Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ilmu Hukum
Disusun Oleh:
Kelompok 7
FAKULTAS SYARIA’AH
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmatnya
penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan yang berarti dan sesuai
dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami ucapkan kepada bapak Fajrul Kurniawan S.H.,M.H. sebagai dosen
pengampu mata kuliah pengantar ilmu hukum yang telah membantu memberikan arahan dan
pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah yang ditulis ini masih jauh dari kata sempurna oleh karena
itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi para pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Kelompok 7
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Adanya aliran hukum adalah ditentukan oleh masa dan waktu yang sehingga
oleh para ahli hukum membuat penafsiran hukum berdasarkan waktu dan tempat.
Sehingga pada saat ini para ahli hukum selalu mengkaji hukum itu bedasarkan
dengan adanya atau timbulnya berbagai aliran dalam filsafat hukum menunjukkan
pergulatan permikiran yang tidak henti-hentinya dalam lapangan ilmu hukum.
Apabila pada masa lalu, filsafat hukum merupakan produk sampingan dari para filsuf,
dewasa ini kedudukannya tidak lagi demikian karena masalah-masalah filsafat hukum
telah menjadi bahan kajian tersendiri bagi para ahli hukum.
BAB II
PEMBAHASAN
Peletak dasar madzhab ini adalah Hugo Krabbe, ia sosok penentang madzhab kedaulatan Negara.
Menurut Karabbe, hukum adalah 'rasa keadilan. Hukum hanyalah apa yang memenuhi rasa keadilan
orang banyak dimana mereka ditundukkan kepadanya1. Sebuah peraturan perundangan atau hokum
yang tidak sesuai dengan rasa keadilan masyarakat banyak tidak dapat mengikat, pera- turan tersebut
tidak dapat disebut hukum walaupun masih berlaku dan ditaati ataupun dipaksakan 2. Teori ini juga
mengatakan bahwa negara terbentuk atas kemauan hukum, bukan hukum tercipta atas kemauan
negara sebagaimana yang diterangkan dalam teori ke- daulatan negara. 3
B.ALIRAN LISGISME
Aliran ini menyatakan bahwa yang disebut hukum adalah undang-undang (hukum identik dengan
undang-undang). Oleh karena itu aliran ini hanya mengakui hukum yang tertera dalam undang-
undang saja dan sebagai satu-satunya sumber hukum. Sehingga hakim dalam melaksanakan tugasnya
hanya akan terpaku pada bunyi undang-undang (hakim sebagai corong undang-un- dang). 4Maka alur
pemikiran yang berlaku dalam aliran ini adalah silogisme hukum atau juridischesylogisme, yaitu suatu
deduksi logis dari suatu perumusan yang luas kepada keadaan khusus sehingga sampai pada
kesimpulan. Atau perumusan premis mayor kepada premis minor kemudian diambil sebuah
conclusion. Contohnya:
Aliran ini menuntun untuk mempelajari undang-undang sebagai sesuatu yang primer, adapun
jurisprudensi sesuatu yang sekunder. Aliran ini juga berkeyakinan bahwa seluruh problem so- cial
akan segera terselesaikan bila telah ada undang-undang yang mengaturnya. 5
1
Chainur arrasjid, Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2004
2
Hasanuddin AF dkk, Pengantar Ilmu Hukum, al-Husna Baru, Jakarta, 2004
3
Sejarah Joeniarto, Ketatanegaraan Republik Indonesia, Bumi Angkasa, Jakarta, 1974
4
Soehino, Hukum Tata Negara Sistim Pemerintahan Negara, Liberty, Yogyakarta, 1993
5
Marwan Mas, Pengantar Ilmu Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2004
C.ALIRAN HUKUM BEBAS
Aliran ini berkebalikan dengan aliran legisme. Aliran ini ber- anggapan bahwa hakim dalam memutus
perkara bebas, sesuai den gan undang-undang ataupun tidak karena pekerjaan hakim pada hakekatnya
adalah menemukan atau menciptakan hukum (judge made law). Untuk itu, mempelajari
jurisprundensi menjadi hal yang pokok dalan mempelajari hukum, sedangkan undang-un- dang adalah
bagian yang sekunder.6
Aliran ini dapat dikatakan sebagai penengah antara legisme dan aliran freie rechtsbewegung. Menurut
aliran ini, memang benar bahwa hakim harus terikat dengan undang-undang, tetapi tidak seketat
menurut aliran legisme. Hakim juga memiliki kebebasan untuk menentukan hukum, akan tetapi
kebebasannya tersebut tidak sebebas-bebasnya sebagaimana pendapat aliran freie Kebebasan yang
dimiliki hakim adalah kebeba- san yang terbatas7. Pengetahuan hukum mengenai jurispurdensi dan
undang-undang dianggap sama-sama penting untuk menutup celah-celah yang ada pada masing-
masing pengetahuan hukum tersebut serta disesuaikan dengan perkembangan dan tuntutan za- man
yang dihadapi.8
BAB III
PENUTUP
A .KESIMPULAN
6
L.J.van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum, Noor Komala, Jakarta, 1960
7
Zainuddin Ali, Filsafat Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2006
8
Theo Huijbers, Filsafat Hukum, Kanisius, Yogyakarta, 1995
B.SARAN
C.DAFTAR PUSTAKA
Soehino, Hukum Tata Negara Sistim Pemerintahan Negara, Liberty, Yogyakarta, 1993