Anda di halaman 1dari 57

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.

O DENGAN
CHOLELITHIASIS DI INSTALASI KAMAR BEDAH
RUMAH SAKIT HERMINA TASIKMALAYA

Disusun oleh:

YUNI SAFTIRA YULIANA


045220638

INSTALASI KAMAR BEDAH


RUMAH SAKIT HERMINA TASIKMALAYA
2023
LATAR BELAKANG

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah Subhanahu wata’ala, shalawat
dan salam selalu tercurahkan kepada Baginda Rasulullaah Shallallahu ‘alaihi
wasallam, atas berkat dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan laporan yang berjudul “Asuhan Keperawatan pada
pasien Ny. O dengan Cholelithiasis di Instalasi Kamar Bedah Rumah Sakit
Hermina Tasikmalaya”.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah saya banyak mengalami kesulitan dan
hambatan akan tetapi semuanya bisa dilalui berkat bantuan dari berbagai pihak.
bersama ini perkenankan saya mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya
kepada:
1. Dr. Rendra Fariadi selaku Direktur Rumah Sakit Hermina Tasikmalaya yang
telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti diklat.
2. Bd. Siti Robiah A. A.Md.Keb selaku kepala ruangan Instalasi Kamar Bedah
Rumah Sakit Hermina Tasikmalaya yang telah memberikan kesempatan
kepada penulis untuk mengikuti diklat bedah.
3. Br. Nur Aziz A. S.Kep.,Ners selaku pembimbing ruangan yang telah
memberikan pengarahan, bimbingan serta motivasi dalam mengikuti diklat
serta dalam penyusunan laporan ini.
4. Dokter dan rekan-rekan ruangan Instalasi Kamar Bedah yang selalu
memberikan dukungan serta motivasi sehingga makalah ini dapat di
selesaikan.
5. Pasien beserta keluarga pasien yang bersedia meluangkan waktu dan
bersedia membantu dalam menyelesaian laporan ini.
Semoga segala bentuk bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada
penulis mendapat balasan dari Tuhan Yang Maha Esa dan penulis berharap laporan
ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan pembaca pada umumnya, semoga
Allah SWT memberi berkahnya bagi kita semua Amin.

Tasikmalaya, Agustus 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

LATAR BELAKANG ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 4
C. Tujuan Penulis .............................................................................................. 4
D. Manfaat Penulisan ........................................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian..................................................................................................... 6
B. Etiologi ......................................................................................................... 6
C. Anatomi ...................................................................................................... 22
D. Fisiologi...................................................................................................... 22
E. Patofisiologi ............................................................................................... 23
F. Klasifikasi .................................................................................................. 24
G. Penatalaksanaan ......................................................................................... 26
H. Konsep Dasar Keperawatan ....................................................................... 27
I. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi ....................................................... 29
J. Pathways .................................................................................................... 34
BAB III TINJAUAN KASUS
A. Rumusan Masalah ...................................................................................... 36
B. Asesmen Perioperatif Keperawatan (PNCP) ........................................... 36
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian .................................................................................................. 47
B. Diagnosa Keperawatan............................................................................... 47
C. Perencanaan Keperawatan ......................................................................... 48
D. Implementasi Keperawatan ........................................................................ 48
E. Evaluasi Keperawatan ................................................................................ 48
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................ 49
B. Saran........................................................................................................... 50
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Data World Health Organization (WHO) tahun 2014 menunjukkan bahwa
terdapat 400 juta penduduk di dunia mengalami Cholelithiasis dan mencapai 700
juta penduduk pada tahun 2016. Cholelithiasis atau batu empedu terbentuk akibat
ketidak seimbangan kandungan kimia dalam cairan empedu yang menyebabkan
pengendapan satu atau lebih komponen empedu. Cholelithiasis merupakan masalah
kesehatan umum dan sering terjadi di seluruh dunia, walaupun memiliki prevalensi
yang berbeda beda di setiap daerah (Arif Kurniawan, Yunie Armiyati, 2017).
Berdasarkan beberapa banyaknya faktor yang dapat memicu atau
menyebabkan terjadinya cholelitiasis adalah gaya hidup masyarakat yang semakin
meningkat terutama masyarakat dengan ekonomi menengah keatas lebih suka
mengkonsumsi makanan cepat saji dengan tinggi kolesterol sehingga kolesterol
darah berlebihan dan mengendap dalam kandung empedu dan menjadi kantung
empedu dan dengan kurangnya pengetahuan dan kesadaran tentang akibat dari
salah konsumsi makanan sangat berbahaya untuk kesehatan mereka (Haryono,
2013).
Data World Health Organization (WHO) tahun 2014 menunjukkan bahwa
terdapat 400 juta penduduk di dunia mengalami Cholelithiasis dan mencapai 700
juta penduduk pada tahun 2016. Cholelithiasis atau batu empedu terbentuk akibat
ketidak seimbangan kandungan kimia dalam cairan empedu yang menyebabkan
pengendapan satu atau lebih komponen empedu. Cholelithiasis merupakan masalah
kesehatan umum dan sering terjadi di seluruh dunia, walaupun memiliki prevalensi
yang berbeda beda di setiap daerah (Arif Kurniawan , Yunie Armiyati, 2017).
Di Amerika Serikat, sebanyak 10% sampai 15% populasi orang dewasa
menderita batu empedu. Prevalensi tertinggi terjadi di Amerika Utara yaitu suku
asli Indian, dengan presentase 64,1% pada wanita dan 29,5% pada pria. Sementara
prevalensi yang tinggi juga terdapat pada suku Non Indian di Amerika Selatan,
dengan presentase 49,9% pada wanita negara Chili suku Mapuche Indian asli dan

1
12,6% pada pria. Prevalensi ini menurun pada suku campuran Amerika yaitu 16,6%
pada wanita dan 8,6% pada pria. Prevalensi menegah terjadi pada masyarakat Asia
dan masyarakat Amerika kulit hitam yaitu 13,9% pada wanita dan 5,3% pada pria.
Sedangkan prevalensi terendah ditemukan pada masyarakat Sub-Saharan Afrika
yaitu < 5% (Alhawsawi et al., 2019) .
Di Asia prevalensi Cholelithiasis yaitu sebesar 3% sampai 10%. Di indonesia,
riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan bahwa prevalensi
Cholelithiasis pada dewasa adalah sebesar 15,4%, dan prevalensi tersebut
meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2016 yaitu 11,7%. Saat ini penderita
Cholelitiasis di Indonesia cenderung meningkat karena perubahan gayahidup
seperti orang-orang barat yang suka mengkonsumsi makanan cepat saji yang dapat
menyebabkan kegemukan karena timbunan lemak dan menjadikan pemicu
terjadinya Cholelitiasis. .(Riskesdas, 2018). Berdasarkan data rekamedis dari bulan
februari sampai Agustus 2023 di RS Hermina Tasikmalaya, pasien yang dilakukan
tindakan kolesistektomi adalah 15.
Di Indonesia, cholelitiasis baru mendapat perhatian setelah di klinis, publikasi
penelitian tentang cholelitiasis masih terbatas. Berdasarkan studi kolesitografi oral
di dapatkan laporan angka insidensi cholelitiasis terjadi pada wanita sebesar 76%
dan pada laki-laki 36% dengan usia lebih dari 40 tahun. Sebagian besar pasien
dengan batu empedu tidak mempunyai keluhan, Risiko penyandang batu empedu
untuk mengalami gejala dan komplikasi relatif kecil. Walaupun demikian, sekali
batu empedu mulai menimbulkan serangan nyeri kolik yang spesifik maka resiko
untuk mengalami masalah dan penyulit akan terus meningkat (Cahyono, 2015)
Penatanalaksanaan kolelitiasis dibedakan menjadi dua yaitu penatalaksanaan
non bedah dan bedah. Ada juga yang membagi berdasarkan ada tidaknya gejala
yang menyertai kolelitiasis, yaitu penatalaksanaan pada kolelitiasis simtomatik dan
kolelitiasis yang asimtomatik. Pada kolelitiasis yang asimtomatik, perlu dijelaskan
pada pasien bahwa tidak diperlukan Tindakan sampai kolelitiasis menjadi
simtomatik. Sedangkan untuk kolesistektomi sampai saat ini masih merupakan
baku emas dalam penanganan kolelitiasis dengan gejala (simtomatik). Pada saat ini
penatalaksanaan kolelitiasis meggunakan laparaskopok kolesistektomi merukan

2
Tindakan yang paling umum dilakukan untuk pengangkatan batu empedu, terutama
padakasus yang mengalami komplikasi seperti kolangitis. Sedangkan untuk
penatalaksanaan alternatif terapi non bedah meliputi penghancuran batu dengan
menggunakan obat-obatan seperti chenodeoxycholic atau ursodeoxycholic acid
(UDCA), extracorporeal shock-wave lithotripsy (ESWL) dengan pemberian obat,
pengunaan obat secara langsung dikantung empedu. Tetapi mediamentosa dengan
IDCA untuk menurunkan saturasi kolesterol empedu dan menghasilkan suatu cairan
lamellar yang menguraikan kolesterol dari batu serta mencegah pembentukan inti
batu (Widiastuti, 2019).
Dari tindakan pembedahan yang telah dilakukan dapat mempengaruhi
kondisiseseorang, setiap pembedahan pasti akan menimbulkan luka dan
menyebabkan nyeri. Sehingga Nyeri yang muncul disebabkan oleh adanya
rangsangan mekanik luka yang dapat menyebabkan tubuh menghasilkan mediator
- mediator kimia nyeri, yang mememberikan rasa kekakuan pada sendi pasien untuk
bergerak atau mobilisasi yang dapat menurunkan kualitas hidup,sehingga pasien
sulit menggerakan ekstremitasnya sampai terjadi kekakuan sendi (Arianti et al.,
2020)
Maka disini perawat berperan penting dalam memberikan asuhan pre
maupun post agar tidak terjadinya peningkatan keparahan penyakit pada pasien.
Perawat sebagai pemberi asuhan keperawatan di tatanan pelayanan kesehatan,
dituntut mampu melakukan pengkajian secara komprehensif, menegakkan
diagnose, merencanakan intervensi, memberikan intervensi keperawatan dan
intervensi yang berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lain dalam
melaksanakanpemberian asuhan keperawatan kepada pasien, serta melakukan
evaluasi dan tindak lanjut. Salah satu intervensi perawat dalam penanganan Pasien
Cholelithiasis dengan mengajarkan latihan rentang gerak (ROM), selain itu perawat
juga memberikan tindakan untuk mengurangi rasa nyeri yang dialami oleh pasien
dengengan memberikan terapi distraksi dan relaksasi (tarik nafas dalam) yang dapat
menurunkan skla nyeri pada pasien.

3
Dari latar belakang di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang
“Gambaran Asuhan Keperawatan klien dengan Cholelithiasis di Intalasi Kamar
Bedah Rumah Sakit Hermina Tasikmalaya”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan suatu masalah
penelitiannya yaitu: “Bagaimana Gambaran Asuhan Keperawatan klien dengan
Cholelithiasis di Intalasi Kamar Bedah Rumah Sakit Hermina Tasikmalaya?”.

C. Tujuan Penulis
1. Tujuan Umum
Mengetahui gambaran asuhan keperawatan klien dengan Cholelithiasis di
Intalasi Kamar Bedah Rumah Sakit Hermina Tasikmalaya
2. Tujuan Khusus
a. Mampu memahami tentang pengkajian asuhan keperawatan dengan
kasus Pre dan Post OP Cholelitiasis
b. Mampu mempahami menganalisa data dengan kasus Pre dan Post
Op Cholelitiasis
c. Mampu menyusun diagnosa keperawatan yang munjul pada kasus
pasien Cholelitiasis
d. Mampu menyusun intervensi yang ada dalam asuhan keperawatan
dengan kasus Pre dan Post Op Cholelitiasis
e. Mampu melakukan dan menjelaskan tentang tidakan yang dilakukan
pada pasien dengan kasus Pre dan Post Op Cholelitiasis.
f. Mampu untuk mengevaluasi asuhan keperawatan dengan kasus Pre
dan Post Op cholelithiasis.

4
D. Manfaat Penulisan
1. Untuk Praktis
Untuk keluarga dan penderita kolelitiasis, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan pemahaman mengenai tindakan-tindakan yang efektif untuk
mengurangi nyeri pada penderita kolelitiasis.
2. Untuk Rumah Sakit
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai panduan bagi perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan baik secara mandiri maupun kolaborasi
terutama dalam memberikan perawatan pada penderita kolelitiasis.
3. Untuk Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
peneliti tentang gambaran asuhan keperawatan pada kolelitiasis dengan nyeri
kronis, serta dapat dijadikan acuan bagi peneliti selanjutnya dalam
melaksanakan penelitian yang berkaitan.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Kolelitiasis adalah penyakit batu empedu yang dapat ditemukan di dalam
kandung empedu atau di dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya. Sebagian
besar batu empedu, terutama batu kolesterol, terbentuk di dalam kandung empedu
(Wibowo, 2010).
Kolelitiasis adalah suatu penyakit yang berisi batu empedu yang biasa
ditemukan di dalam kandung empedu atau di dalam saluran empedu, atau pada
kedua-duanya. Kolelitiasis disebut juga dengan batu empedu, gallstones, atau
biliary calculus. Kolelitiasis atau batu empedu. Batu empedu dikenal ada tiga jenis,
yaitu batu kolesterol, batu pigmen atau batu bilirubin, dan batu campuran. Kandung
empedu terletak di bawah hati, di sisi perut bagian kanan atas, tepat di bawah lobus
kanan hepar. Kandung empedu ini memiliki fungsi untuk menyimpan dan
memekatkan empedu (Sanusi et al., 2019).

B. Etiologi
Secara umum, etiologi dari batu empedu masih belum diketahui secara pasti.
Namun sejauh ini banyak riset yang dilakukan, faktor predisposisilah yang menjadi
paling penting untuk diketahui. Predisposisi tersebut antara lain usia lebih dari 60
tahun, genetika, jenis kelamin (wanita lebih sering, di karenakan hormon estrogen
meningkat saturasi kolestrol dalam kandung empedu), kegemukan (maka kadar
kolestrol dalam kandung empedu pun tinggi), infeksi saluran pencernaan, dan
kondisi klinis seperti diabetes, sirosis hati, pankreatitis, kangker kandung empedu,
dan juga reseksi ileum (Naga, 2013).

6
C. Anatomi

Gambar 2.1
Kandung empedu bentuknya seperti kantong, organ berongga yang
panjangnya sekitar 10 cm, terletak dalam suatu fosa yang menegaskan batas
anatomi antara lobus hati kanan dan kiri. Kandung empedu merupakan kantong
berongga berbentuk bulat lonjong seperti buah advokat tepat di bawah lobus kanan
hati. Kandung empedu mempunyai fundus, korpus, dan kolum. Fundus bentuknya
bulat, ujung buntu dari kandung empedu yang sedikit memanjang di atas tepi hati.
Korpus merupakan bagian terbesar dari kandung empedu. Kolum adalah bagian yang
sempit dari kandung empedu yang terletak antara korpus dan daerah duktus sistika.
Empedu yang disekresi secara terus-menerus oleh hati masuk ke saluran empedu yang
kecil dalam hati. Saluran empedu yang kecil bersatu membentuk dua saluran lebih
besar yang keluar dari permukaan bawah hati sebagai duktus hepatikus kanan dan kiri
yang segera bersatu membentuk duktus hepatikus komunis. Duktus hepatikus
bergabung dengan duktus sistikus membentuk duktus koledokus (Bruno, 2019).

D. Fisiologi
Fungsi kandung empedu, yaitu:
1. Tempat menyimpan cairan empedu dan memekatkan cairan empedu yang ada di
dalamnya dengan cara mengabsorpsi air dan elektrolit. Cairan empedu ini adalah
cairan elektrolit yang dihasilkan oleh sel hati.

22
2. Garam empedu menyebabkan meningkatnya kelarutan kolesterol, lemak dan
vitamin yang larut dalam lemak, sehingga membantu penyerapannya dari usus.
Hemoglobin yang berasal dari penghancuran sel darah merah diubah menjadi
bilirubin (pigmen utama dalam empedu) dan dibuang ke dalam empedu.
Empedu memiliki fungsi, yaitu membantu pencernaan dan penyerapan lemak,
berperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama hemoglobin yang
berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol, garam empedu
meningkatkan kelarutan kolesterol, lemak dan vitamin yang larut dalam lemak untuk
membantu proses penyerapan, garam empedu merangsang pelepasan air oleh usus
besar untuk membantu menggerakkan isinya, bilirubin (pigmen utama dari empedu)
dibuang ke dalam empedu sebagai limbah dari sel darah merah yang dihancurkan,
serta obat dan limbah lainnya dibuang dalam empedu dan selanjutnya dibuang dari
tubuh. Garam empedu kembali diserap ke dalam usus halus, disuling oleh hati dan
dialirkan kembali ke dalam empedu. Sirkulasi ini dikenal sebagai sirkulasi
enterohepatik. Seluruh garam empedu di dalam tubuh mengalami sirkulasi sebanyak
10-12 kali/hari. Dalam setiap sirkulasi, sejumlah kecil garam empedu masuk ke dalam
usus besar (kolon). Di dalam kolon, bakteri memecah garam empedu menjadi berbagai
unsur pokok. Beberapa dari unsur pokok ini diserap kembali dan sisanya dibuang
bersama tinja. Hanya sekitar 5% dari asam empedu yang disekresikan dalam feses
(Reinecke, 2018).

E. Patofisiologi
Ada dua tipe utama batu empedu yaitu batu yang terutama tersusun dari pigmen
dan tersusun dari kolesterol. Batu pigmen, akan terbentuk bila pigmen yang
terkonjugasi dalam empedu mengalami presipitasi atau pengendapan, sehingga terjadi
batu. Risiko terbentuknya batu semacam ini semakin besar pada pasien serosis,
hemolysis dan infeksi percabangan bilier. Batu ini tidak dapat dilarutkan dan hanya
dikeluarkan dengan jalan operasi. Batu kolesterol, merupakan unsur normal
pembentuk empedu bersifat tidak larut dalam air. Kelarutannya bergantung pada asam
empedu dan lesitin (fosfo lipid) dalam empedu. Pada pasien yang cenderung
menderita batu empedu akan terjadi penurunan sintesis asam empedu dan peningkatan

23
sintesis kolesterol dalam hati, mengakibatkan supersaturasi getah empedu oleh
kolesterol dan keluar dari getah empedu mengendap membentuk batu. Getah empedu
yang jenuh oleh kolesterol merupakan predisposisi untuk timbulnya batu empedu
yang berperan sebagai iritan yang menyebabkan peradangan dalam kandung empedu
(Nanda, 2020). Wanita yang menderita batu kolesterol dan penyakit kandung empedu
4 kali lebih banyak dari pada laki-laki. Biasanya terjadi pada wanita berusia > 40
tahun, multipara, obesitas. Penderita batu empedu meningkat pada pengguna
kontrasepsi pil, estrogen dan klofibrat yang diketahui meningkatkan saturasi
kolesterol bilier. Insiden pembentukan batu meningkat bersamaan dengan
penambahan umur, karena bertambahnya sekresi kolesterol oleh hati dan menurunnya
sintesis asam empedu juga meningkat akibat mal absorbs garam empedu pada pasien
dengan penyakit gastrointestinal, pernah operasi resesi usus, dan DM. (Ferreira Junior
et al., 2019).

F. Klasifikasi
Adapun klasifikasi dari batu empedu menurut (Suratun, 2010) adalah sebagai
berikut:
1. Batu kolestrol
Biasanya berukuran beasar, soliter, berstruktur bulat atau oval, berwarna
kuning pucat dan seringkali mengandung kalsium dan pigmen. Kolesterol yang
merupakan unsur normal pembentuk empedu bersifat tidak larut dalam air.
Kelarutannya bergantung pada asam-asam empedu dan lesitin (fosofolipid)
dalam empedu. Pada klien yang cenderung menderita batu empedu akan terjadi
penurunan sintesis asam empedu dan peningkatan sintesis kolesterol dalam
hati.
2. Batu pigmen
Terdiri atas garam kalsium dan salah satu dari anion (bilirubinat, karbonat,
fosfat, atau asam lemak rantai panjang). Batu-batu ini cenderung berukuran
kecil, multipel, dan berwarna hitam kecoklatan, batu pigmen berwarna coklat
berkaitan dengan infeksi empedu kronis (batu semacam inilebih jarang di
jumpai). Batu pigmen akan berbentuk bila pigmen tidak terkonjugasi dalam

24
empedu dan terjadi proses presipitasi (pengendapan) sehingga terjadi batu.
Resiko terbentuknya batu semacam ini semakin besar pada klien sirosis,
hemolisis, dan infeksi percabangan bilier.

A. Manifestasi Klinis
1. Rasa nyeri dan kolik bilier
Jika duktus sistikus tersumbat oleh batu empedu, kandung empedu akan
mengalami distensi dan akirnya akan menjadi infeksi. Penderita akan
mengalami panas dan mungkin terasa massa padat pada abdomen. Penderita
pada kolik bilier disertai dengan nyeri hebat pada abdomen kuadran kanan
atas yang menjalar ke punggung atau bahu kanan.
2. Ikterus
Obstruksi pengaliran getah empedu ke dalam duodenum akan
menimbulkan gejala yang khas, yaitu getah empedu yang tidak lagi dibawa ke
dalam duodenum akan diresap oleh darah.
3. Perubahan warna uruin dan feses
Ekskresi pigmen empedu oleh ginjal akan membuat urin berwarna
sangat gelap. Feses yang tidak lagi di warnai pigmen empedu akan tampak
kelabu dan biasanya pekat.
4. Defisiensi vitamin
obstruksi aliran empedu juga akan menganggu absorpsi vitamin A, D,
E, dan K yamh larut lemak. Oleh karena itu penderita dapat memperlihatkan
gejala defisiensi vitamin ini jika obstruksi bilier berlangsung lama.
5. Terjadi regurgitasi gas
Reegurtasi gas ini dapat berbentuk flatus maupun sendawa (Naga,
2013).

25
G. Penatalaksanaan
Menurut (Nurarif & Kusuma, 2013) penatalaksanaan pada kolelitiasis meliputi:
1. Penanganan Non bedah
a. Disolusi Medis
Oral dissolution therapy adalah cara penghancuran batu dengan
pemberian obat-obatan oral. Disolusi medis sebelumnya harus memenuhi
kriteria terapi non operatif diantaranya batu kolestrol diameternya < 20
mm dan batu <4 batu, fungsi kandung empedu baik, dan uktus sistik paten.
b. ERCP (Endoscopic Retrograde Cholangio Pancreatography)
Batu di dalam saluran empedu dikeluarkan dengan basket kawat atau
balon ekstraksi melalui muara yang sudah besar menuju lumen duodenum
sehingga batu dapat keluar bersama tinja. Untuk batu besar, batu yang
terjepit di saluran empedu atau batu yang terletak di atas saluran empedu
yang sempit diperlukan prosedur endoskopik tambahan sesudah
sfingerotomi seperti pemecahan batu dengan litotripsi mekanik dan
litotripsi laser.
c. ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy)
Litotripsi Gelombang Elektrosyok (ESWL) adalah pemecahan batu
dengan gelombang suara.
2. Penanganan bedah
a. Kolesistektomi laparaskopik
Indikasi pembedahan karena menandakan stadium lanjut, atau
kandung empedu dengan batu besar, berdiameter lebih dari 2cm. kelebihan
yang diperoleh klien luka operasi kecil (2- 10mm) sehingga nyeri pasca
bedah minimal.
b. Kolesistektomi terbuka
Kolesistektomi adalah suatu tindakan pembedahan dengan cara
mengangkat kandung empedu dan salurannya dengan cara membuka
dinding perut (Sahputra, 2016). Operasi ini merupakan standar terbaik
untuk penanganan klien dengan kolelitiasis sitomatik.

26
H. Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian
Menjelaskan bahwa tahap awal yang sangat penting dalam proses asuhan
keperawatan adalah pengkajian. Pada tahap ini menentukan keberhasilan
perawat dalam mengkaji masalah pada pasien dan mengambil langkah
selanjutnya untuk mengatasi masalah pada pasien. Adapun hal-hal yang perlu
dikaji adalah (Hadi, 2016):
a. Identitas klien dan penanggung jawab
Meliputi: nama, umur, jenis kelamin, alamat, tempat tinggal, tempat
tanggal lahir, pekerjaan dan pendidikan. Kolelitiasis biasanya ditemukan
pada 20 -50 tahun dan lebih sering terjadi anak perempuan pada dibanding
anak laki – laki (Cahyono, 2015).
b. Keluhan klien saat ini
Merupakan keluhan yang paling utama yang dirasakan oleh klien saat
pengkajian. Biasanya keluhan utama yang klien rasakan adalah nyeri
abdomen pada kuadran kanan atas, dan mual muntah.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama melalui metode
PQRST, paliatif atau provokatif (P) yaitu focus utama keluhan klien,
quality atau kualitas (Q) yaitu bagaimana nyeri dirasakan oleh klien,
regional (R) yaitu nyeri menjalar kemana, Safety (S) yaitu posisi yang
bagaimana yang dapat mengurangi nyeri atau klien merasa nyaman
dan Time (T) yaitu sejak kapan klien merasakan nyeri tersebut.
2) Riwayat kesehatan lalu
Apakah dahulu klien memiliki riwayat penyakit atau kelainan
sebelunya.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Mengkaji ada atau tidaknya keluarga klien pernah menderita penyakit
kolelitiasis. Penyakit kolelitiasis tidak menurun, karena penyakit ini
menyerang sekelompok manusia yang memiliki pola makan dan gaya

27
hidup yang tidak sehat. Tapi orang dengan riwayat keluarga
kolelitiasis mempunyai resiko lebih besar dibanding dengan tanpa
riwayat keluarga.
4) Riwayat kesehatan Lingkungan
Bagaimana lingkungan sekitar tempat tinggal klien.
d. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan Umum:
a) Penampilan Umum
Mengkaji tentang berat badan dan tinggi badan klien.
b) Kesadaran
Kesadaran mencakup tentang kualitas dan kuantitas keadaan klien.
c) Tanda-tanda Vital
Mengkaji mengenai tekanan darah, suhu, nadi dan respirasi.
2) Sistem endokrin
Mengkaji tentang keadaan abdomen dan kantung empedu. Biasanya
Pada penyakit ini kantung empedu dapat terlihat dan teraba oleh
tangan karena terjadi pembengkakan pada kandung empedu.
e. Pola aktivtas
1) Nutrisi
Dikaji tentang porsi makan, nafsu makan
2) Aktivitas
Dikaji tentang aktivitas sehari-hari, kesulitan melakukan aktivitas dan
anjuran bedrest
3) Aspek psikologis
Kaji tentang emosi, pengetahuan terhadap penyakit, dan suasana hati.
f. Pola Persepsi Diri
Apakah klien dan keluarganya merasa cemas atas penyakit yang
menimpa klien.Kecemasan merupakan suatu kekhawatiran yang
berhubungan dengan perasaan dan emosi pasien ketika akan menjalani
operasi dengan kriteria tingkatan yang diukur dan dinilai menggunakan
modifikasi alat ukur T-MAS dengan skala interval, dengan kriteria : skor

28
1–7 : cemas ringan, 8–14:cemas sedang , 15 – 21 : cemas berat(Arifa &
Trise, 2012)

I. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi


1. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatn pada dengan pre dan post oprasi pasien cholelitiasis
berdasarkan SDKI menurut (PPNI, 2016)
a. Pre oprasi
1) Ansietas
b. Intra oprasi
1) Resiko Cedera
c. Post oprasi
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik
2) Resiko jatuh
3) Gangguan mobilitas fisik berhubungann dengan nyeri
2. Fokus intervensi
Fokus intervensi keperawatan pada pasien dengan pre dan post op
cholelitiasis berdasarkan SIKI menurut (PPNI, Standar Intervensi Keperawatan
Indonesia: Definisi dan Tindakan Keperawatan, Edisi 1, 2018)
Pre oprasi
a. Ansietas berhubungan dengan rencana tindakan operasi.
Definisi: Kondisi emosional dan pengalaman subjektif individu terhadap
objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang
memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman.
Penyebab:
1) Krisis situasional.
2) Kebutuhan tidak terpenuhi.
3) Ancaman terhadap konsep diri
4) Kekhawatiran mengalami kegagalan.
5) Disfungsi sistem keluarga.
Batasan karakteristik:

29
1) Merasa khawatir dengan kondisinya.
2) Bingung.
3) Sulit berkonsentrasi.
4) Merasa gelisah dan tegang.
5) Sulit tidur.
6) Kontak mata terbatas.
Intervensi Ansietas:
Intervensi Rasional
Ansietas
a) Bina hubungan saling
a) Melakukan pendekatan dengan klien akan
percaya dengan klien.
lebih terbuka dan dapat menjelaskan
b) Identifikasi penyebab rasa
kecemasan yang dirasakan klien.
takut pra operasi.
b) Rasa takut yang berlebihan akan
c) Validasi sumber rasa takut,
meningkatkan stress.
berikan informasi yang
c) Mengidentifikasi rasa takut yang spesifik
akurat dan aktual.
akan membantu klien untuk
d) Beritahukan klien
menghadapinya secara realistis.
kemungkinan
d) Mengurangi ansietas/rasa takut bahwa
dilakukannya anestesi
klien mungkin sadar saat dilakukan
umum atau spinal.
prosedur.
e) Dampingi klien untuk
e) Memberikan rasa aman dan nyaman
mengurangi kecemasan
kepada klien.
dan meningkatkan
kenyamanan.
Sumber: SDKI, SLKI, SIKI (2017).

Intervensi Terapi Relaksasi:


Intervensi Rasional
Terapi Relaksasi:
a) Bantu klien menjelaskan a) Memberikan kemudahan kepada klien
keadaan yang bisa untuk menyampaikan keadaan.
menimbulkan kecemasan.
b) Identifikasi dan libatkan b) Klien merasa lebih percaya diri karena di
keluarga/orang-orang damping oleh keluarga/orang terdekat.
terdekat yang bisa
memotivasi klien.
c) Ajarkan klien teknik
relaksasi untuk c) Memberikan kenyamanan dan
mengurangi kecemasan. menurunkan kecemasan klien.

30
Intra Operasi
a. Resiko cedera ditandai dengan terpapar alat medis (couter/ patien plate)
Faktor resiko: terpapar agen nosokomial, terpapar patogen.
Tujuan dan kriteria hasil:
Setelah dilakukan tindakana keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan
tingkat cederda tidak terjadi, dengan kriteria:
1) Toleransi aktivitas menurun.
2) Kejadian cedera menurun
3) Luka/ lecet menurun.
Intervensi:
1) Identifikasi area lingkungan yang berpotensi menyebabkab cedera.
2) Pasang alat pengaman (misal gunakan alat couter dan plate yang satu
paket)
3) Siapkan perawalan lengkap, aman dan siap pakai.
4) Lepas aksesoris dan protesa pada pasien (cincin, kalung, dll).

Post oprasi
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis.
Definisi: Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan
kerusakan jaringan aktual dan fungsional, dengan onset mendadak atau
lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang berlangsung kurang dari
3 bulan.
Penyebab:
1) Agen pencedera fisiologis (misalnya inflamasi, iskemia,neoplasma).
2) Agen pencedera kimiawi (misalnya terbakar, bahan kimia iritan).
3) Agen pencedera fisik (misalnya abses, amputasi, terbakar,terpotong,
mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebih).
Batasan karakteristik:
1) Klien mengeluh nyeri.
2) Tampak meringis.
3) Bersikap protektif (misalnya waspada, posisi menghindari nyeri).

31
4) Gelisah.
5) Frekuensi nadi meningkat.
6) Sulit tidur.
7) Tekanan darah meningkat.
8) Pola nafas berubah.
9) Nafsu makan berubah.
10) Proses berfikir terganggu.
Setelah dilakukan tindakana keperawatan selama 3 x 24 jam, diharapkan
skala nyeri berkurang, dengan kriteria:
1) Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Kontrol nyeri
a) Klien dapat mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan
tanda nyeri)
b) Klien melaporkan nyeri hilang atau terkontrol.
c) Menggunakan tindakan pencegahan.
d) Klien mampu menggunakan teknik non-farmakologi untuk
mengurangi nyeri.
e) Menggunakan analgesik yang direkomendasikan.
2) Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Tingkat nyeri.
a) Klien mampu mengenali lokasi, faktor pencetus nyeri, skala,
karakteristik, intensitas, frekuensi dan lamanya episode nyeri.
b) Tanda-tanda vital dalam batas normal.
c) Ekspresi wajah tampak tenang.
Intervensi Keperawatan
Intervensi Rasional
Nyeri Akut
a) Kaji secara komprehensif a) Mengetahui batasan karakteristik
tentang nyeri, lokasi, mengenai nyeri.
karakteristik, durasi, b) Deteksi dini perkembangan kesehatan
frekuensi, intensitas nyeri klien, peningkatan nyeri akan
dan presipitasi. meningkatkan tanda-tanda vital.
b) Monitor tanda-tanda vital. c) Informasi yang tepat dapat mengurangi
c) Jelaskan pada klien kecemasan dan menambah pengetahuan
penyebab nyeri. klien.

32
d) Ajarkan teknik manajemen d) Menghirup oksigan secara adekuat
nyeri relaksasi nafas membuat otot jadi rileks dan mengurangi
dalam. nyeri.
e) Ajarkan teknik distraksi e) Distraksi (mengalihkan perhatian) dapat
pada saat nyeri. menurunkan stimulasi internal.
f) Kolaborasi dengan tim f) Analgetik memblok lintasan nyeri
medis untuk pemberian sehingga nyeri akan berkurang.
analgetik.
Sumber: SDKI, SLKI, SIKI (2017).

Sumber: PPNI (2018).

b. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri.


1) Data mayor

Subjektif: mengeluh susah menggerakkan ekstremitas.

Objektif: kekuatan otot menurun.

2) Data minor

Subjektif: nyeri saat bergerak, enggan melakukan pergerakan, merasa

vemas saat bergerak.

Objektif: sendi kaku, gerakan tidak terkoordinasi, fisik lemah dan

gerakan terbatas.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ….X24 jam diharapkan

gangguan mobilitas fisik klien dapat teratasi dengan kriteria hasil:

1) Kontrol nyeri

a) Kemampuan mengenali penyebab nyeri dari menurun menjadi

meningkat.

b) Kemampuan menggunakan teknik non-farmakologis dari

menurun menjadi meningkat.

33
2) Tingkat Nyeri

a) Meringis dari meningkat menjadi menurun/ tenang.

b) Keluhan nyeri klien dari skala meningkat menjadi menurun.

Intervensi keperawatan

Intervensi Rasional
Manajemen nyeri.
a) Identifikasi skala nyeri. a) Mengetahui perubahan penilaian
nyeri yang dirasakan.
b) Jelaskan pemicu nyeri. b) Membantu pengurangan rasa nyeri
bila sudah diketahui lebih dalam
masalahnya.
c) Ajarkan teknik non c) Dengan nafas dalam maka rasa nyeri
farmakologis untuk dapat dialihkan.
mengurangi nyeri.
d) Kolaborasi pemberian d) Membantu dalam mengatasi rasa
analgetik. nyeri secara farmakologis.
e) Kontrol lingkungan yang e) Meningkatkan istirahat yang kualitas
memperberat rasa nyeri.
Sumber: PPNI (2018).

c. Resiko jatuh ditandai dengan kondisi pasca operasi


Faktor Resiko:
1) Usia > 65 tahun atau < 2 tahun.
2) Riwayat jatuh.
3) Kondisi pasca operasi
4) Kekuatan otor menurun.
5) Gangguan keseimabangan.
6) Efek agen farmakologis.
Setelah dilakukan tindakana keperawatan selama 1 x 24 jam, diharapkan
resiko jatuh tidak terjadi, dengan kriteria:
1) Jatuh dari tempat tidur dari meningkat jadi menurun.
2) Jatuh saat berdiri dari meningkat jadi menurun.
3) Jatuh saat berjalan dari meningkat menjadi menurun.
4) Jatuh saat di kamar mandi dari meningkat jadi menurun,

34
Intervensi
Intervensi Rasional
a) Identifikasi resiko jatuh. a) Mengetahui penyebab resiko jatuh.
b) Hitung resko jatuh dengan b) Mengetahui perkembangan skala
menggunakan skala. resiko jatuh.
c) Monitor kemampuan c) Mengetahui kemampuan pasien di
berpindah dari tempat tidur seriap perkembangan mobilisasi.
ke kursi roda dan sebaliknya.
d) Anjurkan memanggil perawat d) Membantu pasien dalam
jika membutuhkan untuk beraktivitas.
berpindah
e) Anjurkan gunkan alas kaki e) Mencegah terjadinya jatuh.
yang tidak licin
f) Ajarkan cara menggunakan f) Mempermudah memanggil perawat.
bel pemanggil untuk
memanggil perawat
g) Libatkan keluarga dalam g) Membantu dalam pemenuhan ADL
pemenuhan ADL pasien. pasien.
Sumber : SDKI, SLKI, SIKI (2017).

35
BAB III
TINJAUAN KASUS

A. Rumusan Masalah
Pasien pertama kali datang ke IGD pada tanggal 04 Agustus 2023,

Pukul 12.35 WIB mengeluh nyeri perut bagian atas sejak 2 hari sebelum masuk

rumah sakit. Nyeri perut dirasakan menjalar ke belakang disertai mual namun

tidak sampai muntah. Nyeri dirasakan apabila makan makanan bersantan dan

digoreng. Keluhan hilang timbul sejak 1 tahun terakhir. Sudah USG di Klinik

di sumedang dikatakan ada batu empedu. Pasien dijadwalkan operasi oleh

dokter bedah tanggal 04 Agustus 2023 jam 19.00 WIB.

B. Asesmen Perioperatif Keperawatan (PNCP)


1. Identitas Pasien

Nama : Ny. O

Jenis Kelamin : Perempuan

TTL / Usia : 01 Juli 1958 (65 tahun)

Alamat : Kp. Neglasari, Rt 001/ Rw 003,

Cigalontang, Kab. Tasikmalaya.

Status Perkawinan : Menikah

Agama : Islam

Suku Bangsa : Sunda

Pendidikan : SLTP

Pekerjaan : IRT

36
Tanggal Masuk : 04 Agustus 2023

Ruang / Kelas : 446 B / 3

No. RM : 1450005521

Diagnosa Medis : Cholelithiasis dd koledokolitiasis

Rencana Tindakan Medis : Cholesistektomi

Tanggal Pengkajian : 04 Agustus 2023

Sumber Biaya : Pribadi

Sumber Informasi : Klien, Keluarga dan Rekam Medis

2. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Ny. I

Pekerjaan : IRT

Alamat : Kp. Neglasari, Rt 001/ Rw 003,

Cigalontang, Kab. Tasikmalaya.

Hubungan Keluarga : Anak

3. PRA OPERASI

a. Anamnesa

Tanggal 04 Agustus 2023, pukul 18.00 WIB, diperoleh dari pasien.

Keluhan Utama/Alasan Masuk : nyeri perut bagian atas sejak 2 hari

Riwayat penyakit pasien : tidak ada

Riwayat penyakit keluarga : tidak ada

Operasi sebelumnya : Belum pernah

37
Alergi : tidak ada alergi obat ataupun

makanan

Status Mental : baik / orientasi

Status Psikologis : cemas

Pengobatan saat ini : tidak ada

b. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Composmentis

GCS : 15 (E= 4, M=6, V=5)

Tanda-tanda vital:

• TD : 143/70 mmHg

• Nadi : 95 x/menit

• RR : 20 x/menit

• Suhu : 36,8oC

• Saturasi Oksigen : 100%

TB : 152 cm

BB : 56,7 kg

Asesmen Nyeri : Ada

Indikasi Operasi : Cholelithiasis dd koledokolitiasis

Jenis Operasi : Cholesistektomi

Alat bantu yang digunakan : tidak ada

38
c. Hasil laboratorium (04 Agustus 2023):

No Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Keterangan


HEMATOLOGI
Hematologi Rutin 1
1 Hemoglobin 12.2 11,7 – 15,5 Normal
2 Hematokrit 36.8 35 - 47 Normal
3 Leukosit 6.79 3,6 – 11,0 Normal
4 Trombosit 184 150 – 400 Normal
Bilirubin
1 Bilirubin Direk 0,37 0,1 - 0,25 Meningkat
2 Bilirubin Indirek 0,56 0,0 - 0,75 Normal
HAEMOSTASIS
1 Masa Pendarahan 2’00
2 Masa Pembekuan 6’00
DIABETES
Glukosa Darah
1 93 70 - 140 Normal
Sewaktu
Kreatinin 0,66 0,35 - 0,93 Normal
Ureum 21,75 15,0 - 45,0 Normal

Kebutuhan pendidikan / edukasi : Pasien dijelaskan tentang prosedur

tindakan operasi

Kesediaan menerima edukasi/ pendidikan : Pasien kooperatif saat

dijelaskan tentang prosedur tindakan operasi dan pasien mengerti.

d. Survey Sekunder, dilakukan secara head to toe secara prioritas :

Dalam Batas
Jika tidak dalam batas
Lokasi Normal
normal, jelaskan
Ya Tidak
Kepala √
Leher √
Dada √

39
Abdomen Nyeri perut dan menjalar ke

punggung
Genetalia √
Integument √
Ekstremitas √

e. Cheklist Verifikasi Pasien

No Kegiatan Ya Tidak
1. Periksa gelang identitas dan risiko √
2. Surat pengantar operasi √
3. Surat persetujuan operasi √
4. Surat persetujuan anastesi √
5. Make-up, kutex dihapus √
6. Gigi palsu, soft lens & pace maker implant, √
protease
7. Periksa kelengkapan RM RI/RJ √
8. Hasil laboraturium √
9. Hasil rontgen, EKG √
10. Konsultasi spesialis lain √
11. Penandaan area / area operasi √

f. Checklist Persiapan Fisik Pasien

No Kegiatan Ya Tidak
1. Puasa makan/minum (jam 13.00 WIB) √
2. Protesi luar dilepas (Gigi palsu, soft lens) √
3. Mengggunakan protease dalam(pacemaker, √
implant, protesa panggul/bahu, Vp Shurt)
4. Cat kuku/ perhiasan dilepas √

40
5. Persiapan kulit dicukur/ pembersihan lokasi √
operasi
6. Pengosongan kandung kemih √
7. Infuse terpasang/ IV line √
8. Persediaan Darah √
9. BJJ √
10. Obat yang disertakan √
11. Obat terakhir yang diberikan √

4. INTRA OPERASI

Time Out : Ya

Status Psikologi : Tenang

Mulai Operasi : 18.45 WIB

Selesai Operasi : 20.00 WIB

Jenis Operasi : Cholesistektomi

Tipe Operasi : Elektif

Tingkat kesadaran : Composmentis

Jenis anastesi : Spinal Anastesi

Lokasi pemasangan IV line : Tangan kiri

Posisi operasi : Terlentang

Posisi lengan : Lengan ditempatkan di samping

kanan dan kiri

Posisi alat bantu yang digunakan : Tidak ada

Memakai kateter urin : Ya

Persiapan kulit : Dibersikan atau cuci menggunakan

41
Povidon Iodine 7,5%

Pamakaian cauter : Monopolar

Lokasi Patien Plate : paha kiri 1/3 distal

Pemeriksaan Kondisi Kulit Sebelum Operasi : Utuh

Pemeriksaan Kondisi Kulit Sesudah Operasi : Terbalut Verban

Penghangat : Tidak

Pemakaian tornikuet : Tidak

Pemakaian implant : Tidak

Pemakaian drain : Tidak

Irigasi luka : Nacl 0.9 %

Pemasangan tampon : Tidak

Spesimen Jaringan : Tidak

Perawat Sirkulasi Perawat RR

(Sr. Y) (Sr.Y)

5. PASCA OPERASI

Pasien pindah ke RR : Tanggal 04 Agustus 2023 pukul 20.15 WIB

Keadaan umum : Sedang sakit

Keluhan saat di RR : nyeri luka operasi dan kaki masih terasa baal

Tingkat kesadaran : compos mentis

42
Tanda-tanda Vital :

TD : 145/83 mmHg

Nadi : 78 x/menit

RR : 20 x/menit

Suhu : 36,2oC

Kesadaran : CM, GCS = 15 (E= 4, M= 6 V= 5)

Jalan Nafas : Tidak ada masalah

Pernafasan : Spontan

Terapy Oksigen : Tidak

Kulit : Lembab

Sirkulasi anggota badan : merah muda

Posisi pasien : Telentang

Kondisi balutan : Kering

Asesmen nyeri : Ada, skor nyeri 4, tipe akut, seperti disayat-

sayat, frekuensi terus menerus

Asesmen resiko jatuh : skala reiso jatuh, skor 11

Cairan Masuk : a. Infus Kristaloid : 1000 cc

b. Anastesi : 21 cc

c. Total cairan masuk : 1021 cc

Cairan Keluar : Perdarahan : 50 cc Urine : 400 cc

Kebutuhan edukasi : Mengajarkan teknik nonfarmakologi tarik

nafas dalam dan distraksi untuk mengurangi

nyeri

43
Therapy : a. IVFD RL 500 cc (dripdexketoprofen 100 mg) 20 tpm
b. Kaltrfen supp 100 mg (extra post op)
c. Injeksi Cefxon 2 X 1 gram
d. Injeksi Tofedex 3 X 50 mg
e. Injeksi Lansoprazole 2x 40 mg
Pasien Pindah : Ke Perawatan Umum Lantai 4 tanggal

04 Agustus 2023 jam 22.00 WIB.

Skor Pasien Pindah : Bromage Score, skor 2

6. Disgnosa Masalah : 1. Nyeri b.d terputusnya kontiniutas

jaringan efek insisi pembedahan

2. Gangguan Mobilitas Fisik b.d nyeri dan

gangguan sensoripersepsi (rasa baal)

3. Resiko jatuh ditandai dengan kondisi

pasca operasi.

- Perencanaan :

Dx 1 :

a. Kaji keluhan nyeri

b. Kaji skala nyeri

c. Observasi tanda-tanda vital pasien

d. Bantu pasien melakukan ambulasi dini sesuai kondisi

e. Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi

f. Jelaskan penyebab nyeri pasca pembedahan

g. Berikan pendidikan kesehatan tentang pentingnya teknik

relaksasi tarik nafas dalam

44
h. Libatkan keluarga saat mengajarkan tehnik relaksasi dan

distraksi

i. Kolaborasi pemberian analgetik

Dx 2 :

a. Bantu pasien melakukan ambulasi dan mobilisasi

b. Libatkan keluarga dalam membantu pasien

c. Letakkan barang yang dibutuhkan dekat dengan pasien.


Dx 3:
a. Identifikasi resiko jatuh.
b. Hitung resko jatuh dengan menggunakan skala.
c. Monitor kemampuan berpindah dari tempat tidur ke kursi
roda dan sebaliknya.
d. Anjurkan memanggil perawat jika membutuhkan untuk
berpindah
e. Anjurkan gunkan alas kaki yang tidak licin
f. Ajarkan cara menggunakan bel pemanggil untuk memanggil
perawat
g. Libatkan keluarga dalam pemenuhan ADL pasien.

45
7. Intervensi Asuhan Keperawatan Pada Pasien Ny. O dengan Colelitiasis
Perencanaan, intervensi dan implementasi keperawatan

PERENCANAAN Tanggal &


DIAGNOSA
NO
KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
Nama
Perawat
Pre Operasi
1. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan a) Bina hubungan a) Melakukan pendekatan 04/08/23
dengan rencana tindakan keperawatan saling percaya dengan klien akan lebih
18:00
tindakan operasi. selama 1 X 8 jam, dengan klien. terbuka dan dapat
Ditandai dengan: diharapkan ansietas menjelaskan kecemasan Sr. Y
DS: klien dapat teratasi yang dirasakan klien.
- Klien mengatakan dengan hasil kriteria: b) Identifikasi b) Rasa takut yang
cemas akan a. Merasa khawatir penyebab rasa berlebihan akan
kegagalan akan dengan kondisinya takut pra operasi. meningkatkan stress.
Tindakan yang akan dari meningkat c) Validasi sumber c) Mengidentifikasi rasa
dilakukan dapat menurun. rasa takut, berikan takut yang spesifik akan
- Klien mengatakan b. Bingung dari informasi yang membantu klien untuk
belum pernah meningkat jadi akurat dan aktual. menghadapinya secara
operasi menurun. realistis.
sebelumnya. c. Merasa gelisah dan d) Beritahukan klien d) Mengurangi ansietas/rasa
DO: tegang dari kemungkinan takut bahwa klien
- Klien tampak cemas meningkat menjadi dilakukannya mungkin sadar saat
- Klien tampak sering menurun. anestesi umum dilakukan prosedur.
bertanya perihal atau spinal.
operasi. e) Dampingi klien e) Memberikan rasa aman
- TTV: untuk mengurangi dan nyaman kepada klien
TD : 143/70 mmhg kecemasan dan
Nadi: 95x/menit meningkatkan
Rr 18x/menit kenyamanan.

33
Spo2 : 98 % f) Ajarkan klien f) Memberikan kenyamanan
teknik relaksasi dan menurunkan
untuk mengurangi kecemasan klien.
kecemasan.
Intra Operasi
2. Resiko cedera ditandai Setelah dilakukan a) Identifikasi area a) Mengetahui apa saja yang 04/08/23
dengan terpapar alat tindakan keperawatan lingkungan yang dapat menyebabkan resiko
18.45
medis (couter/ patien selama 1 X 2 jam, berpotensi cedera.
plate) diharapkan resiko menyebabkan Sr. Y
Ditandai dengan: cedera tidak terjadi cedera.
DO: dengan hasil kriteria: b) Pasang alat b) Mengurangi dan
- Menggunakan alat a. Toleransi aktivitas pengaman (misal mencegah terjadinya
couter saat operasi. menurun. gunakan alat cedera.
b. Kejadian cedera couter dan plate
menurun satu paket)
c. Luka/ lecet c) Siapkan peralatan c) Meengefektifkan dalam
menurun. lengkap, aman pengurangi dan
dan siap pakai. pencegahan cedera
d) Lepas aksesoris d) Mencegah pengantaran
dan protesa pada listrik lewat aksesoris.
pasien (cincin,
kalung, dll)
Post Operasi
3. Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan Manajemen nyeri. 04/08/23
dengan agen injuri fisik tindakan keperawatan a) Identifikasi skalaa) Mengetahui perubahan
21:00
(pembedahan/insisi post selama 2 X 24 jam, nyeri. penilaian nyeri yang
Colesistectomy) diharapkan nyeri akut dirasakan. Sr. Y
ditandai dengan: klien dapat teratasi b) Jelaskan pemicu b) Membantu pengurangan
DS: dengan hasil kriteria: nyeri. rasa nyeri bila sudah
- Klien mengeluh Kontrol nyeri diketahui lebih dalam
nyeri. a. Kemampuan masalahnya.
- Nyeri dirasakan di mengenali c) Ajarkan teknik c) Dengan nafas dalam maka
area bekas operasi. penyebab nyeri dari non farmakologis rasa nyeri dapat dialihkan.

34
- Klien mengatakan menurun menjadi untuk .
nyeri bertambah meningkat. mengurangi
ketika banyak b. Kemampuan nyeri.
bergerak dan menggunakan d) Kolaborasi d) Membantu dalam
berkurang ketika teknik non- pemberian mengatasi rasa nyeri secara
diistirahatkan. farmakologis dari analgetik. farmakologis.
DS: menurun menjadi e) Kontrol e) Meningkatkan istirahat
- Skala nyeri 4 dari meningkat. lingkungan yang yang kualitas.
rentang 0-10. memperberat rasa
- Klien tampak nyeri membatasi
meringis kesakitan. Tingkat Nyeri pengunjung.
- Klien tampak a. Meringis dari
melindungi area meningkat menjadi
nyeri. menurun/ tenang.
- Klien tampak b. Keluhan nyeri klien
bersikap protektif dari skala 5 menjadi
(posisi menghindari 2 dari rentang 0-10.
nyeri).
4. Gangguan mobilitas Setelah dilakukan Dukungan 04/08/23
fisik berhubungan tindakan keperawatan Mobilisasi
21:00
dengan nyeri ditandai selama 3 X 8 jam, a) Identifikasi a) Mengetahui penyebab
dengan: diharapkan gangguan adanya nyeri atau susah beraktivitas Sr. Y
DS: mobilitas fisik klien keluhan fisik
- Klien mengeluh dapat teratasi dengan lainnya
susah beraktivitas. hasil kriteria: b) Jelaskan tujuan b) Memudahan dalam
- Klien mengatakan Mobilitas fisik dan prosedur tahapan mobilisasi setelah
nyeri apabila a. Pergerakan mobilisasi dini dilakukan tindakan bedah
bergerak. ekstremitas dari mulai dari ketika dan anastesi.
- sedang menjadi sudah operasi
DO: meningkat. klien sudah bisa
- Klien tampak b. Kekuatan otot dari menggerakan
beraktivitas dibantu sedang menjadi kakinya, hari
oleh keluarga. meningkat kedua klien mulai
bisa duduk di

35
- Terpasang infus RL (kekuatan otot tempa tidur, dan
disebelah kanan. menjadi 5). hari ketiga klien
- Terpasang dower c. Nyeri dari mulai berjalan
cateter. meningkat menjadi seperti ke kamar
- Terlihat sulit cukup menurun. mandi.
melakukan d. Gerakan terbatas c) Anjurkan c) Membantu dalam
pergerakan dari cukup melakukan melancarkan peredaran
- Kekuatan otot meningkat menjadi mobilisasi dini darah sehingga
TAKA 5 TAKI 5 cukup menurun. dengan duduk mempercepat
KAKA 3 KAKI 3 ditempat tidur. penyembuhan luka,
mencegah kekakuan pada
sendi dan memandirikan
klien.
d) Fasilitasi aktifitas d) Membantu supaya
dengan alat bantu mencegah terjadinya
memasang cedera tambahan.
badplang.

5. Resiko jatuh ditandai Setelah dilakukan a) Identifikasi resiko a) Mengetahui penyebab 04/08/23
dengan kondisi pasca tindakana keperawatan jatuh. resiko jatuh.
21:00
operasi, ditandai selama 2 x 8 jam, b) Hitung resko b) Mengetahui
dengan: diharapkan resiko jatuh jatuh dengan perkembangan skala Sr. Y
tidak terjadi, dengan menggunakan resiko jatuh.
DS:
kriteria: skala.
- Pasien 1) Jatuh dari tempat c) Monitor c) Mengetahui kemampuan
mengatakan kaki tidur dari meningkat kemampuan pasien di seriap
masih terasa baal jadi menurun. berpindah dari perkembangan mobilisasi.
DO: 2) Jatuh saat berdiri tempat tidur ke
- Terlihat sulit dari meningkat jadi kursi roda dan
melakukan menurun. sebaliknya.
pergerakan 3) Jatuh saat berjalan d) Anjurkan d) Membantu pasien dalam
- Efek agen dari meningkat memanggil beraktivitas.
farmakologi menjadi menurun. perawat jika
(anestesi)

36
- Kondisi pasca 4) Jatuh saat di kamar membutuhkan
operasi mandi dari untuk berpindah
- Kekuatan otot meningkat jadi e) Anjurkan gunkan e) Mencegah terjadinya
TAKA 5 TAKI 5 menurun, alas kaki yang jatuh.
KAKA 3 KAKI 3 tidak licin
f) Ajarkan cara f) Mempermudah
menggunakan bel memanggil perawat.
pemanggil untuk
memanggil
perawat
g) Libatkan keluarga g) Membantu dalam
dalam pemenuhan ADL pasien.
pemenuhan ADL
pasien.

37
8. Implementasi Keperawatan
Tanggal Implementasi Respon Pasien Perawat
04/08/23 − Menerima operan − Pasien rencana tindakan Sr. Y
18.00 WIB pasien dari Sr. S cholesistektomi
− Mengkonfirmasi − Berkas lengkap dan antibiotik
kelengkapan berkas (Ceftriaxone 1 gr)
operasi dan antibiotik
yang sudah diberikan
− Mengobservasi tanda- − TTV:
tanda vital TD : 140/80 mmHg
Nadi : 86 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36
− Mengkaji skala cemas − Skala cemas 5
− Mengkaji skala Nyeri − Skala nyeri 3
− Menganjurkan pasien − Pasien kooperatif
berdoa sesuai dengan
agama dan kepercayaan
− Memberikan
pendidikan kesehatan − Pasien mengerti dan menerima
mengenai prosedur edukasi dengan baik
persiapan pembedahan
dan berikan penjelasan
secara akurat dan nyata
tentang tindakan yang
akan dilakukan
− Melibatkan keluarga − Keluarga kooperatif
dan orang terdekat
pasien untuk
memberikan perhatian

37
18.30 WIB − Memindahkan pasien − Pasien tampak Cemas Sr. Y
dari Pre OP ke OK
− Mengkaji apakah − Tidak ada
pasien mempunyai
faktor resiko
sebelumnya
− Mengobservasi selama − Tidak ada penekanan pada
operasi berlangsung anggota tubuh lain
apakah ada penekanan
pada anggota tubuh
pasien.
− Mengkaji ulang kondisi − Tidak ada keluhan
dan keluhan post
operasi
− Berkolaborasi dengan − Posisi pasien baik sesuai
dokter anastesi untuk instruksi dokter anstesi
perubahan posisi pasien
dan pemindahan pasien
ke RR
20.15 WIB − Memindah pasien dari − Pasien dipindahkan dalam Sr. Y
OK ke RR keadaan terlentang
− Mengkaji skala nyeri − Skala nyeri 5
− Mengobservasi tanda- − TTV:
tanda vital pasien TD : 135/81 mmHg
Nadi : 82 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,6
− Mengajarkan teknik − Pasien kooperatif
relaksasi nafas dalam

38
− Melibatkan keluarga − Keluarga kooperatif
saat mengajarkan
tehnik relaksasi nafas
dalam
22:00 WIB − Memindahkan pasien − Pasien tenang, kesadaran CM Sr. Y
dari OK ke ruangan − Pasien terpasang Cateter Urine
perawatan lantai 4
23.00 WIB − Melakukan pengkajian − Pasien kooperatif dengan skala Sr. Sm
lanjutan setelah operasi nyeri 4
− Menciptakan − Pasien lebih tenang
lingkungan yang
nyaman
− Menjelaskan masalah − Pasien mengerti masalah yang
yang ada pada pasien telah dijelaskan
Dx 1: Nyeri b.d
terputusnya kontiniutas
jaringan efek insisi
pembedahan
23.30 WIB − Melibatkan keluarga − Keluarga kooperatif Sr. Sm
dalam menciptakan
lingkungan yang
nyaman dan tenang
23.45 WIB − Memonitor cairan infus − IVFD dan kateter urine lancer. Sr. Sm
dan Kateter urine
05/08/2023
06.00 WIB − Memberikan therapi − Pasien Kooperatif Sr. Sm
Cefxone 2x1 gr
Tofedex 2x50 mg
Lansoprazole 2x40 mg

39
− Menganjurkan klien − Pasien Kooperatif
untuk makan selagi
hangat
− Mengobservasi TTV − Skala nyeri 3/10
dan mengkaji skala TD :145/83 mmhg
nyeri Nadi :78 x/menit
Rr : 18 x/menit
Suhu : 36,2oC
Spo2 : 98 %
07.00 WIB − Melakukan operan dari − K/u pasien sedang dengan skala Sr. Sn
dinas Malam dengan nyeri 3 dan Sr.
dines pagi − Tampak luka operasi terbalut Ss
verban.
− Diet Lunak
− IVFD : RL 20 tpm
− Terpasang Kateter urine
− Terapi terlampir
07.30 WIB − Memperkenalkan diri − Pasien kooperatif Sr. Ss
sebagai PN Pagi
12.00 WIB − Mengobservasi TTV − Skala nyeri 3 dan TTV: Sr. Ss
dan mengkaji skala TD : 170/101 mmHg
nyeri Nadi : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
Suhu : 36,5
14.00 WIB − Melakukan operan dari − K/u pasien sedang dengan skala Sr. Ss
dan Sr.
dinas Pagi dengan dinas nyeri 4
N
Siang − Tampak luka operasi terbalut
verban.
− Diet Lunak
− IVFD : RL 20 tpm

40
− Terpasang Kateter urine
− Terapi terlampir
14.30 WIB − Memperkenalkan diri − Pasien kooperatif Sr. N
sebagai PN Siang
15.00 WIB − Menciptakan − Pasien kooperatif Sr. N
lingkungan yang
nyaman
16.00 WIB − Memotivasi pasien − Pasien kooperatif Sr. N
personal hygiene
18.10 WIB − Memotivasi pasien − Pasien makan habis 1 porsi Sr. N
untuk makan selagi dengan diit lunak TKTP
hangat dan menarik
− Memberikan therapi − Pasien Kooperatif
Cefxone 2x1 gr
Tofedex 2x50 mg
Lansoprazole 2x40 mg
− Mengobservasi TTV − Skala nyeri 3/10
dan mengkaji skala TD : 181/100 mmhg
nyeri Nadi :87 x/menit
Rr : 20 x/menit
Suhu : 37,6oC
Spo2 : 99 %
20.00 WIB − Menganjurkan pasien − Pasien Kooperatif Sr. N
mobilisasi bertahap
− Menganjurkan pasien
lakukan relaksasi nafas
dalam bila nyeri terasa
21.00 WIB − Melakukan operan dari − K/u pasien sedang dengan skala Sr. N
dines Pagi dengan dines nyeri 2 dan Sr.
Malam Y

41
− Tampak luka operasi terbalut
verban.
− Mobilisasi duduk semi fowler
− IVFD : RL 20 tpm
− Terpasang Kateter urine
− Terapi terlampir
21.30 WIB − Memperkenalkan diri − Pasien kooperatif Sr. Y
sebagai PN Malam
23.30 WIB − Menemani Visite dr. − Pasien Kooperatif Sr. Y
A,Sp.B
P : - Therapy sesuai
- Diet lunak
- Besok obat injek
ganti obat oral
- BLPL minggu
tunggu visite
24.00 WIB − Menciptakana − Pasien kooperatif Sr. Y
lingkungan yang
nyaman dan
menganjurkan pasien
istirahat
06/08/2023
06.00 − Memberikan therapi − Pasien Kooperatif Sr. Y
Cefxone 2x1 gr
Tofedex 2x50 mg
Lansoprazole 2x40 mg
− Menganjurkan klien − Pasien Kooperatif
untuk makan selagi
hangat

42
− Melakukan Blader − Pasien Kooperatif
training
07.00 WIB − Melakukan operan dari − K/u pasien sedang dengan skala Sr. Y
dan Sr.
dinas Malam dengan nyeri 3
Yr
dines pagi − Tampak luka operasi terbalut
verban.
− Diet Lunak
− IVFD : RL 20 tpm
− Terpasang Kateter urine
Terapi terlampir
07.30 WIB Memperkenalkan diri − Pasien kooperatif Sr. Yr
sebagai PN Pagi
12.00 WIB − Mengobservasi TTV − Skala nyeri 2 dan TTV: Sr. Yr
dan mengkaji skala TD : 157/96 mmHg
nyeri Nadi : 68 x/menit
RR : 22 x/menit
− Suhu : 36,7
14.00 WIB − Melakukan operan dari − K/u pasien sedang dengan skala Sr. Yr
dinas Pagi dengan dinas nyeri 2 dan Sr.
Siang − Tampak luka operasi terbalut N
verban.
− Diet Lunak
− IVFD : RL 20 tpm
− Terpasang Kateter urine
(sedang di Blader training)
− Terapi terlampir
14.30 WIB − Memperkenalkan diri Pasien kooperatif Sr. N
sebagai PN Siang

43
15.00 WIB − Menciptakan − Pasien kooperatif Sr. N
lingkungan yang
nyaman
15.30 WIB − Menemani Visite dr. − Pasien Kooperatif Sr. N
A,Sp.B
P : - BLPL
Kontrol hari Jumat 11
Agustus 2023
Obat Pulang:
- Cefixime 2x200 mg
PO
- Tofedex 3x1 tab PO
- Lansop 1x1 caps PO
16.00 WIB − Membuka Kateter urine − Pasien kooperatif Sr. N
dan IVFD
17.00 WIB Proses Pulang

44
9. Evaluasi Keperawatan
04/08/2023 Evaluasi Post Operasi : Sr. Y
22:00 WIB S: pasien mengatakn kaki masih terasa baal, mulai terasa
nyeri pada luka op, nyeri dirasakan seperti di sayat sayat.
O: Ku Sedang Kesadaran CM akral hangat nadi teraba
kuat. CRT < 2 detik. Bromage skore 2. Terpasang kateter
urine. Balutan luka tertutup dan tidak ada rembesan, skala
nyeri 4/10
TD 145/83 mmhg
N 78 x/menit
Rr 18 x/menit
S 36.2 C
Spo2 98 %
A: Dx 1 Cemas teratasi
Dx 2 Nyeri akut teratasi Sebagian
Dx 3 Gangguan mobilitas fisik teratasi sebagian
Dx 4 Resiko jatuh teratasi
P : Intervensi dilanjutkan
05/08/2023 Evaluasi Post Operasi : Sr. N
21.00 WIB S: pasien mengatakan nyeri pada luka op berkurang,
mengeluh menggigil
O: Ku Sedang Kesadaran CM akral hangat nadi teraba
kuat. CRT < 2 detik. Terpasang kateter urine. Balutan luka
tertutup dan tidak ada rembesan, skala nyeri 3/10
TD 181/100 mmhg
N 87 x/menit
Rr 20 x/menit
S 37.6 C
Spo2 99 %

45
A: Dx 1 Nyeri akut teratasi Sebagian
Dx 2 Gangguan mobilitas fisik teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
06/08/2023 Evaluasi Post Operasi : Sr. N
19.00 WIB S : Pasien mengatakan nyeri pada luka bekas OP
Bekurang. Pasien mengatakan lebih nyaman dari
sebelumnya.
O : KU Sedang, Kes. CM, Akral hangat, nadi kuat, VAS
2/10. Balutan luka tertutup rapih dan tidak ada rembesan.
TD 160/85 mmhg
N 80x/menit
Rr 21 x/menit
S 36.6 C
Spo2 99 %
A: Dx 1 Nyeri akut teratasi
Dx 2 Gangguan mobilitas fisik teratasi
P : Pasien boleh pulang, intervensi dihentikan

46
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 04 Agustus 2023 jam 18.00 WIB dan

didapat data identitas klien bernama Ny. O (65 tahun) dengan diagnosa

cholelithiasis dd koledokolitiasis. Adapun alasan masuk klien adalah klien

mengatakan nyeri perut bagian atas sejak 2 hari SMRS. Nyeri perut dirasakan

menjalar ke belakang disertai mual namun tidak sampai muntah. Nyeri dirasakan

apabila makan makanan bersantan dan digoreng. Keluhan hilang timbul sejak 1

tahun terakhir. Sudah USG di Klinik di sumedang dikatakan ada batu empedu.

Selain itu, klien mengeluh cemas akan dilakukan operasi. Klien mengatakan

skala cemas 5 dan susah beristirahat. Klien tampak cemas dan sering mengulang-

ulang pertanyaan. Hal ini sesuai dengan terori bahwa tindakan pembedahan

merupakan salah satu tindakan medis yang akan mendatangkan stressor terhadap

integritas seseorang. Pembedahan akan membangkitkan reaksi stress baik fisiologis

maupun psikologis. Salah satu respon psikologis adalah cemas. Suatu penelitian

menyebutkan bahwa 80% dari pasien yang akan menjalani pembedahan mengalami

kecemasan.

B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian pada Ny. O diperoleh diagnosa keperawatan

yang terdiri dari diagnosa pre operasi yaitu nyeri b.d proses penyakit dan anxietas

b.d prosedur pembedahan. Diagnosa intra operasi yaitu resti cidera intraoperatif b.d

47
kebutuhan posisi pembedahan dan diagnosa post operasi yaitu nyeri b.d terputusnya

kontiniutas jaringan efek insisi pembedahan dan Gangguan Mobilitas Fisik b.d

nyeri dan gangguan sensoripersepsi (rasa baal). Diagnosa keperawatan tersebut

menggunakan panduan SAK Rumah Sakit Hermina.

C. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan keperawatan yang dilaksanakan pada kasus Ny. O menggunakan

panduan SOP Rumah Sakit Hermina yang terdiri dari perencanaan pre operasi, intra

operasi dan post operasi.

D. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah

dirumuskan dan didokumentasikan sesuai dengan tindakan yang telah dilakukan.

E. Evaluasi Keperawatan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada tanggal 07 Agustus 2023, nyeri

klien berkurang dan cemas teratasi. Saat pembedahan sterilitas alat-alat yang

dipakai terjaga. Posisi klien aman selama menjalani tindakan pembedahan. Resiko

cidera intra operatif tidak terjadi. Klien mengatakan nyeri diperut area luka operasi,

dan skala 3-4, nyeri terasa terus menerus sekitar 5 menit. Terdapat luka post operasi

di perut dan klien tampak meringis kesakitan. Klien melakukan teknik relaksasi

nafas dalam dengan baik dan mendapat terapi analgetik sehingga nyeri teratasi

sebagian. Kien pindah ke ruang perawatan dan intervensi dilanjutkan di ruang

perawatan,

48
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Kolelitiasis adalah penyakit batu empedu yang dapat ditemukan di dalam
kandung empedu atau di dalam saluran empedu, atau pada kedua-duanya. Sebagian
besar batu empedu, terutama batu kolesterol, terbentuk di dalam kandung empedu
(Wibowo, 2010).
Data World Health Organization (WHO) tahun 2014 menunjukkan bahwa
terdapat 400 juta penduduk di dunia mengalami Cholelithiasis dan mencapai 700
juta penduduk pada tahun 2016. Cholelithiasis atau batu empedu terbentuk akibat
ketidak seimbangan kandungan kimia dalam cairan empedu yang menyebabkan
pengendapan satu atau lebih komponen empedu. Cholelithiasis merupakan masalah
kesehatan umum dan sering terjadi di seluruh dunia, walaupun memiliki prevalensi
yang berbeda beda di setiap daerah (Arif Kurniawan, Yunie Armiyati, 2017).
Sehingga penulis memperoleh kesimpulan dari asuhan keperawarawatan
pada Ny. O dengan post oprasi Cholelitiasis sebagai berikut.
1. Dapat disimpulkan cholelitiasi adalah timbunan kristal di dalam kandung
empedu atau di saluran empedu seperti bilirubin.
2. Pengkajian yang di lakukan mulai dari data umum, pola kesehatan fungsional,
pemeriksaanfisik, sampai data penunjang.
3. Masalah keperawataan yang muncul pada Ny. O adalah ansietas berhubungan
dengan kekhawatiran mengalami kegagalan dibuktikan dengan dengan klien
merasa cemas dan kwatir akan kegagalan oprasi yang akan dihadapinya, nyeri
akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai dengan klien
mengeluh nyeri dibagian abdomen kanan atas nyeri yang dirasakan hilang
timbul, ganguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri post oprasi. Dengan
diagnosa keperawatan prioritas adalah Nyeri akut.
4. Rencana tindakan yang ditetapkan berdasarkan Standar Intervensi
Keperawatan Indonesia. Fokus intervensi yang di berikan kepada Ny. O dengan
dignosa keperawatan prioritas nyeri akut dengan mengajarkan Teknik relaksasi

49
nafas dalam dan ditraksi.
5. Implemntasi dilakukan selama 3 hari sesuai dengan intervensi yang telah
disusun pada masing- masing diagnosa keperawatan.
6. Hasil evaluasi yang di dapatkan setelah melakukan tindakan keperawatan
selama 3 hari didapatkan tujuan tercapai dan masalah teratasi.

B. Saran
1. Bagi para pembaca diharapkan senantiasa selalu menjaga Kesehatan.
2. Bagi perawat diharapkan melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan
prosedur yang benar untuk meningkatkan keberhasilan tindakan keperawatan.

50
DAFTAR PUSTAKA

(Nurarif & Kusuma, 2016). (2013). Journal of Chemical Information and Modeling.
https://doi.org/10.1017/CB09781107415324.004

Arianti, A., Mayna, N. P., & Hidayat, Y. (2020). Mobilisasi Dini Terhadap Pemulihan
Peristaltik Usus Dan Skala Nyeri Pasien Post Pembedahan. Journal of Holistic
Nursing Science,

Arif Kurniawan, Yunie Armiyati, R. A. (2017). Pengaruh Pendidikan Kesehatan pre


operasi terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre operasi di RSUD Kudus.

Bruno, L. (2019). Buku Ajar Anatomi Dan Fisiologi. Journal of Chemical


Information and Modeling (Vol. 53).
http://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Ferreira Junior, E. G., Apolinario Costa, P., Freire Golveia Silveira, L. M., Valois
Vieira, R., Lima Martins Soares, H. A., Menon Loureiro, B., … Coelho
Ferreira Rocha, J. R. (2019). Localized pancreatic Castleman disease
presenting with extrahepatic dilatation of bile ducts: A case report and review
of published cases. International Journal of Surgery Case Reports, 54, 28–33.
http://doi.org/10.1016/j.ijscr.2018.11.006

Hadi, P. (2016). Modul Bahan ajar cetak: Keperawatan Medikal Bedah II.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Haryono,2012. (2013). Karakteristik Pasien Koleliatis Di Rsup Dr. Wahidin


Sudirohusodo Makassar.

Naga, S. s. (2013). BUKU PANDUAN LENGKAP Ilmu Penyakit Dalam (P. E.


Nareswati (ed.)). DIVA Press.

PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator


Diagnostik (Edisi 1). DPP PPNI

PPNI. (2018a). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tidakan


Keperawatan (edisi 1). PPNI DPP.

PPNI. (2018b). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tindakan


Keperawatan (Edisi 1). DPP PPNI.

Reinecke Ribka Halim. (2018). Anatomi Fisiologi Empedu

Sanusi, H., Umboh, A., & Umboh, V. (2019). PROFIL CT-SCAN PASIEN DENGAN
KOLELITIASIS DI BAGIAN RADIOLOGI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU
MANADO PERIODE AGUSTUS 2015 – AGUSTUS 2016 Jurnal
KEDOKTERAN KLINIK (JKK), Volume 3 No 2, Juli - Desember 2019.

Wibowo. (2010). Journal Of Chemical Information and Modeling.


https://doi.org/10.1017/CB09781107415324.004
Tasikmalaya, Noverbener 2023

Mengetahui

Manajer Keperawatan

Lenny Perzanti, S.Kep.,Ners

Perawatan PP Bedah

Yuni Saftira Yuliana, Amd. Kep Nur Aziz Ajharrahmat, S.Kep.,Ners


WOC Cholelitiasis

CHOLELITIASIS

OBESITAS WANITA 4X > BERESIKO DIET TINGGI SERAT TINGGI KLESTEROL USIA SIROSIS HATI, HEMOLISIS INFEKSI PENCABANGAN BILLER

Menigkatkan hormone estrogen Empedu Litogenik > 65 Tahun Pigmen empedu (Bilirubin)
(Mempengaruhi factor tidak terkonvigurasi
Mempengaruhi asam lambung tubuh dan control
terhadap kolesterol)
Terjadi presipitasi
Meningkatkan Kolesterol (Pengendapan)

Pembentukan Kristal Kolesterol KOLELITIASIS


(Batu Empedu) BATU PIGMEN
BATU KOLESTEROL

Batu terdorong menuju ductus sistikus


Intake Makanan (Terutama Lemak)

Obstruksi ductus sistikus


Sekresi oleh dinding duodenum

Kontraindikais kantung empedu

Distensi kantung empedu Gangguan aliran empedu ke Aliran balik cairan empedu ke hepar Iritasi dinding ductus sistikus Peradangan disekitar hepatobilier
duodenum melalui darah akibat gesekan dengan batu

Fundus empedu menyentuh Absorbsi Vit (A, D, E, K) terganggu Jumlah bilirubin dalam darah Respon inflamasi Pengeluaran SGPT, SGOT
dinding abdomen pada kartilago
kosta 9 dan 10
Defisiensi Vit K Memicu warna kuning Ikterus Peningkatan pernabilitas & Merangsang sisten saraf
pada batu empedu perubahan hemodinamik parasimpatis
Terjadinya gesekan empedu
Gangguan pembekuan darah normal
Terjadi penampakan bilirubin pada Penurunan peristaltic usus dan
Penumpukan cairan di interstisial
Nyeri abdomen kuadran kanan atas lapisan bawah kulit lambung
Nyeri Akut Resiko Perdarahan Resiko Kerusakan integritas Kulit Peningkatan tekanan intra abdomen Makanan tertahan dilambung

Mual Peningkatan produktifitas


lambung
TINDAKAN
Muntah, Anoreksia

Cholesistektomi Kekurangan volume Cairan


Ketidakseimbangan nutrisi kurang
dari kebutuhan

Diagnosa Pre Operasi: Diagnosa Post Operasi:


1. Nyeri Akut 1. Nyeri Akut
2. Gangguan Integritas Kulit 2. Gangguan Citra Tubuh
3. Ansietas 3. Risiko Infeksi
4. Kekurangan volume cairan 4. Resiko perdarahan

INTERVENSI

Nyeri Akut Nutrisi kurang dari Ansietas Risiko Infeksi Resiko Perdarahan Gangguan Keseimbangan
☑ Kontrol lingkungan yang kebutuhan ☑ Ajarkan klien teknik relaksasi untuk ☑ Periksa kesiapan dan kemampuan ☑ Identifikasi tanda-tanda perdarahan Cairan
memperberat rasa nyeri membatasi mengurangi kecemasan. menerima informasi ☑ Catat nilai HB, HT sebelum dan
☑ Bantu klien menentukan pedoman ☑ Monitor tekanan darah dan nadi.
pengunjung. ☑ Bina hubungan saling percaya ☑ Ajarkan cara memeriksa kondisi sesudah tindakan
atau piramida makanan yang paling
dengan klien. ☑ Monitor status hidrasi dengan
☑ Identifikasi skala nyeri. cocok dalam memenuhi kebutuhan luka / luka operasi ☑ Monitor TTV Orostatik melihat membran mukosa, kaji
☑ Jelaskan pemicu nyeri. ☑ Identifikasi penyebab rasa takut pra ☑ Lakukan perawatan luka/ganti ☑ Monitor intake dan output cairan
nutrisi. turgor kulit dan pengisian kapiler.
operasi.
☑ Ajarkan teknik non farmakologis ☑ Tentukan jumlah kalori yang verban dengan tehnik septik aseptik ☑ Kaji masukan dan haluara
☑ Validasi sumber rasa takut, berikan
untuk mengurangi nyeri. dibutuhkan untuk memenuhi ☑ Jelaskan tanda dan gejala infeksi ☑ Auskultasi bising usus dan kaji
informasi yang akurat dan aktual.
☑ Kolaborasi pemberian analgetik. persyaratan gizi local dan sistemik kelancaran flatus
☑ Beritahukan klien kemungkinan
☑ Libatkan keluarga saat mengajarkan ☑ Kolaborasi dan konsultasikan diet ☑ Libatkan pasien/keluarga untuk
dilakukannya anestesi umum atau ☑ Kolaborasi pemberian cairan iv dan
tehnik relaksasi dan distraksi klien dengan ahli gizi. menjaga luka agar tetap kering
spinal. elektrolit.
☑ Kolaborasi pemberian analgetik ☑ Dampingi klien untuk mengurangi ☑ Berikan pendidikan kesehatan pada
kecemasan dan meningkatkan pasien/keluarga untuk selalu
kenyamanan. menjaga kebersihan sekitar luka
☑ sesuai dengan indikasi dan menjaga luka tetap kering
Kolaborasi pemberian antibiotik

DAFTAR PUSTAKA:
1. Sanusi, H., Umboh, A., & Umboh, V. (2019). PROFIL CT-SCAN PASIEN DENGAN KOLELITIASIS DI BAGIAN RADIOLOGI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE AGUSTUS 2015 – AGUSTUS 2016 Jurnal KEDOKTERAN
KLINIK (JKK), Volume 3 No 2, Juli - Desember 2019.
2. Naga, S. s. (2013). BUKU PANDUAN LENGKAP Ilmu Penyakit Dalam (P. E. Nareswati (ed.)). DIVA Press.
3. Haryono, R. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan. Yogyakarta: Gosyen Publishing. J. Kedokt Meditek Volume 23, No.63 Juli- September 2017)
4. PPNI. (2018a). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi dan Tidakan Keperawatan (edisi 1). PPNI DPP.

Yuni Saftira Yuliana – RS Hermina Tasikmalaya

Anda mungkin juga menyukai