Anda di halaman 1dari 23

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
DEPARTEMEN TEKNIK GEOLOGI
PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

PRAKTIKUM GEOMORFOLOGI
ACARA 3: PROYEKSI TRIMETRI

LAPORAN

OLEH :
KIRENIA KARTIKA
D061191093

GOWA
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Geomorfologi merupakan ilmu yang mempelajari tentang bentuk

kenampakan muka bumi atau dapat juga dikatakan sebagai cabang ilmu yang

mempelajari bentang alam yang ada di bumi. Para ahli geomorfologi dapat

memahami sebuah bentang alam dengan cara menginterpretasi peta topografi.

Peta topografi menggambarkan keadaan permukaan bumi dengan

menampilkan garis kontur yang mewakili satu titik ketinggian. Dengan melihat

garis kontur ini kita dapat mengetahui ketinggian suatu wilayah atau daerah

tertentu. Kita juga dapat melihat perbedaan ketinggian suatu wilayah. Peta

topografi dapat umumnya digambarkan dalam bentuk dua dimensi. Namun, akan

lebih mudah melihat penggambaran suatu wilayah jika berbentuk tiga dimensi.

Salah satu cara untuk membuat peta tiga dimensi adalah dengan melakukan

proyeksi.

Proyeksi merupakan cara penggambaran suatu benda, titik, garis, bidang,

benda ataupun pandangan suatu benda terhadap suatu bidang gambar. Dengan

melakukan proyeksi kita bisa melihat sesuatu dengan bentuk 3 dimensi. Jenis

proyeksi yang digunakan salah satunya adalah proyeksi trimetri. Proyeksi trimetri

merupakan rekontruksi suatu wilayah dengan melakukan pendekatan terhadap

sumbu x,y, dan z. Proyeksi trimetri dapat dilakukan sesuai dengan prosedur yang

ada. Oleh karena itu dilakukanlah praktikum ini.


1.2 Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dari praktikum proyeksi trimetri ini adalah agar praktikan

dapat memproyeksikan peta topografi, sedangkan tujuan dari praktikum adalah :

1. Mampu melakukan interpretasi jenis bentang alam dari tampilan peta tiga

dimensi yang dibuat

2. Mengetahui manfaat peta tiga dimensi di bidang geologi

1.3 Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah :

1. Alat tulis

2. Kertas kalkir A3

3. Busur

4. Penggaris

5. Pensil warna

6. Pulpen mekanik 0.3 dan 0.5

7. Kertas grafik

8. Double tape

9. Peta A3

1.4 Prosedur Praktikum

Prosedur praktikum geomorfologi acara 3 proyeksi trimetri, sebagai

berikut :
1.4.1 Pendahuluan

Pada tahap pendahuluan, dilakukan asistensi acara III, yakni Proyeksi

trimetri . Pada saat asistensi acara, dijelaskan materi terkait materi praktikum dan

hal-hal yang terkait praktikum serta pemberian Tugas Pendahuluan (TP).

1.4.2 Praktikum

Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada kegiatan praktikum, yaitu :

a. Diawali dengan pengumpulan Tugas Pendahuluan (TP)

b. Melakukan respon tulis

c. Melakukan cek alat

d. Siapkan peta topografi yang akan diproyeksika serta alat dan bahan lainnya

e. Buat sayatan pada peta topografi lalu buatlah penampang dari sayatan

tersebut

f. Setelah itu lalu gabungkan penampang dengan membentuk bidang datar jajar

genjang dengan sudut lancipnya masing-masing sebesar 450

g. Gambarakan pada kertas grafik lalu hubungkan setiap titik ketinggian yang

sama , sehingga terbentuk garis kontur yang menghubungkan antar

penampang

h. Jiplak gambar di grafik ke kalkir dengan menggunkan bupen mekanik

i. Membuat laporan sementara dengan membuat sampul yang dihekterkan

dengan lampiran peta dan grafik penampang yang telah dibuat

j. Pengumpulan laporan sementara.


1.4.3 Analisis Data

Pada tahap ini, dilaksanakan pengelolaan data dari hasil praktikum.

1.4.4 Laporan

Dari hasil analisis data kemudian penyusunan laporan dan diasistensikan

kepada asisten yang bersangkutan. Apabila sudah diterima, maka laporan sudah

dapat dikumpulkan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Geologi

Geologi adalah suatu bidang Ilmu Pengetahuan Kebumian yang

mempelajari segala sesuatu mengenai planit Bumi beserta isinya yang pernah ada.

Merupakan kelompok ilmu yang membahas tentang sifat-sifat dan bahan-bahan

yang membentuk bumi, struktur, proses-proses yang bekerja baik didalam

maupun diatas permukaan bumi, kedudukannya di Alam Semesta serta sejarah

perkembangannya sejak bumi ini lahir di alam semesta hingga sekarang. Geologi

dapat digolongkan sebagai suatu ilmu pengetahuan yang komplek, mempunyai

pembahasan materi yang beraneka ragam namun juga merupakan suatu bidang

ilmu pengetahuan yang menarik untuk dipelajari. Ilmu ini mempelajari dari

benda-benda sekecil atom hingga ukuran benua, samudra, cekungan dan

rangkaian pegunungan.

Hampir semua kebutuhan kita sehari-hari diperoleh dari bumi mulai dari

perhiasan, perlengkapan rumah tangga, alat transportasi hingga ke bahan

energinya, seperti minyak dan gas bumi serta batubara. Dan hampir setiap bentuk

kegiatan manusia akan berhubungan dengan bumi, baik itu berupa pembangunan

teknik sipil seperti bendungan, jembatan, gedung-gedung bertingkat yang

dibangun diatas permukaan bumi, maupun untuk memenuhi kebutuhannya seperti

bahan-bahan tambang maupun energi seperti migas dan batubara, yang harus

digali dan diambil dari dalam bumi. Kaitannya yang sangat erat dengan bidang-
bidang kerekayasaan tersebut seperti Teknik Sipil, Pertambangan, Pengembangan

Wilayah dan Tata Kota serta Lingkungan, menyebabkan ilmu ini semakin banyak

dipelajari, tidak saja oleh mereka yang akan memperdalam bidang geologi sebagai

profesinya, tetapi juga bagi lainnya yang bidang profesinya mempunyai kaitan

yang erat dengan bumi.

Pada awalnya, orang tertarik untuk mempelajari geologi hanya karena

didorong oleh rasa keingin tahuan terhadap apa yang dilihat dan dirasakan

disekitarnya. Hal ini dapat dilihat dari kenyataan dengan tersiratnya konsep-

konsep terjadinya bumi di hampir semua budaya kuno dan dalam ajaran-ajaran

agamanya. Proses-proses alam yang menakjubkan, seperti meletusnya gunung-api

yang mengeluarkan bahan-bahan pijar dari dalam perut bumi, goncangan bumi

yang menghancurkan segala yang ada dimuka bumi dsb, telah mendorong orang-

orang untuk mencari jawabannya. peradaban dimana banyak benda-benda

kebutuhan manusia dibuat yang memerlukan bahan-bahan tambang seperti besi,

tembaga, emas dan perak, kemudian juga batubara dan minyak bumi sebagai

sumber energi, dan karena mereka ini harus diambil dari dalam bumi, maka Ilmu

Geologi kemudian berkembang sebagai ilmu terapan, yang dalam hal ini

berfungsi sebagai penuntun penting didalam eksplorasi. Disamping itu geologi di

jaman modern juga ternyata berkembang sebagai ilmu terapan didalam

pembangunan teknik sipil dan pengembangan wilayah. Perencanaan dan

pelaksanaan pembangunan terhadap bangunan-bangunan teknik sipil seperti

waduk, bendung, terowongan, jembatan, jalan dan sebagainya, memerlukan data

geologi, karena mereka ini harus dibangun diatas permukaan bumi.


Dengan semakin meningkatnya penghunian bumi yang diikuti dengan

penyediaan sarananya, maka lokasi hunian yang semula terletak didaerah-daerah

yang mudah dijangkau dan sederhana tatanan geologinya, sekarang sudah meluas

kewilayah-wilayah yang rumit dan memerlukan pengetahuan geologi yang lebih

lengkap dan teliti didalam pembangunannya. Air yang merupakan salah satu

unsur daripada bumi, menjadi kebutuhan kehidupan yang sangat vital baik untuk

rumah tangga, pertanian maupun sebagai energi pembangkit listrik yang harus

disediakan. Akhir-akhir ini masalah bencana akibat lingkungan mulai semakin

mencuat ke permukaan, baik yang disebabkan oleh proses alam itu sendiri

maupun yang disebabkan karena ulah manusia didalam membangun sarana dan

memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti penggalian-penggalian bahan tambang

dan bangunan, pengambilan air tanah, sumberdaya energi seperti batubara dan

minyak-bumi dan sebagainya yang dilakukan tanpa dilandasi oleh perhitungan

keadaan geologi setempat. Pengetahuan geologi dalam hal ini menjadi penting

didalam upaya untuk mencegah dan menanggulangi terjadinya bencana

lingkungan.

Karena luasnya cakupan ilmu geologi, maka dalam buku ini akan dibahas

tentang pengetahuan dasar ilmu geologi, termasuk didalamnya adalah uraian

tentang pengertian ilmu geologi, arti waktu dalam geologi serta konsep-konsep

dan hukum-hukum dalam ilmu geologi. Disamping itu dalam buku ini dibahas

juga tentang sejarah ilmu geologi dan kedudukannya didalam Alam Semesta dan

Tata Surya, bahan-bahan yang membentuk bumi serta proses-proses yang bekerja

diatas permukaan yang bertanggungjawab terhadap perubahan-perubahan pada


rupa (wajah) permukaan Bumi, pengenalan mengenai mineral dan batuan sebagai

bagian yang menyusun kerak bumi, pengetahuan tentang pengindraan jauh dalam

ilmu geologi, geologi struktur, stratigrafi, paleontologi, sejarah geologi,

paleogeografi bumi, dan peta geologi.

Sebagai landasan prinsip untuk dapat mempelajari ilmu geologi adalah

bahwasanya kita harus menganggap bumi ini sebagai suatu benda yang secara

dinamis berubah sepanjang masa, setiap saat dan setiap detik. Dalam gambaran

seperti itu maka salah satu segi yang khas dalam geologi dibandingkan dengan

ilmu-ilmu lainnya adalah yang menyangkut masalah waktu. Salah satu pertanyaan

yang timbul yang berhubungan dengan masalah waktu itu, adalah: Apakah

kejadiankejadian seperti proses-proses alam yang dapat kita amati sekarang ini,

seperti mengalirnya air di permukaan, gelombang yang memecah di pantai, sungai

yang mengalir sambil mengikis dan mengendapkan bebannya dll, juga

berlangsung dimasa-masa lampau selama bumi ini berkembang? Pertanyaan

tersebut kemudian dijawab oleh James Hutton, seorang ilmuwan alam, yang oleh

banyak ilmuwan-ilmuwan dianggap sebagai bapak dari ilmu geologi modern,

yang pada tahun 1785 untuk pertama kalinya mengeluarkan suatu pernyataan

yang sekarang ini dikenal sebagai “Doctrine of unifornitarianism”.

Pencetus geologi modern ini yang kemudian dikenal sebagai .Huttonian

revolution., mengemukakan pemikiran-pemikirannya sebagai berikut: (1)

Bahwasanya proses-proses alam yang sekarang ini menyebabkan perubahan pada

permukaan bumi, juga telah bekerja sepanjang umur dari bumi ini. Dengan

perkataan lain, apa yang kita lihat, kita amati yang terjadi di bumi sekarang ini,
juga berlangsung dimasa lampau. (2) Ia juga mengamati bahwa proses-proses

tersebut yang walaupun bekerja sangat lambat, tetapi pada akhirnya mampu

menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan yang sangat besar pada bumi. Ini

berarti bahwa untuk itu diperlukan waktu yang sangat lama; yang kemudian

disimpulkan bahwa umur bumi ini sangat tua. (3) Bahwa bumi ini sangat dinamis,

yang berarti mengalami perubahan-perubahan yang terusmenerus mengikuti suatu

pola daur (siklus) yang berulang-ulang.

Hutton, yang berkebangsaan Skotlandia ini hidup antara tahun 1726 dan

1797. Pada jaman itu tentu saja tidak semua ilmuwan dapat menerima

pemikirannya yang begitu maju pada saat itu. Diantaranya adalah sekelompok

ilmuwan yang meyakini adanya kejadian-kejadian yang bersifat malapetaka,

seperti cerita Nabi Nuh, yang menyebutkan terjadinya peristiwa penenggelaman

daratan yang tiba-tiba. Kelompok ini dikenal sebagai penganut katastropisma,

yaitu yang mempercayai adanya peristiwa-peristiwa yang tiba-tiba yang berupa

malapetaka yang menghancurkan. Artinya kejadian-kejadian di bumi ini tidak

berlangsung secara perlahan dan menerus, tetapi berubah secara tiba-tiba melalui

penghancuran yang berlangsung sangat cepat.

Pola pemikiran ini didasarkan kepada kejadian-kejadian seperti

meletusnya gunungapi yang merupakan malapetaka yang berlangsung dalam

sekejap dan tiba-tiba; kemudian gempa bumi, tanah longsor dsb. Dalam gambaran

pikiran mereka, bentuk-bentuk bentang alam seperti gununggunung yang

menjulang tinggi, dianggapnya sebagai hasil dari suatu peristiwa yang bersifat

mendadak dan berlangsung relatif cepat. Hutton menganggap bahwa kejadian-


kejadian itu hanya sebagai bagian kecil saja dari proses uniformitarianism.

Penerapan yang nyata dari doktrin ini umpamanya adalah: sisa-sisa atau jejak-

jejak binatang seperti koral, cangkang kerang dan lainnya yang kita jumpai

sekarang didalam batuan dipegunungan-pegunungan yang tinggi (atau didaratan),

dapat ditafsirkan sebagai bukti bahwasanya daerah tersebut pernah mengalami

suatu genang laut, atau merupakan dasar lautan, mengingat binatang-binatang

yang terdapat dalam batuan itu serupa dengan yang kini dijumpai sebagai

penghuni lautan. Jadi disinilah arti dari “the present is the key to the past”

Gelombang yang memecah dipantai serta air yang mengalir di sungai di

permukaan bumi, kemudian mengendapkan bahan-bahannya di muara seperti

bongkah, kerikil, pasir dan lempung, kemudian lava leleh-pijar yang keluar dan

mengalir dari kepundan gunungapi dan kemudian mendingin serta membeku

membentuk batuan, merupakan jejak-jejak dan bukti-bukti untuk mengungkapkan

bagaimana proses-proses itu bekerja. Rekaman-rekaman kejadian seperti itu

kadang-kadang dapat dilihat dengan begitu jelas sehingga kita akan mampu

membaca dan kemudian menafsirkannya bagaimana proses itu berlangsung

meskipun kejadiannya telah berlalu beberapa juta tahun yang silam.

Masalah yang dihadapi dalam menerapkan prinsip-prinsip tersebut untuk

menafsirkan kejadian-kejadian dimasa lampau, adalah banyaknya bukti-bukti

yang tidak lengkap yang telah terhapus oleh pengikisan-pengikisan, atau tertutup

oleh endapan-endapan yang terjadi kemudian. Meskipun demikian, dengan tetap

berpegang pada prinsip tersebut diatas, para ilmuwan kebumian masih tetap

mampu untuk menafsirkan proses-proses yang pernah berlangsung serta mampu


menemukan minyak bumi yang proses pembentukannya telah berlangsung

beberapa juta tahun yang silam, bahkan meramalkan gejala-gejala alam yang

mungkin terjadi, sehingga dengan demikian dapat dicegah terjadinya kerusakan-

kerusakan yang lebih hebat sebagai akibat dari gerak-tanah, gempa bumi, letusan

gunung-berapi dan sebagainya. Kesemuanya ini menyebabkan ilmu geologi

semakin menarik untuk dipelajari dan dalam beberapa kasus bahkan

menjadikannya sebagai sesuatu keharusan untuk diketahui.( Noor, 2012)

2.2 Geomorfologi

Geomorfologi adalah merupakan salah satu bagian dari geografi. Di mana

geomorfologi yang merupakan cabang dari ilmu geografi, mempelajari tentang

bentuk muka bumi, yang meliputi pandangan luas sebagai cakupan satu

kenampakan sebagai bentang alam (landscape) sampai pada satuan terkecil

sebagai bentuk lahan (landform). Bentuk lahan terdiri dari sistem Pegunungan,

Perbukitan, Vulkanik, Karst, Alluvial, Dataran sampai Marine terbentuk oleh

pengaruh batuan penyusunnya yang ada di bawah lapisan permukaan bumi.

Pengamatan dan identifikasi bentuk lahan seperti dilakukan langsung di lapangan

dengan melakukan field trip atau dapat juga dilakukan dengan interprestasi foto

udara atau dengan Analisis Citra Satelit (ACS).

Pengindraan jauh sebagai alat bantu untuk memantau atau mengamati objek

muka biumi tanpa ada sentuhan secara langsung, anatara lain berupa foto udara

atau citra satelit. Bentang lahan akan mudah diidentifikasi dengan pandangan

jarak jauh atau kalau menggunakan foto udara atau citra satelit menggunakan

skala gambar kecil. Sebaliknya untuk bentang lahan mudah diamati dari jarak
dekat atau dengan foto udara atau citra satelit dengan skala lebih besar. Dengan

pengamatan dan analisis bentuk lahan dari foto udara akan diperoleh informasi

biofisik lainnya baik yang bersifat sebagai parameter tetap (landform, rock, soil,

slope) maupun parameter berubah (erosion, terrace, land use). Dengan melakukan

fieldtrip akan semakin dikenal betul macam bentuk lahan dilapangan, sehingga

mudah untuk mengingatnya kembali jika pernah melihat secara langsung dan

sebagai bekal memori pada saat melakukan interpretasi foto udara (IFU). Bentuk

lahan walupun mudah diamati dengan foto udara tapi perlu dilakukan pendekatan

dengan melakukan mendatangi langsung ke lapangan dalam bentuk kunjungan

lapangan (field trip). Hal tersebut dimaksudkan untuk lebih memastikan unsur

pembentuk landform tersiri dari komposisi atau susunan batuan apa saja.

Disamping itu dengan survei lapangna akan diperoleh beberapa kunci interpretasi

foto udara (IFU) dari hasil kunjungan lapangan pada berbagai bentuk lahan yang

berbeda. Sehingga dengan kunci IFU akan diperoleh analisis bentuk lahan yang

lebih lengkap yang merupakan satu komponen penyusun bentang lahan.

Bentuk muka bumi yang kompleks telah menjadi suatu pokok bahasan

tersendiri khususnya dalam usaha pemanfaatannya. Dalam hal ini setiap bentukan

lahan mempunyai kapasitas berbeda dalam mendukung suatu usaha pemanfaatan

yang tentunya mengarah untuk tepat guna. Sehingga dengan tujuan sama yaitu

bermaksud menyederhanakan bentuk lahan permukaan bumi yang kompleks ini,

maka pemahaman mengenai ilmu geomorfologi yang mempelajari bentukan-

bentukan lahan menjadi sangat penting. Penyederhanaan muka bumi yang

kompleks ini membentuk suatu unit-unit yang mempunyai kesamaan dalam sifat
dan perwatakannya. Kesatuan sifat ini meliputi kesamaan struktur geologis atau

geomorfologis sebagai asal pembentukannya, proses geomorfologis sebagai

pemberi informasi bagaimana lahan terbentuk, dan kesan topografis yang akan

memberikan informasi tentang konfigurasi permukaan lahan. Dengan adanya

informasi tersebut perencanaan penggunaan lahan secara tepat akan dapat lebih

terwujud. (Yudis Bayu, 2012)

2.3 Peta Topografi

Berasal dari bahasa yunani, topos yang berarti tempat dan graphi yang berarti

menggambar.Peta topografi memetakan tempat-tempat dipermukaan bumi yang

berketinggian sama daripermukaan laut menjadi bentuk garis-garis kontur, dengan

satu garis kontur mewakili satuketinggian. Peta topografi mengacu pada semua

ciri-ciri permukaan bumi yang dapatdiidentifikasi, apakah alamiah atau buatan,

yang dapat ditentukan pada posisi tertentu. Olehsebab itu, dua unsur utama

topografi adalah ukuran relief (berdasarkan variasi elevasi axis)dan ukuran

planimetrik (ukuran permukaan bidang datar). Peta topografi menyediakan

datayang diperlukan tentang sudut kemiringan, elevasi, daerah aliran sungai,

vegetasi secaraumum dan pola urbanisasi. Peta topografi juga menggambarkan

sebanyak mungkin ciri-ciripermukaan suatu kawasan tertentu dalam batas-batas

skala. Peta topografi dapat juga diartikan sebagai peta yang menggambarkan

kenampakan alam (asli) dan kenampakan buatan manusia, diperlihatkan pada

posisi yang benar. Selain itu petatopografi dapat diartikan peta yang menyajikan

informasi spasial dari unsur-unsur pada mukabumi dan dibawah bumi meliputi,

batas administrasi, vegetasi dan unsur-unsur buatan manusia. Peta topografi


mempunyai garisan lintang dan garisan bujur dan titik pertemuannya

menghasilkan koordinat. Koordinat ialah titik persilangan antara garisan lintang

dan bujur. (Romadecade, 2005)

Gambar 2.1 Peta Topografi

2.4 Komponen Peta Topografi

Peta topografi adalah peta yang sering kali digunakan terutama dalam

lembaga tertentu. Seperti halnya peta jenis lainnya, peta fotografi juga memiliki

komponen-komponen tersendiri. Berikut ini beberapa komponen peta topografi

yang bisa Anda simak :

1. Judul Peta.

Judul peta ini diambil dari bagian terbesar wilayah dan tercantum dalam satu

lembar peta. Letak judul terdapat di bagian atas peta. Namun, untuk peta buatan

badan koordinasi survai dan pemetaan, judul peta berada di samping.

2. Legenda Peta

Legenda peta adalah penjelasan dari simbol-simbol yang ada dalam peta.

Bagian ini merupakan komponen yang sangat penting dan vital. Karena tanpa
legenda, kita akan buta dalam membaca peta. Kita akan mudah dalam

menemukan objek dengan menyesuaikan simbol dengan legendanya.

3. Skala Peta

Hampir semua jenis peta memiliki skala. Skala peta ini menunjukkan ukuran

pada lembar peta dengan ukuran sebenarnya. Skala peta terdapa dua jenis yaitu

skala garis dan skala angka. Namun, pada peta topografi biasanya mencantumkan

keduanya. Rumus perhitungan sakala : jarak sebenarnya = jarak di peta x skala.

Sebagai contoh, skala peta 1:25000, maka cara mebacanya yaitu dalam 1 cm

dalam peta adalah 25000 cm atau 25 km di medan sebenarnya.

4. Garis Koordinat

Jika kalian membaca peta topgrafi, kalian akan melihat jaring-jaring dalam

peta yang terdiri dari garis vertikal dan horisonal. Garis-garis inilah yang disebut

garis koordinat. Kegunaan dari garis tersebut adalah sebagai batas perhitungan

koordinat.Koordinat pada peta terdapat 2 macam yaitu koordinat geografis dan

koordinat grid. Koordinat geografis adalah koordinat dari jaring-jaring bumi yang

terdiri dari garis lintang (horizontal) dan garis bujur (vertikal). Penulisannya yaitu

dengan koorditan geografis, derajat, menit dan detik. Misalnya, 940 15’ 114,4”.

Pada koordinat geografis biasanya disertakan pula “L” untuk Lintang dan “B”

untuk Bujur. Sedangkan koordinat grid merupakan jaring-jaring koordinat lokal

yang digunakan untuk acuan pengkoordinatan pada peta. Biasanya disebutkan

dengan angka dan dikenal dengan koordinat 8 angkat atau 12 angka.

5. Garis Ketinggian / Garis Kontur


Seperti yang sudah kita tahu bahwa peta topografi menggunakan garis

kontur untuk mengetahui ketinggian yang sama pada peta. Garis ini menyerupai

sidik jari. Garis kontur tidak akan pernah saling memotong namun bisa

bersinggungan. Untuk lokasi yang rendah akan melingkari lokasi yang lebih

tinggi. Atau dengan kata lain garis di bagian dalam adalah lebih tinggi

dibandingkan garis bagian luar. Garis kontur dengan pola huruf “V” atau runcing

berarti jurang atau sungai. Garis kontur “U” atau melengkung menunjukkkan

pegunungan dan pola “O” menunjukkan puncak atau kawah.

6. Tahun Pembuatan Peta

Tahun pembuatan adala keterangan yang menunjukkan tahun terakhir peta

diperbaharui. Hal ini sangatlah penting mengingat kondisi permukaan bumi dapat

berubah kapanpun.

7. Deklinasi

Deklinasi merupakan garis keterangan yang menunjukkan beda utara peta

dengan utara magnetik (utara kompas). Perbedaan ini dikarenakan posisi utara

bumi yang kita tempati. Utara bumi kita ditunjukkan oleh kutub utara, namun

sumbu utara magnet berada di sebuah kepulauan dekat dataran Green Land. Dan

setiap tahun akan mengalami pergeseran rata-rata 0.02 detik ke timur atau ke

barat. Sehingga utara sesungguhnya dapat ditentukan dengan mengkonversi

anatara utara magnetik dengan utara peta. Deklinasi direvisi setiap 5 tahun sekali

dan akan dicantumkan di setiap lembar peta. (Romadecade, 205)

2.5 Jenis-Jenis Peta

Jenis-jenis peta berdasarkan bentuknya, antara lain:


1. Peta datar atau peta dua dimensi

Peta yang berbentuk datar peta yang berbentuk datar dan pembuatannya pada

bidang datar. Peta ini digambarkan menggunakan perbedaan warna atau simbol

dan lainnya.

Gambar 2.2 Peta Dua Dimensi

2. Peta timbul atau peta tiga dimensi

Peta yang dibuat hampir sama dan bahkan sama dengan keadaan sebenarnya

di muka bumi. Pembuatan peta timbul dengan menggunakan bayangan 3 dimensi

sehingga bentuk-bentuk muka bumi tampak seperti aslinya.

Gambar 2.3 Peta Tiga Dimensi


3. Peta digital

Peta digital merupakan peta hasil pengolahan data digital yang tersimpan

dalam komputer. Peta ini dapat disimpan dalam disket atau CD-ROM.

Contohnya seperti citra satelit dan foto udara

Gambar 2.4 Peta Digital

4. Peta garis

Peta yang menyajikan data alam dan ketampakan buatan manusia dalam

bentuk titik, garis, dan luasan. (Romadecade, 2005)

Gambar 2.5 Peta Garis


2.6 Proyeksi Trimetri

Peta adalah lembaran seluruh atau sebagian permukaan bumi pada bidang

datar yang diperkecil dengan menggunakan skala tertentu. Sebuah peta adalah

representasi dua dimensi dari suatu ruang tiga dimensi ilmu yang mempelajari

pembuatan peta disebut kartografi. Banyak peta mempunyai skala, yang

menentukan seberapa besar objek pada peta dalam keadaan yang sebenarnya. Peta

mempunyai beberapa fungsi di berbagai bidang antara lain, menunjukkan posisi

relatif Letak suatu tempat dalam hubungannya dengan tempat lain di permukaan

bumi dengan membaca peta kita dapat mengetahui lokasi relatif suatu wilayah

yang kita lihat. Memperlihatkan atau menggambarkan bentuk bentuk permukaan

bumi misalnya bentuk benua atau gunung sehingga dimensi dapat terlihat dalam

tetap terus. Menyajikan data tentang potensi suatu daerah misalnya potensi rawan

banjir, potensi kekeringan, potensi air potensi ikan, dan memperlihatkan ukuran

karena melalui peta dapat diukur luas daerah dan jarak jarak di atas permukaan

bumi jarak sebenarnya dua lokasi dapat dihitung dengan membandingkan skala

peta. Peta berdasarkan bentuk atau simetrinya antara lain, Peta datar atau peta dua

dimensi atau peta biasa peta biasa yaitu peta yang membentuk datar dan

pembuatannya pada bidang datar seperti kain ini digambarkan menggunakan

perbedaan warna atau simbol dan lainnya. Peta timbul atau Peta tiga dimensi yaitu

peta dibuat hampir sama dan bahkan sama dengan keadaan sebenarnya di

permukaan bumi pembuatan peta timbul dengan menggunakan bayangan tiga

dimensi sehingga bentuk-bentuk muka bumi tampak seperti aslinya. Peta digital

merupakan hasil pengolahan data digital yang ter simpan dalam komputer serta ini
dapat disimpan dalam disket atau CD-ROM, contohnya satelit, dan foto. Udara

yaitu peta yang menyajikan data alam dan ketampakan buatan manusia dalam

bentuk titik garis dan luasan foto yaitu peta yang dihasilkan dari mozaik foto

udara yang dilengkapi dengan garis kontur nama dan legenda. Proyeksi adalah

gambar dari benda nyata atau khayalan yang dilukiskan menurut garis-garis

pandangan pengamat pada suatu bidang datar atau bidang gambar proyeksi juga

berfungsi untuk menyatakan wujud benda dalam bentuk gambar yang diperlukan

macam-macam proyeksi yaitu, proyeksi ortogonal proyeksi ortogonal adalah

proyeksi suatu titik garis bidang dan benda terhadap suatu bidang proyektor yang

tegak lurus terhadap bidang proyektornya, proyeksi piktorial proyeksi piktorial

adalah cara menyajikan suatu gambar 3 dimensi terhadap bidang dua dimensi

proyeksi aksonometri, aksonometri adalah sebuah sebutan umum untuk

pandangan yang dihasilkan oleh garis-garis proyeksi suatu benda dalam

penggambaran dingin garis garis proyeksi ditarik tegak lurus terhadap bidang

proyeksi. (Asisten Geomorfologi, 2020)


BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Setelah dilakukannya praktikum analisis kemiringan lereng, adapun

kesimpulan yang didapat sebagai berikut :

1. Berdasarkan proyeksi peta topografi yang dibuat, dapat diinterpretasikan

bentang alam berupa sungai besar, sungai kesil, dan bukit. Bentang alam bukit

menempati sekitar 20% dari daerah yang dipetakan. Pola aliran sungai yang

berkembang adalah pola sungai dendritic.

2. Manfaat peta tiga dimensi di bidang geologi selain dapat menggambarkan

bentuk-bentuk permukaan bumi, juga bisa menjadi acuan untuk mitigasi

bencana maupun untuk bidang konstruksi.

4.2 Saran

Adapun saran untuk praktikum kali ini antara lain :

4.2.1 Saran untuk Laboratorium

1. Mengumpulkan laporan pada hari praktikum selanjutnya

2. Menyediakan buku penuntun lebih awal

3. Menyediakan lembaran asistensi lebih awal

4.2.2 Saran untuk Asisten

1. Menambah waktu pengerjaan respon

2. Menambah waktu lebih lama pada saat praktikum


DAFTAR PUSTAKA

Noor, Djauhari.2012. Pengantar Geologi. Bogor: Universitas Pakuan

Romadecade, 2005. Peta Topografi. https://www.romadecade.org. Diakses pada 5


Maret 2020 pukul 19.56 WITA

Romadecade, 2005. Komponen Peta Topografi. https://www.romadecade.org.


Diakses pada 5 Maret 2020 pukul 20.08 WITA

Tim Asisten, 2020. Penuntun Praktikum Geomorfologi. Gowa : Universitas


Hasanuddin
Yudis Bayu, 2012. Geomorfologi. https://geologidokterbumi.wordpress.com.
Diakses pada 7 Maret pukul 20.12 WITA

Anda mungkin juga menyukai