Anda di halaman 1dari 8

RESUME MATERI

Disusun Guna Memenuhi Tugas UAS Mata Kuliah Wasathiyah Isalam


Dosen Pengampu Yahya, S.Ag., M.H.I.

Disusun oleh :

Akbar Muhammad Keane 33010230001


Haikal Mujab 33010230004
Muhammad Iqbal Khabibi 33010230019
Hafidzurrahman 33010230025
Muhammad Wildan Fatihudin 33010230028

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA ISLAM


FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SALATIGA
2023
PENDAHULUAN

Paham Najariyah dan Musyabbihah adalah dua aliran dalam ajaran Islam. Menurut
sumber, Faham Najariyah diajarkan oleh Abu Abdillah Husein bin Muhammad an Najjar dan
memfatwakan bahwa perbuatan manusia adalah makhluk, yaitu dijadikan Tuhan, tetapi mereka
berpendapat bahwa sifat Tuhan tidak ada. Kaum Najariyah terpecah menjadi 3 aliran.
Sementara itu, menurut sumber, Faham Musyabbihah memfatwakan bahwa ada keserupaan
Tuhan dengan manusia, umpamanya bertangan, berkaki, duduk 1 di kursi, naik tangga, turun di
lorong malam dan lain-lain. Ini hanya 1aliran saja. Kedua paham ini termasuk dalam 72
golongan (firqah) yang sesat dalam ajaran Islam, menurut Sayid Abdurrahman bin Muhammad
bin Husein bin Umar dalam kitabnya Bugyatul Mustarsyidin, pada halaman 398, cetakan
Mathba'ah Amin Abdul Majid Kairo, yang dikutip dalam sumber.
RESUME

A. SEJARAH PAHAM NAJARIYAH


Menurut kitab Bugyatul Mustarsyidin madzhab-madzhab dalam i'itiqad yang sesat,
di antaranya juga alah madzhab Najariyah. Madzhab Najariyah diciptakan oleh Abu
Abdillah Husein bin Muhammad an Najar pada masa Khalifah al Ma'mun antara tahun 198
H hingga 218 H. la pada mulanya murid dari seorang Mu'tazilah namanya Basyar al Marist,
tetapi kemudian ia menjadi "bajing loncat". Sekali menganut paham Mu'tazilah, besok
paham Jabariyah, lusa menganut paham Ahlussunnah dan akhirnya membuat "Madzhab"
sendiri. Madzhab Najariyah terbagi atas 3 aliran, yaitu aliran Margatsiyah, aliran
Zafaraniyah dan aliran Mustadrikah. Madzhab ini mulai hilang dihanyutkan zaman karena
tidak mendapat banyak pengikut.

B. ITIQAD KAUM NAJARIYAH YANG BERTENTANGAN DENGAN ITIQAD


KAUM AHLUSSNNAH WAL JAMA'AH
1. Tuhan Tidak Punya Sifat
Kaum Najariyah memiliki fatwa bahwa Tuhan Allah tidak mempunyai sifat. la
berkuasa, berkata, dan mendengar dengan Zat-Nya; katanya. Fatwa ini bertentangan
dengan kepercayaan kaum Ahlussunnah wal Jama'ah yang meyakini bahwa Tuhan
Allah itu mempunyai sifat yang qadim yang berdiri di atas Zat-Nya yang qadim.
2. Mu'min Yang Membuat Dosa Pasti Masuk Neraka.
Kaum Najariyah memfatwakan bahwa setiap orang mu'min yang mengerjakan
dosa besar dan mati sebelum taubat maka ia pasti masuk neraka, tetapi tidak kekal
selama-lamanya. Fatwa ini pada mulanya sama dengan paham Mu'tazilah tetapi tentang
tidak kekal berlawanan dengan Mu'tazilah.
3. Tuhan Tidak Bisa Dilihat.
Kaum Najariyah memfarwakan bahwa Tuhan tidak bisa dilihat dengan mata-
kepala walaupun didalam syurga.Fatwa ini tidak sesuai dengan paham kaum
Ahlussunnah yang berpendapat bahwa Tuhan bisa dilihat dengan mata-kepala di akhirat
nami sesuai dengan petunjuk al Qur'an pada surat al Qiyamah ayat 22 dan 28. Kaum
Najariyah ini boleh digolongkan kedalam kaum Mu'tazilah karena prinsip fatwanya
hampir sama walaupun ada sedikit perbedaan.
3. SEJARAH PAHAM MUSYABBIHAH (MUJASSIMAH)
Musyabbihah artinya menyerupakan. Kaum Musyabbihah digelari kaum Musybih
(menyerupakan) karena mereka menyerupakan Tuhan dengan makhluk-Nya, bertangan,
bermuka, berkaki, bertubuh seperti manusia.
Kaum Musyabbihah disebut juga dengan "kaum Mujassimah", karena mereka
menumbuhkan Tuhan, mengatakan Tuhan bertubuh yang terdiri dari darah daging,
bermuka, bermata, bertangan, berkaki, dan bahkan ada yang mengatakan, bahwa Tuhan itu
berkelamin laki-laki (lihat Syarah Nahjul Balagah Juz III, hal. 225).
Ada juga orang yang menamai mereka dengan kaum Hasyawiyah' "Hasyawiyah"
artinya percakapan omong kosong, percakapan di luar batas, percakapan hina-hina. Jadi,
mereka itu adalah "Kaum Omong Kosong Kebanyakan kaum Musyabbiliah atau
Mujassimah ini berasal dari orang-orang yang menganut madzhab Hanbali, tetapi Imam
Ahmad bin Hanbal tidak berkeyakinan dan tidak beri'itiqad sebagaimana mereka. Imam-
imam dan Guru-guru Besar kaum Musyabbihah di antaranya adalah:
• Abu Abdillah bin Hamid bin Ali al Bogdadi al Warraq.
• Qadhi Abu Ja'la Muhammad bin Husein bin Khalaf bin Farra' al Hanbali
• Abu Hasan Ali bin Ubaidillah bin Nashar az Zugwani al Hanbali.
• Ja'd bin Dirham.
• Bayan bin Isma'il.
• Muhammad bin Kiram
• Hisyam al Juwaliqi.
• Yunus bin Abdirrahman.
• Ali bin Manshur.
• Ma'adz al Anbari
• Daud al Jawaribi

4. ITIQAD KAUM MUSYABBIHAH (MUJASSIMAH) YANG BERTENTANGAN


DENGAN I'TIQAD KAUM AHLUSSUNAH WAL JAMA'AH
1. Tuhan Allah Bermuka Dan Bertangan
Kaum Musyabbihah memfarwakan bahwa Tuhan Allah bermuka dan bertangan.
Mereka mengemukakan dua dalil dari ayat al Qur'an, yaitu:
٢٧ : ‫ الرمحن‬. ‫َوي َ ْبقَى َو ْج ُه َرب َِّك ُذو الْ َج ََللِّ َواإل ْك َرا ِّم‬
ِ
Artinya: "Dan yang kekal muka Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.”
(Ar-Rahman: 27)
Dan firman Tuhan lagi
ِّ ‫يَدُ ه‬
١٠ : ‫ الفتح‬. ‫اَّلل فَ ْو َق َأيْ ِّد ِّهي ْم‬

Artinya: "Tangan Tuhan di atas tangan mereka” (Al Fath: 10).

Kaum Musyabbihah mengatakan bahwa dalam ayat-ayat ini nyata benar bahwa
Tuhan mempunyai muka dan itulah yang kekal dan mempunyai tangan yang lebih tinggi
dari tangan manusia Kaum Musyabbihah mengartikan ayat-ayat ini menurut lahirnya.
Kaum Ahlussunnah wal Jamaah menolak paham ini, karena dalam ayat Qur'an
yang lain (As Syura: 11) bahwasanya "tiada yang menyerupai Tulun suatu juga". Kalau
la bermuka dan bertangan maka serupalah dengan makhluk Nya, yaitu manusia. Kaum
Ahlussunnah menta'wilkan perkataan "wajhu" di sini dengan "Dan yang kekal adalah
Zat-Nya yang qadim" yang "mempunyai kebesaran dan kemuliaan". Ayat yang kedua
menurut Ahlussunnah berarti: "Kekuasaan Tuhan di atas dari kekuasaan manusia".
Perkataan "Yaddu" di sini diartikan kekuasaan. Dengan menta'wilkan ayat-ayat ini
semacam itu maka sesuailah pahamnya dengan ayat Syura: 11 tadi, yang mengatakan
bahwa tiada yang menyerupai Tuhan suatu juga.
2. Tuhan Allah Duduk Bersela Di Atas 'Arsy.
Kaum Musyabbihah berpendapat bahwa Tuhan itu duduk bersela di atas Arsy.
Dalil yang dikemukakannya ialah:
‫ طه‬. ‫علَى ْالعَ ْر ِش ا ْست ََوى‬
َ ‫الرحْ َم ُن‬
َّ
Artinya: "Ar Rabman itu duduk bersela di atas 'arsy" (Thaha: 5).

Mereka mengartikan istawa dengan duduk bersela serupa bersela manusia


sedangkan Ahlussunnah mengartikan dengan menguasai atau memerintahi.
3. Tuhan Di Atas Langit
Kaum Musyabbihah mengatakan bahwa Tuhan Allah di atas, di atas langit.
Mereka mengemukakan dua ayat sebagai dalilnya, yaitu Firman Tuhan:

١٥٨ : ‫ النساء‬. ‫َّللاُ ِإلَ ْي ِه‬


َّ ُ‫َب ْل َرفَ َعه‬
Artinya: "Tetapi Tuban mengangkat Nabi kepadaNya" (An-Nisa: 158)
Dalam ayat ini kata kaum Musyabbihah dinyatakan bahwa Nabi Isa diangkat
oleh Tuhan kepada-Nya, yang berarti bahwa Tuhan itu di atas, karena ada perkataan
"rafa'a" yang berarti mengangkat ke atas.
Dan lagi firman Tuhan:

َ ‫ض فَإِذَا ه‬
ُ ‫ِي تَ ُم‬
١٦ : ‫ الملك‬. ‫ور‬ َ ‫س َماءِ أ َ ْن َي ْخس‬
َ ‫ِف ِب ُك ُم ْاْل َ ْر‬ َّ ‫ا أَمِ ْنت ُ ْم َم ْن فِي ال‬

Artinya: "Adakah kamu merasa aman dengan yang ada di langit, babwa kamu akan
ditenggelamkan ke dalam bumi ketika ia bergoncang dengan kerasnya (Al Mulk 16).

Dalam ayat ini dinyatakan kata kaum Musyabbihah bahwa Tuhan di langit, di
atas karena langit itu di atas. Sedangkan kaum Ahlussunnah wal Jama'ah mengartikan
ayat ini dengan tempat yang mulia", jadi Nabi Isa diangkat ketempat yang mulia dan ia
berada ditempat yang mulia.
4. Tuhan Allah Bertubuh Serupa Nur
Kaum Musyabbihah mengatakan bahwa Tuhan itu bertubuh seperti makhluk-
Nya dan tubuh-Nya itu berkilau-kilauan serupa nur, serupa cahaya. Dalilnya kata
mereka - firman Tuhan:
ِ ‫ت َو ْاْل َ ْر‬
٣٥ : ‫ النور‬. ‫ض‬ ِ ‫س َم َوا‬ ُ ُ‫هللاُ ن‬
َّ ‫ور ال‬
Artinya: "Tuhan Allah itu Nur langit dan bumi?" (An-Nur 35).

Kalau begitu, maka Tuhan menurut kaum Musyabbihah serupa dengan cahaya
matahari yang memancar kesana kesini yang meliputi alam yang luas ini. l'itiqad ini
ditentang keras oleh kaum Ahlussunnah wal jamu'ali karena arti ayat ini ialah "memberi
cahaya pada langit dan bumi. Jadi arti ayat ini ialah: "Tuhan yang memberi cahaya pada
langit dan bumi.
l'itiqad kaum Musyabbihah yang mengatakan bahwa Tuhan itu Cahaya adalah
sesat lagi menyesatkan, karena kalau Tuhan itu cahaya tentulah tak akan ada siang dan
malam, karena Tuhan itu ada pada waktu siang dan waktu malam, dan bersama siang
malam.
Dapat ditegaskan bahwa pokok dari kesalahan kaum Musyabbihah adalah
karena mereka mengartikan ayat-ayat mutasyabih dalam al Qur'an menurut lahirnya
saja. Inilah pokok pangkal kesalahan yang menyesatkan mereka. Mereka boleh juga
dinamakan "kaum Zhahiriyah" dalam i'itiqad
ULASAN DAN TANGGAPAN PERESUME

Paham Najariyah dan Musyabbihah memiliki keyakinan yang bertentangan dengan


ajaran kaum Ahlussunnah wal Jama'ah. Najariyah memfatwakan bahwa Tuhan Allah tidak
mempunyai sifat, sedangkan Ahlussunnah wal Jama'ah meyakini bahwa Tuhan Allah
mempunyai sifat yang qadim yang berdiri di atas Zat-Nya yang qadim. Selain itu, Najariyah
juga memfatwakan bahwa setiap orang mu'min yang mengerjakan dosa besar dan mati sebelum
taubat pasti masuk neraka, tetapi tidak kekal selama-lamanya, yang bertentangan dengan
keyakinan Ahlussunnah wal Jama'ah. Sementara itu, Musyabbihah memfatwakan bahwa Tuhan
Allah bermuka dan bertangan, duduk bersela di atas 'Arsy, di atas langit, dan bertubuh serupa
nur, keyakinan ini bertentangan dengan ajaran Ahlussunnah wal Jama'ah
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Faham Najariyah, yang dipelopori oleh Abu Abdillah Husein bin Muhammad An-
Najar, merupakan salah satu aliran dalam i'itiqad yang dianggap sesat. Aliran ini
menyatakan bahwa Tuhan tidak memiliki sifat, berbeda dengan kepercayaan kaum
Ahlussunnah wal Jama'ah. Mereka juga memfatwakan bahwa setiap orang mu'min yang
mengerjakan dosa besar dan mati sebelum taubat pasti masuk neraka, tetapi tidak kekal
selamanya. Selain itu, mereka juga menyatakan bahwa Tuhan tidak bisa dilihat dengan
mata-kepala, yang bertentangan dengan keyakinan kaum Ahlussunnah. Aliran ini dapat
digolongkan ke dalam kaum Mu'tazilah karena prinsip fatwanya hampir sama, meskipun
ada sedikit perbedaan.
Sejarah paham Musyabbihah (Mujassimah) juga menarik untuk dibahas. Kaum
Musyabbihah menyerupakan Tuhan dengan makhluk-Nya, seperti bertangan, bermuka,
berkaki, dan bertubuh seperti manusia. Mereka juga menyatakan bahwa Tuhan itu bertubuh
yang terdiri dari darah daging, bermuka, bermata, bertangan, berkaki, dan bahkan ada yang
mengatakan bahwa Tuhan itu berkelamin laki-laki. Keyakinan ini bertentangan dengan
ajaran kaum Ahlussunnah wal Jama'ah yang menyatakan bahwa Tuhan tidak serupa dengan
makhluk-Nya.
Aliran kedua ini, Najariyah dan Musyabbihah, merupakan contoh dari berbagai
aliran dalam Islam yang memiliki keyakinan yang bertentangan dengan ajaran mayoritas
kaum Ahlussunnah wal Jama'ah. Aliran-aliran ini sering dikategorikan sebagai aliran sesat
dalam i'itiqad.
B. Saran
Demikianlah tugas resume ini kami selesaikan. Kami menyadari bahwa resume
ini masih jauh dari kesempurnaan. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat
kesalahan dalam pengetikan atau kata-kata yang kurang berkenan. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang konstruktif sangat kami harapkan demi perbaikan selanjutnya dimasa
depan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

Anda mungkin juga menyukai