Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSA CHRONIC KIDNEY DISEASE

STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DI RUANG BIMA


DI RSD K.R.M.T WONGSONEGORO SEMARANG

Dosen Pembimbing
Arifianto, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh :
1. Puput Larasati (2205015)
2. Putri Mellani Agustin (2205016)
3. Rindiani (2205018)
4. Siti Choiriyah (2205019)
5. Tyas Maharani (2205020)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA III

FAKULTAS KESEHATAN BISNIS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS WIDYA HUSADA SEMARANG

2023/2024
1. KONSEP DASAR
A. Pengertian
Chronic Kidney Disease (CKD) atau yang lebih dikenal dengan sebutan
Gagal Ginjal Kronik (GGK) merupakan merupakan penyakit yang sudah
familiar di kalangan masyarakat Indonesia sebagai penyakit yang tidak dapat
disembuhkan (Wahyuningsih, 2020).

Penyakit Chronic Kidney Disease (CKD) didefinisikan sebagai


penurunan fungsi ginjal yang ditandai dengan laju filtrasi glomerulus (LFG) <
60 ml/min/1,73 yang terjadi selama lebih dari 3 bulan atau adanya penanda
kerusakan ginjal yang dapat dilihat melalui albuminuria, adanya abnormalitas
sedimen urin, tidak normalnya elektrolit, terdeteksinya abnormalitas ginjal
secara histologi maupun pencitraan (imaging), serta adanya riwayat
tranplantasi ginjal (Mahesvara, 2020).

Menurut Desfrimadona (2016) gagal ginjal kronis merupakan gangguan


fungsi ginjal yang sifatnya progresif atau tidak dapat pulih kembali sehingga
ginjal tidak mampu lagi untuk memfiltrasi atau melakukan penyaringan sisa
metabolisme tubuh dan menjaga keseimbangan cairan elektrolit seperti sodium
dan kalium di dalam darah atau urin. Penyakit ini akan terus berkembang
secara perlahan sampai ginjal kehilangan fungsinya. Karakteristik pada
penderita gagal ginjal kronis diantaranya bersifat menetap, tidak bisa
disembuhkan dan memerlukan pengobatan berupa trensplantasi ginjal, dialysis
peritoneal, hemodialysis dan rawat jalan dalam waktu yang lama.
B. Etiologi
Gagal ginjal kronis sering klai menjadi penyakit komplikasi dari penyakit
lainnya, sehingga merupakan penyakit sekunder. Penyebab dari gagal ginjal
kronis antara lain :
a. Infeksi saluran kemih (Pielonefritis kronik)
b. Penyakit peradangan (Glomerulonefritis)
c. Penyakit vaskuler hipertensi (Nefrosklerosis, Stenosis arteri renalis)
d. Gangguan jaringan penyambung
e. Penyakit kongenital dan herediter
f. Penyakit metabolik (DM, gout, hiperparatitroidisme)
g. Nefropati toksik
h. Nefropati obstruktif
The Kidney Disease Outcomes Quality Initiative (K/DOQI) of National
Kidney Foundation (2016) juga berpendapat bahwa dua penyebab utama dari
penyakit gagal ginjal kronis adalah penyakit hipertensi dan diabetes mellitus.
1. Hipertensi
Hipertensi Hipertensi yang berlangsung lama dapat mengakibatkan
perubahan struktur pada arteriol di seluruh tubuh, ditandai dengan
fibrosis dan hialinisasi dinding pembuluh darah. Organ sasaran utama
adalah jantung, otak, ginjal, dan mata. Pada ginjal, arteriosklerosis
diakibatkan oleh hipertensi lama yang menyebabkan nefrosklerosis.
Gangguan ini merupakan akibat dari iskemia karena penyempitan
lumen pembuluh darah intrarenal. Penyumbatan arteri dan arteriol akan
menyebabkan kerusakan glomerulus dan atrofi tubulus, sehingga
seluruh nefron rusak, yang menyebabkan terjadinya gagal ginjal
kronik. Hipertensi dan gagal ginjal saling mempengaruhi, Hipertensi
dapat menyebabkan gagal ginjal, sebaliknya gagal ginjal kronik dapat
menyebabkan hipertensi (Budiyanto 2009, dalam Ekantari 2012).
2. Diabetes Melitus
Kadar gula darah yang tidak terkontrol dapat menyebabkan diabetes
nepropati yang merupakan penyebab gagal ginjal. Tjekyan (2014)
mengatakan bahwa ginjal mempunyai banyak pembuluh darah kecil,
penyakit diabetes mellitus dapat merusak pembuluh darah tersebut
sehingga mempengaruhi kemampuan ginjal untuk menyaring darah.
Kadar gula yang tinggi dalam darah membuat ginjal harus bekerja
lebih keras dalam proses panyaringan darah, dan mengakibatkan
kebocoran pada ginjal.
C. Patofisiologi
gagal ginjal kronis dapat disebabkan karena beberapa faktor tergantung pada
penyakit yang didasarinya. Diabetes miletus dapat menyebabkan komplikasi
berupa nefropati diabetik yang menyebabkan tekana glomerular meningkat.
Tekanan glomerular yang meningkat menyebabkan hipertrofi glomerular
sehingga area filtrasi menjadi berkurang. Hipertensi juga menjadi penyebab
utama gagal ginjal kronis. Hipertensi menyebabkan arteriol aferen membuat
beban jnatung semakin meningkat sehingga merusak pembuluh darah ginjal
( Harmilah, 2020).
Gagal ginjal kronis merupakan kondisi ginjal dalam mempertahankan
keseimbangan elektrolit sehingga terjadi penumpukan/retensi natrium dan
peningkatan volume cairan ekstrasel. Peningkatan cairan dan permeabilitas
yang abnormal pada mikrosirkulasi paru yang dipengaruhi oleh tekanan
mikrovaskuler yang tinggi atau karena tekanan hidrostatik membran kapiler.
Hal tersebut menyebabkan cairan berpindah ke alveoli dan terjadilah edema
paru sehingga salah satu tanda gejala yang akan muncul adalah sesak napas.
Edema paru terjadi apabila perpindahan cairan ke alveoli lebih banyak
dibandingkan cairan yang dikembalikan ke dalam pembuluh darah ( Brunner
& Suddarth, 2013).
Ginjal merupakan organ dengan tingkat kompensasi yang tinggi sehingga
apabila terjadi kerusakan pada sebagiam jaringan ginjal, jaringan ginjal yang
masih sehat akan mengambil alih fungsi. Namun apabila kerusakan ginjal
sudah mencapai 75-85% maka ginjal tidak akan mampu melkaukan fungsi
sepenuhnya sehingga terjadi penumpukan zat-zat yang tidak dapat dikeluarkan
ginjal;. Uermia adalah salah satu akibat dari penumpukan zat-zat tersebut.
Gejala yang dapat ditimbulkan pada sindrom uremia adalah mual, muntah,
anoreksia, kulit kering dan terasa gatal. Penderita akan kehilangan nafsu
makan sehingga menimbulkan masalah dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi
( Harmilah, 2020).
D. Pathways
E. Manifestasi klinis
Menurut Bradero, Dayrit & Siswadi (2009) dan Price & Wilson (2013)
manifestasi klinis yang dapat muncul diberbagai sistem tubuh akibat penyakit
gagal ginjal kronis menurut adalah sebagai berikut:
1. Sistem Hematopoietik : Perdarahan dibawah kulit, anemia yang
menyebabkan cepat lelah, rendahnya kadar trombosit, kecenderungan
perdarahan, dan hemolisis.
2. Sistem Kardiovaskular : Hipertensi, retinopati dan ensefalopati
hipertensif, distritmia, pericarditis (friction rub), edema, beban
sirkulasi berlebihan, hipervolemia, takikardia, dan gagal jantung
kongesif.
3. Sistem Respirasi : Sputum yang lengket, pola pernafasan yang sangat
dalam, dyspnea, suhu tubuh meningkat, pleural friction rub, takipnea,
batuk disertai nyeri, hiliar pneumonitis, edema paru, halitosis uremik
atau fetor.
4. Sistem Gastrointestinal : Distensi abdomen, mual dan muntah serta
anoreksia yang menyebabkan penurunan berat badan, nafas berbau
anomiak, rasa kecap logam, mulut kering, stomatitis, parotitis, gastritis,
enteritis, diare dan konstipasi, perdarahan gastrointestinal.
5. Sistem Neurologi : Penurunan ketajaman mental, perubahan tingkat
kesadaran, letargi/gelisah, bingung/konsentrasi buruk, asteriksis,
stupor, tidur terganggu/insomnia, kejang, koma.
6. Sistem Musculoskeletal : Nyeri sendi, perubahan motorik - foot drop
yang berlanjut menjadi paraplegia, osteodistrofi ginjal, pertumbuhan
lambat pada anak dan rikets ginjal.
7. Sistem Dermatologi : Ekimosis, Kristal uremik (uremic frosts), lecet,
pucat, pigmentasi, pruritus, perubahan rambut dan kuku (kuku mudah
patah, tipis, bergerigi, ada garis-garis merah/biru yang berkaitan
dengan kehilangan protein), kulit kering dan memar.
8. Sistem Urologi : Berat jenis urin menurut, hiperuremia, azotemia,
proteinuria, hipermagnesemia, ketidakseimbangan natrium dan kalium,
fragmen dan sel dalam urin.
9. Sistem Reproduksi : Libido menurun, disfungsi ereksi, infertilitas
10. Integumen : warna kulit abu-abu mengkilat, kulit kering (bersisik)
pruritus, ekimosis, kuku tipis dan rapuh, rambut dan kasar
F. Komplikasi]
Gagal Ginjal Kronis dapat mempengaruhi hamper seluruh anggota tubuh.
Komplikasi yang dapat timbul yaitu :
1. Penumpukan cairan pada bagian tubuh (edema) atau organ dalam,
termasuk di paru-paru.
2. Hiperkalemia ( tingginya kadar kalium dalam darah) yang dapat
mengganggu fungsi jantung, bahkan bisa menyebabkan henti jantung
3. Anemia
4. Kerusakan sistem saraf pusat, yang dapat menimbulkan gangguan
mulai dari sulit berkonsentrasi hingga perubahan kepribadian atau
kejang
5. Penurunan daya tahan tubuh sehingga penderita rentan terserang
infeksi
6. Perikarditis atau peradangan pada pericardium ( lapisan yang
menyeliputi jantung)
7. Tulang menjadi lemah dan rentan patah
8. Disfungsi ereksi atau penurunan kesuburan pada pria
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi 2 yaitu :
1. Konservatif
a. Dilakukan pemeriksaan lab darah dan urin
b. Observasi balance cairan
c. Observasi adanya edema
d. Batasi cairan yang masuk
2. Dialys
a. Peritoneal dialysis : biasanya dilakukan pada kasus emergency
b. Hemodialisis : Yaitu dialysis yang dilakukan melalui tindakan
infasif di vena dengan menggunakan mesin
c. Operasi : Pengambilan batu dan transplantasi ginjal
3. Hemodialisis
Yaitu dialysis yang dilakukan melalui tindakan invasif vena dengan
menggunakan mesin. Pada awalnya hemodilis dilakukan melalui
daerah femoralis namun untuk mempermudah maka dilakukan :
AV fistule (menggabungkan vena dan arteri) dan double lumen
(langsung pada daerah jantung atau vaskularisasi ke jantung).

4. Operasi
a. Pengambilan batu
b. Transplantasi ginjal (Muttaqin, 2011)
H. Pemeriksaan penunjang
1. Urin
a. Volume : biasanya kurang dari 400ml/24 jam / tidak ada
(anuria)
b. Warna : secara abnnormal urin keruh kemungkinan
disebabkan oleh pus, bakteri, lemak, fosfat atau urat sedimen
kotor, kecoklatan menunjukkan adanya darah, Hb, mioglobin,
porifin.
c. Berat jenis : kurang dari 1.105 (menetap pada 1.010
menunjukkan kerusakan ginjal berat)
d. Osmolalitas : kurang dari 350mOsm/kg menunjukkan
kerusakan tubular, dan rasio urine/serum sering
e. Klirens kreatinin : mungkin agak menurun.
f. Natrium : lebih besar dari 40 mEq/L karena ginjal tidak
mampu mereabsorpsi natrium.
g. Protein : derajat tinggi proteinuria (3-4+) secara kuat
menunjukkan kerusakan glomerulus bila SDM dan fragmen
juga ada.
2. Darah
a. BUN/kreatinin : meningkat, kadar kreatinin 10 mg/dl
diduga tahap akhir
b. Ht : menurun pada adanya anemia. Hb biasanya kurang
dari 7 – 8 gr/dl.
c. SDM menurun, defisiensi eritropoitin dan GDA : asidosis
metabolik, pH kurang dari 7, 2.
d. Natrium serum : rendah, kalium meningkat, magnesium
meningkat, Kalsium menurun dan Protein (albumin) menurun.
3. Osmolaritas serum lebih dari 285 mOsm/kg.
4. Pelogram retrogad : abnormalitas pelvis ginjal dan ureter.
5. Ultrasono ginjal : menentukan ukuran ginjal dan adanya masa
kista, obstruksi pada saluran perkemihan bagian atas.
6. Endoskopi ginjal, nefroskopi : untuk menetukan pelvis ginjal, keluar
batu, hematuria dan peningkatan tumor selektif.
7. Arteriogram ginjal : mengkaji sirkulasi ginjal dan mengidentifikasi
ekstravaskuler, masa.
8. EKG: ketidakseimbangan elektrolit dan asam basa (Haryono, 2013)

2. KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian pada klien Chronic Kidney Disease (CKD) lebih menekankan pada
support system untuk mempertahankan kondisi keseimbangan dalam tubuh
(hemodynamically process). Dengan tidak optimalnya/gagalnya fungsi ginjal, maka
tubuh akan melakukan upaya kompensasi selagi dalam batas ambang kewajaran.
Tetapi, jika kondisi ini berlanjut (kronis), maka akan menimbulkan berbagai
manifestasi klinis yang menandakan gangguan sistem tersebut. Berikut ini adalah
pengkajian keperawatan pada klien dengan CKD:
1. Biodata
Tidak ada spesisfikasi khusus untuk kejadian CKD, namun laki-laki
sering mengalami resiko lebih tinggi terkait dengan pekerjaan dan pola
hidup sehat.
2. Keluhan Utama
Keluhan sangat bervariasi, terlebih jika terdapat penyakit sekunder yang
menyertai. Keluhan bisa berupa urine output yang menurun (oliguria)
sampai pada anuria, penurunan kesadaran karena komplikasi pada sistem
sirkulasiventilasi, anoreksia, mual dan muntah, diaforesis, fatigue, napas
berbau urea, dan pruritus. Kondisi ini dipicu oleh karena penumpukan
(akumulasi) zat sisa metabolisme/toksin dalam tubuh karena ginjal
mengalami kegagalan filtrasi.
3. Riwayat penyakit sekarang Keluhan yang dikemukakan sampai dibawa
ke RS dan masuk ke ruang perawatan, komponen ini terdiri dari PQRST
yaitu:
P = Palliative merupakan faktor yang mencetus terjadinya penyakit, hal
yang meringankan atau memperberat gejala, klien dengan gagal
ginjal mengeluh sesak, mual dan muntah
Q = Qualitative suatu keluhan atau penyakit yang dirasakan. Rasa sesak
akan membuat lelah atau letih sehingga sulit beraktivitas
R = Region sejauh mana lokasi penyebaran daerah keluhan. Sesak akan
membuat kepala terasa sakit, nyeri dada di bagian kiri, mual-mual,
dan anoreksia
S = Serverity/Scale derajat keganasan atau intensitas dari keluhan
tersebut. Sesak akan membuat freukensi napas menjadi cepat, lambat
dan dalam.
T = Time waktu dimana keluhan yang dirasakan, lamanya dan
freukensinya, waktu tidak menentu, biasanya dirasakan secara
terus-menerus.Riwayat penyakit dahulu
4. Riwayat Penyakit Dahulu
Chronic Kidney Disease (CKD) dimulai dengan periode gagal ginjal akut
dengan berbagai penyebab (multikausa). Oleh karena itu, informasi
penyakit terdahulu akan menegaskan untuk penegakan masalah. Kaji
riwayat ISK, payah jantung, penggunaan obat yang bersifat nefrotoksis,
BPH dan lain sebagainya yang mampu mempengaruhi kerja ginjal. Selain
itu, ada beberapa penyakit yang langsung mempengaruhi/menyebabkan
gagal ginjal yaitu diabetes mellitus, hipetensi, batu saluran kemih
(urolithiasis).
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Gagal ginjal kronis bukan penyakit menular dan menurun, sehingga
silsilah keluarga tidak terlalu berdampak pada penyakit ini. Namun,
pencetus sekunder seperti DM dan hipertensi memiliki pengaruh terhadap
kejadian penyakit gagal ginjal kronis, karena penyakit tersebut herediter.
Kaji pola kesehatan keluarga yang diterapkan jika ada anggota keluarga
yang sakit, misalnya minum jamu saat sakit.
6. Riwayat Psikososial
Kondisi ini tidak selalu ada gangguan jika klien memiliki koping adaptif
yang baik. Pada klien gagal ginjal kronis, biasanya perubahan psikososial
terjadi pada waktu klien mengalami perubahan struktur fungsi tubuh dan
menjalani proses dialisa. Klien akan mengurung diri dan lebih banyak
berdiam diri (murung). Selain itu, kondisi ini juga dipicu oleh biaya yang
dikeluarkan selama proses pengobatan, sehingga klien mengalami
kecemasan.
7.
a. Pola Nutrisi
Kaji kebiasaan makan, minum sehari-hari, adakah pantangan
makanan atau tidak, frekuensi jumlah makan dan minum dalam
sehari. Pada pasien gagal ginjal kronik akan ditemukan
perubahan pola makan atau nutrisi kurang dari kebutuhan karena
klien mengalami anoreksia dan mual/muntah.
b. Pola Eliminasi
Kaji kebiasaan BAB dan BAK, frekuensinya, jumlah,
konsistensi, serta warna feses dan urine. Apakah ada masalah
yang berhubungan dengan pola eleminasi atau tidak, akan
ditemukan pola eleminasi penurunan urin, anuria, oliguria,
abdomen kembung, diare atau konstipasi.
c. Pola Istirahat tidur
Kaji kebiasaan tidur, berapa lama tidur siang dan malam, apakah
ada masalah yang berhubungan dengan pola istirahat tidur, akan
ditemukan gangguan pola tidur akibat dari manifestasi gagal
ginjal kronik seperti nyeri panggul, kram otot, nyeri kaki,
demam, dan lain-lain.
d. Personal Hygiene
Kaji kebersihan diri klien seperti mandi, gosok gigi, cuci rambut,
dan memotong kuku. Pada pasien gagal ginjal kronik akan
dianjurkan untuk tirah baring sehingga memerlukan bantuan
dalam kebersihan diri.
e. Aktivitas
Kaji kebiasaan klien sehari-hari di lingkungan keluarga dan
masyarakat. Apakah klien mandiri atau masih tergantung dengan
orang lain. Pada pasien gagal ginjal kronik biasanya akan terjadi
kelemahan otot, kehilangantonus, penurunan rentang gerak.
(Prabowo dan Pranata, 2014)
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Kode
1. Hipervolemia b.d gangguan mekanisme regulasi D.0022
2. Perfusi perifer tidak efektif b.d hiperglikemia D.0009
3. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis D.0077
4. Gangguan pertukaran gas b.d ketidakseimbangan ventilasi-perfusi D.0003
5. Defisit nutrisi b.d faktor psikologis D.0019
6. Ansietas b.d kekhawatiran mengalami kegagalan D.0080
7. Nausea b.d gangguan biokimiawi (mis.uremia, ketoasidosis diabetik) D.0076
8. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan D.0056
O2
9. Gangguan integritas kulit/jaringan b.d perubahan sirkulasi D.0129

C. INTERVENSI KEPERAWATAN
N Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
o
1. Hipervolemia b.d gangguan Setalah dilakukan tindakan 3x 24 #Manajemen Hipervolemia
mekanisme regulasi (D.0022) jam diharapkan #Keseimbangan (I.03114)
cairan (L.05020) meningkat Observasi
dengan kriteria hasil : 1. Periksa tanda dan gejala
1. Edema menurun hipervolemia
2. Membran mukosa membaik 2. identifikasi penyebab
3. Turgor kulit membaik hipervolemia
3. monitor intake dan output cairan
4. monitor kecepatan infus secara
cepat
Terapeutik
1. timbang berat badan setiap hari
pada waktu yang sama
2. batasi asupan cairan dan garam
3. tinggikan kepala tempat tidur 30-
40
Edukasi
1. anjurkan melapor jika keluaran
urin <0,5ml/kg/jam dalam 6jam
2. anjurkan melapor jika BB
bertambah >1kg dalam sehari
3. ajarkan cara mengukur dan
mencatat asupan dan keluran
cairan
4. ajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi
1. kolaborasi pemberian diuretik
2. kolaborasipenggantian
kehilangan kalium akibat
diuretik
2. Perfusi perifer tidak efektif b.d Setelah dilakukan tindakan #Perawatan Sirkulasi (I.02079)
hiperglikemia (D.0009) keperawatan selama 3x24jam Observasi
diharapkan #Perfusi Perifer 1. Periksa sirkulasi perfusi (misal
(I.02011) meningkat dengan nadi perifer, edema, pengisian
kriteria hasil: kapiler,warna, suhu)
1. warna kulit pucat menurun 2. Identifikasi faktor resiko
2. edema perifer menurun gangguan sirkulasi (misal
3. nyeri ektremitas menurun diabetes,merokok, hipertensi dan
4. tekanan darah sistolik membaik kadar kolesterol tinggi)
5. tekanan darah diastolik 3. Monitor panas, kemerahan nyeri,
membaik atau bengkak pada ekstermitas
Terapeutik
1. Hindari pemasangan infus atau
pengambilan darah diarea
keterbatasan perfusi
2. Hindari pengukuran tekanan
darah pada ektermitas
keterbatasan perfusi
3. Hindari penekanan dan
pemasangan torniquet pada area
yang cedera
4. Lakukan pencegahan infeksi
5. Perawatan kaki dan kuku
Edukasi
1. informasikan tanda dan gejala
darurat yang harus dilaporkan
2. Anjurkan berolahraga rutin
3. Anjurkan minum obat pengontrol
tekanan darah secara teratur
4. Anjurkan melakukan perawatan
kulit yang tepat
3. Nyeri akut b.d agen pencedera Setelah dilakukan tindakan #Manajemen Nyeri (I.08238)
fisiologis (D.0077) keperawatan selama 3x24jam Observasi
diharapkan #Tingkat Nyeri 1. Identifikasi lokasl, karakteristik,
(L.08066) menurun dengan durasi, frekuensi, kualitas,
kriteria hasil : intesitas nyeri
1. Keluhan nyeri menurun 2. Identifikasi skala nyeri
2. Meringis menurun 3. Identifikasi faktor yang
3. Gelisah menurun memperberat dan memperingan
4. Kesulitan tidur menurun nyeri
Terapeutik
1. Berikan teknik nonfarmakologis
untuk mengurangi rasa nyeri
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
3. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
1. Jelaskan penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan strategi meredakan
nyeri
3. Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian analgetik,
jika perlu
4. Gangguan pertukaran gas b.d Setelah dilakukan tindakan #Terapi Oksigen (I.01026)
ketidakseimbangan ventilasi- keperawatan selama 3x24jam Observasi
perfusi (D.0003) diharapkan #Pertukaran gas 1. monitor kecepatan aliran oksigen
(L.01003) meningkat dengan 2. monitor posisi alat terapi oksigen
kriteria hasil : 3. monitor kemampuan melepaskan
1. tingkat kesadaran oksigen saat makan
meningkat Terapeutik
2. dispnea menurun 1. bersihkan sekret pada mulut,
3. bunyi napas tambahan menurun hidung,mulut dan trakea jika
perlu
2. siapkan dan atur peralatan
pemberian oksigen
3. berikan oksigen tambahan
Edukasi
1. ajarkan pasien dan keluarga cara
menggunakan oksigen di rumah
Kolaborasi
1. kolaborasi penentuan dosis
oksigen
2. kolaborasi penggunaan oksigen
Saat aktivitas dan atau tidur
5. Defisit nutrisi b.d faktor Setelah dilakukan tindakan #Manajemen Nutrisi (I.03119)
psikologis (D.0019) keperawatan selama 3x24jam Observasi
diharapkan #Status nutrisi 1. Identifikasi status nutrisi
(L.03030) membaik dengan 2. Identifikasi alergi dan intolerensi
kriteria hasil : makanan
1. Porsi makanan yang dihabiskan 3. Identifikasi makanan yang
meningkat disukai
2. Berat badan meningkat 4. Monitor berat badan
3. frekuensi makan meningkat 5. Monitor hasil laboratorium
Terapeutik
1. Lakukan oral hygiene sebelum
makan
2. Berikan makanan tinggi serat
untuk mencegah konstipasi
3. Berikan makanan tinggi kalori
dan tinggi protein
4. Berikan suplemen makanan
Edukasi
1. Anjurkan posisi duduk, jika
mampu
2. Ajarkan diet yang diprogramkan
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian medikasi
sebelum makan
2. Kolabirasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori dan
jenis nutrien yang dibutuhkan,
jika perlu
6. Ansietas b.d kekhawatiran Setelah dilakukan tindakan #Redukasi Ansietas (I.09314)
mengalami kegagalan (D.0080) keperawatan selama 3x24 jam Observasi

diharapkan #Tingkat ansietas 1. identifikasi saat tingkat ansietas


berubah
(L.09093) menurun dengan
2. identifikasi kemampuan
kriteria hasil :
mengambil keputusan
1. pola tidur membaik
3. monitor tanda-tanda ansietas
2. tekanan darah meningkat
Terapeutik
3. perilaku gelisah menurun 1. ciptakan suasana terapeutik
untuk menumbuhkan
kepercayaan
2. temani pasien untuk mengurangi
kecemasaan jika memungkinkan
3. pahami situasi yang membuat
ansietas
4. dengarkan dengan sepenuh hati
Edukasi
1. jelaskan prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin dialami
2. anjurkan keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perlu
3. latih teknik relaksasi
Kolaborasi
1. kolaborasi pemberian obat
antiansietas, jika perlu
7. Nausea b.d gangguan Setelah dilakukan tindakan #Manajemen Mual (I.03117)
biokimiawi (mis.uremia, keperawatan selama 3x24 jam Observasi
ketoasidosis diabetik) (D.0076) diharapkan #Tingkat Nausea 1. identifikasi pengalaman mual
(L.12111) menurun dengan 2. identifikasi faktor penyebab
kriteria hasil : mual
1. Nafsu makan meningkat 3. monitor mual
2. Keluahan mual menurun 4. monitor asupan nutrisi dan
3. Perasaan ingin muntah kalori
menurun Terapeutik
1. kendalikan faktor penyebab
mual
2. kurangi atau hilangkan
keadaan penyebab mual
3. berikan makan dalam jumlah
kecil dan menarik
Edukasi
1. anjurkan istirahat dan tidur
yang cukup
2. anjurkan sering
membersihkan mulut
3. ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi mual
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian
Antiemetik jika perlu
DAFTAR PUSTAKA
PRATAMA, Angga Satria, et al. Mekanisme Koping pada Pasien Gagal Ginjal Kronik yang
menjalani Hemodialisis di Unit Hemodialisa RSUD Bandung. Jurnal smart keperawatan,
2020, 7.1: 18-21.
RAHMA, Nur, et al. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN GAGAL GINJAL KRONIK
DENGAN HEMODIALISA MELALUI TINDAKAN KOMPRES DINGIN PADA AV
SHUNT. SENTRI: Jurnal Riset Ilmiah, 2023, 2.12: 5163-5171
PATURRAHMAN, AGIS. LITERATUR REVIEW FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI KUALITAS HIDUP PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) YANG
MENJALANI TERAPI HEMODIALISA. 2023..
https://repository.bku.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/903/ADIRA%20ADRINING
%20AYU%20AKX16002%20%282020%29-1-57.pdf?sequence=1&isAllowed=y
https://repository.poltekkeskaltim.ac.id/1468/1/1.%20Ahmad%20Yusuf%20P07220118061.pdf
https://repository.poltekkes-kaltim.ac.id/2027/1/50_Ulifatul%20Jennah.pdf
PPNI (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi Indikator Diagnostik. Ed1. Jakarta:
DPP PPNI.
PPNI (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriterian Hasil Keperawatan. Ed.
1. Jakarta: DPP PPNI
PPNI (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tibdakan Keperawatan. Ed.
1Jakarta: DPP PPNI.

Anda mungkin juga menyukai