Anda di halaman 1dari 44

Pra-Chapter

Hayfala Series
Adab Sebelum Ilmu

Sebuah
Perjalanan
Menjemput
Ilmu
Habib Ja'far Al-Jufri
M. Atiatul Muqtadir

@ilmiah14 | Ilmiah Notes


Kitab Ta'limul Muta'allim
Kitab Ta'limul Muta'allim adalah kitab yang sudah berusia ratusan
tahun, termasuk salah satu kitab tarbiyah yang paling tua, paling luas
manfaatnya, karena ditulis semata-mata mengharap wajah Allah oleh
penulisnya. Sehingga dampak dari keikhlasan penulis, ilmunya menjadi
ilmu yang barakah, bermanfaat, dapat dirasakan oleh banyak orang.
Sampai sekarang tidak ada yang tahu nama asli Imam Burhanuddin
Az Zarnuji, karena beliau tidak pernah mencantumkan namanya
ketika menulis kitab ini. Akan tetapi di berbagai pondok pesantren di
Indonesia, sebelum mempelajari ilmu yang lainnya, yang dipelajari
kitab Ta'limul Muta'allim terlebih dahulu sebagai pondasi adab.
Imam Abdullah bin Mubarak pernah berkata, "Saya belajar adab
selama 30 tahun, setelah itu baru saya belajar ilmu." Maksud dari
"Adab Sebelum Ilmu" adalah mempelajari ilmu tentang adab,
sebelum betul-betul belajar ilmu. Karena ketika seseorang belajar
ilmu sampai tinggi, sedangkan dia lemah basic adabnya, maka akan
muncul orang-orang yang bersitegang dan saling bunuh karena
terlalu tinggi ilmunya. Iblis pun dikeluarkan dari Surga juga justru
karena ilmunya sangat tinggi tetapi tanpa dibarengi dengan adab.

Latar Belakang Kitab Ta'limul Muta'allim


Latar belakang penulisan kitab Ta'limul Muta'allim adalah ketika Imam
Burhanuddin Az Zarnuji melihat kondisi di masa beliau, banyak orang
yang belajarnya luar biasa, gurunya ada ratusan, kitab yang dibaca
ratusan juga. Bahkan mereka punya tulisan-tulisan, mereka kalau
belajar selalu begadang tiap malam. Akan tetapi orang itu "ya jiddun
wala yahsilu" mereka sungguh-sungguh tapi tidak sampai mendapat
berkahnya ilmu, dan tidak sampai mendapatkan manfaatnya ilmu.
Berkah atau manfaatnya ilmu adalah ketika ilmu itu diamalkan dan
diajarkan. Jadi ilmunya mantap, tapi ketika tataran aktualisasinya
bermasalah, mereka tidak akan bisa mengamalkan dan mengajarkan
ilmunya dengan baik. Imam Burhanuddin Az Zarnuji menyebutkan 2
alasan orang tidak mendapat keberkahan ilmu, yaitu salah metode
belajar, dan kurang memenuhi kriteria sebagai seorang murid.

Pra-Chapter @ilmiah14 | Ilmiah Notes Page 1


Keberkahan Ilmu
Artinya mereka tidak memenuhi standar kompetensi dan mereka juga
tidak mengerti metode belajarnya, hal-hal yang perlu mereka pelajari
sebelum belajar, atau adab-adab penting yang harus mereka kuasai
sebelum menuntut ilmu itu belum sampai dipelajari. Maka dari itu
Imam Burhanuddin Az Zarnuji menulis kitab ini untuk mengobati
permasalahan ini. Dan dibahasnya kitab Ta'limul Muta'alim ini semoga
bisa mengobati permasalahan yang sedang terjadi di sekitar kita.

Hilangnya Keberkahan
Pendidikan adalah cara mengubah manusia, kalau kita ingin meng-
ubah hal-hal besar, maka ubahlah dari manusianya. Karena sistem,
kebijakan, hasil, dsb, itu adalah aktivitas-aktivitas yang ditentukan oleh
manusia. Kalau kita mau menghasilkan sebuah peradaban yang
baik, kita harus mulai bangun dari manusianya. Tapi selama be-
berapa tahun kita berupaya mendidik generasi, kita masih belum lepas
dari berbagai permasalahan. Mungkin kita memang belum sampai
kepada tahap mendapatkan keberkahan atau manfaat dari ilmu.
Hari ini banyak sekali anak-anak ketika belajar itu belum diajarkan
pondasinya. Biasanya para orang tua justru berlomba-lomba cepat
memasukkan anak ke lembaga pendidikan yang kemudian diajarkan
membaca, menulis, menghafal, dll. Bahkan ketika belajar Al-Qur'an
pun tujuannya adalah memperbanyak juz agar bisa tampil. Seringkali
diminta berkompetisi dan belajar banyak hal, tapi lupa pondasi yang
paling penting, bagaimana mengkualifikasikan diri sebagai murid,
sehingga meskipun yang didapatkan sedikit, tapi banyak manfaatnya.
Kebanyakan orang-orang saat ini sudah bersungguh-sungguh tapi
tidak mendapatkan sesuatu, padahal harusnya, "Barangsiapa yang
bersungguh-sungguh, dia akan mendapatkannya." Nyatanya ba-
nyak orang sudah bersungguh-sungguh, tapi tetap tidak mendapat-
kan, mungkin gelarnya didapatkan, tapi mereka tidak bisa untuk
mengamalkan. Sebabnya adalah barangkali kehilangan aspek-
aspek pondasi, yang kemudian menghilangkan keberkahannya.

Pra-Chapter @ilmiah14 | Ilmiah Notes Page 2


Ilmu yang Bermanfaat
Dalam teori Barat, belajar cara belajar adalah ketika kita mempelajari
karakteristik audio, visual, atau kinestetik, menggunakan otak kanan/
kiri. Itu semua bisa diambil manfaatnya, tapi sifatnya belum funda-
mental. Di Islam, ilmu bukan hanya kecerdasan/pengetahuan yang
diukur dari nilai setelah ujian atau gelar yang dimiliki. Tapi bagaimana
kemudian kita bisa mengamalkan apa yang telah diajarkan, sehingga
kemudian menjadi ilmu yang bermanfaat dan menjadi amal jariyah.
Ilmu itu bukan bersumber dari buku ataupun orang, itu hanyalah
wasilah (perantara). Tetapi ilmu itu Allah yang mengajarkan, maka
kemudian kalau kita mau Allah mengajarkan ilmu beserta dengan
keberkahan dan manfaatnya, kita harus ikuti cara-cara Allah, kita
harus ikut bagaimana pemberi ilmu itu ridha dengan ilmunya.
Terkadang, orientasi menuntut ilmu pada lembaga pendidikan secara
sistemnya saja kurang tepat. Contoh, kesuksesan seseorang pelajar
atau alumni diukur dari dimana mereka bekerja, tidak dilihat bagai-
mana karakternya, apakah kemudian mereka memberikan manfaat
ke masyarakat? Bagaimana kontribusinya ke masyarakat dengan ilmu
-ilmunya? Secara tidak sadar, membangun orientasi yang melenceng
dari bagaimana seharusnya niat kita dalam menuntut ilmu.

Adab dengan Guru


Hari ini di sekolah-sekolah, guru bisa dipermainkan oleh muridnya.
Sebenarnya sudah ada usaha untuk menghormati guru, tapi alasan
menghormati guru itu yang belum selesai. Seharusnya menghormati
guru bukan hanya karena guru lebih tua dan hanya karena sopan san
-tun, tapi menghormati guru juga untuk mendapatkan keberkahan.
Maka untuk para guru, mengajarkan cara belajar itu memang lebih
lama, karena ketika pondasinya sudah selesai, maka yang selanjutnya
bisa menjulang tinggi. Kalau tidak memperhatikan adab, ilmu tidak
akan memberikan seseorang keberkahan dan justru memunculkan
fitnah. Ketika ilmu membawa kesombongan yang sangat kontradiktif
dengan sifat-sifat pelajar, ilmu itu tidak akan bisa didapatkan kalau
sudah merasa puas dan merasa tidak butuh lagi dengan ilmu.
Pra-Chapter @ilmiah14 | Ilmiah Notes Page 3
Fitnah Ilmu
Kebodohan paling tinggi ketika sudah merasa cukup dengan ilmu.
Itu yang akan terjadi ketika seorang pelajar tidak mengerti orientasi-
nya, merasa ada titik cukup, akhirnya jumawa tidak mau belajar lagi.
Ilmu akan mencari orang yang tepat, dalam kitab Ta'limul Muta'allim
disebutkan bahwa sesungguhnya ilmu itu musuh bagi orang-orang
yang sombong, Ilmu tidak mau masuk kepada orang sombong, dan
salah satu fitnahnya orang berilmu adalah sombong.

Kisah Nabi Musa


Seperti kisah Nabi Musa, suatu hari beliau bermajelis, ada jama'ah
yang bertanya, "Wahai Musa, adakah yang lebih pandai daripada
engkau?" Nabi Musa menjawab, "Tidak ada yang lebih pandai, saya
yang paling pandai." Atas kesalahannya Allah memberi pelajaran
kepada Nabi Musa, memerintahkannya untuk belajar lagi. Sekelas
Nabi Musa yang ilmunya luar biasa ketika melakukan kesalahan, Allah
menyuruhnya untuk belajar lagi. Apalagi orang zaman sekarang yang
baru ngaji satu guru dan satu kitab saja sudah jumawa atas ilmunya.
Allah ceritakan dalam surah Al-Kahfi, di dalamnya berisi empat kisah
yang menyebutkan tentang fitnah. Yang dihadapi Nabi Musa adalah
fitnah ilmu, karena merasa sombong dengan ilmunya, Pelajaran yang
dapat diambil adalah usia tidak menjadi penghalang seseorang un-
tuk belajar, tetapi semangat yang membuat orang itu terus belajar.
Menuntut ilmu juga tidak peduli jarak tempuh, semangat Nabi Musa
memberikan pesan bahwa kita harus bersungguh-sungguh dan tidak
peduli jarak seperti para ulama kita dulu dalam belajar. Jadi ketika
mereka mendapatkan Ilmu, mereka juga mendapatkan keberkah-
annya. Artinya Allah sayang kepada Nabi Musa, Allah pilihkan guru
untuk beliau supaya penyakit-penyakit hatinya itu hilang.
Ilmu hanya diberikan kepada 2 kriteria, yang butuh dan mencari.
Yang mencari tapi tidak merasa butuh, tidak akan dikasih. Yang butuh
tapi tidak mau mencari juga tidak akan dikasih. Ketika seseorang
mencari ilmu, kemudian Allah sudah memilih kita untuk mendapatkan
ilmu-Nya, tinggal kita yang mau menerima atau tidak.
Pra-Chapter @ilmiah14 | Ilmiah Notes Page 4
Chapter 1

Hayfala Series
Adab Sebelum Ilmu

Hakikat
Sebuah
perjalanan
Habib Ja'far Al-Jufri
M. Atiatul Muqtadir

@ilmiah14 | Ilmiah Notes


Kisah Nabi Musa & Nabi Khidir
Surah Al-Kahfi adalah sebuah surah dalam Al-Qur'an yang memiliki
satu tema besar, yang mengangkat semua fitnah.
1. Kisah Ashabul Kahfi tentang fitnah Iman.
2. Kisah Ashabul Jannatain tentang fitnah harta.
3. Kisah Nabi Musa berguru pada Nabi Khidir tentang fitnah Ilmu.
4. Kisah Raja Dzurkarnain tentang fitnah kekuasaan.

Fitnah Ilmu Nabi Musa


Suatu saat, Nabi Musa yang memiliki ilmu yang luar biasa ini ditanya
oleh orang Bani Israil, "Apakah ada orang yang lebih pintar daripada
engkau?" Nabi Musa menjawab, "Tidak ada, saya adalah orang yang
paling pintar." Maka Allah menegur, "Ada hamba-Ku yang engkau
tidak mempunyai ilmunya, sekarang silahkan engkau pergi belajar
kepadanya." Dari sinilah Allah memulai kisah tentang fitnah ilmu.
"Dan (ingatlah) ketika Musa berkata kepada muridnya, “Aku tidak
akan berhenti (berjalan) sebelum sampai bertemu 2 laut, atau aku
akan berjalan (terus sampai) bertahun-tahun.” (QS. Al-Kahfi : 60).
Ibnu Abbas berkata, "Nabi Musa berjalan selama 80 tahun." Itulah
semangat dalam menuntut ilmu yang dilakukan oleh Nabi Musa,
tidak peduli jarak tempuh dan usia. Nabi Musa disebut sebagai
alimnya Bani Israil, Kalimullah, Ulul Azmi, tetapi ketika diperintahkan
untuk belajar oleh Allah, beliau semangat dan langsung bergegas.
Singkat cerita, bertemulah dengan Nabi Khidir, Nabi Musa meminta
izin untuk berguru kepadanya, kemudian diterima dengan syarat tidak
boleh bertanya apapun. Mereka berjalan sampai terjadi 3 peristiwa :
Nabi Khidir melubangi kapal, Nabi Khidir membunuh seorang anak
kecil, Nabi Khidir menegakkan tembok yang hampir roboh.
Awal pertemuan mereka dijelaskan dalam ayat, "Lalu mereka berdua
bertemu dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang
telah Kami berikan rahmat kepadanya dari sisi Kami, dan yang telah
Kami ajarkan ilmu kepadanya dari sisi Kami." (QS. Al-Kahfi : 65).

Chapter 1 @ilmiah14 | Ilmiah Notes Page 1


Hakikat Ilmu
"Musa berkata kepadanya, “Bolehkah aku mengikutimu agar engkau
mengajarkannya kepadaku (ilmu yang benar), yang telah diajarkan
kepadamu (untuk menjadi) petunjuk?" (QS. Al-Kahfi : 66)
Nabi Musa minta izin dengan bahasa yang paling halus, menunjukkan
sopan santun yang luar biasa. Padahal secara ilmu masih lebih tinggi
Nabi Musa daripada Nabi Khidir. Tapi begitulah ketika kita butuh
ilmu, maka kita harus merendahkan diri, karena sesungguhnya ilmu
itu pantangan untuk orang-orang yang sombong, sebagaimana air
pantang untuk naik ke tempat yang tinggi. Pelajaran yang bisa diambil
adalah, ketika kita bertemu seorang guru maka kita harus tawadhu'.

Hakikat Mempelajari Ilmu


Ketika belajar satu ilmu, ketika ilmu diajarkan kepada seseorang lewat
seorang guru, hakikatnya ilmu akan menjadi petunjuk bagi kita. Ma-
salahnya sekarang adalah banyak orang yang belajar, tapi tidak men-
dapatkan petunjuk karena gagal memahami hakikat ilmu itu sendiri.
Imam Az Zarnuji mengutip perkataan Imam Abu Hanifah, "Seorang
manusia itu mengetahui hal apa saja yang bermanfaat baginya,
dan hal apa saja yang tidak bermanfaat baginya." Artinya, ilmu
adalah hal yang membimbing seseorang untuk melaksanakan hal-
hal yang baik dan bermanfaat untuk dirinya di dunia dan di akhirat.
Biasa disebut dengan 'Ilmu Hal' ilmu yang paling dibutuhkan dan
berkaitan dengan kewajiban sehari-hari sebagai seorang Muslim.

Mengkondisikan Hati
Kita juga perlu mempelajari ilmu tentang kondisi hati karena seorang
manusia pasti memiliki dinamika batin, ada perasaan yang positif dan
negatif. Kita harus tahu karena kita akan menghadapinya setiap hari,
supaya kita bisa mengkondisikan bagaimana perasaan hati yang
benar, mengetahui mana akhlak yang baik dan buruk, mengetahui
perasaan buruk seperti hasad, riya', sombong seperti apa, kemudian
cara mengobatinya dengan tawadhu', ridha, qana'ah, ikhlas.

Chapter 1 @ilmiah14 | Ilmiah Notes Page 2


Keutamaan Ilmu
Banyak orang salah persepsi, mereka belajar sampai ke jenjang yang
tinggi dengan title yang begitu panjang, tetapi setelah masuk kubur,
tak ada satupun pertanyaan malaikat yang bisa dijawab. Karena sela-
ma ini ilmu tentang Agama-Nya mereka abaikan. Padahal penting
sekali kita lebih memprioritaskan ilmu akhirat daripada ilmu dunia.

Memperhatikan Keutamaan Ilmu


Imam Az Zarnuji mengatakan, "Tidak seorangpun yang meragukan
keutamaan ilmu, karena ilmu hanya dimiliki oleh umat manusia."
Semua makhluk mempunyai otak, tetapi tidak semuanya diberi akal
dan ilmu. Yang membedakan manusia dibanding semua makhluk
adalah bagaimana akal manusia bisa digunakan untuk mengolah
ilmu, menjadikan manusia lebih mulia dari makhluk-makhluk lainnya.
Makhluk yang menjadi musuh Allah adalah iblis, padahal dulu iblis
adalah ahli ibadah dan ilmu selama 180.000 tahun. Penyebabnya
adalah dalam hatinya ada penyakit riya', padahal Allah sudah meng-
akuinya, tetapi dia masih butuh pengakuan dari yang lain. Sehingga
muncul penyakit berikutnya yaitu hasad, karena memiliki ilmu yang
tinggi, tetapi tidak mau menganalisa dan mengobati penyakit hatinya.
Akhirnya Allah mengutuk iblis menjadi makhluk yang paling hina,
karena ilmunya tidak dibarengi dengan adab dan ilmu menjaga hati.
Imam Az Zarnuji berkata, "Ilmu memiliki keutamaan karena men-
jadi perantara kepada kebajikan dan ketakwaan. Dengan ketak-
waan manusia memperoleh kedudukan yang luhur di sisi Allah dan
kebahagiaan yang abadi." Selaras dengan firman-Nya, "Sesungguh
-nya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang
paling bertakwa." (QS. Al-Hujurat : 13). Di sisi lain Imam Az Zarnuji
mengatakan, "Zuhud dan takwa tidak bisa berdiri tanpa ilmu."
Salah satu adab menuntut ilmu itu mengerti hakikat ilmu. Ilmu men-
jadikan semua perkara menjadi jelas, mengetahui mana yang ber-
manfaat dan mana yang tidak bermanfaat. Indikator ilmu yang sampai
pada titik keberkahan adalah ilmu yang diamalkan dan diajarkan.

Chapter 1 @ilmiah14 | Ilmiah Notes Page 3


Niat Ketika Belajar
Para ulama selalu meletakkan bab niat di awal. Karena niat adalah
penentu amalan yang dikerjakan. Maka Imam Az Zarnuji mem-
berikan panduan tentang bagaimana cara penyusunan niat di awal.
1. Niat mencari wajah Allah, ridha Allah, dan pahala dari Allah.
2. Niat menghilangkan kebodohan diri sendiri.
3. Niat menghilangkan kebodohan orang lain.
4. Niat menghidupkan agama Islam.
5. Niat menjaga eksistensi agama Islam.
6. Niat mensyukuri nikmat akal pikiran dan kesehatan badan.
Sekarang ini banyak orang yang belajar hanya untuk mendapatkan
ijazah dan mencari pekerjaan, niatnya hanya untuk urusan-urusan
receh. Padahal Allah mengancam keras orang yang salah niat dalam
menuntut ilmu itu termasuk golongan yang pertama kali dimasukkan
ke dalam Neraka. Mereka menuntut ilmu bukan untuk menolong
agama Allah, tetapi untuk mengharap gelar 'alim di hadapan manusia.
Imam Az Zarnuji mengatakan melarang keras orang-orang yang
meniatkan belajarnya hanya untuk mendapatkan pangkat, jabatan,
kehormatan, dan urusan-urusan duniawi lainnya. Kecuali orang
yang ketika belajar meniatkan untuk mendapatkan jabatan, yang
dengan jabatan itu dia bisa melakukan amar ma'ruf nahi munkar,
bisa menegakkan kebenaran, dan bisa menghidupkan agama.

Adab Seorang Penuntut Ilmu


Penuntut ilmu pada zaman sekarang kebanyakan belajar hanya untuk
mendapat ijazah dan pekerjaan. Berbeda dengan para ulama ter-
dahulu yang sangat butuh dengan ilmu, melakukan perjalanan kesana
kemari dengan jarak tempuh yang jauh demi mendapatkan suatu ilmu.
Bagitu orang-orang mengetahui bahwa dirinya mempunyai ilmu,
maka yang membutuhkan pasti akan datang. Konsepnya murid yang
butuh dan datang kepada guru, bukan guru yang mendatangi murid
untuk mengajarkan suatu ilmu. Karena ilmu hanya diberikan kepada
2 kriteria (orang yang mencari dan orang yang membutuhkan).

Chapter 1 @ilmiah14 | Ilmiah Notes Page 4


Lika-Liku Penuntut Ilmu
Meskipun di zaman sekarang ini ilmu sudah Allah bukakan dengan
sangat mudah, tetapi konsep murid mendatangi guru ini masih harus
tetap berjalan. Artinya masih perlu untuk bertemu dengan guru untuk
mendapatkan keberkahan ilmu. Sejauh apa murid menghormati guru
-nya, sejauh itu pula murid akan mendapatkan keberkahan ilmu. Maka
sebisa mungkin kita belajar secara tatap muka dengan guru, meskipun
kita diperbolehkan memanfaatkan kemudahan yang Allah berikan
dengan kecanggihan teknologi untuk mengakses kajian ilmu di zaman
sekarang, selama kita tidak kehilangan adab kepada guru.
Yang perlu diperhatikan adalah seringkali kita belum memiliki dasar
ilmu yang kuat mengapa terjadi perbedaan ilmu atau fiqih di antara
para ulama/asatidz/guru. Padahal ikhtilaf tannawu' itu diperboleh-
kan, yang membuat Islam menjadi kaya akan pemikiran-pemikiran
dengan berbagai hasil ijtihad, selama sesuai dengan Al-Qur'an dan
Sunnah. Jika kita tidak pernah menempuh proses belajar dari awal
dan tidak mengerti hakikat ilmu, maka kita tidak bisa membedakan
mana yang benar dan mana yang salah, kita hanya berpatokan
dengan indikator diri sendiri, karena tidak memiliki dasar ilmunya.

Problematika yang Terjadi


Allah melebihkan kemampuan Nabi Adam dan Malaikat karena Ilmu.
Yang membedakan manusia dengan makhluk lain adalah ilmu. Yang
membuat manusia satu dengan yang lainnya berbeda juga karena
ilmu. Dan yang membuat derajat manusia naik di hadapan Allah dan
di hadapan manusia lain adalah karena ilmu.
Hari ini kita lihat berbagai problematika pendidikan salah satunya juga
adalah tidak meletakkan kompas yang tepat dalam menempuh per-
jalanan menuntut ilmu. Kita diminta untuk memiliki orientasi motivasi
yang tidak sesuai dengan yang seharusnya ketika kita membuka
sebuah kitab di hadapan guru untuk belajar. Kita diminta untuk
mengejar gelar dan jabatan untuk mendapatkan sebuah popularitas.
Ini perlu kita pertanyakan kembali, kita harus mulai dengan orientasi
yang tepat, sehingga bisa sampai pada tujuan yang sebenarnya.

Chapter 1 @ilmiah14 | Ilmiah Notes Page 5


Chapter 2

Hayfala Series
Adab Sebelum Ilmu

Mempersiapkan
kendaraan
terbaik
Habib Ja'far Al-Jufri
M. Atiatul Muqtadir

@ilmiah14 | Ilmiah Notes


Memilih Ilmu, Guru, dan Teman
Seorang penuntut ilmu harus memperhatikan ilmu yang dicari, (guru)
dengan siapa dia belajar, (teman) dengan siapa dia akan bergaul,
dan (keteguhan) seberapa kuat dia bertahan. Terkadang ketika kita
salah memilih ilmu, guru, dan teman, bukan semakin mendekat kita
kepada ilmu, tapi justru kita semakin jauh dari apa yang kita inginkan.

Kriteria dalam Memilih Guru


Imam Az Zarnuji mengajarkan kepada kita, "Carilah ilmu yang baik
dan afdhol, ilmu yang paling dibutuhkan saat ini dan di masa yang
akan datang." Beliau mengatakan ada 3 kriteria seorang guru :
1. Yang paling 'alim, atau setidaknya lebih 'alim daripada kita.
2. Yang paling wara', atau setidaknya lebih wara' daripada kita.
3. Yang paling tua, atau setidaknya lebih tua daripada kita.
Penerapan di masa sekarang ini adalah harusnya murid yang men-
cari dan menentukan gurunya, bukan guru yang mencari muridnya.
"Yang telah Kami berikan rahmah kepadanya dari sisi Kami, yang te-
lah Kami ajarkan ilmu kepadanya dari sisi Kami." (QS. Al-Kahfi : 65).
Artinya, guru yang dipilih alangkah baiknya yang dominan rahmah
(kasih sayang) daripada yang ilmunya lebih tinggi. Seperti yang terjadi
pada Rasulullah, betapa dominan sifat rahmah Rasulullah, sehingga
lahirlah para sahabat dengan kualitas ilmu yang sangat luar biasa.

Proses Menuntut Ilmu


Imam Syafi'i menyebutkan dalam syair yang terkenal, "Seseorang
tidak akan mendapatkan ilmu kecuali dalam 6 perkara : kecerdas-
an, semangat, sungguh-sungguh, berkecukupan, bersahabat (bela-
jar) dengan ustadz (guru), dan membutuhkan waktu yang lama."
Kebiasaan para sahabat itu belajar kepada Rasulullah per 10 ayat,
mereka tidak akan kembali sampai mereka memahami dan meng-
amalkan ayat-ayat tersebut. Sangat berbeda dengan kondisi saat ini
karena mudahnya mengakses informasi menjadikan kita sebagai murid
justru mudah meremehkan apa yang disampaikan oleh para guru.
Chapter 2 @ilmiah14 | Ilmiah Notes Page 1
Memilih Ilmu, Guru, dan Teman
Para ulama terdahulu sebelum mereka belajar ilmu, mereka bertanya
kepada gurunya. Seperti Imam Bukhari ketika belajar fiqih kepada
Imam Muhammad bin Hassan, dikatakan bahwa Imam Bukhari cocok
untuk mempelajari tentang hadits. Ketika beliau taat kepada perintah
gurunya, akhirnya beliau menjadi Amirul Mu'minin fil Hadits.

Observasi Sebelum Memilih Guru


Namun perlu diperhatikan, yang paling benar adalah kita melakukan
observasi sebelum memilih guru. Karena kalau kita langsung memilih
guru tanpa pertimbangan, lalu di tengah jalan kita merasa tidak cocok
dengan guru tersebut baik dari segi penyampaian atau ilmunya,
kemudian kita keluar berhenti belajar dengan beliau, dan guru tersebut
tidak ridha, maka kita tidak akan mendapat keberkahan ilmu.
Kalau kita sudah memantapkan hati untuk belajar dengan satu guru,
maka kita harus betul-betul melazimi guru tersebut sampai ilmunya
selesai disampaikan atau menyelesaikan satu disiplin ilmu, baru kita
boleh berpindah dengan guru yang lain. Bahkan tradisi salafus shalih
adalah satu orang penuntut ilmu bisa memiliki puluhan/ratusan guru.

Kriteria dalam Memilih Teman


Imam Az Zarnuji mengatakan, "Carilah teman yang bersungguh-
sungguh, berkarakter/bertabiat yang lurus, dan mudah memahami
ilmu." Termasuk Rasululullah ketika memilih Abu Bakar, karena Abu
Bakar adalah teman perjalanan yang paling sesuai dengan kebutuh-
an Rasulullah. Begitupun kita dalam perjalanan menuntut ilmu ini,
kalau kita tidak memilih teman yang baik, maka yang terjadi adalah
salah pergaulan dan melenceng dari niat awal menuntut ilmu.
Kita tidak diperbolehkan untuk memilih teman yang banyak bicara,
banyak membuang waktu, bermalas-malasan, suka menfitnah, dll.
itu sangatlah mempengaruhi karakter kita. Karena salah satu faktor
fitnah iman adalah memilih teman dan lingkungan yang salah.

Chapter 2 @ilmiah14 | Ilmiah Notes Page 2


Menghormati Ilmu
Akibatnya adalah mewajarkan hal-hal yang buruk, menunda taubat,
mulai ragu dengan janji-janji Allah, tertipu dengan angan-angan -
nya, sampai tertipu tentang Allah. Maka penting untuk memilih
teman yang baik, karena teman itu sangat mempengaruhi konsistensi
ataupun keistiqomahan kita dalam perjalanan menuntut ilmu.

Takzim Kepada Ilmu dan Khidmat Kepada Guru


Menghormati ilmu adalah sebuah kewajiban, karena seseorang tidak
akan mendapatkan keberkahan ilmu kalau dia tidak takzim kepada
ilmu. Wujud menghormati ilmu adalah kita menghormati ahli ilmu
(guru). Sampai ada sebuah perkataan, "Hormat itu lebih baik dari-
pada hanya sekedar taat." Karena sekarang banyak murid yang keti-
ka disuruh oleh gurunya taat, tetapi di belakang menghina gurunya.
Anas bin Malik pernah disuruh ibunya untuk berkhidmat kepada
Rasulullah, dan akhirnya beliau menjadi salah satu ulama di kalang-
an para sahabat. Orang yang berkhidmat akan mendapatakan
sesuatu yang lebih banyak daripada orang yang sekedar belajar
ilmu. Karena banyak yang berkesempatan untuk belajar, tetapi tidak
banyak yang berkesempatan untuk berkhidmat kepada gurunya.

Meraih Keberkahan Ilmu


Ada beberapa adab yang harus betul-betul diperhatikan oleh murid
kepada gurunya untuk meraih keberkahan ilmu :
1. Seorang penuntut ilmu tidak boleh terlalu fokus terhadap ke-
kurangan seorang guru. Para ulama pernah mengatakan, "Kalau
engkau sudah mendengar antar ulama saling membicarakan ke-
burukan atau aib mereka, maka lebih baik kau tinggalkan."
2. Seorang penuntut ilmu tidak boleh berjalan di depan guru. Se-
perti yang dilakukan para sahabat ketika takzim kepada Rasulullah,
kemudian mereka berjalan dibelakangnya. Terkadang kita merasa
asing karena kita tidak terbiasa dengan kebiasaan tersebut.

Chapter 2 @ilmiah14 | Ilmiah Notes Page 3


Memuliakan Ilmu
3.
1. Seorang penuntut ilmu tidak boleh duduk di tempat duduk guru.
Seorang murid tidak pantas untuk duduk di tempat duduk gurunya
biasa mengajar, karena seorang guru juga tidak mungkin untuk
mengusir murid yang duduk disitu, terutama ketika di masjid.
2.
4. Seorang penuntut ilmu tidak boleh memulai pembicaraan, kecuali
seizin guru. Ketika kita berada dalam sebuah majelis, kita harus
meminta izin kepada guru untuk menyampaikan sesuatu.
3.
5.Seorang penuntut ilmu tidak boleh banyak bicara di depan guru.
Kita juga tidak boleh berbicara ketika guru sedang lelah, jangan
sampai kita menyampaikan hajat kita saat itu juga.
4.
6.Seorang penuntut ilmu tidak boleh mengetuk pintu guru, tetapi
harus menunggu sampai guru keluar. Pernah dicontohkan oleh
Abdullah bin Abbas ketika berguru kepada Ubay bin Ka'ab. Beliau
menunggu sejak sesudah Isya' sampai tertidur hingga Subuh di
depan rumahnya Ubay bin Ka'ab. Seperti itulah cara Rasulullah
mengajarkan tentang adab memperlakukan para ahli ilmu.
Sebagai seorang penuntut ilmu, kita harus belajar adab dan ber-
usaha mengamalkan adab seideal mungkin. Kalau seandainya ada
perilaku guru yang tidak layak untuk mendapat penghormatan, tetapi
kita masih layak mendapatkan berkah dan kasih sayang Allah karena
kita telah menghormati seorang guru dan juga menghormati ilmu.

Wujud Memuliakan Ilmu


Ada beberapa perkara yang harus dilakukan oleh seorang penuntut
ilmu sebagai wujud bahwa dirinya telah memuliakan ilmu :
1. Seorang penuntut ilmu tidak boleh memegang kitab kecuali
dalam keadaan suci (berwudhu). Karena ilmu dan wudhu adalah
cahaya, sehingga cahaya ilmu akan bertambah terang dengannya.
2. Seorang penuntut ilmu tidak menjulurkan kaki ke arah kitab, dan
jangan menaruh sesuatu lainnya di atas kitab.
3. Seorang penuntut ilmu harus memperbagus tulisan kitab, tidak
mencoret-coret pada pinggiran buku yang kosong kecuali ter-
paksa, jangan pula ada tulisan berwarna merah di dalam kitab.
Chapter 2 @ilmiah14 | Ilmiah Notes Page 4
Memuliakan Ilmu
4.
1. Seorang penuntut ilmu harus menghormati teman dan pengajar,
mencari perhatian kepada guru dan teman untuk mengambil man-
faat, dan menyimak semua ilmu dengan penuh penghormatan.
2.
5. Seorang penuntut ilmu tidak memilih sendiri jenis ilmu yang akan
dipelajari, tetapi menyerahkan keputusannya kepada guru, karena
guru lebih mengetahui ilmu apa yang sesuai dengan tabiatnya.
3.
6.Seorang penuntut ilmu hendaknya tidak duduk terlalu dekat
dengan gurunya atau menjaga jarak ketika sedang belajar kecuali
terpaksa, hendaknya mengambil jarak kira-kira sebusur panah.
4.
7. Seorang penuntut ilmu harus selalu menjaga diri dari akhlak-
akhlak yang tercela, terutama yang harus dijauhi adalah sikap
sombong, karena dengan kesombongan ilmu tidak bisa diraih.

Problematika yang Terjadi


Dalam pendidikan, bukan hanya murid yang membaca sesuatu atau
guru yang mengajarkan sesuatu, tapi ada banyak faktor yang mem-
pengaruhi. Ada murid, guru, lingkungan (teman), termasuk ilmu itu
sendiri. Ketika salah satu di antaranya tidak supportif, maka seorang
murid dalam proses pendidikannya tidak akan begitu maksimal.
Ilmu dan ahli ilmu tidak akan bisa dipisahkan, karena saling berkaitan.
Dan untuk mendapatkan ilmu dan keberkahannya, seorang penuntut
ilmu harus menghargai ilmu sekaligus menghormati ahli ilmu.
Namun pada hari ini, banyak sekali ditemukan murid yang kurang ajar
terhadap gurunya. Bahkan sebenarnya kita bingung, kita ini belajar
untuk apa? Apakah ilmu ini benar dibutuhkan dalam kehidupan kita?
Problematika yang terjadi hari ini adalah kita terkadang bingung me-
netukan ilmu mana yang harus dipelajari dan diutamakan. Karena
kita mendapatkan banyak akses terhadap banyak ilmu. Kita perlu
memahami ilmu mana yang harus diutamakan, karena kita memang
tidak bisa dituntut untuk hebat dalam segala hal, perlu diperhatikan
dimana letak potensi, kebutuhan, dan urgensinya, sehingga kita bisa
mempelajari ilmu dengan aspek-aspek yang telah dipertimbangkan.

Chapter 2 @ilmiah14 | Ilmiah Notes Page 5


Chapter 3

Hayfala Series
Adab Sebelum Ilmu

Menentukan
arah
perjalanan
Habib Ja'far Al-Jufri
M. Atiatul Muqtadir

@ilmiah14 | Ilmiah Notes


Karakter Penuntut Ilmu
Imam Az Zarnuji memberi keterangan bagaimana seharusnya penun-
tut ilmu mempunyai kesungguhan, ketekunan, dan cita-cita tinggi.
1. Seorang penuntut ilmu harus sungguh-sungguh, rajin, dan ber-
kelanjutan dalam belajar. Seperti di dalam firman-Nya, "Wahai
Yahya! Ambillah (pelajarilah) Kitab (Taurat) itu dengan sungguh-
sungguh." (QS. Maryam : 12). Juga dalam firman-Nya, "Dan orang
-orang yang berjihad untuk (mencari keridaan) Kami, Kami akan
tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sungguh, Allah
beserta orang-orang yang berbuat baik." (QS. Al-Ankabut : 69).
Sekarang banyak penuntut ilmu yang mudah menyerah, baru masuk
kuliah tetapi sudah merasa salah jurusan. Mereka tidak bersungguh-
sungguh dan komitmen terhadap apa yang sudah dipilihnya sejak
awal. Banyak yang tidak serius, tidak mau menikmati proses, dan
menginginkan hasil instan secara cepat. Padahal semua butuh proses
dan setiap orang memiliki prosesnya masing-masing. Dalam belajar,
diperlukan kesungguhan dari 3 pihak : guru, murid, dan orang tua.
2.
1. Seorang penuntut ilmu harus siap tidak tidur malam. Sebagimana
kata penyair, "Siapa yang ingin semua cita-citanya tercapai, jadi-
kan malam sebagai unta kendaraan untuk mengejarnya. Kurangi
makan, agar mampu berjaga bila mengidamkan kesempurnaan.
Yang terjaga pada malam hari, hatinya bahagia pada siang hari."
2.
3. Seorang penuntut ilmu harus rajin belajar dengan mengulang
pelajaran pada awal dan akhir waktu malam. Sebab, pada waktu
antara maghrib dan Isya', demikian pula di waktu sahur, adalah
waktu yang diberkahi. Imam Abdullah bin Mubarak mengatakan,
"Wahai para murid, lazimilah sifat wara', jauhi tidur dan perut
kenyang. Langgengkan belajar, jangan engkau tinggalkan, karena
dengan belajar ilmu akan didapatkan dan bertambah."
3. Seorang penuntut ilmu harus memanfaatkan masa dan gairah
4.
mudanya. Disebutkan dalam sebuah syair, "Sekuat apapun usaha-
mu, senilai itu pula keinginanmu diberikan. Siapapun yang hendak
meraih cita-citanya, bangunlah pada malam hari, manfaatkanlah
masa-masa mudamu. Ingat, masa mudamu tak abadi."

Chapter 3 @ilmiah14 | Ilmiah Notes Page 1


Karakter Penuntut Ilmu
5.
1. Seorang penuntut ilmu tidak boleh memaksakan dirinya di luar
kemampuannya. Karena hal itu akan melemahkan jiwa hingga
berhenti belajar. Namun harus bersikap bijaksana (ar-rifqu), sebab
kehati-hatian adalah pondasi segala hal. Rasulullah bersabda,
"Ingat, sesungguhnya agama Islam ini kokoh, maka jalankanlah
dengan bijaksana, dan jangan kau buat ibadah kepada Allah itu
tidak disukai oleh jiwamu. Karena orang-orang yang telah terhenti
di tengah perjalanan itu tidak bisa lagi menempuh perjalanan di
muka bumi, dan tiada pula kendaraan yang ditungganginya."
2.
6. Seorang penuntut ilmu harus memiliki cita-cita yang tinggi dalam
menuntut ilmu. Karena seseorang itu terbang dengan cita-citanya,
seperti burung yang terbang dengan kedua sayapnya. Rasulullah
bersabda, "Sungguh Allah menyukai perkara-perkara yang luhur,
dan membenci perkara-perkara yang hina." (HR. Ath-Thabrani)
7.
3. Seorang penuntut ilmu harus mengurangi makan. Rasulullah ber-
sabda, "Ada tiga orang yang dibenci Allah bukan karena berbuat
kejahatan, yaitu orang yang banyak makan, orang kikir, dan orang
sombong." Mengurangi makan bisa dilakukan dengan cara meng-
hayati manfaat dari sedikit makan, misalnya badan sehat dan lebih
terjaga dari yang haram. Kemudian menghayati mudarat yang
timbul dari terlalu banyak makan, misalnya banyak penyakit, akal
yang lemah, dan akan menghabiskan banyak harta.

Kedudukan Seorang Penuntut Ilmu


Imam Az Zarnuji mengatakan, "Para penuntut ilmu adalah faris
(penunggang kuda), dan ilmu itu adalah penjaganya, sedangkan
yang lainnya adalah pejalan kaki. Pada hari kiamat manusia akan
dikumpulkan dalam keadaan telanjang, sedangkan para penuntut
ilmu akan berpakaian dengan cahaya ilmu, segala sesuatu akan
diberi mimbar, dan orang berilmu duduk di bawah 'Arsy."

Chapter 3 @ilmiah14 | Ilmiah Notes Page 2


Kesungguhan Menuntut Ilmu
Modal untuk meraih segala sesuatu adalah kesungguhan dan semang
-at yang kuat. Siapa yang bercita-cita disertai usaha yang sungguh-
sungguh dan tidak kenal menyerah, maka akan banyak ilmu yang
akan didapatkan. Demikian pula sebaliknya, jika semangatnya kuat
tetapi tidak ada kesungguhan, atau bersungguh-sungguh tetapi tidak
ada semangat yang kuat, maka sedikit pula ilmu yang didapatkan.
Imam Abu Hanifah berkata, "Jauhilah sifat malas, karena malas
adalah keburukan dan bencana yang besar." Sikap malas biasanya
timbul akibat jarang menghayati kemuliaan dan keutamaan ilmu.
Maka hendaklah seorang penuntut ilmu bekerja keras untuk meraih
ilmu. lmu yang bermanfaat akan mengharumkan nama pemiliknya,
dan berkelanjutan setelah meninggal. Syeikh Al-Imam Zhahiruddin
berkata, "Orang-orang bodoh itu sudah mati sebelum kematian-
nya. Dan orang-orang 'alim itu tetap hidup meskipun sudah mati.

Pentingnya Bersungguh-Sungguh
Salah satu bentuk kesungguhan di dalam menuntut ilmu itu adalah
bagaimana kita mengatur waktu sehingga betul-betul bermanfaat.
Namun pada nyatanya, hari ini masih banyak PR kita dalam mengatur
waktu, kita masih banyak membuang-buang waktu dengan sesuatu
yang sia-sia. Imam Syafi'i mengatakan, "Jika kita tidak disibukkan
dengan kebaikan, maka kita akan disibukkan dengan keburukan."
Dan itu berpengaruh pada kesungguhan kita dalam menuntut ilmu.
Kesungguhan adalah salah satu faktor yang paling penting ketika kita
mempelajari sesuatu, maka salah satu indikator ketika kita bersungguh
-sungguh dan tekun adalah tidak menjadikan aktivitas menuntut ilmu
sebagai beban, tetapi justru menjadikan aktivitas yang dirindukan.
Kita harus merasa butuh dengan ilmu, dan harus mengetahui seberapa
penting ilmu itu harus dipelajari, diamalkan, dan disebarkan.

Chapter 3 @ilmiah14 | Ilmiah Notes Page 3


Kesungguhan Menuntut Ilmu
Kesungguhan itu bisa diraih ketika kita mengetahui bahwasannya
waktu kita di dunia ini terlalu sebentar untuk menempuh perjalanan
menuntut ilmu. Kita tidak mengetahui kapan waktu kita akan ber-
akhir, kita juga tidak mengetahui kapan Allah akan memanggil kita
dan menganggap misi kita di dunia ini telah selesai. Maka itulah yang
harus menjadi salah satu motivasi untuk bersungguh-sungguh dalam
menuntut ilmu. Karena satu diantara tiga hal yang tidak akan putus
adalah ilmu yang bermanfaat, meskipun umur kita telah terputus di
dunia, tetapi pahalanya akan tetap mengalir menjadi amal jariyah.

Problematika yang Terjadi


Ilmu ibarat harta di dalam brankas baja, ilmu ibarat madu di dalam
sarang lebah, ilmu ibarat perjalanan panjang yang tidak berujung.
Membutuhkan kesungguhan, ketekunan, dan cita-cita yang besar
untuk memperolehnya. Di dalam perjalanan menuntut ilmu ini, kita
bukan hanya dituntut soal keberanian untuk memulai, tetapi juga
kesabaran untuk menuntaskan ilmu hingga akhir. Ilmu tidak bisa
didapatkan oleh orang-orang yang merasa tidak butuh dan tidak
mau mencari, maka dibutuhkan ketekunan untuk mencarinya.
Problematika yang terjadi hari ini adalah kita telah dibiasakan untuk
kehilangan ketekunan dengan adanya berbagai macam penawaran
dari proses-proses yang instan, semuanya dianggap harus berlomba
dalam kecepatan. Yang akhirnya justru mungkin berefek pada apa
yang kita akan dapatkan, mungkin kita bisa menyelesaikannya dengan
cepat, tetapi kita tidak mengerti bagaimana implementasinya, dan kita
tidak mengetahui cara mengajarkannya, yang ini menjadi 2 indikator
apakah ilmu itu bermanfaat dan berkah atau tidak.

Chapter 3 @ilmiah14 | Ilmiah Notes Page 4


Chapter 4

Hayfala Series
Adab Sebelum Ilmu

Menempuh
langkah demi
langkah
Habib Ja'far Al-Jufri

@ilmiah14 | Ilmiah Notes


Memulai Belajar
Rasulullah memiliki banyak sahabat setia, salah satunya Abdullah bin
Abbas yang masih ada ikatan keluarga (saudara sepupu). Abdullah bin
Abbas dikenal sebagai sosok yang pandai dan banyak meriwayatkan
hadits. Selain Abdullah bin Abbas didoakan Rasulullah, sebenarnya
beliau memiliki kunci sukses, sehingga beliau menjadi pemuda yang
luar biasa, menjadi dewan fatwa ketika usianya masih belasan tahun.
Kunci sukses dari Abdullah bin Abbas adalah lisan yang senantiasa
bertanya, hati yang senantiasa berpikir, dan badan yang tidak
pernah lelah. Hal tersebut tidak akan terjadi begitu saja kecuali
harus dimulai, melalui proses yang panjang dan senantiasa diasah.

Memulai Belajar pada Hari Rabu


Dalam kitab Ta'limul Muta'allim Imam Az Zarnuji mengajarkan ten-
tang bagaimana memulai belajar sebagaimana tradisi salafus shalih.
Seperti menetapkan waktu untuk memulai belajar adalah pada hari
Rabu, Imam Az Zarnuji menjadikan sebuah hadits Rasulullah sebagai
dasar, Rasulullah bersabda, "Tiada sesuatu yang dimulai pada hari
Rabu, melainkan akan menjadi sempurna." Begitu pula yang dikerja-
kan oleh Imam Abu Hanifah, beliau juga meriwayatkan hadits tersebut
dari guru beliau Syeikh Imam Qiwamudin Ahmad bin Abdur Rasyid.
Syeikh Imam Yusuf Al-Hamdani juga menepatkan bahwa semua
amalan baik pada hari Rabu. Dikarenakan pada hari Rabu itu Allah
menciptakan cahaya, dan hari itu merupakan hari sial bagi orang
kafir, sehingga hari itu menjadi diberkahi bagi orang mukmin.

Standar dalam Memulai Belajar


1. Mampu memahami pelajaran dengan mengulangi 2 kali. Kemu-
dian menambah kata sedikit demi sedikit setiap hari, bahkan meski-
pun pelajarannya panjang dan banyak sekalipun, dia masih mampu
memahami dan mengulanginya 2 kali. Harus bersikap bijak dan
bertahap dalam belajar supaya menjadi kebiasaan, dan kebiasaan
itu tidak bisa ditinggalkan kecuali dengan bersusah payah.

Chapter 4 @ilmiah14 | Ilmiah Notes Page 1


Memulai Belajar
Rasulullah memiliki banyak sahabat setia, salah satunya Abdullah bin
Abbas yang masih ada ikatan keluarga (saudara sepupu). Abdullah bin
Abbas dikenal sebagai sosok yang pandai dan banyak meriwayatkan
hadits. Selain Abdullah bin Abbas didoakan Rasulullah, sebenarnya
beliau memiliki kunci sukses, sehingga beliau menjadi pemuda yang
luar biasa, menjadi dewan fatwa ketika usianya masih belasan tahun.
Kunci sukses dari Abdullah bin Abbas adalah lisan yang senantiasa
bertanya, hati yang senantiasa berpikir, dan badan yang tidak
pernah lelah. Hal tersebut tidak akan terjadi begitu saja kecuali
harus dimulai, melalui proses yang panjang dan senantiasa diasah.

Memulai Belajar pada Hari Rabu


Dalam kitab Ta'limul Muta'allim Imam Az Zarnuji mengajarkan ten-
tang bagaimana memulai belajar sebagaimana tradisi salafus shalih.
Seperti menetapkan waktu untuk memulai belajar adalah pada hari
Rabu, Imam Az Zarnuji menjadikan sebuah hadits Rasulullah sebagai
dasar, Rasulullah bersabda, "Tiada sesuatu yang dimulai pada hari
Rabu, melainkan akan menjadi sempurna." Begitu pula yang dikerja-
kan oleh Imam Abu Hanifah, beliau juga meriwayatkan hadits tersebut
dari guru beliau Syeikh Imam Qiwamudin Ahmad bin Abdur Rasyid.
Syeikh Imam Yusuf Al-Hamdani juga menepatkan bahwa semua
amalan baik pada hari Rabu. Dikarenakan pada hari Rabu itu Allah
menciptakan cahaya, dan hari itu merupakan hari sial bagi orang
kafir, sehingga hari itu menjadi diberkahi bagi orang mukmin.

Standar dalam Memulai Belajar


1. Mampu memahami pelajaran dengan mengulangi 2 kali. Kemu-
dian menambah kata sedikit demi sedikit setiap hari, bahkan meski-
pun pelajarannya panjang dan banyak sekalipun, dia masih mampu
memahami dan mengulanginya 2 kali. Harus bersikap bijak dan
bertahap dalam belajar supaya menjadi kebiasaan, dan kebiasaan
itu tidak bisa ditinggalkan kecuali dengan bersusah payah.

Chapter 4 @ilmiah14 | Ilmiah Notes Page 1


Urutan Memulai Belajar
2.
1. Memulai belajar dari ilmu yang paling mudah dipahami. Untuk
murid baru dipilihkan kitab yang kecil dan ringkas. Karena hal itu
akan lebih mudah dipahami dan dihafalkan, tidak membosankan
dan membuat lelah karena banyak dipraktikkan di masyarakat.
3. Membuat sebuah catatan sendiri mengenai pelajaran-pelajaran
2.
yang sudah diajarkan, setelah dihafalkan dan diulang. Karena
cara tersebut akan sangat bermanfaat. Selain itu, jangan sampai
me-nulis sesuatu yang tidak dipahami, karena akan menyebabkan
akal tumpul, menghilangkan kecerdasan, dan membuang waktu.
3. Harus bersungguh-sungguh dalam memahami pelajaran dari
4.
guru. Dengan cara merenungkan, memikirkan, dan sering meng-
ulang-ulangnya. Karena apabila pelajaran baru itu masih sedikit,
sering diulang-ulang, dan direnungkan, maka akan cepat untuk
dimengerti dan dipahami. Dikatakan, "Menghafal 2 huruf (kata)
lebih baik daripada mendengarkan 2 karung (buku tanpa meng-
hafalnya). Memahami 2 huruf (kata) lebih baik daripada menghafal
2 karung (buku)." Apabila seorang penuntut ilmu pernah mengabai-
kan pemahaman, tidak mau berusaha satu atau dua kali, maka itu
akan menjadi kebiasaan. Dan kalimat yang mudah sekalipun tidak
bisa dipahami, maka jangan pernah mengabaikan pemahaman.
5. Melakukan mudzakarah (tukar pengetahuan), munazharah (ber-
4.
adu argumen), mutharahah (diskusi). Dilakukan dengan tidak ber-
lebihan, tidak tergesa-gesa, dan penuh penghayatan. Dan harus
menghindari keributan dan kemarahan, karena musyawarah ini
dimaksudkan untuk mencari kebenaran. Hindari berdebat dengan
orang yang sekedar mencari menang dalam pembicaraan sema-
ta, atau orang yang tidak bertabiat lurus. Karena tabiat bisa mem-
pengaruhi tabiat orang lain dan mudah berubah-ubah, akhlak itu
mudah menular, dan perkumpulan sangat besar pengaruhnya.
5. Merenungkan dan memikirkan detail-detail ilmu sepanjang wak-
6.
tu dan membiasakannya. Karena detail-detail ilmu dapat dipahami
dengan merenung, "Merenunglah, kau pasti akan paham."

Chapter 4 @ilmiah14 | Ilmiah Notes Page 2


Urutan Memulai Belajar
7.
1. Harus berpikir sebelum berbicara agar bicaranya benar. Ucapan
itu laksana anak panah, maka harus diluruskan terlebih dahulu
dengan memikirkannya sebelum diucapkan supaya tepat. Dalam
Ushul Fiqih dikatakan bahwa berpikir sebelum bicara adalah dasar
yang sangat penting, "Puncaknya akal adalah perkataan yang
harus diucapkan dengan penuh kehati-hatian disertai perenungan."
2.
8. Bisa mengambil pelajaran dalam semua keadaan, waktu, dan da-
ri siapapun. Rasulullah bersabda, "Hikmah adalah barang hilang-
nya orang mukmin, dimanapun dia menemukannya, maka dia yang
paling berhak untuk mengambilnya." Dikatakan, "Ambillah yang
jernih (pelajaran yang kamu peroleh) dan tinggalkan yang keruh."
9.
3. Menyatakan rasa syukur dengan lisan, hati, badan, dan harta.
Menyadari bahwa kepahaman, ilmu, dan taufik itu datangnya dari
Allah. Kita juga harus selalu memohon hidayah-Nya dengan doa
yang khusyuk karena hanya Allah lah yang memberikan hidayah
kepada siapa saja yang memohon. Allah juga akan memberikan
petunjuk dan melindungi kita dari jalan yang sesat. Allah berfirman,
"Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah
akan mencukupkan (keperluan)nya." (QS. Ath-Thalaq : 3)
4.
10. Membeli kitab dengan harta sendiri, sehingga akan memudah-
kan dalam belajar dan bertafaquh. Seperti Imam Muhammad bin
Hasan, beliau adalah orang yang memiliki banyak sekali harta dan
mempunyai 300 orang pegawai untuk mengurusi kekayaannya.
Beliau membelanjakan semua kekayaannya demi ilmu dan fiqih,
hingga tak tertinggal satu pakaian pun yang bagus.
5. Tidak boleh kikir terhadap hartanya, dan harus membelanjakan
11.
hartanya untuk keperluan diri sendiri dan juga keperluan orang
lain. Pada zaman dahulu, orang-orang belajar bekerja kemudian
baru belajar ilmu, sehingga mereka tidak tamak terhadap harta
milik orang lain. Jika orang 'alim bersifat tamak, maka hilanglah
kehormatan ilmunya, dan dia juga akan kelu untuk mengucapkan
kebenaran. Rasulullah pernah berdoa, "Aku berlindung kepada
Allah dari sifat tamak yang membawa kepada kehinaan."

Chapter 4 @ilmiah14 | Ilmiah Notes Page 3


Urutan Memulai Belajar
13.
1. Tidak boleh surut dalam belajar, karena hal itu adalah bencana.
Imam Burhanudin berkata, "Aku dapat mengungguli teman-teman
ku karena aku tidak pernah futur dan bimbang dalam belajar.
14. Tidak boleh menghinakan dirinya dengan menerima hadiah dari
2.
orang yang mempunyai tendensi atau maksud tertentu. Harus di-
pahami betul apa tendensi ketika ada orang yang memberi hadiah,
karena memang pada zaman Rasulullah bisa dikatakan sebagai
hadiah, tapi berbeda dengan zaman sekarang yang biasanya justru
untuk menyuap. Tetapi kalau hadiah tersebut tidak membahayakan
dan dari orang yang baik, maka boleh untuk diterima.

Problematika yang Terjadi


Pada masa kini mayoritas dari kita ingin semuanya cepat, mudah,
murah, ringan, dan instan, termasuk dalam memperoleh ilmu. Padahal
sifat ilmu itu memilih orang-orang yang istiqamah, ilmu tidak akan
datang kepada orang-orang yang mempunyai sifat atau mental
yang lemah dan mudah menyerah. Kita wajib mensyukuri apa yang
ada pada diri kita, termasuk memiliki akal pikiran. Karena dari situlah
kita dapat menganalisa, memutuskan, dan memecahkan masalah.

Chapter 4 @ilmiah14 | Ilmiah Notes Page 4


Chapter 5

Hayfala Series
Adab Sebelum Ilmu

Bekal
sebuah
perjalanan
Habib Ja'far Al-Jufri

@ilmiah14 | Ilmiah Notes


Tawakkal
Seorang penuntut ilmu harus bertawakkal, arti dari tawakkal adalah
berikhtiar semaksimal mungkin tanpa memikirkan darimana Allah
akan memberi pertolongan. Imam Abu Hanifah meriwayatkan dari
Abdullah bin Hasan Az-Zubaidy, Rasulullah bersabda, "Siapa yang
mempelajari agama Allah, maka Allah akan mencukupi keinginan-
nya dan memberi rezeki dari jalan yang tidak disangka-sangka."
Orang yang hatinya sibuk dengan urusan rezeki, maka jarang sekali
dia akan mendedikasikan dirinya untuk meraih perkara-perkara yang
mulia. Ada sebuah syair, "Tinggalkan kemuliaan (dunia yang tidak
engkau miliki), janganlah engkau berkelana mencarinya. Sesungguh
-nya engkau hanya memikirkan makanan dan pakaianmu."
Dalam doa, "Robbi Zidni Ilma Warzuqni Fahma" Artinya : "Tambah
-kanlah aku ilmu dan berikanlah aku rezeki akan kepahaman." Allah
menggunakan kata 'Zidni' (tambah) dalam perkara ilmu, dan kata
'Zuqni' (beri) dalam perkara rezeki pemahaman. Karena bisa jadi
seseorang yang belajar dari guru, buku, majelis yang sama, ternyata
mendapatkan hasil dan pemahaman yang berbeda-beda. Maka
seorang penuntut ilmu harus benar-benar tawakkal kepada Allah,
dan pondasi dari tawakkal adalah keimanan dan ikhtiar.

Menyibukkan Diri dengan Amal Kebaikan


Banyak di antara kita yang gagal dalam memahami makna rezeki,
menyangka rezeki hanya berupa harta atau uang. Padahal rezeki itu
meliputi segala macam kebaikan yang diberikan oleh Allah kepada
hamba-Nya, dan puncaknya rezeki adalah ilmu. Seorang penuntut
ilmu itu hendaknya menyibukkan diri dengan amal-amal kebaikan,
supaya tidak terlalau sibuk untuk menuruti hawa nafsunya.
Rasulullah pernah berdoa, doa tersebut berbunyi, "Ya Allah, jangan
sampai Engkau jadikan musibah dalam urusan agama kami, dan
jangan sampai pula Engkau jadikan dunia ini adalah tujuan
terbesar dan puncak dari ilmu kami.”

Chapter 5 @ilmiah14 | Ilmiah Notes Page 1


Perjuangan Menuntut Ilmu
Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya ada beberapa dosa yang tidak
bisa dilebur kecuali oleh kerisauan di dalam (memikirkan) ma'isyah
(penghidupan)." Hamm (kegelisahan) yang dimaksud adalah yang
masih dalam batas yang tidak sampai merusak amal kebaikan dan
tidak menyibukkan hati yang dapat merusak kekhusyukan di dalam
shalat. Jadi masih termasuk amalan yang bermanfaat di akhirat.
"Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan membukakan
jalan keluar baginya, dan Dia memberinya rezeki dari arah yang
tidak disangka-sangkanya. Dan barangsiapa bertawakal kepada
Allah, niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya." (QS. At-
Talaq : 2-3). Berkaitan erat antara ketakwaan seseorang dengan
rezeki berupa ilmu yang dia dapatkan. Artinya ilmu adalah rezeki
yang paling tinggi, dan yang mendapatkannya adalah orang yang
bertakwa (menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya).

Masa Belajar Seorang Penuntut Ilmu


Perjalanan menuntut ilmu membutuhkan proses panjang yang tidak
terlihat ujungnya, tetapi sebagai penuntut ilmu harus tetap tawakkal.
Namun yang terjadi pada penuntut ilmu di zaman sekarang adalah
sering tergiur dengan proses belajar yang cepat dan instan. Banyak
yang tidak paham bahwa dalam perjalanan menuntut ilmu ini tidak
bisa dijalankan dengan metode yang praktis, karena proses menuntut
ilmu memang dibutuhkan waktu yang panjang dan sangat melelahkan.
Seorang penuntut ilmu harus dengan sekuat tenaga mempersedikit
kesibukan duniawinya. Untuk itu banyak pelajar yang lebih memilih
hidup mengasingkan diri. Selain itu juga harus siap berletih-letih dan
bersusah-susah saat menempuh perjalanan menuntut ilmu, karena itu
merupakan perkara yang agung. Menurut sebagian ulama, menuntut
ilmu lebih mulia dari berperang, besar kecilnya pahala berbanding
lurus dengan keletihan dan kelelahan yang dirasakan. Siapa yang
mampu bersabar dalam menghadapi segala kesulitan, maka akan
mendapatkan kelezatan melebihi segala kelezatan yang ada di dunia.

Chapter 5 @ilmiah14 | Ilmiah Notes Page 2


Perjuangan Menuntut Ilmu
Ketika kita terbiasa hidup susah dalam menuntut ilmu, kemudian kita
menghadapi situasi yang jauh lebih ringan, maka semua akan terasa
berharga. Karena telah melewati proses bergelut dengan diri sendiri
untuk melawan hawa nafsu. Proses belajar itulah yang akan kita
rasakan manfaat dan manisnya ilmu di kemudian hari. Ketika kita bisa
mengajarkan ilmu kepada orang lain, kemudian orang itu bersyukur
atas pencerahan yang didapatkan melalui ilmu yang kita sebarkan,
disitulah kita akan merasakan kelezatan ilmu yang bermanfaat.
Waktu Terbaik untuk Belajar Ilmu
Seorang penuntut ilmu hendaknya tidak sibuk dengan urusan-urusan
lain (selain ilmu), dan jangan pula berpaling dari ilmu fiqih. Imam
Muhammad bin Hasan berkata, "Siapa yang meninggalkan (ilmu
kami) ini sesaat saja, silahkan dia meninggalkan selamanya. Karena
sesungguhnya masa belajar itu dimulai sejak dari buaian hingga ke
liang lahat." Demikian pula ahli fiqih selalu menyibukkan diri dengan
ilmu fiqih, dan dia akan memperoleh kenikmatan yang amat besar.
Waktu terbaik untuk belajar adalah pada masa remaja, waktu
sahur, dan waktu antara Maghrib & Isya'. Namun seorang penuntut
ilmu harus menggunakan seluruh waktu yang ada untuk belajar,
seperti yang terjadi pada Imam Al-Hasan bin Ziyad memulai belajar
fiqih ketika berusia 80 tahun. Selama 40 tahun beliau tidak pernah
tidur di atas ranjangnya, lalu 40 tahun berikutnya menjadi mufti.

Cara Mengatasi Futur


Futur bisa mendatangi penuntut ilmu kapan saja. Rasulullah bersabda,
"Segala sesuatu pasti memiliki masa futur. Barangsiapa yang futur-
nya di atas Sunnah, maka akan beruntung." Contoh futurnya para
ulama terdahulu, ketika mereka sudah merasa bosan terhadap ilmu
tertentu, mereka akan mempelajari ilmu-ilmu yang lainnya. Seperti
Imam Muhammad bin Hasan, beliau tidak tidur pada malam hari, dan
selalu meletakkan buku-buku di dekatnya. Ketika beliau merasa bosan
terhadap suatu ilmu, beliau berpindah kepada ilmu yang lain.

Chapter 5 @ilmiah14 | Ilmiah Notes Page 3


Chapter 6

Hayfala Series
Adab Sebelum Ilmu

Perjumpaan
dengan
sang cahaya
Habib Ja'far Al-Jufri

@ilmiah14 | Ilmiah Notes


Kasih Sayang dan Nasihat
Ketika media sosial semakin menjamur, akses semakin mudah didapat
-kan, kita berpikir seolah-olah kita sudah menjadi ahli ilmu, kemudian
merasa ilmu kita sudah paling tinggi. Masalahnya, dengan ilmu yang
serba nanggung itu, kita lantas berdebat dengan orang lain, berseteru
dengan murid-murid lain. Padahal salah satu sifat penuntut ilmu
dalam Kitab Ta'limul Muta'allim adalah berlaku lemah lembut dan
kasih sayang. Semakin banyak ilmu harusnya kita semakin tawadhu'
dan rendah hati, karena yang tinggi hanyalah Allah semata.

Kasih Sayang Orang yang Berilmu


Orang yang berilmu hendaknya memiliki rasa kasih sayang, suka
memberi nasihat, dan tidak mendengki. Karena dengki itu tidak akan
membawa manfaat, dan justru membahayakan diri sendiri. Syeikh
Islam Burhanuddin mengatakan, "Banyak ulama yang berkata : Putra
seorang mualim dapat menjadi orang alim (berilmu) karena mualim itu
selalu menginginkan murid-muridnya kelak menjadi ulama ahli Al-
Qur'an. Lantaran keberkahan keyakinan, dan juga kasih sayangnya
kepada murid-muridnya itulah maka putranya menjadi seorang alim."
Di sisi lain, hukuman juga bentuk kasih sayang, hukuman di dunia
yang sifatnya menyelamatkan kita dari hukuman di akhirat. Itulah
bentuk kasih sayang dengan ilmu, dengan memprioritaskan urusan
akhirat daripada urusan dunia. Untuk menyelamatkan seseorang dari
hukuman dimulai dari nasihat yang tulus dan tidak menjatuhkan.
Ketulusan terhadap Allah artinya memurnikan tauhid, ketulusan ter-
hadap kitab artinya mengamalkan ilmu, ketulusan terhadap Rasul
artinya mengikuti Sunnahnya, ketulusan terhadap pemimpin kaum
Muslimin artinya mendoakan, begitu pula ketulusan terhadap kaum
Muslim lain, kita harus siap merubah setiap kemunkaran menjadi
sebuah kebaikan. Rasulullah bersabda, "Barangsiapa dari kalian
melihat kemungkaran, ubahlah dengan tangannya. Jika tidak bisa,
ubahlah dengan lisannya. Jika tidak bisa, ingkarilah dengan hati-
nya, dan itu merupakan selemah-lemahnya iman.”

Chapter 6 @ilmiah14 | Ilmiah Notes Page 1


Penyakit Hasad
Imam Az Zarnuji menasihati kita supaya menghilangkan penyakit
hasad di dalam hati. Hasad adalah salah satu penyakit yang umum
terjadi pada kalangan para penuntut ilmu. Ketika Allah telah meng-
anugerahkan kepada kita sebuah ilmu, maka sudah tentu akan ada
orang yang hasad kepada kita. Hasad memiliki 2 level, ada yang
levelnya hanya sekedar iri dengki, ada pula yang berada pada
level ingin menghancurkan kenikmatan yang dimiliki seseorang.
Ketika ada yang iri dengki kepada kita disebabkan karena ilmu kita,
maka kita tidak perlu menanggapinya. Karena seorang alim hendak-
nya tidak perlu turut melibatkan diri dalam pertikaian dan perdebat
-an, karena itu hanya membuang waktu dan merugikan diri sendiri.
Allah berfirman, "Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik
untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian
kejahatan) itu untuk dirimu sendiri." (QS. Al-Isra' : 7)

Cara Terbaik untuk Mengalahkan Musuh


Orang yang berilmu, harus mencari kemaslahatan diri sendiri, bukan
mengalahkan lawan. Jika kita telah melakukan hal-hal yang berman-
faat bagi diri sendiri, secara tidak langsung kita telah mengalahkan
lawan. Ada salah satu syair, "Jika engkau ingin melihat musuhmu
geram dan terbunuh oleh kegelisahan, terbakar oleh kesedihan,
maka capailah kemuliaan dan tambahlah ilmu. Karena siapa yang
ilmunya bertambah, maka pendengkinya semakin gelisah."
Jangan sampai ada permusuhan, karena itu akan membuka aib-aib
kita dan akan membuang-buang waktu. Kita harus bisa menahan
diri kita terutama dalam menghadapi orang-orang yang bodoh. Isa
bin Maryam berkata, " Bersabarlah atas satu gangguan dari orang
bodoh, niscaya engkau akan mendapatkan 10 kebaikan."
Janganlah berburuk sangka kepada sesama Mukmin, karena di situlah
sumber permusuhan dimulai. Di dalam Islam, perbuatan berburuk sang
-ka tidak dihalalkan sebagaimana dinyatakan dalam sabda Rasulullah,
"Berbaik sangkalah kepada sesama Mukmin." Berburuk sangka itu
muncul karena niatan yang tidak baik, atau hati yang jahat."
Chapter 6 @ilmiah14 | Ilmiah Notes Page 2
Mengikat Ilmu dengan Tulisan
Seorang penuntut ilmu hendaknya bisa memetik pelajaran pada setiap
waktunya hingga bisa meraih keutamaannya. Adapun cara memetik
manfaat adalah dengan membawa pena setiap saat. Sehingga bisa
mencatat faedah ilmu atau pelajaran apa saja yang sedang didengar-
kan. Dikatakan, "Hafalan akan pergi, tetapi tulisan akan menetap."
Seorang penuntut ilmu itu harus serajin mungkin mencatat pelajaran
yang didapatkan. Ulama mengatakan, "Yang disebut dengan ilmu
adalah semua yang diambil dari ucapan para ahli ilmu, karena apa
yang mereka hafal adalah sebaik-baik apa yang mereka dengar,
yang mereka ajarkan adalah sebaik-baik apa yang mereka hafal."
Hilal bin Zaid bin Yasar berkata, "Kulihat Rasulullah mengemukakan
sepatah ilmu dan hikmah kepada sahabat beliau, lalu aku berkata,
'Wahai Rasulullah, ulangilah untukku apa yang telah engkau sampai
-kan kepada mereka!' Beliau bertanya kepadaku, 'Apakah engkau
membawa tinta (pena)?' Aku menjawab 'Tidak.' Beliau bersabda,
"Wahai Hilal, janganlah engkau berpisah dari tinta (pena), karena
kebaikan itu ada padanya dan pemiliknya hingga hari kiamat'."
Sampai seorang Isham bin Yusuf pernah membeli pena seharga satu
dinar, hanya untu mencatat apa yang beliau dengar ketika itu.

Keutamaan Menulis
Itu pula yang terjadi ketika Perang Badar, Rasulullah membebaskan
tawanan perang dengan syarat mengajarkan baca tulis. Rasulullah
menyadari jika tidak semua tawanannya memiliki harta benda yang
melimpah. Rasulullah memiliki cara tersendiri untuk mengatasi persoal
-an itu. Bagi tawanan yang bisa baca tulis, mereka akan dibebaskan
jika mau mengajari umat Islam (anak-anak Anshar) tentang baca tulis.
Karena pada saat itu Rasulullah ingin membangun peradaban ilmu.
Cara menjaga Al-Qur'an pun dengan menulisnya. Memang dulu
pada zaman Rasulullah, para sahabat dilarang untuk menulis hadits,
karena khawatir tercampur dengan Al-Qur'an. Tapi ketika Al-Qur'an
sempurna menjadi sebuah mushaf di zaman Utsman bin Affan, para
sahabat dan ulama mulai mengumpulkan hadits dan menuliskannya.
Chapter 6 @ilmiah14 | Ilmiah Notes Page 3
Memanfaatkan Kesempatan
Umur itu pendek, sedangkan ilmu itu sangat luas, maka jangan
membuang waktu dan kesempatan. Seorang penuntut ilmu harus
memanfaatkan waktu pada malam hari dan di tempat-tempat yang
sepi. Yahya bin Mu'adz Ar-Razi mengatakan, "Malam itu panjang,
jangan engkau pendekkan dengan tidurmu, dan siang itu bersinar
cemerlang, maka jangan engkau kotori dengan perbuatan dosa."
Seorang penuntut ilmu harus bisa memetik pelajaran dan manfaat dari
para guru. Karena tidak setiap yang telah berlalu bisa didapatkan
kembali, sebagaimana yang dikemukakan oleh Imam Az-Zarnuji,
"Berapa banyak ulama besar yang aku temui, tetapi sayang mereka
sudah wafat dan aku belum sempat mengambil ilmu dari mereka."
Ilmu memang bisa dipelajari dari buku, tetapi adab hanya bisa
dicontoh dari para guru. Jika membaca buku atau kitab mungkin bisa
dalam hitungan jam, akan tetapi mengamalkan adab yang diajarkan
itu tidak bisa dibiasakan tanpa guru. Karena adab memang tidak bisa
dibaca secara teori, kita hanya bisa menerapkan adab yang di-
contohkan oleh guru-guru kita. Secara langsung kita bisa mengamati
bagaimana guru kita menyampaikan ilmunya, bagaimana interaksi
dengan muridnya, bagaimana ketika menerima tamu, dll.

Menekuni Ilmu dan Mencari Kemuliaannya


Ketika menghadapi suatu perkara, kita harus menekuninya, karena
berpaling dari ilmu Allah itu akan membuat kita sedih dan menyesal,
maka kita harus memohon perlindungan kepada Allah di setiap waktu.
Seorang penuntut ilmu harus sanggup menanggung kesulitan hidup,
kerendahan selama menuntut ilmu. Mencari muka itu tercela kecuali
dalam menuntut ilmu, maka seorang murid harus mencari muka di
hadapan guru, teman, dan orang-orang yang mengambil manfaat
ilmu dari mereka. Dikatakan, "Ilmu adalah kemuliaan yang tidak
bercampur kehinaan, dan tidak pernah didapati kecuali hanya lewat
kehinaan (merendahkan diri) yang tidak bercampur kemuliaan."

Chapter 6 @ilmiah14 | Ilmiah Notes Page 4


Chapter 7

Hayfala Series
Adab Sebelum Ilmu

Menjaga
hati
sang cahaya
Habib Ja'far Al-Jufri
M. Atiatul Muqtadir

@ilmiah14 | Ilmiah Notes


Sikap Wara'
Sebagian ulama meriwayatkan hadits dari Rasulullah, beliau bersabda,
"Siapa yang tidak bersikap wara' pada waktu belajarnya, Allah
memberinya ujian dengan salah satu dari tiga perkara : dimatikan
pada usia muda, atau ditempatkan di perkampungan orang-orang
bodoh, atau mengujinya dengan menjadi pembantu bagi penguasa."
Sikap wara' seorang penuntut ilmu menjadi faktor terpenting apakah
ilmunya bermanfaat atau tidak. Apabila mau bersikap wara', maka
ilmunya lebih bermanfaat, belajar akan mudah, dan mendapatkan
banyak faedah. Apabila bersikap ceroboh dan tidak hati-hati, maka
Allah akan menjadikan ilmunya tidak bermanfaat atau tidak berkah,
dan Allah pun akan menguji dia dengan berbagai macam ujian yang
menjadikan ilmu tersebut tidak akan dirasakan manfaatnya.

Kriteria Sikap Wara'


1. Menjaga diri jangan sampai perutnya kenyang, terlalu banyak
tidur, dan banyak membicarakan hal yang bermanfaat. Selain itu,
hendaknya berhati-hati memakan makanan dari pasar. Karena
lebih mudah terkena najis dan kotor, jauh dari zikrullah, bahkan
membuat lengah mengingat Allah. Pasalnya, orang-orang fakir se-
lalu melihat makanan, tetapi tidak mampu membelinya, sehingga
mereka tersakiti hatinya, dan berkah pun akan hilang darinya.
2. Menjauhi kaum perusak yang berbuat maksiat dan penganggur.
Karena bergaul dengan mereka pasti akan sangat berpengaruh.
Ada seorang zuhud dari kalangan ahli fiqih menasihati seorang
murid, "Jagalah dirimu dari ghibah dan bergaul dengan orang yang
banyak bicara." Lalu beliau meneruskan nasihatnya, "Orang yang
banyak bicara itu mencuri umurmu dan menyia-nyiakan waktumu."
3. Menghadap kiblat waktu belajar, memohon didoakan oleh orang
shalih, waspada terhadap doa orang yang teraniaya. Bisa jadi
orang akan menjadi alim karena berkah menghadap kiblat kecuali
jika terpaksa. Keberkahan juga bisa berasal dari tempat yang
terdapat banyak orang shalih, karena tempat tersebut tidak pernah
sepi dari orang-orang yang beribadah dan berbuat kebajikan.

Chapter 7 @ilmiah14 | Ilmiah Notes Page 1


Sikap Wara'
4.
1. Tidak mengabaikan adab dan amalan sunnah. Karena siapa yang
mengabaikan adab, maka akan tertutup dari sunnah, yang meng-
abaikan sunnah akan terhalang dari fardhu, dan yang terhalang
dari yang fardhu akan terhalang dari kebahagiaan akhirat.
5. Memperbanyak shalat dan menjalankan dengan khusyuk. Karena
2.
hal itu akan lebih memudahkan dalam meraih kesuksesan belajar.
Ada syair dari Imam Najmuddin Umar bin Muhammad An-Nasafi,
"Jadilah pelaku perintah dan penjaga larangan, shalat selalu dijaga
dan dilaksanakan. Pelajari ilmu Syar'i dengan kesungguhan, minta
tolonglah dengan baik agar kau ahli fiqih nan hafizh. Mohonlah
kepada Ilah-mu agar menjaga kuat hafalanmu, demi mengharap
karunia-Nya, karena Dia lah sebaik-baik pelindung."
3. Selalu membawa buku setiap saat untuk dipelajari. Dikatakan,
6.
"Siapa yang tak ada buku di sakunya, maka tidak ada hikmah di
hatinya." Lalu hendaknya dalam buku tersebut ada bagian-bagian
yang tidak ada tulisannya (kosong), kemudian juga membawa pena
agar bisa mencatat segala pengetahuan yang di dengar.

Faktor yang Mempermudah Hafalan


Faktor terkuat dalam mempermudah hafalan adalah kesungguhan,
ketekunan, mengurangi makan, dan shalat malam, ada pula :
1. Membaca Al-Qur'an. "Tiada sesuatu yang lebih bisa meningkatkan
hafalan seseorang daripada membaca Al-Qur'an dengan nazhar
(melihat mushaf). Membaca Al-Qur'an yang dilakukan dengan
nazhar itu lebih utama, Rasulullah bersabda, "Amalan umatku yang
paling utama adalah membaca Al-Qur'an dengan nazhar."
2. Sebelum ambil buku untuk belajar hendaknya berdoa, "Bismillah
wa subhanallah walhamdulillah wala ilaha illallah wallahu akbar
wala haula wala quwwata illa billah hil ‘aliyil ‘adzim. 'Adada kulli
harfin kutiba aw yuktabu abadal aabidiin wadahrad daahiriin." Dan
setiap selesai belajar berdoa, "Amantu billahil wahidil ahadil haq
wahdahu laa syarikalahu, wakafartu bima siwahu."

Chapter 7 @ilmiah14 | Ilmiah Notes Page 2


Mempermudah Hafalan
3.
1. Banyak bershalawat kepada Rasulullah rahmat bagi seluruh alam.
4.
2. Bersiwak, meminum madu, memakan kundarah dicampur gula,
dan makan anggur merah kering (kismis) 21 butir dalam kondisi
kosong setiap hari. Semua itu dapat mempermudah hafal-an, di
samping juga dapat mengobati berbagai macam penyakit. Sesuatu
yang bisa mengurangi lendir dahak dan mengurangi lemak itu bisa
memperkuat hafalan. Dan segala sesuatu yang memperbanyak
lendir dahak akan membuat orang menjadi pelupa.

Faktor yang Menyebabkan Lupa


Adapun yang menjadi penyebab lupa adalah berbuat maksiat, ba-
nyak melakukan dosa, gelisah dan kesedihan karena urusan dunia,
saking banyaknya kesibukan. Orang yang berakal seharusnya tidak
terlalu memikirkan urusan dunia, karena itu sangat membahayakan.
Memikirkan urusan dunia tidak lepas dari akibat kegelapan hati,
sedangkan memikirkan akhirat tak lepas dari akibat hati bercahaya.
Malaksanakan shalat dengan khusyuk, mencari ilmu dapat meng-
hilangkan kegelisahan & kesedihan dalam hati. Sebagaimana dalam
syair Imam Nashr bin Al-Hasan Al-Marghinani, "Mintalah tolong,
wahai Nashr, dalam mencari ilmu-ilmu yang tersembunyi. Hanya itu
yang bisa membuang duka, selain itu tidak dapat dipercaya."
Menurut Imam Az-Zarnuji faktor-faktor yang menyebabkan sese-
orang mudah lupa : memakan ketumbar (basah), makan buah apel
masam, melihat orang yang disalib, membaca tulisan pada kuburan,
berjalan di sela-sela unta yang terikat, membuang kutu yang masih
hidup ke tanah, dan berbekam pada tengkuk kepala.
Seorang penuntut ilmu sudah pasti sangat membutuhkan makanan,
harus mendatangkannya secara lebih banyak, dan mengetahui hal-hal
yang menyebabkan panjang umur dan badan yang sehat. Hal itu
dilakukan supaya dapat mendedikasikan diri untuk Thalabul Ilmi.

Chapter 7 @ilmiah14 | Ilmiah Notes Page 3


Yang Menghalangi Rezeki
Rasulullah bersabda, "Tidak ada yang dapat mengubah takdir sese-
orang melainkan sebuah doa, dan tidak ada yang dapat menam-
bah umur seseorang melainkan kebajikan. Sesungguhnya sese-
orang akan terhalang dari rezeki lantaran dosa yang diperbuatnya."

Hal-Hal yang Menghalangi Rezeki


Perbuatan dosa merupakan salah satu penyebab penghalang rezeki,
terutama dosa berupa perbuatan dusta yang akan menyebabkan ke-
fakiran, salah satunya adalah tidur pagi, akan menghalangi rezeki,
akan mengakibatkan kemelaratan harta dan ilmu. Seorang penyair
berkata, "Kebahagiaan manusia terletak pada pakaian, sedangkan
menghimpun ilmu dengan menghilanglan kantuk. Bukankah kerugian
itu jika malam-malam berlalu tanpa manfaat, sedang ia diambilkan
dari jatah umurku. Berjagalah di malam hari, semoga kau ditunjukkan
sampai kapan kau terlelap, sedangkan umur semakin berkurang."
Termasuk penyebab penghalang rezeki lainnya adalah : tidur de-
ngan telanjang, makan dalam keadaan junub (makan sambil tiduran),
membiarkan sisa makanan berserakan di meja makan, membakar kulit
bawang merah dan putih, menyapu lantai dengan sapu tangan di
waktu malam, membiarkan sampah berserakan mengotori rumah,
berjalan di depan orang-orang tua, memanggil kedua orang tua
langsung dengan namanya, membersihkan sela gigi dengan benda
kasar, mengusap kedua tangan dengan tanah atau debu, duduk di
beranda pintu, bersandar pada salah satu daun pintu.
Kemudian berwudhu di tempat orang buang hajat, menjahit pakaian
yang sedang dipakai, membiarkan sarang laba-laba (berada di
rumah), meremehkan shalat bergegas keluar masjid setelah shalat
Subuh, pergi ke pasar pagi-pagi dan melambatkan diri untuk pulang
darinya, membeli potongan roti dari orang-orang fakir peminta-minta,
mendoakan buruk kepada orang tua, membiarkan wadah tidak
tertutupi, mematikan lampu dengan meniup, semuanya dapat men-
datangkan kefakiran, sebagaimana yang diterangkan dalam atsar.

Chapter 7 @ilmiah14 | Ilmiah Notes Page 4


Yang Mempermudah Rezeki
Begitu juga menulis dengan pena yang rusak, menyisir dengan sisir
yang rusak, tidak mau mendoakan orang tua, memakai serban sambil
duduk, memakai celana sambil duduk, kikir (terhadap orang-orang
fakir), terlalu hemat (pelit), berlebih-lebihan dalam membelanjakan
harta, bermalas-malasan, menunda atau menyepelekan suatu urusan,
(semua itu menyebabkan seseorang menjadi fakir).

Yang Mempermudah Rezeki


Bangun pagi-pagi itu diberkahi dan membawa berbagai macam
kenikmatan, khususnya rezeki. Bisa menulis bagus adalah salah satu
pintu rezeki. Muka berseri dan tutur kata yang manis akan menam-
bah banyak rezeki. Disebutkan dari Al-Hasan bin Ali, "Menyapu
teras dan mencuci wadah, akan mendatangkan kekayaan.
Penyebab terkuat memperoleh rezeki adalah melakukan shalat
dengan pengagungan, khusyuk, dengan menyempurnakan semua
rukun, wajib, sunnah, dan adabnya. Demikian pula melakukan shalat
dhuha, seperti yang telah diketahui (dan masyhur). Juga membaca
surah Al-Waqi'ah, khususnya pada malam hari sewaktu orang-orang
tidur, membaca surah Al-Mulk surah Al-Muzammil, surah Al-Lail dan
surah Al-Insyirah, kemudian datang ke Masjid sebelum dikumandang-
kan adzan, senantiasa menjaga kesucian diri sendiri, melakukan shalat
sunnah sebelum Subuh, dan melakukan shalat witir di rumah, lalu
jangan berbicara urusan dunia sesudah (shalat) Witir.
Dikatakan, "Barang siapa yang sibuk dengan sesuatu yang tidak
bermanfaat, maka dia akan kehilangan sesuatu yang bermanfaat."
Bizorgmehr berkata, "Bila kau melihat orang yang banyak bicara,
percayalah bahwa dia telah gila." Ali berkata, "Bila telah sempurna
akal pikiran seseorang, maka sedikitlah perkataannya." Pengarang
kitab berkata, "Jika sempurna akal seseorang, maka dia sedikit bi-
cara. Yakinlah akan kebodohan seseorang jika dia banyak bicara."

Chapter 7 @ilmiah14 | Ilmiah Notes Page 5


Menambah Rezeki dan Usia
Perbuatan yang dapat menambah rezeki di antaranya adalah :
1. Membaca doa setelah terbit fajar hingga datangnya waktu shalat,
"Subhanallahil ‘adzim subhanallahi wabihamdih astaghfirullah wa
atubu ilaihi." (dibaca 100 kali) Artinya : "Maha Suci Allah yang
Maha Agung, yang Maha Suci Allah dan dengan segala pujian-
Nya, kumohon ampunan dan bertobat kepada-Nya."
2. Membaca “Laa ilaha illallah al-malikul haqqul mubin.” (dibaca 100
kali) setiap pagi dan sore hari. Artinya : “Tiada Tuhan melainkan
Allah, Maha raja, Maha benar, Maha pemberi penerangan.”
3. Membaca “Alhamdulillah, Subhanallah, Allahu Akbar.” (dibaca 33
kali) pada waktu fajar dan maghrib setiap hari. Artinya : "Segala
puji bagi Allah, Maha suci Allah dan tiada tuhan selain Allah."
4. Membaca istighfar 70 kali setiap hari & memperbanyak bacaan
“Laa haula wala quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adzim” serta mem-
baca shalawat nabi. Artinya : "Tiada daya dan kekuatan melainkan
dari pertolongan Allah yang Maha Mulia Lagi Maha Agung.”
5. Setiap Jum’at membaca doa ini sebanyak 70 kali : “Allahumma
aghnini bihalalika ‘an haromika wakfini bifadllika ‘amman siwak.”
Artinya : "Ya Allah cukupkan aku dengan yang halal dari yang
haram, cukupilah aku dengan anugrah-Mu daripada selain-Mu."

Yang Menambah Usia


Perbuatan yang dapat menambah usia adalah: berbuat kebajikan
meninggalkan perbuatan yang menyakiti orang lain, menghormati
orang tua dan juga bersilaturrahim. Di samping itu, hendaknya tidak
menebang pepohonan yang masih hidup kecuali terpaksa, berwudhu
dengan sempurna, mendirikan shalat dengan takzim, membaca Al-
Qur'an antara haji dan umrah, serta menjaga kesehatan.
Selain itu, seorang penuntut ilmu harus mengetahui sebagian ilmu
kesehatan, dan mengambil berkah dari beberapa atsar mengenai
kesehatan. Hal ini sebagaimana dihimpun oleh Imam Abul Abbas
Al-Mustaghfiri dalam kitabnya yang berjudul "Thibbun Nabi", dan
buku ini mudah ditemukan bagi siapa saja yang mau mencarinya.

Chapter 7 @ilmiah14 | Ilmiah Notes Page 6

Anda mungkin juga menyukai