Disusun Oleh:
Anggit Septriadi
1218010018
Pentingnya analisis kualitas realisasi LAKIP dalam upaya meningkatkan akuntabilitas dan
transparansi instansi pemerintah, sangat penting untuk menganalisis kualitas realisasi LAKIP,
dengan tujuan guna mengevaluasi sejauh mana LAKIP telah memenuhi standar akuntabilitas dan
memberikan informasi yang relevan dan bermanfaat bagi konsumen laporan tersebut seperti
masyarakat umum, pemangku kepentingan dan pihak terkait lainnya.
Tabel 1.1
Realisasi Anggaran per Belanja Dinas Kesehatan Kabupaten Luwu Utara Tahun 2022
Capaian
No Uraian Anggaran Realisasi (%)
I Belanja Tidak 49.673.524.371,- 48.870.327.905,- 98,58
Langsung
Belanja Pegawai 49.573.524.371,- 48.870.327.905,- 98,58
Belanja 102.318.596.709,- 88.065.767.219,- 85,56
Langsung
II Belanja Barang 80.562.927.270,- 69.278.141.391,- 85,99
dan Jasa
Belanja Hibah 150.000.000,- 150.000.000,- 100,00
Belanja Modal 21.605.669.439,- 18.637.625.828,- 86,26
Jumlah 151.892.121.080,00 136.935.040.046,00 90,15
Sumber: LAKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Luwu Utara, 2022
Tabel 1.2
Dari kedua tabel diatas menunjukan bahwa realisasi anggaran per belanja Dinas Kesehatan
Kabupaten Luwu Utara tahun 2022 menunjukan realisasinya sebesar 90,15%, artinya realisasinya
masih kurang atau masih dibawah 100%. Kemudian realisasi anggaran berdasarkan ssasaran
kinerja Dinas Kesehatan Kabupaten Luwu Utara tahun 2022 menunjukan realisasi yang masih
kurang dari 100% yaitu 90,15%.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode analisis data sekunder.
Dengan pendekatan ini, penulis dapat menggunakan data numerik atau data yang dapat diukur
secara objektif mengenai fenomena yang diteliti. Setelah data terkumpul dapat memungkinkan
peneliti melakukan analisis statistik guna menguji hubungan antara variabel yang terlibat dan dapat
membuat kesimpulan berdasarkan dengan temuan.
Penelitian ini lebih memfokuskan studi kasus Dinas Kesehatan Kabupaten Luwu Utara
yang dipilih sebagai studi kasus, karena kinerja instansi ini sangat relevan dalam konteks
pembangunan kesehatan di daerah tersebut. Dalam studi kasus ini, peneliti akan berfokuss kepada
analisis kualitas realisasi LAKIP yang telah dipublikasikan DINKES Kabupaten Luwu Utara.
Dengan demikian memicu penulis untuk melakukan analisis kualitas realisasi LAKIP di
Kabupaten Luwu Utara sebagai studi kasus. Dengan ini peneliti menentukan judul yaitu “Analisis
Kualitas Realisasi Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP): Studi Kasus Pada
Dinas Kesehatan Kabupaten Luwu Utara”.
Dari latar belakang yang penulis uraikan diatas, masalah yang diungkapkan oleh penulis
adalah. Bagaimana kualitas pencapaian realisasi LAKIP Dinas Kesehatan Kabupaten Luwu Utara
serta sejauh mana kesesuaian antara target dan capaian kinerja yang dilaporkan?
Dilakukannya penelitian ini guna mengetahui dan menganalisis kualitas realisasi LAKIP pada
Dinas Kesehatan Kabupaten Luwu Utara, mengevaluasi kesesuaian LAKIP dengan standar
akuntabilitas, kejelasan tujuan dan sasaran serta kesesuaian antara target dan capaian kinerja yang
dilaporkan.
Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi banyak pihak baik secara
langsung ataupun tidak langsung, adapun manfaat dari penelitian ini dibagi menjadi 2, yaitu:
Secara teoritis penelitian ini memperluas pengetahuan dan wawasan berkaitan dengan studi
kesehatan masyarakat di daerah, kemudian memberikan sumbansih terhadap studi
permasalahan pembangunan terutama kesehatan di daerah. Dan juga penelitian ini sebagai
acuan bagi penelitian lebih lanjut sellanjutnya.
Penelitian ini diharapkan menjadi sebuah masukan dan rekomendasi bagi pihak yang terkait,
termasuk Dinas Kesehatan Kabupaten Luwu Utara, dalam upaya meningkatkan kualitas dan
keakuratan LAKIP serta transparansi dalam pelaporan kinerja.
REALISASI LAPORAN
AKUNTABILITAS DINAS KESEHATAN
KINERJA INSTANSI KAB. LUWU UTARA
PEMERINTAH (LAKIP)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1 Definisi dan Fungsi Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemeintah (LAKIP)
Dasar hukum LAKIP antara lain sebagai berikut: 1) Undang-Undang Dasar 1945 pasal 4
ayat (1) tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme (KKN); 2) Ketetapan MPR RI Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan
Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN); 3) Undang-Undang
No.28 Tahun 1999 Pasal 3 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN); 4) Instruksi Presiden No.7 Tahun 1999 tentang
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; 5) Keputusan kepala Lembaga Administrasi
Negara No.2 239/IX/6/8/2003. Tanggal 25 Maret 2003 tentang Perbaikan Pedoman
Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; 6) Keputusan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor : 134/PMK.01/2006 tentang Perbendaharaan dan
Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara; 7) Keputusan Direktur Jenderal Perbendaharaan
Nomor : KEP- 83/PB/2005 tanggal 31 Mei 2005 beserta perubahannya.
LAKIP dapat lebih berguna sebagai umpan balik bagi pihak-pihak yang berkepentingan,
maka bentuk dan isinya diseragamkan tanpa mengabaikan keunikan masing-masing Instansi
pemerintah. Format LAKIP ini dimaksudkan untuk mengurangi perbedaan cara penyajian
yang dimuat dalam LAKIP sehingga memudahkan perbandingan ataupun evaluasi
akuntabilitas yang harus dilakukan. LAKIP menyajikan uraian tentang kinerja pemerintah
dalam arti keberhasilan dan kegagalan pecapaian sasaran dan tujuan instansi pemerintah.Di
samping itu, perlu juga dimasukkan dalam LAKIP aspek keuangan yang secara langsung
mengaitkan hubungan antara anggaran Negara yang dibelajarkan dengan hasil atau manfaat
yang diperoleh.
Berdasarkan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
yang diterbitkan oleh Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia dalam Keputusan
Kepala Lembaga Administrasi Negara No.239/IX/6/8/2012 pada tahun 2012, Format Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah minimal teridiri atas:
1. Ikhtisar Eksekutif, dimana pada bagian ini disajikan tujuan dan sasaran yang telah
ditetapkan dalam rencana strategik serta pencapaian tujuan dan sasaran serta kendala-
kendala yang dihadapi dalam pencapaiannya.
2. Pendahuluan, menjelaskan hal-hal umum tentang instansi serta uraian singkat mandat apa
yang dibebankan kepada instansi.
3. Rencana Strategik, dimana pada bab ini disajikan gambaran singkat mengenai rencana
strategik dan rencana kinerja.
4. Akuntabilitas Kinerja, dimana pada bagian ini disajikan uraian hasil pengukuran kinerja,
evaluasi dan analisis akuntabilitas kinerja, termasuk di dalamnya menguraikan secara
sistematis keberhasilan dan kegagalan, hambatan/kendala, dan permasalahan yang
dihadapi serta langkah-langkah antisipatif yang akan diambil.
5. Penutup, mengemukakan tinjauan secara umum keberhasilan dan kegagalan permasalahan
dan kendala utama yang berkaitan dengan kinerja utama instansi yang akan dilaksanakan
di tahun mendatang.
6. Lampiran-lampiran dimana setiap bentuk penjelasan lebih lanjut, perhitungan-
perhitungan, gambar, metode, dan aspek pendukung seperti SDM, sarana prasarana,
metode, dan aspek lain dan data yang relevan, hendaknya dimuat dalam lampiran.
85 – 99 = Baik Sekali
70 - <85 = Baik
55 - <70 = Cukup
<55 = Kurang
Predikat kinerja merupakan rencana tingkat capaian organisasi/satuankerja
(satker).Pengukuran kinerja tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan formulir
Pengukuran Pencapaian Sasaran (PPS).
1. Suatu media hubungan kerja organisasi yang berfungsi informasi dan data yang telah
diolah;
2. Wujud tertulis pertanggungjawaban suatu organisasi instansi kepada pemberi wewenang
dan mandat, sehingga LAKIP berfungsi juga sebagai raport dari pimpinan unit organisasi;
3. LAKIP berisi tentang kinerja instansi dan akuntabilitasnya, yaitu gambaran mengenai
tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam mewujudkan
visi, misi, tujuan, sasaran organisasi dan merupakan media akuntabilitas setiap instansi;
4. Sebagai media informasi tentang sejauh mana penentuan prinsipprinsip good governance
termasuk penerapan fungsi-fungsi manajemen secara benar di instansi yang bersangkutan.
Manfaat Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah yang diatur pada Permen PAN
Nomor 29 Tahun 2010 pasal 18 adalah berikut:
1. Meningkatkan akuntabilitas, kredibilitas instansi dimata instansi yang lebih tinggi dan
akhirnya meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap instansi;
2. Merupakan umpan balik untuk peningkatan kinerja instansi pemerintah;
3. Dapat mengetahui dan menilai keberhasilan dan kegagalan dalam melaksanakan tugas dan
tanggung jawab instansi;
4. Mendorong instansi pemerintah untuk menyelenggarakan tugas umum pemerintahan dan
pembangunan secara baik, sesuai ketentuan, peraturan perundang-undangan yang berlaku
serta kebijakan yang transparan dan dapat dipertanggungjawabkan kepada masyarakat;
5. Menjadikan instansi yang akuntabel sehingga dapat beroperasi secara efisien, efektif, dan
responsif terhadap aspirasi masyarakat dan lingkungan.
BAB III
METODOLOGI PENETILIAN
Data primer adalah sumber data utama yang menjadi pedoman data penelitian, dalam
penelitian ini diperoleh melalui informasi dari Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP) Dinas Kesehatan Kabupaten Luwu Utara.
Data sekunder merupakan data yang diperoleh selain dari data primer yang mejadi
pedoman utama data, data ini hadir untuk menunjang dan memperkuat data yang diteliti, data
sekunder didapatkan dari artikel, laporan, serta jurnal yang ada kaitannya
3.3.1 Observasi
Dalam penelitian ini, penulis melakukan pengamatan secara langsung terhadap kenyataan
yang terjadi di Dinas Kesehatan Kabupaten Luwu Utara, penelitian ini dilakukan dengan
mengamati, membaca, serta mecatat hal-hal yang berhubungan dengan topik ini. Hal tersebut
diantaranya seperti membaca dan memahami Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah (LAKIP) dan mengetahui persentase realisasinya.
3.3.2 Dokumentasi
Dokumentasi merupakan salah satu metode untuk membuktikan bahwa penelitian yang
dilakukan itu benar dilakukan oleh peneliti, dokumentasi dapat berupa tulisan, karya dan
gambar. Dokumentasi dilakukan guna mengkonfirmasi kebenaran penelitian yang telah
dilakukan dan melengkapi sumber data yang dikira kurang memenuhi.
3.3.3 Triagulasi
Triagulasi adalah teknik pengambilan data kolaboratif dari beberapa teknik pengumpulan
data, triagulasi merupakan gabungan dari tiga metode pengumpulan data yang telah dijelaskan
sebelumnya, hal ini lebih akurat dan terpercaya karena telah melalui tiga proses pengumpulan
data penelitian yang tentunya lebih lengkap, detail dan terpercaya.
Operasional variabel merupakan suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan
cara memberikan arti atau menspesifikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang
diperlukan untuk mengukur variabel tersebut (Nazir, 2005). Pengertian operasional dalam variabel
penelitian ialah suatu atribut atau sifat atau nilai dari obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi
tertentu yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya
(Sugiyono, 2015).
Dikemukakan oleh Walizer dan Weiner dalam Mushlihin (2013) bahwa operasional variabel
adalah: "Definisi operasional ialah seperangkat petunjuk yang lengkap tentang apa yang harus
diamati dan bagaimana mengukur suatu variabel atau konsep definisi operasional tersebut
membantu kita untuk mengklasifikasi gejala di sekitar ke dalam kategori khusus dari variabel,".
Teknik Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan metode dari Miles
dan Huberman (1994) beliau menyebutkan bahwasanya terdapat 3 macam teknik analisis data pada
penelitian kualitatif, sebagai berikut:
Reduksi data merupakan proses mengurangi kompleksitas data yang diperoleh dari
penelitian kualitatif. Tujuan dari reduksi data adalah untuk mengidentifikasi pola-pola, tema-
tema, atau konsep-konsep yang muncul dari data dan menggali makna yang terkandung di
dalamnya.
Tujuan utama dari penyajian data dalam analisis kualitatif adalah untuk
mengomunikasikan temuan penelitian secara jelas, mendalam, dan relevan. Hal ini membantu
memperkuat validitas dan kepercayaan terhadap hasil penelitian yang didasarkan pada data
kualitatif.
3.5.3 Kesimpulan
Kesimpulan merujuk pada penarikan atau ringkasan yang diperoleh dari hasil analisis data.
Kesimpulan adalah hasil akhir dari proses analisis yang memberikan pemahaman, temuan, dan
jawaban terhadap pertanyaan penelitian atau tujuan analisis yang telah ditetapkan.
Penelitian ini dilakukan di DINKES Kab. Luwu Utara dan dilakukan secara mandiri,
terstruktur dan komprehensif melalui sumber-sumber yang diperoleh baik primer maupun
sekunder dengan perbandingan hipotesis dan spekulatif peneliti.
Penelitian dilakukan dalam kurun waktu 10 hari, yaitu pada tanggal 13 Juni sampai 24 Juni
2023.
DAFTAR PUSTAKA
Adisaputro, G., & Anggarini, Y. (2017). Anggaran Bisnis. Yogyakarta: UPP STIM YKPN.
Herlianto, D. (2015). Anggaran Keuangan. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Sofia, A., & Husen, B. (2013). Analisis Transparansi dan Akuntabilitas Pemerintah Daerah
Melalui Pengungkapan Informasi pada Website. Vol.12 No.4 .
Utara, D. K. (2022). Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP). Luwu Utara.