan tanah (land use),
berkelanjutan dapat dicapai dengan adanya dan pengembangan tanah (land development)
administrasi pertanahan yang baik atau – secara lebih (Enemark et al., 2010). Fungsi administrasi
luas – pengelolaan agraria yang baik (Enemark, 2009). pertanahan tersebut menjadi landasan utama
Lebih lanjut, Enemark (2009) menegaskan bahwa dalam pengelolaan pertanahan yang berkelanjutan
sistem administrasi pertanahan pada prinsipnya (Bennet et al., 2008). Paradigma ini menjadi kunci
mencerminkan hubungan sosial antara masyarakat dalam membangun sistem yang menggabungkan
dan tanah yang diakui secara hukum dengan prinsip good governance, fungsi administrasi
tujuan untuk memfasilitasi implementasi kebijakan pertanahan (land tenure, land value, land use, dan
pertanahan dalam konteks pengelolaan pertanahan land development), dan infrastruktur informasi
nasional. Kegiatan administrasi pertanahan, bukan pertanahan menjadi pendekatan yang jelas dalam
mencapai SDGs (Enemark & McLaren, 2008).

105
JURNAL PERTANAHAN Vol. 11 No. 2 November 2021 103-112

tujuan pembangunan nasional berkelanjutan.


Tujuan pembangunan berkelanjutan yang selaras
dengan visi reforma agraria yaitu ada pada tujuan
1 (menghapus kemiskinan), tujuan 2 (mengakhiri
kelaparan), tujuan 11 (kota dan komunitas yang
berkelanjutan) dan tujuan 17 (kemitraan untuk
mencapai tujuan) (UN-Habitat, 2015).
Pelaksanaan penataan agraria berkelanjutan
terdiri dari kegiatan penataan aset, penataan
penggunaan tanah, dan penataan akses. Skema
SPAB didesain agar dapat memberikan dampak
yang konkret sesuai dengan prinsip holistic,
Gambar 1 Land Management Paradigm (Enemark, 2004)
integratif, thematic dan spatial (HITS) sehingga
Gagasan SPAB disarikan dari amanat
dapat tepat sasaran dan memberikan nilai tambah
peraturan perundang-undangan dan paradigma
bagi masyarakat. Skema SPAB (Gambar 2) terdiri
(global) pengelolaan pertanahan (land
dari empat komponen subsistem meliputi input,
management paradigm) dan diintegrasikan dengan
pelaksanaan, dan output, serta umpan balik
SDGs. SPAB diwujudkan dalam bentuk skema
(feedback) yang merupakan mekanisme evaluasi
pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan
dalam memberikan masukan terhadap input
dengan unsur-unsur reforma agraria. Gagasan
(mekanisme siklus).
atau konsep ini dimodifikasi dengan memasukkan
unsur penataan penggunaan tanah dalam
mencapai penataan aset dan penataan akses
yang lestari (berkelanjutan) dalam konteks
penataan penggunaan tanah. Gagasan SPAB
muncul dari 7 fokus pembangunan peningkatan
sumber daya manusia berkualitas dan berdaya
saing dalam rencana jangka panjang dan menengah
nasional (RPJMN) 2020-2024, salah satunya
adalah pengentasan kemiskinan melalui reforma
agraria. Pelaksanaan reforma agraria diharapkan
lebih tepat sasaran dan dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat serta mengurangi
ketimpangan penguasaan, pemilikan, penggunaan Gambar 2 Konsep Sistem Penataan Agraria Berkelanjutan
dan pemanfaatan tanah. Berangkat dari mandat SPAB dengan 4 (empat) subsistem yaitu input,
konstitusi dan SDGs, serta berlandaskan pada pelaksanaan, output dan umpan balik (feedback)
paradigma pengelolaan pertanahan yang dibahas diuraikan sebagai berikut.
sebelumnya, SPAB dibangun untuk memberikan
1. Input SPAB
arahan dalam pengaturan pengelolaan pertanahan
Input dari SPAB adalah suatu basis data
(agraria) dengan berasaskan keterpaduan,
yang diperlukan dalam rangka merencanakan
keserasian, keselarasan, keseimbangan,
pelaksanakan SPAB. Data yang diperlukan berupa
keberlanjutan, keterbukaan, persamaan, keadilan
data spasial dan data tekstual. Data spasial yang
dan perlindungan hukum.
dimaksudkan adalah berupa peta tematik mengenai
Pada dasarnya SPAB merupakan sistem yang
tata ruang, tata guna tanah, kemampuan tanah,
menerjemahkan paradigma pengelolaan pertanahan
status tanah, dan peta tematik lainnya yang terkait.
ke dalam kerangka pertanahan yang terdiri dari
Sedangkan data tekstual yang dimaksud adalah
penataan aset, penataan penggunaan tanah dan
data keadaan sosial ekonomi masyarakat berupa
penataan akses yang saling terkait dalam mencapai
tingkat pendapatan perkapita, mata pencaharian,

106
Landasan Pengelolaan Pertanahan dalam Sistem Penataan Agraria Berkelanjutan
Andi Tenrisau

dan data P4T (penguasaan, pemilikan, penggunaan pelaksanaan kegiatan penataan aset berupa
dan pemanfaatan tanah). Cakupan basis data dapat redistribusi tanah adalah memperbaiki gini rasio
meliputi wilayah administrasi desa, kecamatan, kepemilikan tanah.
kabupaten/kota, provinsi dan wilayah NKRI Reforma agraria yang bertujuan untuk
tergantung wilayah SPAB yang akan disusun. Input menciptakan kemakmuran sebesar-besar bagi
data meliputi rakyat Indonesia harus didasarkan pada konsep
a. data tata ruang, dipakai sebagai dasar un- yang berbasis pada distribusi manfaat. Pengaturan
tuk mengetahui pola ruang dan struktur ruang kembali penggunaan dan pemanfaatan tanah yang
dalam suatu wilayah tertentu untuk menentu- dimiliki oleh seseorang atau badan hukum, dilakukan
kan arahan pemanfaatan ruang; melalui kerja sama penggunaan dan pemanfaatan
b. data tata guna tanah, dapat berupa penggu- tanah. Kerja sama tersebut melibatkan beberapa
naan tanah saat ini, ketersediaan tanah dan pihak antara lain pemilik tanah, pemerintah pusat
intensitas penggunaan tanah; dan/atau daerah, badan usaha, badan hukum,
organisasi sosial dan keagamaan, serta civil society
c. data kemampuan tanah, meliputi ketinggian,
organization. Hasil dari kerja sama penggunaan dan
lereng, drainase, permeabilitas tekstur dan
pemanfaatan tanah ini dibagi secara berkeadilan
jenis tanah;
kepada semua pihak terkait. Tujuan distribusi
d. data penduduk, dapat berupa kepadatan, ting-
manfaat adalah memperbaiki penggunaan dan
kat pertumbuhan penduduk dan jumlah rumah
pemanfaatan tanah agar menghasilkan penggunaan
tangga petani, data penguasaan dan pemilikan
dan pemanfaatan tanah yang optimal. Hasil dari
tanah;
penggunaan dan pemanfaatan tanah dibagi secara
e. data sosial dan ekonomi, dapat berupa jenis berkeadilan kepada semua pihak terkait.
mata pencaharian, jumlah petani gurem dan
b. Penataan Penggunaan Tanah
tingkat pendapatan per kapita penduduk; dan
Penataan penggunaan tanah dimaksudkan agar setiap
f. daftar prioritas kegiatan pembangunan.
penggunaan tanah dan/atau pemanfaatan tanah
2. Pelaksanaan Penataan Agraria dapat dilakukan secara efisien, efektif dan berdaya
a. Penataan Aset guna serta berhasil guna. Efektif berarti penggunaan
Penataan aset dilakukan dengan melakukan tanah dilakukan sesuai dengan norma,n standar,
redistribusi tanah. Redistribusi tanah adalah kegiatan dan kriteria penggunaan tanah, sedangkan efisien
pengaturan kembali penguasaan dan pemilikan tanah adalah penggunaan tanah dilakukan semaksimal
dengan melakukan pemberian hak atas tanah pada mungkin untuk hasil yang juga maksimal. Berdaya
subjek tertentu yang memenuhi syarat dalam rangka guna artinya bahwa penggunaan tanah digunakan
menciptakan keadilan pertanahan. agar mendatangkan hasil dan manfaat, sedangkan
berhasil guna adalah hasil yang diharapkan adalah
Redistribusi tanah berupa pembagian
hasil yang terbaik. Untuk mewujudkan hasil terbaik
lahan-lahan yang dikuasai oleh negara dan telah
dari penataan penggunaan tanah perlu diperhatikan
ditegaskan menjadi obyek redistribusi tanah
faktor-faktor sebagai berikut.
kepada para subjek reforma agraria. Tujuan
redistribusi tanah ialah memperbaiki penguasaan 1) Tata ruang
dan pemilikan tanah yang lebih berkeadilan Tanah digunakan sesuai dengan rencana tata
yang pada akhirnya memperbaiki kondisi sosial- ruang. Tata ruang didefinisikan sebagai perwu-
ekonomi rakyat dengan cara membagikan lahan judan struktur ruang dan pola ruang. Pola ruang
secara adil kepada warga negara tertentu sesuai terkait erat dengan penggunaan dan peman-
dengan prioritas. Dengan demikian, ketimpangan faatan ruang itu sendiri. Struktur Ruang terkait
kepemilikan tanah di Indonesia (provinsi, dengan jalur distribusi hasil dan layanan antar
kabupaten/kota, kecamatan dan kelurahan/desa) wilayah-wilayah pusat dan penyangganya.
diharapkan bisa berkurang. Ukuran keberhasilan

107
JURNAL PERTANAHAN Vol. 11 No. 2 November 2021 103-112

2) Tata guna tanah diukur dengan faktor-faktor penatagunaan tanah.


Penggunaan tanah dilakukan berdasarkan ren- Perlu juga diperhatikan bahwa di dalam melakukan
cana tata guna tanah, persediaan tanah dan kegiatan penataan penggunaan tanah agar
memperhitungkan penggunaan tanah sekitar. dibedakan penggunaan tanah di wilayah perkotaan
Tata guna tanah terkait dengan pola penggu- dan pedesaan karena memiliki karakteristik yang
naan, penguasaan dan pemanfaatan tanah. berbeda. Untuk wilayah perkotaan penataan
Tata guna tanah dilaksanakan di dalam ka- penggunaan tanah dilakukan berdasarkan asas
wasan lindung dan budidaya. ATLAS yaitu aman, tertib, lancar dan sehat.
Sedangkan untuk penataan penggunaan tanah
3) Hak atas tanah
di wilayah pedesaan dilakukan berdasarkan asas
Penggunaan tanah dilakukan sesuai dengan
LOSS yaitu lestari, optimal, serasi dan seimbang.
hak atas tanah yang dimiliki atau dipunyai se-
Penggunaan tanah atau dalam hal ini
seorang atau badan hukum tertentu yaitu hak
pemanfataan ruang idealnya merujuk pada prinsip
milik, hak guna bangunan, hak guna usaha
3R yaitu right, restriction dan responsibility (Tenrisau,
atau hak pakai.
2019). Lebih lanjut, Tenrisau (2019) menambahkan
4) Kemampuan tanah
model penyusunan kebijakan pengendalian
Faktor yang diperhitungkan untuk mengguna- pemanfaatan ruang melalui penegakan hukum
kan sebidang tanah berdasarkan kemampuan pidana pada pelanggaran tata ruang akan disusun
tanah yakni ketinggian, lereng, tekstur tanah, dengan prinsip 3R yaitu prinsip melindungi rights
drainase, kedalaman efektif dan permeabilitas (hak-hak atas tanah) masyarakat, sekaligus
tanah. meningkatkan responsibilities masyarakat agar
5) Faktor pembatas lainnya ikut mendukung/memperkuat upaya-upaya
Faktor pembatas lainnya berupa kebijakan penegakan hukum dalam rangka pengendalian
tertentu dari pemerintah yang terkait dengan pemanfaatan ruang (restriction). Penerapan prinsip
batasan penggunaan tanah, contoh lahan 3R dimaksudkan agar setiap dilakukan proses
gambut, lahan pertanian pangan berkelanjutan pendaftaran tanah berupa pemberian hak (right) juga
(LP2B), sempadan pantai, sungai, kawasan hu- harus ditentukan pembatasan (restriction) dalam
tan lindung, konservasi dan lain-lain. melaksanakan penggunaan haknya termasuk juga
menentukan tanggung jawab (responsibility) para
Penatagunaan tanah bertujuan agar dapat
pemilik hak atas tanah. Penguasaan tanah (hak atas
diwujudkan penggunaan dan pemanfaatan yang
tanah) dapat diartikan sebagai hubungan hukum
tepat dan sesuai dengan kondisi wilayah, sehingga
antara orang dengan tanah, yang secara simultan
tidak terjadi penggunaan dan pemanfaatan yang
melekat batasan dan kewajiban di dalam hak atas
salah tempat. Di samping itu, penatagunaan tanah
tanah tersebut. Enemark (2009) menyatakan bahwa
mengatur ketersediaan tanah dari berbagai kegiatan
hak atas tanah termasuk juga hak menggunakan dan
pembangunan, mewujudkan tertib pemeliharaan
memanfaatkan tanah yang dapat terbatas karena
tanah dan lingkungan hidup, dan menjamin kepastian
larangan/batasan peruntukan dalam tata ruang.
hukum bagi pemegang hak. Penatagunaan tanah
merupakan wujud dari implementasi tata ruang Pengaturan dan penataan penggunaan tanah
(struktur ruang dan pola ruang) yang berpadu serasi dimaksudkan agar tercipta keterpaduan, keserasian,
dengan aspek penguasaan tanah. Keterkaitan keselarasan, keseimbangan, keberlanjutan,
antara tata ruang dan tata guna tanah dimandatkan keterbukaan, persamaan, keadilan dan perlindungan
dalam Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2021 hukum, sehingga bisa tercipta tanah yang berdaya
dimana dalam penyusunan/revisi tata ruang wilayah guna dan berhasil guna. Dalam hal ini, sistem
mempertimbangkan neraca penatagunaan tanah penatagunaan tanah yang berkelanjutan diperlukan
(Republik Indonesia, 2021). dalam memberikan arahan makro program
pertanahan dan program sektoral lainnya di dalam
Ukuran keberhasilan dari pelaksanaan tata
kerangka SPAB. Dengan demikian, tujuan utama
guna tanah adalah tertib penggunaan tanah yang
dalam penataan penggunaan tanah, berdasarkan

108
Landasan Pengelolaan Pertanahan dalam Sistem Penataan Agraria Berkelanjutan
Andi Tenrisau

Pasal 1 Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun Penataan akses dapat dilakukan dengan
2004 dapat tercapai yaitu konsolidasi pemanfaatan pemberian akses permodalan dan bantuan lain
tanah melalui pengaturan kelembagaan yang terkait kepada pemegang hak/pengelola tanah dalam
dengan pemanfaatan tanah sebagai satu kesatuan rangka mengoptimalkan penggunaan dan
sistem untuk kepentingan masyarakat secara adil. pemanfaatan tanah, dalam rangka memberikan nilai
Penataan penggunaan tanah diwujudkan tambah untuk peningkatan kesejahteraan. Seperti
dengan berprinsip pada model wilayah tanah usaha diuraikan sebelumnya, penataan akses tidak hanya
(WTU) (Gambar 3). Model WTU dilandasi oleh lereng berfokus pada pemberian akses permodalan, akan
(medan) dan ketinggian (iklim) dalam mengarahkan tetapi bentuk lain seperti pendampingan pelatihan
‘letak’ sesuatu bagi tanah (wilayah) sebagai tempat usaha, pendampingan pemasaran, bantuan saprodi
kegiatan masyarakat atau tanah usaha (Sandy, (sarana produksi) untuk usahan pertanian, subsidi
2017). Sandy (2017) selanjutnya menguraikan saprodi pertanian dan perikanan serta pelatihan
bahwa WTU merupakan arahan dalam perencanaan kewirausahaan lainnya.
penggunaan tanah dimana dalam perencanaan Dalam rangka pelaksanaan penataan akses
penggunaan tanah tidak menggariskan bidang apa terdapat 5 (lima) objek pemberdayaan tanah
harus ada, melainkan mengatur letak dari bidang- masyarakat, terdiri dari
bidang yang telah digariskan. Pedoman (asas) 1) pemberdayaan tanah masyarakat untuk
pertama yang dipakai dalam usaha menempatkan tanah yang telah ditetapkan sebagai lokasi
bidang-bidang yang telah digariskan tersebut adalah transmigrasi, baik yang sudah bersertipikat
kelestarian, dengan pertimbangan penggunaan maupun yang belum dan sudah ditetapkan
tanah yang seimbang dan optimal. sebagai objek tanah objek reforma agraria
(TORA);
2) pemberdayaan tanah masyarakat yang telah
ditetapkan sebagai lokasi pendaftaran tanah
sistematis lengkap (PTSL);
3) pemberdayaan tanah masyarakat dan
pelaku usaha, yang telah ditetapkan sebagai
kegiatan legalisasi aset lintas sektor;
4) pemberdayaan tanah masyarakat yang be-
rasal dari tanah ex HGU, tanah telantar dan
pelepasan kawasan hutan yang ditetapkan
sebagai objek TORA;
5) pemberdayaan tanah yang telah dimiliki oleh
masyarakat atau badan hukum yang ditetap-
kan menjadi objek TORA.
Gambar 3 Wilayah Tanah Usaha (Sandy, 1977) Dalam rangka pelaksanaan penataan akses
c. Penataan Akses terdapat 5 (lima) rujukan model pemberdayaan
Penataan akses dimaksudkan sebagai kegiatan tanah masyarakat sebagai berikut.
pemberdayaan berbasis pemilikan, penguasaan, 1) Pemberdayaan tanah masyarakat berbasis
penggunaan dan pemanfaatan tanah. Kegiatan kemitraan (partnership)
ini dilakukan sebagai upaya untuk mendapatkan Konsep kemitraan adalah komitmen dua atau
hasil yang maksimal terkait dengan penguasaan, lebih pihak/entitas untuk bekerjasama men-
pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah capai tujuan bisnis tertentu. Konsep kemi-
bagi seseorang atau badan hukum. Parameter traan mempunyai cakupan yang luas meliputi
keberhasilan untuk kegiatan penataan akses adalah perilaku, sikap, nilai-nilai dan teknik. Kemitraan
peningkatan pendapatan per kapita para pemilik dapat mengatasi kendala pendanaan maupun
tanah.

109
JURNAL PERTANAHAN Vol. 11 No. 2 November 2021 103-112

kualitas produk di tingkat masyarakat. Kemi- jawab sosial perusahaan atau corporate so-
traan juga dapat menjamin pemasaran maupun sial responsibility (CSR). Model ini merupakan
tingkat harga hasil produksi petani/peternak. salah satu upaya untuk menciptakan keber-
Pada sisi perusahaan inti juga memperoleh langsungan usaha dengan tetap memperhati-
manfaat yang besar, karena ada jaminan suplai kan kepentingan sosial dan lingkungan hidup
bahan baku dari petani plasma. di sekitarnya demi terwujudnya pembangunan
2) Pemberdayaan tanah masyarakat berbasis yang berkelanjutan.
penataan agraria berkelanjutan 5) Pemberdayaan masyarakat berbasis distri-
Konsep ini merupakan suatu model yang busi manfaat (creating shared value)
mengintegrasikan tiga kegiatan pokok yaitu pe- Terbatasnya objek TORA yang berasal
nataan aset, penataan penggunaan tanah, dan dari tanah yang dikuasai langsung oleh
penataan akses. Model seperti ini biasa disebut negara dilakukan kegiatan redistribusi, dapat
dengan model kampung reforma agraria. Kam- dengan mengembangkan suatu konsep
pung reforma agraria adalah suatu kawasan pemberdayaan tanah masyarakat berupa distri-
yang didiami kelompok masyarakat penerima busi manfaat. Hasil kerja sama penggunaan dan
TORA dan/atau masyarakat lainnya yang telah pemanfaatan tanah dibagi secara
dan/atau sedang dilakukan kegiatan penataan berkeadilan kepada para pihak yang terlibat
aset, penataan penggunaan tanah, dan/atau dalam kerja sama tersebut. Pihak-pihak yang
penataan akses sehingga terwujud suatu kam- dapat melakukan kerja sama penggunaan dan
pung tematik yang mencerminkan catur tertib pemanfaatan tanah antara lain masyarakat/
pertanahan (tertib admistrasi pertanahan, tertib perorangan, kelompok masyarakat, badan
hukum pertanahan, tertib penggunaan tanah, hukum meliputi yayasan, perseroan terbatas,
dan tertib lingkungan hidup), sehingga terwujud dan badan usaha.
masyarakat yang produktif dan sejahtera. 3. Output SPAB
3) Pemberdayaan tanah masyarakat berbasis Hasil kegiatan dari SPAB adalah mewujudkan
pertanian korporasi (cooperative farming) pemanfaatan tanah yang sebesar-besar untuk
Pemberdayaan tanah masyarakat den- kemakmuran rakyat. SPAB diharapkan menghasilkan
gan model cooperative farming merupakan mekanisme/tata cara kerja yang sistematis dalam
model pemberdayaan petani melalui kelompok, melaksanakan reforma agraria yang menyeluruh
dengan melakukan rekayasa sosial, ekonomi, dalam kerangka penataan aset, penataan
teknologi, dan nilai tambah. Rekayasa sosial penggunaan tanah dan penataan akses.
dapat dilakukan dengan penguatan kelemba- Hasil kegiatan penataan aset berupa seberapa
gaan tani, penyuluhan, dan pengembangan luas tanah yang diberikan kepada subjek tertentu dan
SDM. Rekayasa ekonomi dilakukan dengan seberapa besar nilai yang dapat dibagi kepada pihak-
pengembangan akses permodalan untuk pihak terkait dalam kerja sama pemanfaatan dan
pengadaan dan akses pasar. Rekayasa penggunaan tanah. Hasil kegiatan penatagunaan
teknologi dapat dilakukan dengan pencapaian tanah adalah seberapa luas bidang tanah yang
kesepakatan teknologi anjuran dengan kebi- digunakan sesuai dengan rencana tata ruang,
asan petani. Rekayasa nilai tambah dilakukan tata guna tanah, kemampuan tanah, status tanah,
melalui pengembangan usaha. dan kebijakan penggunaan tanah lainnya. Hasil
4) Pemberdayaan tanah masyarakat berbasis kegiatan penataan akses adalah seberapa besar
corporate sosial responsibility (CSR) jumlah kepala keuarga yang dilakukan kegiatan
Partisipasi dunia usaha dalam pembangunan pemberdayaan tanah masyarakat. Hasil akhir dari
berkelanjutan adalah dengan mengembang- penataan agraria berkelanjutan adalah terciptanya
kan program kepedulian perusahaan kepada kepastian hukum hak atas tanah yang pada akhirnya
masyarakat sekitarnya yang disebut tanggung meningkatkan kesejahteraan rakyat.

110
Landasan Pengelolaan Pertanahan dalam Sistem Penataan Agraria Berkelanjutan
Andi Tenrisau

4. Umpan Balik (Feedback) SPAB paradigma tersebut menjadi skema (pendekatan)


Dalam waktu tertentu yaitu pada akhir tahun anggaran siklus yang meliputi input, pelaksanaan (penataan
dilakukan monitoring dan evaluasi terkait dengan aset, penataan penggunaan tanah, dan penataan
pelaksanaan SPAB ini. Hasil monitoring dan evaluasi akses), dan output, serta umpan balik (feedback).
yang dilakukan secara berkala dan berkelanjutan
akan dipakai sebagai input subsistem untuk DAFTAR PUSTAKA
dilakukan review atas pelaksanaan penataan agraria.
Harapannya setiap waktu tertentu akan memperbaiki Bappenas. SDG Dashboard. Diperoleh pada 27

struktur pemilikan dan penguasaan yang lebih Sep 2021 dari http://sdgs.bappenas.go.id/

berkeadilan, penggunaan dan pemanfaatan tanah dashboard.

yang efisien, efektif dan berhasil guna serta dapat Bennett, R.,Wallace, J., & Williamson, I.P. (2008).
meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat. A toolbox for mapping and managing
Input data untuk tahapan pelaksanaan tahun new interests over land. Survey
berikutnya diharapkan akan berubah yaitu, tingkat Review, 40(307), 43-53. https://doi.
gini rasio akan lebih baik (penduduk yang semula org/10.1179/003962608X253475.
tidak mempunyai tanah akan memiliki tanah), dan
tingkat pendapatan per kapita masyarakat juga lebih Enemark, S. (2004). Building Land Information
baik. Pelaksanaan SPAB ini diharapkan dilakukan Policies. Proceedings of Special Forum
secara berkelanjutan sehingga akan diwujudkan on Building Land Information Policies in
pengelolaan sumber daya agraria untuk sebesar- the Americas. Aguascalientes, Mexico: 26-
besar kemakmuran rakyat. 27 October 2004. http://www.fig.net/pub/
mexico/papers_eng/ts2_enemark_eng.
IV. KESIMPULAN pdf.

Sistem penataan agraria berkelanjutan (SPAB) Enemark, S., & McLaren, R. (2008). Preventing
dilaksanakan untuk menciptakan catur tertib Informal Development – through Means
pertanahan yaitu tertib hukum pertanahan, of Sustainable Land Use Control.
administrasi pertanahan, tertib penggunaan tanah Proceedings of FIG Working Week.
dan tertib pemeliharaan tanah dan lingkungan. SPAB Stockholm: 14-19 June 2008. http://
ini dalam pelaksanaannya dapat mewujudkan www.fig.net/pub/fig2008/papers/ts08a/
pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, ts08a_01_enemark_mclaren_2734.pdf.
karena SPAB memastikan semua pemanfaatan
sumber daya agraria dilakukan sesuai rencana Enemark, S. (2009). Land Administration Systems
tata ruang dan tata guna tanah/kemampuan tanah – Managing Rights, Restrictions and
(lereng, ketinggian, drainase, tekstur tanah dan Responsibilities in Land. Map World
kedalaman tanah dan lain-lain). Selanjutnya melalui Forum. [Electronic resource], Mode of
SPAB diperoleh penggunaan dan pemanfaatan access https://www.fig.net/organisation/
tanah yang lebih berkualitas. SPAB dibangun council/council_2007-2010/council_
dengan mengadopsi paradigma pengelolaan members/enemark_papers/2009/
pertanahan (land management paradigm) yang hyderabad_february_2009_paper.pdf.
meliputi kebijakan pertanahan (land policy),
Enemark, S., McLaren, R., & der Molen, P. V.
administrasi pertanahan (land administration)
(2010). Land Governance in Support
dan infrastruktur informasi pertanahan (land
of The Millineum Development Goals
information infrastructure), dimana fungsi
A New Agenda for Land Professionals.
administrasi pertanahan (land tenure, land
FIG Publication No.45. Coopenhagen:
value, land use, dan land development) sebagai
International Federation of Surveyor.
landasan utamanya. SPAB menerjemahkan

111
JURNAL PERTANAHAN Vol. 11 No. 2 November 2021 103-112

Harsono, B. (1999). Sejarah Pembentukan Hukum 2020 tentang Rencana Strategis


Agraria, Isi dan Pelaksanaannya, Jilid Kementerian Agraria dan Tata Ruang/
I. Hukum Tanah Nasional, Jakarta: Badan Pertanahan Nasional Tahun 2020-
Jambatan, Cetakan VIII. 2024. Jakarta: Kementerian Agraria dan
Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional.
Steiner, K., & Slaats, J. (1999). Sustainable Land
Management: Guideline for Impact Republik Indonesia. (2021). Peraturan Pemerintah
Monitoring-Tool Kit Module. Berne, Nomor 21 Tahun 2021 tentang
Switzerland: Centre for Development and Penyelenggaraan Penataan Ruang.
Environment.
Sandy, I. M. (1977). Penggunaan Tanah ( Land
Kuntana, M., Inna, J., & Giri, A.T. (2010). Tafsir MK Use ) di Indonesia : Publikasi No. 75
Atas Pasal 33 UUD 1945: (Studi Atas (recycle 2017ed.). Jakarta: Direktorat
Putusan MK Mengenai Judicial Review Penatagunaan Tanah. Direktorat Jenderal
UU No. 7/2004, UU No. 22/2001, dan UU Penataan Agraria.
No. 20/2002). Jurnal Konstitusi.
Tenrisau, A. (2019). Kebijakan Pengendalian
Republik Indonesia. (1959). Undang-Undang Dasar Pemanfaatan Ruang Melalui Penegakan
Republik Indonesia Tahun 1945. Hukum Pidana Pada Pelanggaran
Terhadap Rencana Tata Ruang
Republik Indonesia. (1960). Undang-Undang
Dihubungkan Dengan Undang-Undang
Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan
Nomor 26 Tahun 2007 Tentang Penataan
Dasar Pokok-Pokok Agraria.
Ruang. (Disertasi PhD), Universitas Islam
Republik Indonesia. (2001). TAP Nomor IX/ Bandung.
MPR/2001 tentang Pembaruan Agraria
Ting, L. A. (2002). Principles for an Integrated Land
dan Pengelolaan Sumber Daya Alam.
Administration to Support Sustainable
Republik Indonesia. (2020a). Peraturan Presiden Development. PhD Thesis, Department of
Nomor 47 Tahun 2020 tentang Geomatics, The University of Melbourne.
Kementerian Agraria dan Tata Ruang.
UN-Habitat. 2015. Sustainable Development Goals.
Republik Indonesia. (2020b). Peraturan Presiden Rio de Janeiro: UN-Habitat.
Nomor 48 Tahun 2020 tentang Badan
Williamson, I. P., Enemark, S., Wallace, J., &
Pertanahan Nasional.
Rajabifard, A. (2010). Land Administration
Republik Indonesia. (2020c). Peraturan Menteri for Sustainable Development (1st ed.).
Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Redlands, California: ESRI Press.
Pertanahan Nasional Nomor 27 Tahun

112

Anda mungkin juga menyukai