Anda di halaman 1dari 8

MEDIASI MENURUT PERATURAN MAHKAMAH AGUNG

REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG


PROSEDUR MEDIASI DI PENGADILAN

Abdul Rokhim
Dosen Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda
Jalan Ir. H. Juanda No.80 PO BoX 1052 Samarinda
email: dr.abd.rokhim@gmail.com

Abstract

Regulation Of Appellate Court (PERMA) No.01 Year 2008 containing comand to execute mediasi to
each;every civil dispute before the case in checking by Ceremony Judge. Mediasi represent negotiation
process trouble-shooting of the parties which is have dispute to which in assisting by a mediator. function
of Mediator to assist them in finishing problems among them by way of accommodating importance
among both parties even though result of agreement of the parties which in assisting by mediator have
the character of final and fasten the parties, to be target of Appellate Court to create Ground jurisdiction
quickly is, simple, and light expense have fufilled.

Keywords : Mediator, The Parties.

Abstrak

Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) No.01 Tahun 2008 berisi perintah untuk melaksanakan mediasi
terhadap setiap perkara perdata sebelum perkara tersebut di periksa oleh Majelis Hakim. Mediasi
merupakan proses negosiasi pemecahan masalah para pihak yang bersengketa yang di bantu oleh
seorang mediator. Fungsi mediator untuk membantu mereka dalam menyelesaikan persoalan-
persoalan di antara mereka dengan jalan mengakomodasi kepentingan diantara kedua belah pihak
walaupun demikian hasil kesepakatan para pihak yang di bantu oleh mediator bersifat final dan
mengikat para pihak, agar tujuan Mahkamah Agung untuk menciptakan Asas peradilan cepat,
sederhana, dan biaya ringan telah terpenuhi.

Kata kunci : Mediator, Para Pihak.


A. Pendahuluan
Mahkamah Agung, mengeluarkan Peraturan tradisional, masyarakat modern bahkan masyarakat
Mahkamah Agung ( PERMA ) No. 1 tahun 2008 yang pasca modern yang mempunyai kaitan dengan
mewajibkan untuk di laksanaknya mediasi dalam hukum yang berlaku dalam masyarakat yang
perkara perdata adalah merupakan bentuk bersangkutan atau lebih tepatnya dengan hukum
pelaksanaan dari UU No. 48 tahun 2008 tentang sebagaimana banyak mendapat perhatian dari para
kekuasaan kehakiman di mana didalam pasal 4 ( 2 ) pengkaji “Hukum dan Masyarakat” (Law and
telah di tegaskan bahwa pengadilan membatu para Society), Antropologi Hukum (Legal Anthropology),
pencari keadilan serta berusaha untuk mengatasi dan Hukum Bisnis (Business Law)1
hambatan dan rintangan dalam proses berperkara Penyelesaian sengketa melalui jalur hukum
demi tercapainya asas peradilan yang sederhana adalah merupakan suatu bentuk penyelesaian yang
cepat, biaya ringan. paling akhir, dan proses penyelesaian berperkara
Sengketa dalam penyelesaian suatu perkara juga sangat panjang serta biaya sangat mahal. Serta
merupakan suatu hal yang sering kita jumpai pada tidak jarang kita temui di tengah-tengah masyarakat.
setiap masyarakat di dunia khususnya di Indonesia, Suatu putusan yang telah akan tetapi pada
baik pada masyarakat yang masih bercorak kenyataanya putusan yang dihasilkan oleh
1
Sholahuddin Harahap, Syiar Hukum, www.hukum unisba.ac.id. Diakses pada tanggal 25 Juli 2013.

322
MMH, Jilid 43 No. 3 Juli 2014

pengadilan tidak selalu memberi rasa keadilan dan Surat edaran Mahkamah Agung (SEMA) No.01
kepastian hukum bagi para pencari keadilan, Tahun 2002 dan Peraturan Mahkama Agung No. 02
banyak kita temui suatu putusan yang telah tahun 2003 namun hal tersebut di anggap belum
berkekuatan hukum tetap (inkracht). namun putusan cukup efektif, sehingga untuk lebih mengefektifkan /
tersebut eksekusinya tidak dapat dilaksanakan mengoptimalkan lembaga mediasi. Mahkamah
dikarenakan berbagai macam kendala. Mulai dari Agung mengeluarkan Peraturan Mahkamah Agung
obyeknya yang tidak jelas, atau obyeknya tidak (PERMA) No.01 Tahun 2008 tentang Prosedur
ditemukan sampai dengan obyek sengketa sudah Mediasi di Pengadilan berlaku secara efektif pada
berpindah tangan kepihak ketiga. Sehingga dengan tanggal 13 Juli 2008.
demikian sering muncul masalah baru terhadap Inti dari Peraturan Mahkamah Agung (PERMA)
obyek tersebut. No.01 Tahun 2008 adalah mewajibkan setiap
Melihat kondisi yang demikian itu Mahkamah perkara perdata sebelum di periksa pokok
Agung, sebagai benteng terakhir untuk menegakan perkaranya oleh Majelis Hakim yang memeriksa dan
keadilan di Negara republik Indonesia, berupaya mengadili perkara tersebut, maka Hakim yang
sangat keras untuk mencari jalan keluar dalam memeriksa dan mengadili perkara tersebut Wajib
rangka untuk menciptakan asas peradilan yang untuk melaksanakan mediasi terlebih dulu dengan di
cepat sederhana dan biaya ringan serta untuk bantu oleh pihak ketiga yang di sebut dengan
mengurangi perkara yang masuk ke Mahkamah Mediator dan jika Majelis hakim lalai tidak
Agung. Maka pada akhirnya Mahkamah Agung melaksanakan mediasi, maka bisa berakibat fatal
memberikan terobosan yang cukup yakni perkara yang telah di putus tanpa dilakukan
menggembirakan bagi para pencari keadilan yakni suatu mediasi batal demi hukum.
dengan mengeluarkan keputusan Peraturan Pasal 1 ayat 7 telah menegaskan bahwa
Mahkamah Agung No. 01 Tahun 2008 tentang Mediasi adalah merupakan bentuk cara
Mediasi. Dalam tulisan ini penulis hanya membahas penyelesaian sengketa melalui proses perundingan
mengenai bagaimana esensi mediasi dalam proses untuk memperoleh kesepakatan para pihak dengan
perkara di peradilan menurut PERMA N0. 1 Tahun di bantu oleh mediator. Jika kita perhatikan dalam
2008. pasal 1 ayat 7 tersebut di atas, maka dapat kita tarik
suatu kesimpulan bahwa mediasi adalah
B. Pembahasan merupakan pilihan kesepakatan antar kedua belah
1. Mediasi Sebagai upaya menciptakan Asas pihak yang bantu oleh pihak ketiga ( mediator )
Peradilan Cepat, Sederhana, dan Biaya dengan tujuan untuk mengakhiri sengketa.
Ringan
Pada tahun 2002 Mahkamah Agung Republik 2. Mediasi merupakan alternatif penyelesaian
Indonesia (MARI) telah mengeluarkan Surat Edaran perkara perdata
Mahkamah Agung (SEMA) Nomor 01 Tahun 2002 Ungkapan informal procedur and can be put in
tentang pemberdayaan pengadilan tingkat pertama motion quickly sudah menjadi tren atau
dalam rangka pelaksanaan perdamaian antara kecenderungan dunia sekarang dalam hal
kedua belah pihak yang sedang berperkara. Akan penyelesaian sengketa. Ungkapan ini lahir sebagai
tetapi (SEMA) No.01 Tahun 2002 masih kurang koreksi atas lambatnya penyelesaian sengketa
efektif, sehingga Mahkamah Agung Republik dalam litigasi (Pengadilan). Sistem peradilan yang
Indonesia (MA RI) mengeluarkan Peraturan ada tidak mampu memperkecil apalagi
Mahkamah Agung (PERMA) No. 02 Tahun 2003 menghilangkan penggunaan upaya hukum yang
tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan. Peraturan semata-mata diselimuti itikad buruk, serta sangat
Mahkamah Agung ( PERMA ) No. 02 Tahun 2003, potensial memperlambat penyelesaian sengketa.2
adalah merupakan bentuk penyempurnaan SEMA Selain hal tersebut pada tingkat kepercayaan sosial
No.1 Tahun 2002. yang rendah terhadap reputasi Hakim dan
Walaupun Mahkamah Agung telah mengeluarkan Pengadilan, Oleh sebab itu dalam hal ini peran
2
M. Yahya Harahap, 1997, Beberapa Tinjauan Mengenai Sistem Peradilan Dan Penyelesaian Sengketa, Bandung, Citra Aditya Bakti, hlm. 115.

323
Abdul Rokhim, Mediasi Menurut Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mediasi sangat penting karena merupakan salah ditarik kesimpulan bahwa pengertian mediasi
satu alat penangkal dan Alternative Dispute mengandung unsur-unsur sebagai berikut6:
Resolution (ADR) atau pilihan bagi pihak-pihak 1) Mediasi adalah sebuah proses penyelesaian
berperkara, karena penyelesaian cara mediasi di sengketa berdasarkan perundingan.
tentukan oleh kedua belah pihak bukan ditentukan 2) Mediator terlibat dan diterima oleh p[ara pihak
oleh Hakim.3 yang bersengketa di dalam perundingan.
Mediasi merupakan suatu proses damai dimana 3) Mediator bertugas membantu para pihak yang
para pihak yang bersengketa menyerahkan bersengketa untuk mencari penyelesaian.
penyelesaiannya kepada seorang mediator 4) Mediator tidak mempunyai kewenangan
(Seseorang yang mengatur pertemuan antara dua membuat keputusan selama perundingan
pihak atau lebih yang bersengketa) untuk mencapai berlangsung.
hasil akhir yang adil, tanpa membuang biaya yang 5) Tujuan mediasi adalah untuk mencapai atau
terlalu besar, akan tetapi tetap efektif dan diterima menghasilkan kesepakatan yang dapat diterima
sepenuhnya oleh kedua belah pihak yang pihak-pihak yang bersengketa guna mengakhiri
bersengketa secara sukarela. sengketa
Sesungguhnya yang dimaksud dengan acara Demikian juga menurut I Made Sukadana,
mediasi adalah “beyond the law”, yakni menggeser bahwa mediasi merupakan suatu proses damai
hukum dengan mencari “apa tujuan atau yaitu para pihak yang bersengketa
kepentingan” para pihak. Jadi dalam mediasi menyerahkan penyelesaiannya kepada
bagaimana kepentingan para pihak bisa seorang mediator untuk mencapai hasil yang
terakomodasikan. Agar kepentingan para pihak bisa adil dengan tata cara yang berdasarkan “Itikad
terakomodasikan, maka perundingan berdasarkan baik”. 7 Adapun bagi para pihak yang
kepentingan dimulai dengan mengembangkan dan bersengketa di harapkan menyampaikan saran-
menjaga hubungan baik para pihak. saran melalui mediator karena para pihak
Mediasi adalah proses negosiasi pemecahan sendiri tidak mampu melakukannya, namun
masalah dimana pihak luar yang tidak memihak para pihak tidak dapat diikat sampai mereka
(impartial) dan netral bekerja dengan pihak yang sendiri menyetujui syarat-syarat
bersengketa untuk membantu mereka memperoleh perdamaiannya.
kesepakatan dengan memutuskan.4 Sedangkan Penyelesaian sengketa melalui sistem mediasi
menurut Mas Ahmad Santosa dan Anton L.P. pada akhir-akhir ini banyak diperbincangkan oleh
Hutapea, mediasi adalah negosiasi yang dihadiri orang yang ingin menyelesaikan sengketanya
oleh pihak ketiga netral yang tidak memiliki dengan cepat. Hal ini disebabkan alasaan-alasan
kewenangan untuk memutuskan. Pihak ketiga yang berikut ini.8
disebut sebagai mediator berfungsi untuk a. Proses penyelesaian sengketa relatif cepat
membantu para pihak yang berselisih untuk (quick).
menyediakan fasilitas bagi pihak-pihak di dalam Proses penyelesaian sengketa pada umumnya
negosiasi untuk mencapai kesepakatan. rata-rata dapat diwujudkan dalam satu atau dua
Penunjukkan pihak ketiga sebagai mediator ini bulan. Hanya dibutuhkan dua kali atau paling
dapat terjadi karena: banyak tiga kali pertemuan. Pertemuan di antara
a. Kehendak sendiri (mencalonkan diri); para pihak sudah dapat dikopromikan tentang
b. Ditunjuk oleh penguasa (misalnya wakil dari cara penyelesaiannya.
para pihak yang bersengketa) b. Biaya Murah (inexpensive).
c. Diminta oleh kedua belah pihak. Pada umumnya, biaya murah mediasi murah,
Suyud Margono menyatakan dalam berbagai dan tidak mahal karena dapat diselesaikan
kepustakaan setidak-tidaknya ditemukan sepuluh dalam waktu yang singkat. hal ini dikarenakan
definisi tentang mediasi yuang dirumuskan para mediator hanya terlibat dalam memberikan
penulis. Dari rumusan-rumusan tersebut dapat nasihat.
3
Pengadilan Negeri Bandung, 2008, Penyelesaian Sengketa Melalui Mediasi di Pengadilan Negeri Bandung, Bandung, Sekretariat Pengadilan Negeri/Hub Industrial,
hlm. 7-8.
4
Agnes M. Toar, dkk, 1995, Seri Dasar Hukum Ekonomi 2 Arbitrase di Indonesia. Jakarta, Ghalia Indonesia, hlm. 11.
5
Mas Ahmad Santosa dan Anton L.P. Hutapea, 1992, Mendayagunakan Mekanisme Alternatif penyelesaian Sengketa Lingkungan (MAPS) di Indonesia.,Jakarta,
USAID dan WALHI, hlm. 3.
6
Suyud Margono, 2000, ADR (Alternatif Dispute Resolution and Arbitrase) Proses Pelembagaan dan Aspek Hukum, Jakarta, Ghalia Indonesia, hlm. 59.
7
I Made Sukadana, 2012, Mediasi Peradilan, Jakarta Pustaka Prestasi,hlm, 188.
8
M. Yahya Harahap, 1995, Mencari Sistem Alternatif Penyelesaian Sengketa, Varia Peradilan, No. 21, hlm. 116-117.

324
MMH, Jilid 43 No. 3 Juli 2014

c. Bersifat rahasia (Confindental).


Salah satu asas ketertiban umum yang mesti Apabila para pihak yang berperkara telah
ditegakkan oleh mediator dalam persidangan tercapai kesepakatan perdamaian, maka di buatlah
adalah tidak terbuka untuk umum, bersifat suatu pernyataan perdamaian yang selanjutnya di
rahasia, tidak boleh diliput dan tidak tuangkan dalam suatu putusan dengan diktum
dipublikasikan. menghukum kedua belah pihak untuk mentaati
d. Penyelesaian bersifat fair dan melalui perjanjian yang telah disepakati bersama. Dan apa
kompromi. bila ada salah satu pihak yang tidak mau
Penyelesaian sengketa dilakukan dengan cara: melaksaanakan isi dari kesepakatan yang telah di
1) Informal, artinya peneyelesaian sengkera, sepakati bersama tersebut, maka pahak yang
tidak berdasarkan ketentuan-ketentuan merasa di rugikan dapat mengajukan eksukusi.
acara yang kaku dan memaksa;
2) Fleksibel, artinya tidak terikat pada 3. Peranan mediator dalam rangka menciptakan
ketentuan hukum yang kaku, bahkan perdamaian kedua belah pihak.
penyelesaian sengketa menyampingkan Penyelesaian sengketa melalui mediasi
hukum formal, yang pada dasarnya hanya berbeda dengan penyelesaian sengketa melalui
menentukan siapa yang benar dan siapa pengadilan atau arbitrase karena mediaotor tidak
yang salah mempunyai wewenang untuk memutuskan
3) Memberi kebebasan penuh kepada para sengketa antara para pihak. Namun, dalam hal ini
pihak untuk mengajukan proposal yang para pihak menguasakan kepada mediator untuk
dikehendaki, namun harus pula bersedia membantu mereka menyelesaiakan persoalan-
menerima proposal yang diajukan pihak persoalan di antara mereka. Yang jelas, mediator
lain. bukan hakim yang berhak menentukan pihak mana
e. Hubungan kooperatif yang salah dan pihak mana yang benar, tetapi hanya
Penyelesaian melalui mediasi akan berperan sebagai penolong.
memperbaiki dan sekaligus mempererat Adapun peran mediator dalam mediasi adalah
hubungan kedua belah pihak. Apabila mereka bagaimana seorang mediator bisa membangun
sepakat untuk menyelesaikan sengketanya komunikasi yang baik di antara para pihak dan
melalui mediasi, sejak awal pembicaraan mengoptimalkan pemberdayaan masing-masing
sampai dicapai kata sepakat dalam pihak dengan mengajukan tawaran atau pilihan-
penyelesaian sengketa, para pihak yang pilihan yang dapat mengakomodasikan kepentingan
bersengketa selalu dilandasi atas hubungan kedua pihak
kerja sama. Sebagai langkah pertama peran mediator
f. Sama-sama menang (win-win) dalam keberhasilan kesepakatan damai antara
Karena penyelesaian sengketa dilakukan kedua belah pihak yang berperkara adalah
dengan cara mediasi yang didasarkan atas bagaimana mediator tersebut bisa membangun
kerjasama para pihak yang bersengketa, komunikasi para pihak yang bersengketa. Dalam
mereka sama-sama menang, tidak ada yang membangun komunikasi ini mediator haruslah
kalah karena kompromi yang dicapai bertitik- bersikap hormat, tulus, yakin, perhatian, serius,
tolak dari landasan saling memberi dan saling bersahabat, dan tidak tergesa-gesa. Sikap demikian
menerima di perlukan adalah untuk menimbulkan simpati bagi
g. Tidak emosional kedua pihak. Jadi tugas mediator pertama-tama
Karena penyelesaian sengketa dilakukan adalah Persuade yaitu membujuk para pihak
dengan pendekatan kerja sama yang berkompromi untuk berdamai.
berlandaskan kekeluargaan, para pihak tidak Ada beberapa tahapan yang harus di lakukan
bersikeras untuk mempertahankan oleh mediator, untuk mengajak para pihak
kemauannya sendiri. berkompromi, menurut Indonesian Institute for
9
Indonesian Institute for Conflict Transformation (IICT), 2008, Bahan Ajar Pelatihan Mediator, Jakarta, IICT, 22 Agustus, tanpa nomor halaman.

325
Abdul Rokhim, Mediasi Menurut Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia

Conflict Transformation (IICT)9 tahapan tersebut kemukakan tipelogi mediator sebagai berkut :11
antara lain: a. Mediator jaringan sosial
1) Memulai sesi mediasi. Yaitu mediator yang berasal dari lingkungan
2) Merumuskan masalah dan menyusun para pihak, dipilih karena dikenal para pihak
agenda. sebagai tokoh yang di percaya dapat membantu
3) Mengungkapkan kepentingan tersembunyi menyelesaikan sengketa. Di Indonesia bila
para pihak. dilihat secara mendalam, dalam tata cara
4) Membangkitkan pilihan-pilihan penyelesaian sengketa secara damai dalam
penyelesaian sengketa. hukum adat pada jaman dahulu dan masih
5) Menganalisa pilihan-pilihan penyelesaian berlaku sampai sekarang menempatkan kepala
sengketa. adat sebagai penengah dan memberi putusan
6) Proses tawar menawar akhir. adat terhadap sengketa diantara warganya.
7) Mencapai kesepakatan. Misalnya di daerah Minangkabau, ketua adat
Seorang mediator wajib menjaga dan bertindak sebagai mediator yang juga
menjujung tinggi netralitas dengan menjaga sistem. berwenang untuk memberikan putusan
Oleh karena itu sangatlah di butuhkan kredibilitas terhadap perkara yang diajukan kepadanya.
dalam menyelenggarakan mediasi. Seorang b. Mediator otoritatif
mediator selain di syaratkan memiliki integritas Yaitu mediator yang berasal dari kalangan yang
pribadi, juga sangat di perlukan basic pengetahuan berpengaruh atau mempunyai kedudukan yang
mengenai substansi yang di mediasikan, serta kuat, serta memiliki kapasitas untuk
keterampilan atau skill sebagai mediator. mengarahkan hasil perundingan. Misalnya
Sebagai pedoman umum ada beberapa skill Bupati sebagai penengah atas persengketaan
yang harus di miliki oleh mediator sehingga lebih batas wilayah kecamatan yang bertetanggaan
piawai dalam memediasi para pihak, yaitu :10 di wilayah kabupaten tersebut.
a. Active listening; c. Mediator mandiri
Seorang mediator harus memiliki kemampuan Yaitu mediator yang dipilih karena profesinya,
untuk mendengarkan pendapat serta keluhan- tidak mempunyai hubungan dengan para pihak,
keluhan para pihak yang bersengketa. Hal ini serta tidak mempunyai wewenang untuk
akan sangat berpengaruh pada dapat tidaknya memutus. Misalnya mediator yang menengahi
mediator menggiring para pihak untuk mencapai untuk perdamaian dalam acara peradilan
kesepakatan. sebagaimana PERMA No.01 Tahun 2008.
b. Reflecting; Adapun kewenangan mediator bisa
Mediator mengkonfimasikan hal-hal yang telah menyatakan mediasi gagal apabila salah satu pihak
di sampaikan oleh para pihak bersengketa atau para pihak ataupun kuasa hukumnya telah dua
kepada mediator. kali berturut-turut tidak menghadiri pertemuan
c. Attending; mediasi sesuai jadwal pertemuan mediasi tanpa
Bahasa tubuh (body language) dan pembawaan alasan setelah dipanggil secara patut dan apabila
mediator agar para pihak merasa didengar dan setelah proses mediasi berjalan ternyata mediator
di perhatikan. memahami atau menemukan bahwa dalam
d. Reframing; sengketa perdata yang sedang dimediasi
Mengubah dialog dari posisional menjadi melibatkan aset atau harta kekayaan yang Nyata-
kepentingan, atau dari kata-kata yang kasar nyata berkaitan dengan pihak lain yang tidak
menjadi yang lebih halus/santun, atau topik disebutkan dalam surat gugatan , sehingga pihak
pembahasan berpindah dari masa lalu ke masa lain yang berkepentingan tersebut tidak dapat
depan. menjadi salah satu pihak dalam proses mediasi,
Untuk mengetahui integritas, kemampuan maka mediator memiliki kewenangan guna
atau pengetahuan dan skill mediator, berikut di menyampaikan kepada para pihak dan hakim
10
Ibid.
11
Ibid.

326
MMH, Jilid 43 No. 3 Juli 2014

pemeriksa perkara bahwa perkara tersebut tidak Mahkamah Agung Republik Indonesia (MARI)
layak untuk dimediasi dengan alasan para pihak merupakan Pengadilan Negara Tertinggi dari semua
tidak lengkap. lingkungan peradilan tersebut. 13
Selain mediator memiliki kewenangan Dalam hal-hal mengenai pengaturan yang
menyatakan mediasi gagal, mediator juga memiliki berkaitan dengan fungsi Mahkamah Agung Republik
tugas-tugas yang harus dilakukan agar proses Indonesia (MARI) sebagai penyelenggara peradilan
mediasi dapat berjalan dengan baik hingga diatur dalam Undang-Undang tentang Mahkamah
tercapainya kesepakatan damai, yaitu antara lain : Agung No. 05 Tahun 2004 (Selanjutnya disebut
a. Mediator wajib mempersiapkan usulan jadwal sebagai UU Mahkamah Agung). Adapun dengan
pertemuan mediasi kepada para pihak untuk lahirnya suatu peraturan yang dikeluarkan oleh
dibahas dan disepakati. Mahkamah Agung Republik Indonesia (MARI)
b. Mediator wajib mendorong para pihak untuk seperti PERMA No. 01 Tahun 2008 mengenai
secara langsung berperan dalam proses proses mediasi bertujuan sebagai pendukung
mediasi. kelancaran dalam proses penyelenggaraan
c. Apabila dianggap perlu, mediator dapat peradilan sebagaimana diatur di dalam:
melakukan kaukus. Pasal 32 (Ayat 1)
d. Mediator wajib mendorong para pihak untuk “Undang-Undang Mahkamah Agung, sebagai
menelusuri dan menggali kepentingan mereka lembaga yang memiliki Fungsi pengawasan
dan mencari berbagai pilihan penyelesaian terhadap jalannya peradilan terselenggara
yang terbaik bagi para pihak. dengan seksama dan wajar serta tetap
Selain itu juga keberhasilan suatu mediasi berpedoman pada azas peradilan cepat,
bukan hanya terletak peran serta mediatornya saja, sederhana, dan biaya ringan”.
tetapi juga itikad baik para pihak sangat diperlukan Adapun Mahkamah Agung sebagai pengadilan
guna menjadi modal dasar yang menjadi kekuatan negara tertinggi, mempunyai tugas dan wewenang
atau power. Adapun pengertian kekuatan dalam atau fungsi sebagai berikut :
proses mediasi adalah kemampuan salah satu pihak 1). Fungsi Peradilan.14
untuk mewujudkan kepentingan atau hak-haknya. Sebagai pengadilan negara tertinggi,
Kekuatan adalah faktor kunci dalam berunding atau Mahkamah Agung Republik Indonesia (MARI)
bermediasi. Berhasilnya mediasi bukan karena merupakan pengadilan kasasi atau judek juris yaitu
belas kasihan, akan tetapi karena para pihak saling bertugas untuk memeriksa atau menilai apakah
membutuhkan. Kebutuhan para pihak satu dengan peradilan bawahannya sudah menerapkan hukum
yang lainnya tergantung pada ada tidaknya dengan benar, tepat dan adil, bukan memeriksa atau
kekuatan masing-masing. Oleh karenanya menilai suatu hasil pembuktian atau fakta-fakta.
sangatlah penting membangun kekuatan sebagai Dalam hal demikian dapat dikatakan sebagai
upaya memperkuat posisi dalam mediasi dan juga Pengadilan Kasasi, Mahkamah Agung Republik
peran serta mediator dalam membangun hubungan Indonesia bertugas membina keseragaman dalam
baik antara para pihak. penerapan hukum melalui putusan kasasi dan
peninjauan kembali untuk menjaga agar semua
4. Urgensi mediasi bagi Mahkamah Agung. undang-undang dan hukum di seluruh wilayah
Mahkamah Agung Republik Indonesia (MARI) negara Republik Indonesia diterapkan secara benar,
adalah salah satu penyelenggara kekuasaan tepat dan adil.
kehakiman dengan badan peradilan yang berada Selain tugasnya sebagai Pengadilan kasasi,
dibawahnya yaitu :12 Mahkamah Agung Republik Indonesia (MARI) juga
1) Lingkungan peradilan umum. berwenang memeriksa dan memutus pada tingkat
2) Lingkungan peradilan agama. pertama dan terakhir terhadap perkara :
3) Lingkungan peradilan tata usaha negara. a. Semua sengketa tentang kewenangan
4) Lingkungan peradilan militer. mengadili.
12
Pasal 18 Undang-undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.
13
Pasal 24 A ayat (1) UUD 1945.
14
Pasal 28 UU No. 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas UU No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung.

327
Abdul Rokhim, Mediasi Menurut Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia

b. Permohonan peninjauan kembali putusan puncak dari 4 (empat) lingkungan peradilan yang
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan akan menerima limpahan perkara dari peradilan
hukum tetap. bawahannya. Sudah merupakan pengetahuan
c. Menguji secara materiil peraturan perundang- umum bahwa perkara yang masuk ke pengadilan
undangan dibawah undang-undang. negeri setiap tahunnya makin meningkat. Sehingga
2). Fungsi Pengawasan.15 hampir setiap putusan Pengadilan Negeri,
Mahkamah Agung Republik Indonesia (MARI) khususnya yang paling dominan ialah putusan
melakukan pengawasan tertinggi terhadap jalannya perdata akan diajukan banding, dan pengajuan
peradilan dalam semua lingkungan diseluruh banding itupun bukan karena ada alasan yang sah,
Indonesia, serta menjaga agar peradilan akan tetapi sekedar memanfaatkan peluang yang
diselenggarakan dengan seksama dan wajar diberikan undang-undang. Dengan alasan yang
dengan berpedoman pada asas peradilan yang sama itu pula, hampir semua putusan Pengadilan
cepat, sederhana dan biaya ringan. Dalam Tinggi akan diajukan kasasi ke Mahkamah Agung
melaksanakan tugas pengawasan tersebut Republik Indonesia (MARI), serta sesudah putusan
Mahkamah Agung berwenang meminta keterangan kasasi masih terbuka kesempatan mengajukan
dan mengadakan examinasi terhadap berkas- peninjauan kembali (PK) ke Mahkamah Agung
berkas perkara, meminta keterangan tentang hal- Republik Indonesia (MARI). Proses tersebut jelas
hal yang bersangkutan dengan teknis peradilan dari sangat tidak mendukung terwujudnya asas
semua lingkungan peradilan, melakukan peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan.
pengawasan terhadap perbuatan para hakim, serta Adapun kelemahan lain akan muncul pada saat
berwenang memberikan peringatan-peringatan, eksekusi putusan pengadilan yang sudah
teguran dan petunjuk untuk kelancaran mempunyai kekuatan hukum tetap akan
pelaksanaan tugas peradilan. Dalam memberikan dilaksanakan, karena dalam proses eksekusi masih
peringatan, teguran, dan petunjuk untuk kelancaran terbuka kesempatan untuk melakukan penundaan
pelaksanaan tugas pengadilan ini, Mahkamah karena masih ada upaya perlawanan. Terhadap
Agung Republik Indonesia (MARI) melakukannya putusan perlawanan dapat diajukan upaya hukum
dengan menerbitkan Surat Edaran Mahkamah banding dan kasasi, sehingga terjadi penumpukan
Agung atau lazim disebut SEMA. perkara di Mahkamah Agung Republik Indonesia
3). Fungsi Mengatur. (MARI).
Fungsi ini adalah bersifat intern atau ke dalam Didalam hal ini juga Mahkamah Agung Republik
Mahkamah Agung Republik Indonesia (MARI). Indonesia (MARI) telah menetapkan Pengadilan
Dikarenakan oleh fungsinya yang mengatur tingkat pertama sebagai pilot proyek untuk
sehingga kemudian Mahkamah Agung Republik mengembangkan perdamaian atau
Indonesia membuat suatu peraturan yang disebut mengintensifkan pelaksanaan mediasi sesuai
Peraturan Mahkamah Agung (PERMA), yang PERMA No. 01 Tahun 2008 yang terintegrasi ke
hingga sampai saat ini kita kenal dengan PERMA acara peradilan, dan guna lebih memahami
No. 01 Tahun 2008 mengenai proses mediasi. pelaksanaan mediasi yang sesuai dengan PERMA
Adapun dengan adanya keberadaan PERMA No. 01 Tahun 2008.
tersebut oleh Mahkamah Agung Republik Indonesia Dalam upaya untuk mewujudkan peradilan cepat,
dimaksudkan untuk mengisi kekurangan atau sederhana, dan biaya ringan tersebut, pengadilan
kekosongan hukum acara yang dialami dalam membantu para pihak yang bersengketa serta
praktik peradilan, sehingga peradilan dapat berjalan berusaha mengatasi segala hambatan atau
tertib dan seksama serta dalam penerapan hukum rintangan untuk dapat tercapainya peradilan yang
agar dilakukan sebagaimana mestinya yaitu secara cepat, sederhana dan biaya ringan dimaksud. Salah
benar, tepat dan adil. satu cara untuk mewujudkannya adalah dengan
Mahkamah Agung Republik Indonesia (MARI) mengintegrasikan mediasi ke acara peradilan.
sebagai pengadilan negara tertinggi merupakan Pengintegrasian tersebut dilakukan karena sudah
15
Pasal 32 UU No. 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas UU No. 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung.

328
MMH, Jilid 43 No. 3 Juli 2014

menjadi Doktrin Umum (Communio doctorum) DAFTAR PUSTAKA


bahwa mediasi dipandang sebagai cara
penyelesaian sengketa yang lebih cepat dan mudah Agnes, M. Toar, dkk, 1995, Seri Dasar Hukum
dibandingkan dengan kedua pihak merasa bahwa Ekonomi 2 Arbitrase di Indonesia, Jakarta:
putusan perdamaian itu dirasa adil bagi mereka, Ghalia Indonesia
hubungan baik tetap terjaga, tidak ada yang merasa Harahap, M. Yahya, 1995, Mencari Sistem Alternatif
dikecewakan, sehingga tidak perlu ditempuh upaya Penyelesaian Sengketa, Varia Peradilan, No. 21
hukum yang ada. Dengan demikian terwujud Harahap, M. Yahya, 1997, Beberapa Tinjauan
peradilan yang cepat, sederhana, dan biaya ringan. Mengenai Sistem Peradilan Dan Penyelesaian
Sengketa, Bandung: Citra Aditya Bakti
C. Simpulan Indonesian Institut for Conflict Transformation
Esensi mediasi dalam proses perkara di (IICT), 2008, ”Bahan Ajar Pelatihan Mediator",
peradilan menurut PERMA N0. 1 Tahun 2008. Jakarta : IICT. 22 Agustus 2008.
adalah mewajibkan setiap perkara perdata sebelum Harahap, Sholahuddin, Syiar Hukum, www.hukum
di periksa pokok perkaranya oleh Majelis Hakim unisba.ac.id. Diakses pada tanggal 25 Juli 2013.
yang memeriksa dan mengadili perkara tersebut, Sukadana, I Made, 2012, Mediasi Peradilan,
maka Hakim yang memeriksa dan mengadili Jakarta: Pustaka Prestasi
perkara tersebut Wajib untuk melaksanakan Margono, Suyud, 2000, ADR (Alternatif Dispute
mediasi terlebih dulu dengan di bantu oleh pihak Resolution and Arbitrase) Proses Pelembagaan
ketiga yang di sebut dengan Mediator dan jika dan Aspek Hukum, Jakarta: Ghalia Indonesia
Majelis hakim lalai tidak melaksanakan mediasi, Pengadilan Negeri Bandung, 2008, Penyelesaian
maka bisa berakibat fatal yakni perkara yang telah di Sengketa Melalui Mediasi di Pengadilan Negeri
putus tanpa dilakukan suatu mediasi batal demi Bandung, Bandung: Sekretariat Pengadilan
hukum. Negeri/Hub Industrial
Penyelesaian sengketa melalui mediasi Santosa, Mas Ahmad dan Anton L.P. Hutapea,
berbeda dengan penyelesaian sengketa melalui 1992, Mendayagunakan Mekanisme Alternatif
pengadilan atau arbitrase karena mediator tidak penyelesaian Sengketa Lingkungan (MAPS) di
mempunyai wewenang untuk memutuskan Indonesia.,Jakarta: USAID dan WALHI
sengketa antara para pihak. Fungsi mediator adalah Undang-Undang Dasar 1945, 2012, Semarang:
untuk membantu mereka dalam menyelesaikan Penerbit Aneka Ilmu
persoalan-persoalan di antara mereka dengan jalan Undang-Undang RI Nomor 03 Tahun 2009 tentang
mengokodasi kepentingan diantara kedua belah Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor
pihak dan Mediator bukan hakim yang berhak 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung,
menentukan pihak mana yang salah dan pihak Junaidi, Blog : http://filerakyat.blogspot.com.
mana yang benar, tetapi hanya berperan sebagai Diakses Pada Tanggal 5 April 2013.
penolong. Undang-Undang RI Nomor 48 Tahun 2009 tentang
Kekuasaan Kehakiman, Situs :
www.hukumonline.com, Diakses Pada Tanggal
5 April 2013.

329

Anda mungkin juga menyukai