Draft TA - 13118059 - (Rev - 2) - (Checked)
Draft TA - 13118059 - (Rev - 2) - (Checked)
TUGAS SARJANA
MS4091 Tugas Sarjana 2
Oleh:
Matheus Bayu Pandito Utomo
13118059
Dosen Pembimbing :
Dr. Ir. Tri Prakosa, M.Eng.
Tugas Sarjana
Oleh
Matheus Bayu Pandito Utomo
13118059
Pembimbing Utama
Program
Teknik Mesin 13118059
Studi
Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara
Institut Teknologi Bandung
Abstrak
Sektor industri adalah sektor yang menjadi prioritas utama Pemerintah Indonesia, karena
merupakan tumpuan utama bagi pertumbuhan ekonomi. Terlebih pada saat ini, sektor
industri manufaktur menjadi andalan dalam usaha pemulihan nasional setelah terdampak
pandemi Covid-19. Salah satu komponen penting yang mendukung keberjalanan industri
manufaktur adalah mesin perkakas.
Mesin perkakas merupakan mesin yang digunakan untuk memotong suatu material
sehingga dihasilkan benda dengan bentuk sesuai yang dibutuhkan. Untuk membantu sektor
industry manufaktur di Indonesia, pada penelitian ini penulis akan melakukan analisis
proses manufaktur pada komponen carriage mesin bubut NARA 4308. Carriage
merupakan komponen yang membawa tool holder dan harus mampu mempertahankan
lintasan titik kontak antara pahat dan benda kerja sejajar. Harapannya dengan adanya mesin
ini di Laboratorium PPTI ITB, Indonesia mampu mempelajari dan mampu untuk membuat
semua komponen mesin bubut NARA 4308 dan merakitnya sesuai dengan standar. Dengan
tujuan utamanya adalah Indonesia mampu merancang serta membuat mesin perkakas
sendiri dengan sebagian besar komponen dan bahan baku dibuat di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk membuat suatu analisis atas proses manufaktur dan
perakitan dari Mesin Bubut NARA 4308. Dengan kepresisian dan ketelitian yang sesuai
standar. Untuk hasil dari penelitian ini sendiri berupa karya ilmiah dari hasil analisis.
Abstract
The industrial sector holds as the main importance for the Indonesian Government,
serving as the primary foundation of economic growth, especially in the aftermath of the
Covid-19 pandemic. The manufacturing industrial sector plays a pivotal role in the national
recovery efforts. One crucial element supporting the manufacturing industry is machine
tools.
Machine tools are instrumental in cutting materials to produce objects with the desired
shapes. To aid the Indonesian manufacturing industry sector, this research will analyze the
manufacturing process of the carriage component of the NARA 4308 lathe machine. The
carriage, responsible for carrying the tool holder, must maintain the trajectory of the contact
point between the tool and the workpiece in parallel. It is hoped that through this machine,
housed in the PPTI ITB Laboratory, Indonesia can study and produce all components of the
NARA 4308 lathe, assembling them in accordance with established standards. The primary
objective is for Indonesia to design and manufacture its own machine tools, with most of
the components and raw materials sourced domestically.
This research aims to provide a comprehensive analysis of the manufacturing and
assembly processes of the NARA 4308 Lathe Machine, adhering to precision and accuracy
standards. The results of this research constitute scientific work based on the analysis
outcomes.
1.3. Tujuan......................................................................................................................2
1.5. Manfaat....................................................................................................................2
v
Bab 4 Analisis Data...................................................................................................................23
4.1. Saddle.....................................................................................................................25
4.5. Toolpost..................................................................................................................58
5.2. Saran.......................................................................................................................63
Daftar Pustaka...........................................................................................................................65
Lampiran...................................................................................................................................67
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Berbagai Macam Proses Pemesinan pada Mesin Bubut [3]...................................4
Gambar 2.2 Komponen pada Mesin Bubut [16].........................................................................4
Gambar 2.3 Bed [16]...................................................................................................................5
Gambar 2.4 Komponen Carriage pada Mesin Bubut NARA 4308............................................6
Gambar 2.5 Komponen Headstock pada Mesin Bubut NARA 4308.........................................6
Gambar 2.6 Komponen Tailstock pada Mesin Bubut NARA 4308...........................................7
Gambar 2.7 Komponen-komponen utama pada carriage [6].....................................................8
Gambar 2.8 Toleransi Ukuran pada Lubang dan Poros [7]........................................................9
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian........................................................................................17
Gambar 4.1 Gambar Teknik Saddle..........................................................................................25
Gambar 4.2 Gambar Teknik Komponen Cross Slide...............................................................35
Gambar 4.3 Gambar Teknik Komponen Compound Slide.......................................................44
Gambar 4.4 Gambar Teknik Compound Rest...........................................................................50
Gambar 4.5 Gambar Teknik Toolpost......................................................................................59
vii
DAFTAR TABEL
viii
Bab 1
Pendahuluan
1
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, identifikasi masalah pada penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Analisis Proses Manufaktur Mesin Bubut NARA 4308 belum ada.
1.3. Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis urutan proses manufaktur dari komponen Carriage Mesin Bubut NARA
4308.
2. Menganalisis parameter permesinan dari proses manufaktur dari komponen Carriage
Mesin Bubut NARA 4308.
1.5. Manfaat
Penelitian ini dilakukan dengan manfaat tertentu bagi peneliti lain dengan topik serupa
dan masyarakat secara umum adalah sebagai berikut:
1. Memberikan informasi mengenai proses manufaktur komponen carriage mesin bubut
NARA 4308.
2
Bab 2
Tinjauan Pustaka
Syarat yang harus dimiliki oleh mesin perkakas yang baik antara lain [3]:
1. Produktivitas yang tinggi. Hal tersebut dapat dicapai dengan mengoptimasi kecepatan
putar untuk menyesuaikan ukuran dan bentuk benda kerja. Selain itu, dilakukan juga
pengurangan waktu non-produktif dengan cara seperti penggunaan jig dan fixture yang
mengurangi positioning dan clamping time.
2. Kepresisian yang tinggi. Salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat kepresisian
adalah deformasi struktur. Deformasi ini dapat diminimalkan dengan
memperhitungkan gaya dan getaran pemotongan dan memberikan kekakuan (stiffness)
yang memadai pada saat mendesain struktur.
3. Keamanan mesin dan operator. Keamanan operator dapat dicapai salah satunya
dengan membuat pelindung yang menghalangi operator dari panas, geram, dan objek
tajam. Untuk keamanan mesin sendiri dapat dicapai dengan membuat pencegah
apabila mesin akan mencapai batas pembebanannya.
3
Gambar 2.1 memperlihatkan berbagai macam proses pemesinan yang umum dilakukan
pada mesin bubut.
Gambar 2.1 Berbagai Macam Proses Pemesinan pada Mesin Bubut [3]
2. Carriage
Carriage, atau carriage assembly dapat bergerak di sepanjang guideways dan yang terdiri
dari: rakitan cross-slide, tool post, dan apron, dapat bergerak di sepanjang guideways. Pahat
dipasang pada dudukan pahat (tool post), yang betumpu pada compound rest yang dapat
diputar untuk penempatan pemosisian dan penyetelan pahat. Cross-slide dapat dibergerakkan
dalam arah radial masuk dan keluar, untuk mengendalikan posisi radial pahat operasi. Apron
dilengkapi dengan mekanisme untuk pergerakan carriage dan cross slide, secara manual
maupun mekanis, melalui lead screw.
5
Gambar 2.4 memperlihatkan komponen carriage pada mesin bubut NARA 4308.
3. Headstock
Headstock dipasang pada bed dan dilengkapi dengan motor, pulleys, serta V-belt yang
memasok daya ke spindel pada berbagai kecepatan rotasi. Kecepatan dapat diatur melalui
selektor yang dikontrol secara manual atau dengan kontrol listrik. Headstock dilengkapi
dengan gearbox untuk menghasilkan rentang kecepatan yang bervariasi secara kontinu ke
spindel.
6
Gambar 2.5 memperlihatkan komponen headstock pada mesin bubut NARA 4308
4. Tailstock
Tailstock terletak pada sisi kanan mesin bubut. Bagian ini berfungsi sebagai penyangga di
sisi kanan objek selama proses operasi mesin dan juga berperan dalam menahan perkakas
untuk melaksanakan berbagai tugas seperti drilling, reaming dan lainnya.
Peran terpenting lain dari komponen ini adalah untuk meredam getaran yang timbul selama
mesin beroperasi, sehingga menjaga stabilitas dan kualitas hasil pekerjaan yang optimal.
Biasanya, komponen ini dapat digerakkan ke arah longitudinal untuk menyesuaikan posisi
objek [16]. Komponen tailstock diperlihatkan pada Gambar 2.6.
1. Saddle
Saddle adalah hasil casting berbentuk huruf H. Saddle dipasang di atas bed dan dapat
bergerak sepanjang bed. Saddle dan keseluruhan carriage dapat digerakkan dengan tangan
atau otomatis.
7
2. Cross-Slide
Cross-Slide di pasangkan di atas komponen saddle. Cross-slide juga menyangga
komponen carriage lain seperti compound rest, compound slide dan tool post.
3. Compound Rest
Compound rest adalah bagian yang menghubungkan cross slide dan compound slide.
Compound rest menopang tool post dan pahat potong pada posisi yang berbeda. Komponen
ini dirancang untuk dapat diputar ke segala arah yang diinginkan sepanjang bidang horizontal.
4. Tool Post
Tool post dipasang di atas compound slide, dan digunakan untuk memegang pahat dengan
kaku. Pahat dipilih sesuai dengan jenis operasi dan dipasang pada tool post [6].
Komponen utama pada carriage diperlihatkan pada Gambar 2.7.
8
membuat nilai pembatas dapat dinyatakan dengan suatu penyimpangan terhadap ukuran dasar
tersebut. Ukuran dasar pada komponen berbentuk bilangan bulat.
Toleransi ukuran diterapkan pada berbagai kasus, salah satunya adalah pada lubang dan
poros seperti diperlihatkan pada Gambar 2.8.
Kelurusan (Straightness)
Kerataan (Flatness)
Bentuk
suatu Kebulatan (Circularity/Roundness)
parameter
Kesilindrisan (Cylindricity)
9
Ketelitian bentuk bidang (Profil of any surface)
Kesejajaran (Parallelism)
Kesudutan/kemiringan (Angularity)
Posisi (Position)
Konsentrisitas&kesamaan-sumbu
Posisi
(Concentricity&Coaxiality)
Kesimetrisan (Symmetry)
Circular Run-out
Total Run-out
10
adalah evaluasi material, pada tahap ini, dipertimbangkan kesesuaian material dengan bentuk
komponen, sifat-sifat material dan pertimbangan manufaktur lainnya.
2. Faktor-faktor pemrosesan
Output dari fase pertama dapat diturunkan menjadi beberapa faktor, faktor-faktor ini akan
membatasi proses-proses yang akan dipilih. Ini karena faktor-faktor ini menyediakan batas-
batas kuantitatif untuk kandidat-kandidat proses beroperasi.
3. Menyesuaikan dengan tabel proses
Data yang didapat dari dua fase sebelumnya dapat disesuaikan dengan tabel pemilihan
proses yang ada. Dalam banyak kasus, pendekatan ini akan memberikan keputusan langsung
yang dapat dilakukan berdasarkan informasi-informasi yang ada.
4. Pengidentifikasian Proses
Menggunakan data dari tahap kedua, dan jika diperlukan data ekonomi yang rinci
analisis, proses yang sesuai harus dipilih. Kalau proses itu adalah semua yang diperlukan
untuk membuat bagian tersebut, maka pemilihan proses telah selesai. [1]
11
mengkarakterisasikan atau menentukan proses-proses utama yang dilakukan seperti halnya
drilling untuk lubang-lubang pada komponen. Berdasarkan dua hal tadi, pengurutan proses
dapat dilakukan melalui lima fase, yaitu:
1. Mempersiapkan Billet
Billet dalam kasus ini adalah bentuk material pertama yang akan dibentuk atau kasarnya
adalah material mentah. Dalam banyak kasus, khususnya komponen dengan bentuk geometri
yang kompleks, dapat dilakukan proses casting atau forming dan shaping.
2. Rough Machining
Secara umum, fase ini adalah fase dimana dilakukuan proses pemesinan untuk membentuk
billet sesuai dengan bentuk komponen yang diinginkan. Bagaimanapun juga, proses
pemesinan pertama akan menjadi datum permukaan untuk proses-proses berikutnya. Fase ini
dilakukan untuk membuang banyak material dari permukaan mayor dengan cara yang se -
efisien mungkin.
3. Finish Machining
Fase ini adalah untuk melakukan finishing pada permukaan-permukaan mayor yang telah
ditentukan, dapat termasuk finish turning, finish milling. Permukaan minor juga dilakukan
finishing disini.
4. Heat Treatment
Dalam beberapa kasus, proses heat treatment diperlukan karena adanya perubahan sifat-
sifat material karena dilakukanya proses pemesinan. Proses ini juga dapat mengembangkan
sifat-sifat mekanis dari material seperti strength, hardness, ductility, toughness, dan
sebagainya.
5. Finishing
Fase ini dilakukan kepada permukaan-permukaan mayor yang memerlukan karakteristik
permukaan akhir yang dibutuhkan. Pada fase ini dilakukan proses gerinda, broaching, fine
turning, dan sebagainya. Untuk memenuhi karakteristik permukaan akhir yang diinginkan. [1]
12
hubungan antara fitur-fitur tersebut. Untuk itu, semua fitur-fitur pada komponen dapat
dikategorisasikan menjadi 2, yaitu fitur eksternal dan internal. Fitur eksternal adalah fitur-fitur
yang dapat dilihat dari luar sehingga dapat diakses secara langsung, sementara fitur eksternal
adalah fitur-fitur yang tidak dapat diakses secara langsung, dan oleh karena itu, hanya dapat
diakses setelah adanya produksi dari fitur-fitur yang berhubungan.
Sekali lagi, untuk menerapkan pedoman ini, hubungan antara fitur harus diklasifikasikan
sebagai salah satu dari berikut ini:
Tidak ada hubungan – tidak ada interaksi antar fitur.
Paralel – fitur-fitur berada pada permukaan batas yang sama.
Tegak Lurus – fitur-fiturnya berbagi area yang sama.
Tergabung – fitur-fitur bersarangkan satu sama lain.
Berpotongan – fitur berbagi volume yang sama.
Berdasarkan hal tersebut, pendekatan umum dapat diikuti sebagai berikut:
Ditinjau dari hubungan antara dua ciri A dan B juga terdapat sejumlah aturan yang dapat
diterapkan untuk menentukan urutan di mana mereka harus diproduksi:
1. Jika tidak ada hubungan antara fitur A dan B maka pengurutan tidak terpengaruh.
2. Jika fitur A bersifat eksternal dan fitur B bersifat internal, maka hasilkan fitur A lebih
dulu.
3. Jika fitur A sejajar atau tegak lurus dengan fitur B, maka kerjakan dulu pada fitur yang
memiliki dimensi terluas.
5. Jika fitur A memuat fitur B (atau sebaliknya), maka kerjakan fitur A lebih dulu (atau
sebaliknya).
6. Jika hubungan antara fitur A dan B berpotongan, maka kerjakan fitur yang memiliki
volume terbesar terlebih dahulu. [1]
13
2.6. Proses Pemesinan
Pemesinan adalah proses penghilangan material (material removal) dan modifikasi
permukaan suatu benda kerja setelah diproduksi dengan berbagai metode. Pemesinan
mencakup beberapa jenis utama dari penghilangan material, yaitu cutting, abrasive processes,
dan advanced machining processes. Proses pemesinan seperti proses bubut, pengeboran, frais
atau pemesinan baut pada dasarnya merupakan suatu proses pembuangan sebagian bahan
benda kerja dimana pada proses pemotongannya akan dihasilkan geram (chip) yang
merupakan bagian benda kerja yang akan dibuang [2].
Pahat yang bergerak relatif terhadap benda kerja akan menghasilkan geram dan
sementara itu permukaan benda kerja secara bertahap akan berbentuk menjadi komponen
yang dikehendaki. Untuk sementara,dapat diklasifikasikan dua jenis pahat yaitu pahat bermata
potong tunggal (single point cutting tools) dan pahat bermata potong jamak (multiple points
cutting tools).Gerak relatif dari pahat terhadap benda kerja dapat dipisahkan menjadi dua
macam komponen gerakan yaitu gerak potong (cutting movement) dan gerak makan (feeding
movement). Menurut jenis kombinasi dari gerak potong dan gerak makan maka proses
pemesinan dikelompokkan menjadi tujuh macam proses berlainan, yaitu:
14
Proses Pemesinan dapat diklasifikasi menurut gerak relatif pahat dengan benda kerjanya.
Tabel 2.2 berikut menunjukkan klasifikasi proses pemesinan menurut gerak relatif pahat
dengan benda kerja. [5]
15
5. Kecepatan penghasilan geram (rate of metal removal) : 𝑍 ( 𝑐𝑚3/𝑚𝑖𝑛)
Parameter proses pemesinan tersebut dihitung berdasarkan dimensi benda kerja dan/atau
pahat serta besaran mesin perkakas. Besaran mesin perkakas yang dapat diatur bermacam-
macam tergantung dari jenis mesin perkakas. Oleh karena itu rumus yang dipakai untuk
menghitung setiap parameter proses pemesinan dapat berlainan. Ditinjau dari proses
pemesinan yang umum dikenal yaitu proses membubut. Dengan memahami keadaan yang
terjadi dalam proses membubut dapatlah hal itu dipakai sebagai patokan untuk perbandingan
dengan keadaan yang terjadi pada proses pemesinan yang lain. [5]
Bab 3
Metodologi Penelitian
16
3.1. Diagram Alir Penelitian
Alur penelitian ini dijabarkan dalam bentuk dagram alir seperti ditunjukkan pada Gambar
3.1.
17
Penelitian dimulai dengan melakukan observasi pada objek penelitian yaitu mesin bubut
NARA 4308, yang berada di Laboratorium PPTI ITB, utamanya pada komponen carriage
Setelah mendapatkan informasi yang cukup mengenai mesin bubut tersebut, dilanjutkan
dengan studi literatur dan interpretasi gambar teknik komponen carriage yang telah diberikan.
Setelah mendapatkan informasi yang cukup, Penulis akan mulai melakukan identifikasi dan
pengurutan proses, serta melakukan perhitungan parameter pemesinan pada tiap-tiap proses.
18
Tabel 3.1 memuat rekomendasi kecepatan potong untuk berbagai jenis material.
Tabel 3.1 Rekomendasi kecepatan potong untuk berbagai jenis material [1]
Parameter lainnya adalah kecepatan makan per menit yang dihitung dengan memilih
terlebih dahulu kecepatan makan per revolusi untuk proses turning/boring diperlihatkan pada
tabel 3.2, kecepatan makan per gigi untuk proses milling diperlihatkan pada tabel 3.3., dan
kecepatan makan per revolusi untuk proses drilling diperlihatkan pada tabel 3.4.
Tabel 3.2 Rekomendasi kecepatan makan per revolusi untuk proses turning/boring [1]
19
Tabel 3.3 Rekomendasi kecepatan makan per gigi untuk proses milling [1]
Tabel 3.4 Rekomendasi kecepatan makan per revolusi untuk proses drilling [1]
20
Parameter lainnya, yaitu kedalaman potong, akan dipilih berdasarkan rekomendasi
kedalaman potong untuk proses boring yang diperlihatkan pada tabel 3.5 berikut.
Rekomendasi range untuk Proses Milling untuk kedalaman potong adalah 1-4 mm untuk
face dan slot mill dan 1-2 mm untuk end mill. Batas kedalaman potong maksimal untuk proses
drilling, adalah sebesar setengah dari kecepatan makan per revolusi, dan untuk batas
minimumnya adalah 0,3 mm. Tiga parameter lainnya adalah kecepatan spindel, waktu
pemesinan dan laju pembuangan geram. Kecepatan spindle dihitung melalui persamaan 3.1,
waktu pemesinan akan dihitung melalui persamaan 3.2 ,dan Laju pembuangan material untuk
proses drilling dan milling/boring, masing-masing akan dihitung melalui persamaan 3.3 dan
3.4. [1]
,dimana
21
D = Diameter pahat/benda kerja (mm),
, dimana
Untuk Drilling
( )
2
π .D
MRR= fn. N [3.3]
4
, dimana
22
Bab 4 Anali
sis Data
Pada Bab ini, akan dilakukan analisis pada beberapa komponen utama pada carriage, yaitu
saddle, cross slide, compound rest, compound slide atau compound rest base, dan toolpost.
Setelah menginterpretasi gambar-gambar teknik yang diberikan, dapat diketahui dimensi dari
tiap-tiap fitur pada komponen, toleransi umum dan khusus yang digunakan, , selain itu ada
juga spesifikasi material dari komponen, yaitu GC250 untuk komponen saddle dan compound
slide dengan sifat mekanik yang dapat dilihat pada tabel 4.1.
Yield (MPa) Tensile (MPa) Elongation (%) Hardness (HRC) Brinell Hardness
(HBS)
231 154 56 30 235-268
Lalu material GC300 untuk komponen compound rest dan cross slide dengan sifat
mekanik yang dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut.
Yield (MPa) Tensile (MPa) Elongation (%) Hardness (HRC) Brinell Hardness
(HBS)
231 154 56 30 235-268
Serta material SM45C untuk komponen toolpost dengan sifat mekanik yang dapat dilihat
pada tabel 4.3 berikut.
Yield (MPa) Tensile (MPa) Elongation (%) Reduction of Area Brinell Hardness
(%) (HBS)
23
355 600 16 40 229
Selain itu, terdapat juga toleransi umum dan khusus yang diterapkan pada tiap-tiap
komponen, untuk toleransi umum dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut.
Pada tiap-tiap komponen, akan dilakukan proses casting untuk membentuk geometri
komponen. Pada proses casting ini juga diberikan machining allowance, agar tersisa ruang
untuk pemotongan, selain itu juga karena hasil permukaan proses casting yang terlalu kasar
dan tidak beraturan. Menurut Kalpakjian, nilai machining allowance berkisar antara 2-15 mm,
tergantung dari ukuran komponen yang diinginkan. Namun, akan tetap diikuti rekomendasi
dari scallan yaitu kedalaman potong sebesar 1-4 mm untuk face dan slot mill serta 1-2 mm
untuk end mill sehingga akan diterapkan nilai machining allowance sebesar 2 mm untuk
masing-masing komponen. Pada subbab-subbab berikutnya akan diberikan hasil-hasil
pengurutan proses dan parameter proses untuk tiap-tiap komponen.
24
4.1. Saddle
Gambar 4.1 berikut memperlihatkan gambar teknik untuk komponen saddle.
25
Tabel 4.5 (Lanjutan)
26
Tabel 4.5 (Lanjutan)
27
Tabel 4.5 (Lanjutan)
28
Tabel 4.5 (Lanjutan)
29
Tabel 4.5 (Lanjutan)
30
Tabel 4.5 (Lanjutan)
31
4.1.2. Parameter Proses
Tabel 4.6 berikut memperlihatkan hasil perhitungan parameter proses pemesinan untuk
komponen saddle.
Vc fr Depth T MRR
No Proses N (rpm)
(m/min) (mm/min) of Cut (min) (cm3/min)
1 Face Mill 135 537,42 483,68 2,5 6,44 96,74
2 Side Mill 135 2149,68 687,90 1,5 3,15 20,64
3 x3 Slot Mill 135 10748,41 9888,54 1,5 0,14 59,33
4 x4 Drill Thru ∅ 7 35 1592,36 270,70 2,5 0,34 10,41
5 Drill Thru ∅ 13 35 857,42 428,71 6,5 0,10 56,88
6 x2 Drill Thru ∅ 5 35 2229,30 378,98 2,5 0,24 7,44
7 x4 Tapping 35 1393,31 278,66 - 0,07 14,00
8 Tapping 35 831,83 166,37 - 0,05 23,45
9 Tapping 35 1857,75 278,66 - 0,15 7,88
10 x3 Drilling ∅ 8,5 35 1311,35 262,27 4,25 0,08 14,88
11 x3 Tapping 35 1114,65 222,93 - 0,09 17,50
12 Face Mill 135 537,42 483,68 2,5 4,34 96,74
13 Side Mill 135 859,87 988,85 1,5 1,06 74,16
14 x4 Drill Thru ∅ 13 35 857,42 428,71 6,5 0,10 56,88
15 x4 Drill Thru ∅ 8 ,5 35 1238,50 247,70 4,25 0,17 15,75
16 x2 Drilling ∅ 8 35 1393,31 278,66 4 0,15 14,00
17 Drill Thru ∅ 14 35 796,18 398,09 7 0,11 61,25
18 x4 Counter Boring ∅ 20 135 2149,68 429,94 1,5 0,15 12,90
19 x4 Counter Boring ∅ 14 135 2149,68 429,94 1,5 0,10 12,90
20 Slot Milling 135 2149,68 1977,71 1,5 0,04 59,33
21 x2 Drilling ∅ 5 35 2229,30 378,98 2,5 0,04 7,44
22 x4 Drilling ∅ 7 35 1592,36 270,70 2,5 0,09 10,41
23 x2 Drilling ∅ 5 35 2229,30 378,98 2,5 0,04 7,44
24 x2 Tapping 35 2229,30 445,86 - 0,03 8,75
25 x2 Tapping 35 1639,19 327,84 - 0,08 11,90
32
26 Side Milling 135 2149,68 687,90 1,5 0,25 20,64
33
14 x4 Drill Thru ∅ 13 SD205A-1300-060-14R1-P
15 x4 Drill Thru ∅ 8 ,5 SD203A-0850-035-10R1-P
16 x2 Drilling ∅ 8 SD245A-8.0-42-8R1
17 Drill Thru ∅ 14 SD205A-1400-060-14R1-P
18 x4 Counter Boring ∅ 20 M1D075E1402W075L175 EDPT140412PDERHD
19 x4 Counter Boring ∅ 14 M1D075E1402W075L175 EDPT140412PDERHD
20 Slot Milling JHP951200E2R050.3Z4-SIRA
21 x2 Drilling ∅ 5 SD230A-5.0-170-6R1
22 x4 Drilling ∅ 7 SD230A-5.0-170-6R1
23 x2 Drilling ∅ 5 SD230A-5.0-170-6R1
MTS-M6X1.00ISO6HX-XC-
24 x2 Tapping
K101-A
MTS-M8X1.25ISO6HX-XC-
25 x2 Tapping
K101-A
26 Side Milling JSE514200D4C.3Z4 SIRA
27 Drilling ∅ 22 SD107-22.00/23.99-175-25R7 SD100-22.00-K
28 x2 Drilling ∅ 8 ,5 SD203A-0850-035-10R1-P
29 x2 Reaming ∅ 15 SD203A-0300-014-06R1-P
30 x2 Tapping M1D075E1402W075L175 EDPT140412PDERHD
MTS-M10X1.50ISO6HX-XC-
31 Counter Boring ∅ 36
K101-A
32 x2 Drilling ∅ 3 #15 Reaming Tool
MTS-M4X0.70ISO6HX-XC-
33 x2 Tapping
K101-A
34
4.2. Cross Slide
Gambar 4.2 berikut memperlihatkan gambar teknik untuk komponen cross slide.
35
Side Milling seluruh
2 Side Mill permukaan yang ditunjukkan
garis merah
36
Drilling pada fitur lubang
9 x3 Drilling ∅ 4,2 yang ditunjukkan lingkaran
merah
37
Tapping pada fitur lubang
12 Tapping M8 Tap DP55 yang telah dibuat dalam
proses drilling
38
Counter Boring pada lubang
17 Counter Boring yang telah dibuat
sebelumnya
39
Tapping pada fitur lubang
22 Tapping M8 yang telah dibuat dalam
proses drilling
40
Tapping pada fitur lubang
x4 Tapping M5 Tap
26 yang telah dibuat dalam
DP15
proses drilling
Vc fr MRR
No Proses N (rpm) DOC T (min)
(m/min) (mm/min) (cm3/min)
1 Face Mill 135 429,94 451,43 2,5 3,59 112,86
41
2 Side Mill 135 1592,36 2388,54 1,5 0,45 96,74
3 Side Mill 135 2149,68 687,90 1,5 2,12 20,64
4 Slot Mill 135 10748,41 8598,73 1,5 0,26 51,59
5 Slot Mill 135 10748,41 8598,73 1,5 0,07 51,59
6 Slot Mill 135 10748,41 8598,73 1,5 0,03 51,59
7 Slot Mill 135 21496,82 8598,73 2 0,07 34,39
8 Counter Boring ∅ 60 135 2262,82 905,13 1,5 0,21 25,80
9 x3 Drilling ∅ 4,2 35 2653,93 477,71 2 0,03 6,62
10 Drilling ∅ 7 35 1592,36 270,70 2,5 0,20 10,41
x3 Tapping M5 Tap
11 35 2229,30 445,86 0,03 8,75
DP15
12 Tapping M8 Tap DP55 35 1639,19 327,84 0,17 11,90
13 Counter Boring ∅ 20 135 2262,82 905,13 1,5 0,07 25,80
14 Face Mill 135 429,94 451,43 2,5 2,39 112,86
15 Side Mill 135 2149,68 687,90 1,5 1,32 20,64
16 Side Mill 135 2149,68 687,90 1,5 0,07 20,64
17 Counter Boring 135 2262,82 905,13 1,5 0,56 25,80
18 x3 Drilling ∅ 9 35 1238,50 247,70 4,25 0,10 15,75
19 Drilling ∅ 7 35 1592,36 270,70 2,5 0,09 10,41
20 Drilling∅ 4 35 2786,62 501,59 2 0,09 6,30
21 Drilling ∅ 9,5 35 2229,30 512,74 2,5 0,03 10,06
22 Tapping 35 1639,19 327,84 0,07 11,90
23 Counter Boring 14 135 2262,82 905,13 1,5 0,07 25,80
24 x4 Drilling ∅ 4,2 35 2653,93 477,71 2 0,02 6,62
42
4.2.3. Katalog Pahat
Tabel 4.10 berikut memuat katalog pahat yang dapat digunakan untuk berbagai proses
pemesinan komponen cross slide.
43
MTS-M8X1.25ISO6HX-XC-K101-
22 Tapping
A
23 Counter Boring 14 M1D075E1402W075L175 EDPT140412PDERHD
24 x4 Drilling ∅ 4,2 SD205A-0420-029-06R1-P
25 Drilling ∅ 7 SD230A-5.0-170-6R1
MTS-M5X0.80ISO6HX-XC-K101-
26 x4 Tapping M5 Tap DP15
A
MTS-M8X1.25ISO6HX-XC-K101-
27 Tapping M8 Tap DP55
A
28 Counter Boring ∅ 20 M1D075E1402W075L175 EDPT140412PDERHD
44
4.3.1. Pengurutan Proses
Tabel 4.11 berikut memperlihatkan hasil pengurutan proses pada komponen compound
slide.
45
lingkaran merah
46
Drilling pada fitur yang
ditunjuk lingkaran merah
10 Drilling ∅ 8
dengan kedalaman
sebesar 15 mm
47
Drilling pada fitur yang
ditunjuk lingkaran merah
15 x2 Drilling ∅ 5
dengan kedalaman
sebesar 12 mm
Vc T MRR
No Proses N (rpm) fr (mm/min) DOC
(m/min) (min) (cm3/min)
48
1 Face Mill 135 537,42 483,68 2,5 2,27 96,74
2 x2 Side Mill 135 1592,36 2388,54 2,5 0,37 161,23
3 x2 Side Mill 135 1719,75 1582,17 1,5 0,33 59,33
4 x2 Side Mill 135 1719,75 1582,17 1,5 0,28 59,33
5 x3 Drilling ∅ 13 35 857,42 428,71 6,5 0,10 56,88
6 x3 Counter Boring ∅ 20 135 2262,82 905,13 1,5 0,21 25,80
7 Face Mill 135 537,42 483,68 2,5 0,25 96,74
8 Drilling ∅ 19 35 586,66 211,20 8,5 0,83 59,85
9 Counter Boring ∅ 24 135 2262,82 905,13 1,5 0,08 25,80
10 Drilling ∅ 8 35 1393,31 264,73 4 0,06 13,30
11 x2 Drilling ∅ 5 35 2229,30 557,32 2,5 0,03 10,94
12 Face Mill 135 537,42 483,68 2,5 0,25 96,74
13 Face Mill 135 537,42 483,68 2,5 1,36 96,74
14 Drilling ∅ 28 35 398,09 67,68 14 0,10 41,65
49
5 x3 Drilling ∅ 13 SD203A-1300-043-14R1-P
6 x3 Counter Boring ∅ 20 M1D075E1402W075L175 EDPT140412PDERHD
7 Face Mill R220.53-0080-12-6A SEEX1204AFTN-M14 F40M
8 Drilling ∅ 19 SD1112A-1900-238-20R1
9 Counter Boring ∅ 24 M1D075E1402W075L175 EDPT140412PDERHD
10 Drilling ∅ 8 SD245A-8.0-42-8R1
11 x2 Drilling ∅ 5 SD203A-0500-020-06R1-P
12 Face Mill R220.53-0080-12-6A SEEX1204AFTN-M14 F40M
13 Face Mill R220.53-0080-12-6A SEEX1204AFTN-M14 F40M
14 Drilling ∅ 28 SD522-28-56-32R7 SCGX070308-P2 DP3000
15 x2 Drilling ∅ 5 SD203A-0500-020-06R1-P
MTS-M6X1.00ISO6HX-XC-
16 x2 Tapping
K101-A
17 Counter Boring ∅ 70 M1D075E1402W075L175 EDPT140412PDERHD
50
4.4.1. Pengurutan Proses
Tabel 4.14 berikut memperlihatkan hasil pengurutan proses pada komponen compound
rest.
51
Slot Milling untuk membuat
fitur seperti yang
6 Slot Mill
ditunjukkan garis merah
52
Counter Boring pada
12 Counter Boring ∅ 20 lubang yang telah dibuat
sebelumnya
53
Face Milling pada seluruh
15 Face Mill permukaan bawah
compound rest
54
Drilling pada fitur lubang
20 x2 Drilling ∅ 4,2 yang ditunjukkan lingkaran
merah
55
Tabel 4.14 (Lanjutan)
56
4.4.2. Parameter Proses
Tabel 4.15 berikut memperlihatkan hasil perhitungan parameter proses pemesinan pada
komponen compound rest.
Vc fr T MRR
No Proses N (rpm) DOC
(m/min) (mm/min) (min) (cm3/min)
1 Face Mill 135 682,44 614,19 2,5 1,29 96,74
2 Side Mill 135 1592,36 2388,54 1,5 0,22 96,74
3 Side Mill 135 2149,68 687,90 1,5 1,10 20,64
4 Side Mill 135 2149,68 687,90 1,5 0,17 20,64
5 x2 Slot Mill 135 21496,82 3224,52 1,5 0,08 9,67
6 Slot Mill 135 4299,36 3955,41 1,5 0,09 59,33
7 x4 Drilling ∅ 4 35 2653,93 477,71 2 0,03 6,62
8 x4 Tapping 35 2229,30 445,86 0,03 8,75
9 Counter Boring ∅ 35 135 2262,82 905,13 1,5 0,12 25,80
10 Counter Boring ∅ 57 135 2262,82 905,13 1,5 0,20 25,80
11 x3 Drilling ∅ 7 135 6141,95 1965,42 3,5 0,01 75,60
12 Counter Boring ∅ 20 135 2262,82 905,13 1,5 0,07 25,80
13 Tapping 35 1393,31 278,66 0,20 14,00
14 x2 Tapping 35 1393,31 278,66 0,07 14,00
15 Face Mill 135 682,44 614,19 2,5 0,86 96,74
16 Side Mill 135 2149,68 687,90 1,5 0,17 20,64
17 x2 Drill Thru ∅ 4 35 2786,62 501,59 2 0,03 6,30
18 x2 Drilling ∅ 9,5 35 2229,30 512,74 2,5 0,03 10,06
19 Drilling ∅ 16 35 696,66 160,23 8 0,16 32,20
20 x2 Drilling ∅ 4,2 35 2653,93 477,71 2 0,03 6,62
21 x2 Tapping 35 2229,30 445,86 0,03 8,75
22 Tapping 35 1393,31 278,66 0,20 14,00
23 Counter Boring ∅ 20 135 2262,82 905,13 1,5 0,07 25,80
24 x2 Drilling ∅ 5 35 2229,30 378,98 2,5 0,03 7,44
25 Drilling ∅ 4,2 35 2653,93 477,71 2 0,02 6,62
57
26 Drilling ∅ 7 35 1592,36 270,70 2,5 0,30 10,41
58
MP2501
16 Side Mill JSE514200D4C.3Z4 SIRA
17 x4 Drill O4 SD216A-4.0-60-4R1
4.5. Toolpost
Gambar 4.5 berikut memperlihatkan gambar teknik untuk komponen toolpost.
59
Face Milling
pada seluruh
1 Face Mill
permukaan atas
toolpost
Side Milling
pada fitur yang
2 x2 Side Mill
ditunjukkan
lingkaran merah
Slot Milling
untuk 4 fitur
3 x4 Slot Mill dentic yang
terdapat pada
pandangan ini.
60
Tabel 4.17 (Lanjutan)
Boring pada
fitur yang
ditunjukkan
5 Counter Boring ∅ 34 lingkaran merah
dengan panjang
fitur sebesar 41
mm
Face Milling
seluruh
5 Face Mill permukaan
pada pandangan
kanan
Side Milling
pada fitur yang
9 Slot Mill
ditunjuk oleh
garis merah
Face Milling
seluruh
permukaan
untuk
10 x3 Face Mill
pandangan
lainnya, yatu
kiri, depan dan
belakang
61
Tabel 4.17 (Lanjutan)
Face Milling
pada seluruh
permukaan
11 Face Mill
untuk
pandangan
bawah
Tapping pada
12 lubang yang
11 x12 Tapping telah dibuat
dalam proses
drilling
Depth
Vc fr MRR
No Proses N (rpm) of Cut T (min)
(m/min) (mm/min) (cm3/min)
(mm)
1 Face Mill 135 859,87 687,90 2,5 0,35 85,99
2 x2 Side Mill 135 2687,10 3090,17 1,5 0,19 74,16
3 x4 Slot Mill 135 4299,36 3955,41 1,5 0,10 59,33
62
Tabel 4.20 (Lanjutan)
63
A
Bab 5 Kesim
pulan dan Saran
5.1. Kesimpulan
Carriage merupakan salah satu komponen utama dalam mesin bubut. Dengan fungsi utama
sebagai pengendali pergerakan pahat potong, maka diperlukan ketelitian yang tinggi untuk
proses pembuatan komponen carriage ini.
Untuk membuat komponen carriage, akan terlebih dahulu dilakukan proses casting. Saat
proses casting akan diberikan machining allowance sebesar 2 mm agar ada sisa ruang bagi
material benda kerja untuk dilakukan proses pemesinan. Proses pemesinan ini akan membuat
permukaan benda kerja semakin halus, teratur dan juga memenuhi kebutuhan fitur-fitur tiap
komponennya. Setelah casting akan dilakukan proses pemesinan dengan terlebih dahulu
melakukan interpretasi dari gambar teknik tiap-tiap komponen, lalu mengidentifikasi proses
pemesinan mana yang paling tepat untuk fitur yang berkaitan.
Lalu dilanjutkan dengan pengurutan proses-proses yang telah diidentifikasi, dengan
batasan-batasan yang telah dicantumkan di beberapa referensi, yaitu pembagian fitur eksternal
dan internal, peminimalisiran pergantian pahat, dan peminimalisiran pergantian proses.
Setelah itu akan dilakukan perhitungan parameter pemesinan. Dengan mempertimbangkan
material pahat dan material benda kerja, ditetapkan kecepatan potong sebesar 135 mm/menit
untuk pahat karbida dan 35 mm/menit yang sesuai dengan range nilai rekomendasi kecepatan
potong, berdasarkan tabel 3.1. Dari nilai kecepatan potong ini dapat dihitung parameter-
parameter pemesinan lainnya dengan mempertimbangkan juga dimensi dari fitur yang terkait.
Hasil-hasil perhitungan parameter pemesinan dapat dilihat pada tiap-tiap proses di Bab 4.
5.2. Saran
Penelitian ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu akan diberikan beberapa saran
sebagai berikut.
1. Analisis dapat dilanjutkan dengan analisis proses finishing, khususnya pada beberapa fitur
yang diharuskan memiliki toleransi yang kecil.
2. Analisis juga dapat dilanjutkan dengan proses heat treatment. Agar kebutuhan sifat-sifat
mekanik material dapat terpenuhi.
64
3. Penetapan parameter pemesinan seperti kecepatan potong dan kedalaman potong masih
menggunakan nilai tengah dari rekomendasi. Untuk melanjutkan penelitian dapat
dilakukan analisis parameter dengan mempertimbangkan keausan pahat, waktu produksi,
ongkos produksi dan pertimbangan-pertimbangan lainnya untuk hasil yang lebih
maksimal.
Daftar Pustaka
65
[1] P. Scallan, Process Planning Design/Manufacture Interface, 1st ed., Elsevier, 2003.
[2] S. Kalpakjian and S. R. Schmid, Manufacturing Engineering and Technology, 6th ed.,
Prentice Hall, 2009.
[3] P. H. Joshi, Machine Tools Handbook : Design and Operation, New Delhi: McGraw-
Hill, 2007.
[4] T. Rochim, Teori dan Teknologi Proses Pemesinan, Bandung : Penerbit ITB, 1993.
[5] T. Rochim, Klasifikasi Proses, Gaya dan Daya Pemesinan, Bandung : Penerbit ITB,
2007
[6] https://allgearedlathemachine.blogspot.com/2017/11/lathe-machine-carriage.html
[7] T. Rochim, Spesifikasi, Metrologi, & Kontrol Kualitas Geometrik, Bandung: Penerbit
ITB, 2001.
[8] Steve F., Krar, Arthur Gill, Peter Smid, Technology of Machine Tools 7th Edition,
McGraw-Hill, 2010
[9] Erik Oberg, Franklin D. Jones, Holbrook L. Horton, and Henry H. Ryfeel, Machinery's
Handbook 28th Edition, New York, Industrial Press, 2008
66
[14] Aim Industrial, "SECO Milling Tools Catalogue," [Online]
https://www.aimsindustrial.com.au/assets/files/SECO-Milling-Tools-Catalog.pdf
Lampiran
67