Hayfala Series
Adab Sebelum Ilmu
Sebuah
Perjalanan
Menjemput
Ilmu
Habib Ja'far Al-Jufri
M. Atiatul Muqtadir
Hilangnya Keberkahan
Pendidikan adalah cara mengubah manusia, kalau kita ingin meng-
ubah hal-hal besar, maka ubahlah dari manusianya. Karena sistem,
kebijakan, hasil, dsb, itu adalah aktivitas-aktivitas yang ditentukan oleh
manusia. Kalau kita mau menghasilkan sebuah peradaban yang
baik, kita harus mulai bangun dari manusianya. Tapi selama be-
berapa tahun kita berupaya mendidik generasi, kita masih belum lepas
dari berbagai permasalahan. Mungkin kita memang belum sampai
kepada tahap mendapatkan keberkahan atau manfaat dari ilmu.
Hari ini banyak sekali anak-anak ketika belajar itu belum diajarkan
pondasinya. Biasanya para orang tua justru berlomba-lomba cepat
memasukkan anak ke lembaga pendidikan yang kemudian diajarkan
membaca, menulis, menghafal, dll. Bahkan ketika belajar Al-Qur'an
pun tujuannya adalah memperbanyak juz agar bisa tampil. Seringkali
diminta berkompetisi dan belajar banyak hal, tapi lupa pondasi yang
paling penting, bagaimana mengkualifikasikan diri sebagai murid,
sehingga meskipun yang didapatkan sedikit, tapi banyak manfaatnya.
Kebanyakan orang-orang saat ini sudah bersungguh-sungguh tapi
tidak mendapatkan sesuatu, padahal harusnya, "Barangsiapa yang
bersungguh-sungguh, dia akan mendapatkannya." Nyatanya ba-
nyak orang sudah bersungguh-sungguh, tapi tetap tidak mendapat-
kan, mungkin gelarnya didapatkan, tapi mereka tidak bisa untuk
mengamalkan. Sebabnya adalah barangkali kehilangan aspek-
aspek pondasi, yang kemudian menghilangkan keberkahannya.
Hayfala Series
Adab Sebelum Ilmu
Hakikat
Sebuah
perjalanan
Habib Ja'far Al-Jufri
M. Atiatul Muqtadir
Mengkondisikan Hati
Kita juga perlu mempelajari ilmu tentang kondisi hati karena seorang
manusia pasti memiliki dinamika batin, ada perasaan yang positif dan
negatif. Kita harus tahu karena kita akan menghadapinya setiap hari,
supaya kita bisa mengkondisikan bagaimana perasaan hati yang
benar, mengetahui mana akhlak yang baik dan buruk, mengetahui
perasaan buruk seperti hasad, riya', sombong seperti apa, kemudian
cara mengobatinya dengan tawadhu', ridha, qana'ah, ikhlas.
Hayfala Series
Adab Sebelum Ilmu
Mempersiapkan
kendaraan
terbaik
Habib Ja'far Al-Jufri
M. Atiatul Muqtadir
Hayfala Series
Adab Sebelum Ilmu
Menentukan
arah
perjalanan
Habib Ja'far Al-Jufri
M. Atiatul Muqtadir
Pentingnya Bersungguh-Sungguh
Salah satu bentuk kesungguhan di dalam menuntut ilmu itu adalah
bagaimana kita mengatur waktu sehingga betul-betul bermanfaat.
Namun pada nyatanya, hari ini masih banyak PR kita dalam mengatur
waktu, kita masih banyak membuang-buang waktu dengan sesuatu
yang sia-sia. Imam Syafi'i mengatakan, "Jika kita tidak disibukkan
dengan kebaikan, maka kita akan disibukkan dengan keburukan."
Dan itu berpengaruh pada kesungguhan kita dalam menuntut ilmu.
Kesungguhan adalah salah satu faktor yang paling penting ketika kita
mempelajari sesuatu, maka salah satu indikator ketika kita bersungguh
-sungguh dan tekun adalah tidak menjadikan aktivitas menuntut ilmu
sebagai beban, tetapi justru menjadikan aktivitas yang dirindukan.
Kita harus merasa butuh dengan ilmu, dan harus mengetahui seberapa
penting ilmu itu harus dipelajari, diamalkan, dan disebarkan.
Hayfala Series
Adab Sebelum Ilmu
Menempuh
langkah demi
langkah
Habib Ja'far Al-Jufri
Hayfala Series
Adab Sebelum Ilmu
Bekal
sebuah
perjalanan
Habib Ja'far Al-Jufri
Hayfala Series
Adab Sebelum Ilmu
Perjumpaan
dengan
sang cahaya
Habib Ja'far Al-Jufri
Keutamaan Menulis
Itu pula yang terjadi ketika Perang Badar, Rasulullah membebaskan
tawanan perang dengan syarat mengajarkan baca tulis. Rasulullah
menyadari jika tidak semua tawanannya memiliki harta benda yang
melimpah. Rasulullah memiliki cara tersendiri untuk mengatasi persoal
-an itu. Bagi tawanan yang bisa baca tulis, mereka akan dibebaskan
jika mau mengajari umat Islam (anak-anak Anshar) tentang baca tulis.
Karena pada saat itu Rasulullah ingin membangun peradaban ilmu.
Cara menjaga Al-Qur'an pun dengan menulisnya. Memang dulu
pada zaman Rasulullah, para sahabat dilarang untuk menulis hadits,
karena khawatir tercampur dengan Al-Qur'an. Tapi ketika Al-Qur'an
sempurna menjadi sebuah mushaf di zaman Utsman bin Affan, para
sahabat dan ulama mulai mengumpulkan hadits dan menuliskannya.
Chapter 6 @ilmiah14 | Ilmiah Notes Page 3
Memanfaatkan Kesempatan
Umur itu pendek, sedangkan ilmu itu sangat luas, maka jangan
membuang waktu dan kesempatan. Seorang penuntut ilmu harus
memanfaatkan waktu pada malam hari dan di tempat-tempat yang
sepi. Yahya bin Mu'adz Ar-Razi mengatakan, "Malam itu panjang,
jangan engkau pendekkan dengan tidurmu, dan siang itu bersinar
cemerlang, maka jangan engkau kotori dengan perbuatan dosa."
Seorang penuntut ilmu harus bisa memetik pelajaran dan manfaat dari
para guru. Karena tidak setiap yang telah berlalu bisa didapatkan
kembali, sebagaimana yang dikemukakan oleh Imam Az-Zarnuji,
"Berapa banyak ulama besar yang aku temui, tetapi sayang mereka
sudah wafat dan aku belum sempat mengambil ilmu dari mereka."
Ilmu memang bisa dipelajari dari buku, tetapi adab hanya bisa
dicontoh dari para guru. Jika membaca buku atau kitab mungkin bisa
dalam hitungan jam, akan tetapi mengamalkan adab yang diajarkan
itu tidak bisa dibiasakan tanpa guru. Karena adab memang tidak bisa
dibaca secara teori, kita hanya bisa menerapkan adab yang di-
contohkan oleh guru-guru kita. Secara langsung kita bisa mengamati
bagaimana guru kita menyampaikan ilmunya, bagaimana interaksi
dengan muridnya, bagaimana ketika menerima tamu, dll.
Hayfala Series
Adab Sebelum Ilmu
Menjaga
hati
sang cahaya
Habib Ja'far Al-Jufri
M. Atiatul Muqtadir