Anda di halaman 1dari 4

HARI PERTAMA

SMA Harapan Bangsa adalah salah satu SMA terfavorit di ibukota ini. Banyak sekali para
orang tua yang ingin anaknya masuk disekolah ini. Selain itu, yang menjadi SMA ini sekolah
terfavorit di karenakan banyaknya siswa siswi yang pintar dan bisa dibilang kebanyakan orang
yang masuk SMA ini adalah anak-anak yang berprestasi. Serta SMA ini termasuk SMA elit,
sekolah ini juga bernaung dibawah yayasan besar dan bekerja sama dengan universitas terbaik
yang membuat SMA ini menjadi sekolah elit dan terfavorit, jadi tidak sembarang orang yang
bisa masuk di SMA ini.

Salah satu orang yang beruntung masuk di SMA Harapan Bangsa adalah Adel. Adelia Putri
atau biasa di panggil Adel adalah anak tunggal blasteran berdarah campuran indonsia-jepang,
orang tua Adel adalah salah satu pengusaha ternama. Dari sini sudah terbaca kenapa Adel bisa
masuk SMA Harapan Bangsa, selain itu juga Adel juga merupakan lulusan terbaik di SMPnya
jadi dengan mudahnya Adel bisa masuk di SMA Harapan Bangsa.

***

“Adel bangun” kata Ayah Adel

Adel yang sedang enaknya tidur harus terganggu saat seseorang dengan lembut
mengguncangkan tubuhnya. Adel meregangkan tubuhnya lalu hendak tidur kembali tapi
kemudian dicegah kembali oleh Ayahnya.

“Bangun nanti kamu terlambat ke sekolahnya” ujar Ayahnya

Adel pun dengan malas bangun dari tidurnya kemudian mengucek matanya, Ayahnya hanya
menghela nafasnya sembari menggelengkan kepalanya. Adel lupa kalau hari ini adalah hari
pertamanya masuk SMA.

“Cepat mandi baru sarapan” perintah Ayahnya

Adel menghela nafasnya, dia dengan malasnya pun bangun dari duduknya dan mengambil
handuk yang sudah disiapkan oleh pembantunya dan mulai berjalan menuju kamar mandi.

“Jangan lama, Ayah yang antar kamu kesekolah. Jadi jangan lama atau papa tinggal, Ayah
tunggu di meja makan!” teriak Ayahnya karena suara shower dari kamar mandi mulai terdengar.
Sedangkan Adel yang mendengar penuturan Ayahnya hanya cemberut sambil melanjutkan
kegiatan mandinya

***
Selesai menyantap sarapan paginya mereka berdua pun berjalan ke menuju mobil dan
berangkat. Di perjalanan jam sudah menunjukkan pukul 6.30. Adel dengan santainya duduk di
mobil sembari memainkan ponselnya, sedangkan Ayahnya terlihat emosi dengan kemacetan
ibukota pada Senin pagi. Sebenarnya mereka tidak terlalu dikejar oleh waktu, hanya saja
putrinya yang bahkan terlihat biasa saja atau santai ini bisa saja kesiangan.

“Kamu gak takut kesiangan?” Tanya Ayahnya sambil sekilas melirik kearah Adel

Adel menggelengkan kepalanya “kan salah ayah sendiri, Adel sudah bilang pakai motor saja
tapi ayah tetap maksa pakai mobil” kata Adel dengan muka datarnya. Ayah menghela nafasnya
dan agak sedikit menyesal menggunakan mobil.

**

Sesampainya di sekolah

“Adel pamit sekolah dlu ya” kata Adel sambil menyalami Ayahnya.

Ayahnya mengangguk, dia mengelus kepala putrinya sebelum akhirnya Adel keluar dari mobil,
mereka melambaikan tangan sebentar sampai akhirnya Adel berjalan menuju ke arah gerbang
sekolah hendak akan ditutup.

“Aduh udah jam segini baru datang, telat banget ini” kata satpamnya memarahi Adel.

“Maaf banget pak, pas dijalan tadi saya terjebak macet dikarenakan ada yang demo pak!” jelas
Adel memohon ke satpamnya untuk bisa masuk.

“Mendingan pulang aja dek, dari pada kena hukum” suruh sang satpam.

Jelas Adel tidak mau, karena susah payah ayahnya mengantarnya ke sekolah dengan melewati
kemacetan yang parah.

“Rumah saya jauh pak, masa di suruh pulang lagian Cuma terlambat 5 menit doang kok pak”
kata Adel.

Adel yang terlalu sibuk berdebat dengan satpam sampai-sampai tidak sadar, dibelakang satpam
sudah ada rombongan OSIS yang berjaga saat ini.

“Buka gerbangnya pak!” kata Shani sang ketua OSIS.

Dengan cepat sang satpam menganggukan kepalanya dan langsung membuka gerbang sekolah.
Adel masih terdiam di tempatnya sementara Shani langsung melangkah kedepan Adel.
“Udah dibukain gerbangnya, gak mau masuk? Kalau gak mau masuk saya tutup lagi
gerbangnya!” ujar Shani

Adel buru-buru masuk ke dalam.

“Kenapa telat?” tanya Shani.

“Ma-“.

“Macet atau bangunnya kesiangan?” lanjut Shani memotong perkataan Adel yang hendak
menjawab pertanyaan tersebut.

Adel hanya menundukkan kepalanya, walaupun di dalam hati Adel kesal dengan anak OSIS.

“Saya tau kok ibukota macet, dan saya juga tau kok ini hari pertama masuk setelah libur 3
minggu” kata Shani, “Banyak kok yang telat hari ini, tapi kamu ini telatnya keterlaluan” lanjut
Shani.

Kali ini Shani agak meninggikan suaranya, yang membuat para siswa lain melihat kearah
mereka.

“Kamu ini lihat apa dibawah?, Ada uang jatuh?” Kompor anak OSIS lainnya.

“Maaf kak, saya salah” kata Adel dengan suara pelan.

“Iya memang kamu yang salah” semprot Laura anggota osis lainnya.

Setelah itu anggota OSIS lainnya, sedangkan Shani menyaksikan keributan yang semakin
menjadi ini.

“Kak, saya salah telat doang. Tinggal hukum lari keliling lapangan, hormat di tiang bendera
atau apapun itu, tapi jangan main keroyokan kayak begini!” kata Adel mulai terpancing emosi.

“Wah, berani kamu?” kata Laura langsung pasang badan dihadapan Adel.

Sebelum keributan semakin menjadi dengan cepat Shani menarik Laura untuk menjauh dan
memintanya untuk tidak melanjutkan.

Untungnya setelah itu ada salah satu guru yang datang menghampiri mereka.

“Ada apa ini?” tanya guru yang bernama Aulia

“Ini Bu, dia telat” kata Laura menunjuk kearah Adel.


“Jam segini baru datang?” kata ibu Aulia sambil menatap heran. ”Sudah kalian masuk kelas
masing-masing, Shani tolong bantuannya yah”. Shani menganggukkan kepalanya dan
mengajak teman-temannya untuk pergi. Sebelum pergi Shani menatap Adel yang ternyata juga
menatap kearahnya, lalu dengan beraninya Adel langsung membuang mukanya.

Adel sudah cukup emosi dengan kelakuan ketua OSIS dan anggotanya, menurutnya kinerja
dari Shani itu tidak bagus. Sudahlah dia tidak ingin memikirkan Shani, dia harus memikirkan
nasibnya yang kini menjalani hukuman dan berhadapan dengan guru tergalak di sekolah ini.

~~~

Anda mungkin juga menyukai