Anda di halaman 1dari 3

SELAMAT HARI GURU, PAK

Tidak terasa sebentar lagi tanggal 25 November. Di mana semua siswa Indonesia
akan memperingati hari guru nasional. Jika aku melihat jasa para guru, itu sangat berjasa
sekali bagi banyak orang. Guru tidak pernah lelah untuk memberikan semua ilmunya
yang kelak akan bermanfaat untuk banyak orang di masa depan. Tanpa guru mungkin
mereka bukanlah siapa-siapa di luar sana. Bukan orang yang berpendidikan. Juga bukan
orang yang mempunyai prestasi. Guru adalah orang tua kedua. Tempat berdialog,
berdiskusi dan bersosialisasi.

“Nah loh, lagi ngapain kamu, La?” Dhea menepuk pundakku.

Aku pun menoleh ke belakang sembari menjawabnya, “Ah, aku lagi mikirin
sesuatu sebenernya dari tadi pagi.”.

“Apa tuh?” tanya Dhea penasaran.

“Bentar lagi hari guru kan? Aku ada rencana untuk mengunjungi rumah Pak Edi
untuk merayakan hari Guru nanti. Beliau sakit” ucapku.

“Aku ikut deh kalo gitu. Sepulang sekolah pas hari Guru nanti ya?” tanyanya.

“Iya, oke kalo gitu.”

Namanya Pak Edi. Dia adalah seorang guru matematika favorit banyak orang.
Termasuk aku, murid yang amat sangat mengagumi cara beliau mengajar. Namun, sudah
1 bulan beliau tidak pergi mengajar ke sekolah. Kabarnya beliau mengalami kecelakaan
yang cukup fatal sehingga kakinya harus dioperasi. Hingga saat ini keadaannya belum
lagi pulih. Banyak murid yang mengkhawatirkannya dan rindu dengan cara ajarnya.
Sebab pengganti Pak Edi yaitu Bu Farah tidak seasik beliau mengajar.

Pak Edi adalah guru matematika yang jika mengajar ia selalu menemukan metode
lebih mudah untuk mengerjakan soal. Ini lebih membuat para siswa jauh lebih paham.
Beliau juga sering mengadakan games kecil-kecilan yang hadiahnya sekadar permen atau
snack kecil. Bahasa yang digunakan beliau untuk mengumpamakan sesuatu dalam soal
cerita matematika pun mudah dipahami. Makanya, tak heran jika ia menjadi guru favorit
banyak orang. Termasuk aku yang menjadi bersemangat ketika jam pelajaran beliau.

Hari itu, tibalah Hari Guru Nasional. Sekolah mengadakan upacara di lapangan
sekolah secara serentak. Berbeda dari biasanya, petugas upacara kali ini diisi oleh para
guru. Agak canggung melihatnya ketika guru menjadi petugas upacara. Namun, ini
adalah momen yang tak biasanya.

“Seru juga ya melihat para guru sekarang jadi petugas upacara. Ga biasanya
begini, hehe.” Shafa terkekeh.

Lala dan Dhea berada di barisan depan menoleh ke arah Shafa memberi isyarat
untuk diam selama upacara berlangsung. Ia pun terdiam. Lalu, upacara berjalan lancar
seperti biasanya.

Di akhir acara tidak serta merta bubar begitu saja. Para guru memberi tahu
pengumuman bahwa mereka harus berbaris yang rapi dan secara bergantian akan
bersalaman dengan guru yang berdiri di depan.

Akhirnya semua membentuk barisan memanjang dan berjalan lalu bersalaman


dengan guru satu persatu. Sesaat setelah Lala dan Dhea bersalaman, mereka berhenti di
ujung barisan. Lala memberi isyarat kepada Dhea untuk meminjam microphone.

“Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Mohon maaf mengganggu


waktunya semuanya. Berhubung Pak Edi ngga hadir hari ini, gimana kalo sepulang
sekolah kita kunjungi rumahnya? Mungkin beberapa perwakilan kelas bisa ikut dan
menyumbang seikhlasnya untuk kita bawakan sesuatu kepada beliau.”

“Bagaimana? Apa semuanya setuju?” Lala mencoba meyakinkan yang lain.

Serentak mereka bilang setuju dan menganggukkan kepalanya. Lalu setelah itu
acara bersalaman dengan guru tetap dilanjutkan hingga selesai. Setelah itu mereka bubar
dan pergi ke kelasnya masing-masing.

Sepulang sekolah beberapa siswa sudah berkumpul di depan dan pergi bersama-
sama menuju rumah Pak Edi. Beberapa dari mereka ada yang menggunakan sepeda dan
ojek.
Saat sampai di sana. Pak Edi sangat terkejut dengan kedatangan mereka. Sungguh
tidak diduga baginya ternyata di hari seperti ini, mereka masih ingat untuk berkunjung ke
rumahnya.

“Terima kasih, nak. Terima kasih karena telah mengunjungi Bapak. Saya
senang.” Ucap Pak Edi dengan matanya yang berkaca-kaca.

“Kami semua sayang Bapak karena Bapak adalah guru favorit kami.”

“Kami rindu dengan games yang biasa Bapak adakan.”

“Kami sudah kangen banget pak belajar matematika bersama Bapak.”

Begitulah ucapan-ucapan yang keluar dari beberapa mulut siswa di sana. Betapa
rindunya mereka dengan beliau.

Lala pun berkaca-kaca. Ia berkata bahwa ia benar-benar menyukai matematika


berkat cara ajar beliau yang luar biasa. Suasana menjadi sangat haru.

Guru adalah sosok yang menjadi panutan bagi semua murid-muridnya dan peran
yang melekat padanya sangat penting bagi pembentukan karakter-karakter murid-
muridnya.

“Merasa sangat bersyukur bisa bertemu guru sebaik Pak Edi. Terima kasih, Pak
sudah menjadi alasan saya semangat belajar. Kelak saya akan terapkan ilmunya ke orang
lain. Saya akan menjadi penerus Bapak.” ucapnya dengan mata yang berkaca-kaca tak
kuat menahan tangis.

Anda mungkin juga menyukai