Anda di halaman 1dari 44

STRATEGI PENGAWAS DALAM PEMBINAAN KOMPETENSI

PROFESIONALISME GURU SD 24 SUNGAI RAYA

PROPOSAL TESIS

OLEH
YOVI YANTI
NIM. F2171231014

PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2024
STRATEGI PENGAWAS DALAM PEMBINAAN KOMPETENSI
PROFESIONALISME GURU SD 24 SUNGAI RAYA

PROPOSAL TESIS

Diajukan Sebagai Syarat untuk Melanjutkan Penelitian Tesis


Jurusan Ilmu Pendidikan
Program Studi Magister Administrasi Pendidikan

OLEH
YOVI YANTI
NIM. F2171231014

PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI PENDIDIKAN


JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2024

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

STRATEGI PENGAWAS DALAM PEMBINAAN KOMPETENSI


PROFESIONALISME GURU SD 24 SUNGAI RAYA

YOVI YANTI
NIM. F2171231014

Disetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Nama Nama
NIP NIP

Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Administrasi Pendidikan

Dr. Luhur Wicaksono, M.Pd


NIP. 196004291987031003

iii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan berkah-Nya sehingga penulis dapat menyusun proposal tesis yang

berjudul “Pembinaan Guru Oleh Pengawas Sekolah Melalui Supervisi Akademik

Di Tk Negeri Pembina Sungai Raya”. Proposal tesis ini disusun dengan tujuan

sebagai persyaratan untuk menempuh seminar pada program studi Magister

Administrasi Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Tanjungpura Pontianak.

Permasalahan yang diangkat dalam proposal tesis ini adalah cara

pengawas dalam membina guru di TK Negeri Pembina Sungai Raya. Penelitian

ini mendeskripsikan cara pengawas dalam upayanya melakukan pembinaan

terhadap guru, terutama melalui supervisi akademik. Diharapkan hasil penelitian

ini akan berguna sebagai acuan sehingga cara yang diterapkan pengawas dalam

mencapai keberhasilannya membina guru juga dapat diterapkan disekolah lainnya.

Penulis menyadari penulisan proposal tesis ini masih jauh dari sempurna,

ketidaksempurnaan dan kekurangan dalam tulisan ini terjadi karenna semata –

mata atas kelemahan penulis sendiri. Untuk itu penulis sangat mengharapkan

kritik dan saran yang membangun demi penyempurnakan proposal tesis ini.

Kubu Raya, Februari 202

iv
Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..............................................................................................i


LEMBAR PERSETUJUAN .................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv

DAFTAR TABEL..................................................................................................v

DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................vii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................1

A. Latar Belakang Masalah...............................................................................1


B. Pertanyaan Penelitian...................................................................................5
E. Tujuan Penelitian.........................................................................................5
G. Manfaat Penelitian.......................................................................................6
H. Definisi Operasional....................................................................................7
BAB II KAJIAN PUSTAKA.................................................................................9
A. Pengertian Strategi.......................................................................................9
B. Pengertian Pengawas Sekolah....................................................................10
C. Fungsi dan Tugas Pokok Pengawas Sekolah.............................................11
D. Kompetensi Pengawas Sekolah.................................................................14
E. Kompetensi Profesionalisme Guru............................................................16
1. Pengertian Kompetensi profesionalimse guru.......................................16

v
2. Indikator kompetensi profesionalisme guru..........................................18
3. Faktor Faktor yang mempengaruhi kompetensi profesional guru ........19
F. Hasil-Hasil Penelitian terdahulu ...............................................................20

BAB III METODE PENELITIAN.....................................................................23


A. Jenis penelitian...........................................................................................23
B. Kehadiran Penelitian..................................................................................24
C. Lokasi penelitian........................................................................................24
D. Partisipan Penelitian...................................................................................24
E. Teknik Pengumpulan Data.........................................................................25
F. Instrumen Pengumpulan Data.....................................................................27
G. Analisis Data..............................................................................................27
H. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data........................................................29
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................31

vi
DAFTAR GAMBAR

vii
DAFTAR TABEL

viii
DAFTAR LAMPIRAN

ix
x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut UU dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan, Direktorat

RI Jenderal Pendidikan Tahun 2006 Sistem pendidikan nasional adalah

keseluruhan komponen Pendidikan yang meliputi input, proses, output, dan

outcome, yang saling terkait secara terpadu untuk mencapai tujuan yaitu untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan

bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,

kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung

jawab. Pendidikan yang bermutu sangat membutuhkan tenaga kependidikan yang

profesional, yaitu komitmen para anggota suatu profesi dan terus menerus

mengembangkan strategi-strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan

sesuai dengan profesinya itu.

Menurut Jamal (2016) menyatakan guru merupakan bagian terpenting

dalam kemajuan peradaban bangsa. Dialah yang diharapkan mampu membentuk

kepribadian, karakter, moralitas, dan kapabilitas intektual generasi muda. Guru

sebagai pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan

melaksanakan proses pembelajaran, menilai membimbing dan melatih, serta

melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, guru tenaga profesional

yang merupakan faktor penentu mutu pendidikan haruslah memiliki keterampilan

manajemen di sekolah (h.60). Tenaga pendidik mempunyai peran yang sangat


strategis dalam pembentukan, keterampilan, dan karakter peserta didik. Sehingga

tenaga pendidik dan tenaga kependidikan melaksanakan tugasnya sebagai seorang

yang profesional sehingga melahirkan lulusan yang lebih bermutu.

PP No.19 Tahun 2005 Pasal 28 ayat 3 dan Permendiknas No 16 Tahun

2007, bahwasannya kompetensi tenaga pendidik sebagai syarat akan profesinya,

meliputi empat kompetensi pokok, yakni: (a) kompetensi paedagogik, (b)

kompetens kepribadian, (c) kompetensi professional,(d) kompetensi sosial.3 Dari

empat kompetensi pokok tersebut, sejatinya bisa membentuk karakteristik pribadi

profesional seorang tenaga pendidik dalam mengembangkan kualitas Pendidikan.

Guru sebagai pemeran utama dalam keberhasilan pendidikan, dan menjadi

seorang guru tidak cukup dengan kualifikasi Pendidikan atau sekedar

menyandang gelar sarjana Pendidikan, menguasai disiplin ilmu tertentu atau

berbagai disiplin ilmu dan mengajarkan atau mentransferkannya kepada peserta

didik. Penyelenggaraan dalam pendidikan tentunya telah memiliki visi dan misi

dalam peningkatan mutu pendidikannya, sehingga perlu ditunjang oleh unsur

pendidik yang diantaranya profesional pendidik (guru), kurikulum, materi

pelajaran, metode dan evaluasi sebagai sistem yang mengatur pelaksanaan

pendidikan di lembaga tersebut, kemudian dijadikan tolak ukur untuk mengetahui

kualitas mutu Pendidikan. untuk meningkatkan Kompetensi Profesional Guru,

dalam Undang undang Republik Indonesia No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan

Dosen pada Bab III, dijelaskan tentang Prinsip Profesional, bahwa profesi guru

merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip

sebagai berikut:

2
1. Memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealism.
2. Memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan,
ketaqwaan, dan akhlak mulia.
3. Memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan sesuai
dengan bidang tugasnya.
4. Memilki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas.
5. Memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan.
6. Memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja
7. Memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat.
8. Memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas
keprofesionalan.
9. Memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur
halhal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.

Namun fenomena saat ini menunjukkan bahwa kualitas profesional guru

kita masih rendah.hal tersebut diiringi berdasarkan hasil observasi dilapangan,

menunjukkan bahwa di SD 24 Sungai Raya masih terdapat beberapa guru yang

tidak sesuai dengan pendidikannya, masih terdapat beberapa guru yang belum

meningkatkan kinerjanya dalam penguasaan materi pembelajaran, metode

pembelajaran, strategi pembelajaran dengan penggunaan IT.

Orang yang professional ialah orang yang memilki profesi. Profesionalnya

seorang tenaga pendidik menjadi langkah awal keberhasilan pendidikan. indikator

akan keprofesionalan tenaga pendidik, dilihat dari kompetensi atau kemampuan

dasar yang dimiliki atau ketekunan disiplin keilmuannya. Pendidikan yang

bermutu sangat membutuhkan tenaga kependidikan yang profesional, yaitu

komitmen para anggota suatu profesi dan terus menerus mengembangkan strategi-

strategi yang digunakannya dalam melakukan pekerjaan sesuai dengan profesinya.

lembaga Pendidikan yang sukses adalah yang menekankan pada kegiatan

akademik. Apabila ada unsur akademik yang tidak berfungsi sebagaimana

mestinya, unsur tersebut segera dibenahi sehingga jalannya kegiatan akademik

3
menjadi lebih efektif dan efesien. Pelaksanaan “monitoring” dan “controling” atau

pengawasan seluruh komponen dan aktifitas akademik sering muncul di sekolah

dalam bentuk peningkatan mutu pendidikan.

Menurut Sahertian (2011) yang menyatakan bahwa pengawasan sering

dimaknai dengan beberapa pengertian, antara lain pengontrolan (controling),

pengendalian, pengelolaan, kepemimpinan dan penyeliaan. Oleh karena itu,

pengawas harus memiliki kualifikasi dan kompetensi yang lebih unggul dari guru

dan kepala madrasah (h.18). Pengawas juga dapat di artikan sebagai pejabat

fungsional yang berperan sebagai pelaksana teknis untuk melaksanakan

pengawasan pendidikan terhadap sejumlah sekolah tertentu yang berperan dalam

upaya meningkatkan kualitas proses dari hasil belajar mengajar dalam mencapai

tujuan Pendidikan. Dalam dunia pendidikan upaya strategis dari pengawas sangat

mendukung, karena tanpa adanya strategi yang tepat dari pengawas maka tidak

mungkin juga tujuan sekolah akan tercapai dengan baik dan bermutu. Penyataan

tersebut sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Rachmayani (2019)

yang menyatakan bahwa dengan adanya strategi yang digunakan pengawas dapat

meningkatkan kompetensi, salah satunya kompetensi pada pedagogic (h.15).

Strategi pengawas dalam pengawasan kinerja sangat penting dan harus

mengerjakan dengan sebaik- baiknya sesuai dengan petunjuk dan ketentuan yang

berlaku. pengawasan erat kaitannya dengan perencanaan, perintah, sasaran dan

kebijaksanaan yang telah ditentukan. Dalam upaya menjalankan fungsi dan tugas

kepengawasan dengan baik, maka pengawas harus memiliki pengetahuan,

keterampilan dan teknik dalam melaksanakan supervisi.

4
Penelitian ini juga terkait dengan tujuan prodi S2 Administrasi Pendidikan

yaitu Menghasilkan lulusan yang mempunyai kemampuan untuk

mengintegrasikan, menerapkan dan mengembangkan pengetahuan administrasi

Pendidikan dalam mengatasi masalah pengelolaan Pendidikan nasional, sejalan

dengan tujuan prodi S2 Administrasi Pendidikan di roadmap penelitian dan PKM

FKIP Universitas Tanjungpura 2020-2024 bertujuan untuk mengembangkan

budaya ilmiah pada penelitian dan PKM yang didasari pada standar mutu yang

telah ditetapkan dan berorientasi pada pencapaian produk-produk unggulan

Universitas Tanjungpura sebagai luarannya, sehingga membawa manfaat nyata,

baik untuk kepentingan insitusi maupun masyarakat dan keluaran berupa

teknologi, produk market yang berlandaskan pada hasil riset.

Berdasarkan latar belakang diatas, agar mutu pendidikan di sekolah dapat

ditingkatkan, maka pihak pengawas sekolah sebagai salah satu pejabat yang

berwenang menilai, membina dan mengembangkan sekolah yang dibinanya, perlu

adanya strategi yang efektif dalam upaya peningkatan profesionalitas guru. Maka

dari itu peneliti berkeinginan untuk mengkaji lebih mendalam tentang bagaimana

strategi pengawas dalam pembinaan kompetensi profesionalisme guru di SD 24

Sungai Raya.

B. Pertanyaan penelitian

1. Bagaimana strategi yang dilakukan oleh pengawas dalam Pembinaan

Kompetensi Profesionalisme Guru di SD 24 Sungai Raya ?

2. Faktor apa yang mendukung dan menghambat strategi pengawas dalam

Pembinanan Kompetensi Profesionalisme Guru di SD 24 Sungai Raya ?

5
3. Perubahan apa yang terjadi pada Guru SD 24 Sungai Raya setelah

dilaksanakan strategi pengawasan ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui bentuk strategi yang dilakukan pengawas sekolah dalam

Pembinanan Kompetensi Profesionalisme Guru di SD 24 Sungai Raya

2. Untuk mengetahui faktor yang mendukung dan menghambat strategi pengawas

sekolah dalam Pembinaan Kompetensi Profesionalisme Guru di SD 24 Sungai

Raya

3. Untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada Guru SD 24 Sungai Raya

setelah dilaksanakan strategi pengawasan

D. Manfaat Hasil Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka penelitian ini memiliki manfaat

dari berbagai aspek, baik secara teoritis maupun praktis.

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan untuk

memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dan pemikiran mengenai strategi

pengawas dalam pembinaan kompetensi profesionalisme guru di SD 24

Sungai Raya.

b. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan infromasi bagi pembaca dan

pihak-pihak yang berkepentingan dalam mengetahui strategi pengawas

dalam dalam pembinaan kompetensi profesionalisme guru di SD 24 Sungai

Raya.

2. Manfaat Praktis

6
a. Penelitian ini dharapakan dapat memberikan evaluasi pada para pengawas

dimasa yang akan dating

b. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan dalam meningkatkan

profesionalisme guru

c. Penelitian ini dapat dijadikan acuan para akademisi dan pengawas untuk

melanjutkan dan mengkaji hal serupa.

E. Definisi Operasional

Untuk memudahkan pembaca dalam memahami isi tesis ini, maka penulis

memberikan penjelasan yang terdapat dalam judul tesis ini. dengan harapan

bahwa dengan penjabaran tersebut akan dapat menghindari kesalahpahaman dari

konsepsi yang terkandung dalam permasalahan pokok dan sub masalah yang

diteliti.

a. Strategi merupakan rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu

yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan

lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama

perusahaan dapat dicapai melalui pelaksaan yang tepat. Rencana ini

meliputi : tujuan, kebijakan, dan tindakan yang harus dilakukan oleh

suatu organisasi dalam mempertahankan eksistensi dan menenangkan

persaingan, terutama perusahaan atau organisasi harus memilki

keunggulan kompetitif.Strategi yang dimaksud dalam tesis ini adalah

bentuk rancangan yang dipersiapkan untuk mencapai tujuan pada

penelitian ini.

7
b. Pengawas sekolah adalah PNS yang diberi amanah, tanggung jawab,

wewenang dan hak secara penuh untuk melakukan pengawasan sekolah

dengan melaksanakan penilaian dan pembinaan dari segi teknis

Pendidikan dan administrasi pada satuan dasar dan menengah. Pengawas

sekolah yang dimaksud dalam tesis ini adalah pengawas sekolah yang

ditugaskan untuk melakukan penilaian, pembinaann serta memberikan

strategi di SD 24 Sungai raya.

c. Kompetensi profesionalisme guru merupakan penguasaan materi

pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup: penguasaan

materi kurikulum mata pelajaran di sekolah, subtansi keilmuan yang

menaungi materinya serta penguasaan terhadap struktur dan metodologi

keilmuannya. Adapun kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru

terdiri dari 3 (tiga), yaitu kompetensi pribadi, kompetensi sosial dan

kompetensi profesional. Kompetensi professionalisme guru yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah potensi dan kesanggupan yang

harus dimiliki seorang guru SD 24 Sungai raya dalam profesinya, untuk

mencapai tujuan mengajar dan memberikan pendidikan kepada peserta

didiknya dengan baik dan efesien.

8
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian Strategi

Menurut Husein Umar dalam Munarika (2018), “Strategi

didefinisikan sebagai suatu proses penentuan rencana para pemimpin

puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai

penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat

dicapai” (h.16). Definisi lain menurut Agustinus Sri Wahyudi dalam

siregar (2018) mendefinisikan “Strategi adalah kebijakan dan keputusan

kunci yang digunakan untuk manajemen, yang memiliki dampak besar

pada kinerja keuangan. Kebijakan dan keputusan ini biasanya melibatkan

sumber daya yang penting dan tidak dapat diganti dengan mudah” (h.87).

9
Pendapat lain Menurut Freddy Rangkuti dalam Munarika (2018), secara

khusus “Strategi adalah penempatan misi perusahaan, penetapan sasaran

organisasi dengan mengingat kekuatan eksternal dan internal, perumusan

kebijakan dan strategi tertentu untuk mencapai sasaran dan memastikan

implementasinya secara tepat, sehingga tujuan dan sasaran utama

organisasi akan tercapai” (h.35).

Dapat disimpulkan bahwa strategi adalah pendekatan secara

keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, penyusunan

rencana dan eksekusi sebuah aktivitas untuk mencapai sasaran dan tujuan-

tujuan sesuai dengan peluang-peluang. Selain itu, dapat juga disimpulkan

sebagai rencana kerja yang memaksimalkan kekuatan dengan mengaitkan

secara efektif sasaran dan sumber daya organisasi untuk mencapai sasaran

tujuan organisasi.

B. Pengertian Pengawas Sekolah

Kata pengawasan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berasal

dari kata “awas” yang diartikan dapat melihat baik-baik, tajam

penglihatan, sedangkan kata pengendalian berasal dari kata “kendali” yang

berarti menguasai kendali, memegang pimpinan, memerintah. Pengawasan

diartikan penilikan dan penjagaan, penilikan dan pengarahan kebijakan

jalannya pemerintahan (Al-Haritsi, 2015, h.589). Definisi lain menurut

Sarwoto (2011) islilah pengawasan dalam bahasa Indonesia asal katanya

adalah “awas”, sehingga pengawasan merupakan kegiatan mengawasi saja.

Sarwoto memberikan definisi tentang pengawasan sebagai berikut :

10
“Pengawasan adalah kegiatan manajer yang mengusahakan agar

pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan dan

atau hasil yang dikehendaki” (h.93).

Pengawas sekolah merupakan bagian dari pendidikan yang

bertugas untuk membantu kinerja guru dalam meningkatkan kualitas

pembelajaran di sekolah. Adanya pengawas memberikan kontribusi bagi

dunia pendidikan agar mutu pembelajaran dapat menjadi lebih baik.

Pengawas berdasarkan Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan

Aparatur Negara Nomor 91/KEP/M.PAN/10/2001 tentang Jabatan

Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya adalah Pegawai

Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang secara

penuh oleh pejabat yang berwenang untuk melakukan pengawasan

pendidikan pada satuan pendidikan pra sekolah, sekolah dasar dan sekolah

menengah. Tugas dan tanggung jawab yang dilakukan pengawas tentu

harus mengacu pada perundang-undangan yang berlaku.

Berdasarkan uraian diatas peneliti dapat memahami bahwa pengawas

yaitu seseorang yang melakukan pengawasan pada suatu lembaga

pendidikan untuk memberikan supervisi kepada tenaga pendidik dan

tenaga pendidikan. pengawas juga berasal dari seorang guru yang naik

jabatan menjadi pengawas yang diperoleh dari jenjang setelah pengawas

menjadi guru dengan melakukan tugas dalam jangka waktu tertentu

C. Fungsi dan Tugas Pokok Pengawas Sekolah

11
Tugas pokok dan fungsi ( Tupoksi ) pengawas sekolah itu adalah

memantau, menilai, membina dan melaporkan, setiap kunjungan ke

sekolah ada dua hal yang dilakukan apakah supervisi akademik atau

supervisi manajerial, kemudian dilakukan pembinaan dan hasilnya

dilaporkan ke kepala dinas pendidikan pada kurun waktu satu semester

atau laporan insidentil yang sifatnya kasus yang perlu segera

ditindaklanjuti oleh pengambil keputusan. Tugas pokok pengawas sekolah

adalah melaksanakan pengawasan akademik dan pengawasan manajerial

pada satuan pendidikan. Sesuai dengan Peranan pengawas sekolah

menurut Wiles & Bondi (2007), “The role of the supervisor is to help

teachers and other education leaders understand issues and make wise

decisions affecting student education.” Bertitik tolak dari pendapat Wiles

& Bondi tersebut, maka peranan pengawas sekolah adalah membantu

guruguru untuk memahami isu-isu dan membuat keputusan yang bijak

yang mempengaruhi pendidikan siswa.

Berdasarkan permendikbud no 143 tahun 2014, tentang jabatan

fungsional pengawas sekolah dan angka kreditnya secara umum tugas

pokok dan fungsi pengawas sekolah mencakup dua hal yakni; pengawasan

akademik dan pengawasan manajerial. Kegiatan pelaksanaan pengawasan

tersebut mencakup pembinaan, pemantauan, penilaian, pembimbingan dan

pelatihan, serta pelaksanaan tugas pengawasan di daerah khusus.

Pengawas sekolah bukan saja harus mampu membina, memantau,

mengevaluasi dan menilai permasalahan baik manajerial dan akademik

12
sekolah namun juga berkaitan dengan pembinaan profesional guru dan

kepala sekolah. Menurut Jelantik (2019) Untuk mampu melaksanakan

tugas-tugas yang multidimensi tersebut memang dibutuhkan sosok

pengawas yang mampu bukan saja dari segi kapasitas yakni memiliki

kompetensi sebagaimana yang digariskan, namun juga dari jam terbang

atau pengalaman menangani masalah pendidikan. Berat dan kompleks

memang tugas yang harus emban oleh seorang pengawas sekolah (h.3).

Menurut Annisa (2020) Tugas pokok pengawas sekolah yaitu :

1. Pembinaan yang dilakukan oleh pengawas sekolah pada kegiatan

pengawasan akademik bertujuan untuk memberikan bantuan

profesional kepada guru untuk meningkatkan kompetensi guruyang

meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional

dengan hasil akhir terjadi peningkatan kinerja guru.

2. Pemantauan adalah pengawasan untuk mengetahui data dan informasi

tentang pelaksanaan kesesuaian dan ketercapaian standar kompetensi

lulusan ( SKL ), standar isi ( SI ), standar proses, dan standar penilaian

dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. melalui kegiatan

pemantauan keterlaksanaan 8 standar nasional pendidikan ini pengawas

akan memiliki gambaran tentang kondisi sekolah binaannya

3. Penilaian yang dilakukan pengawas sekolah dalam rangka melakukan

penilaian kinerja guru yang mendapat tugas tanbahan sebagai kepala

sekolah pada unsur pembelajaran dengan menggunakan perangkat

penilaian sebagaimana yang tertuang pada permendiknas No 35 Tahun

13
2010 atau ketentuan perundanngan yang berlaku, serta melakukan hasil

penilaian kinerja guru yang dilaksanakan oleh kepala sekolah atau guru

yang ditunjuk.

4. Pembimbingan dan pelatihan adalah kegiatan pengawasan dalam

peningkatan kemampuan guru melaksanakan tugas pokok guru yang

bertujuan untuk meningkatkan kompetensi guru dalam pembelajaran

serta untuk peningkatan karier melalui kegiatan pengembangan

keprofesian berkelanjutan ( PKB ) (h.3).

Berdasarkan uraian diatas peneliti dapat memahami bahwa fungsi

dan tugas pokok pengawas sekolah melaksanakan tugas pengawasan

akademik dan manajerial pada satuan pendidikan yang meliputi

penyusunan program pengawasan, pelaksanaan pembinaan, pemantauan

pelaksanaan pembinaaan sesuai standar nasioanl pendidikan, melakukan

penilaian terhadap kinerja guru dan pelatihan profesional guru.

D. Kompetensi Pengawas Sekolah

Secara umum kompetensi adalah seperangkat kemampuan yang

meliputi pengetahuan, keterampilan, kecakapan atau kapabilitas yang dimiliki

seseorang, sehingga ia mampu menampilkan perilaku kognitif, afektif, dan

psikomotor tertentu sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya secara

optimal. Definisi lain menurut Sudjana (2012) memaparkan “kompetensi

pengawas mencakup kemampuan yang direfleksikan pada pengetahuan,

sikap, dan keterampilan dalam melaksanakan tugas-tugas pokok dan fungsi

jabatan profesional sebagai pengawas sekolah” (h.53-55) . Dengan

memperhatikan kemampuan yang harus dimiliki pengawas sekolah, tuntutan

14
kurikulum 2013, kebutuhan masyarakat dan perkembangan ilmu pengetahuan,

teknologi dan seni.

Selanjutnya paradigma yang digunakan dalam menyusun kompetensi

pengawas dikembangkan atas dasar tugas pokok dan fungsi pengawas sebagai

supervisor. Peraturan menteri pendidikan nasional nomor 12 Tahun 2007

tentang standar pengawas sekolah / madrasah menegaskan bahwa seorang

pengawas harus memiliki 6 ( enam ) kompetensi minimal, yaitu kompetensi

kepribadian, supervisi manajerial, supervisi akademik, evaluasi pendidikan,

penulisan dan pengembangan serta kompetensi sosial. Kondisi dilapangan

saat ini tentu saja masih banyak pengawas sekolah / madrasah yang belum

menguasai keenam dimensi kompetensi tersebut dengan baik. Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 tentang Standar

Pengawas Sekolah menegaskan bahwa seorang pengawas harus memiliki 6

dimensi kompetensi pengawas sekolah yakni:

1. Kompetensi kepribadian, berkaitan dengan pengenal diri dan kreativitas

2. Kompetensi supervisi manajerial, berkaitan dengan bimbingan dan

konseling, penyusunan program pengawasan sekolah, administrasi dan

pengelolaan sekolah, bimbingan dan konseling disekolah, metode dan

teknik supervisi, instrumen kepengawasan, monitoring pelaksanaan

standar nasional pendidikan dan akreditasi sekolah

3. Kompetensi supervisi akademik,berkaitan dengan kurikulum tingkat

satuan pendidikan, pengembangan mata pelajaran dalam KTSP,

pengembangan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran dalam

KTSP, proses pembelajaran dikelas, laboratorium dan dilapangan

15
4. Kompetensi evaluasi pendidikan, berkaitan dengan penilaian hasil belajar,

penilaian kinerja kepala sekolah, kriteria dan indikator keerhasilan

pembelajaran, penilaian kinerja guru, monitoring dan evaluasi

pelaksanaan pembelajaran, pengelolaan dan teknik analisis dan hasil

penilaian

5. Kompetensi penulisan dan pengembangan, berkaitan dengan pendekatan

jenis dan metode penilisan pendidikan, penulisan modul, penulisan

tindakan kelas, identifikasi masalah kepengawasan, penyusunan proposal

penulisan, proses penulisan, pengolahan dan analisis data penulisan,

penulisan karya ilmiah

6. Kompetensi sosial, berkaitan dengan kemampuan dalam menumbuhkan

semangat kerja sama. (h.4-17)

Ali (2017) menyatakan bahawa uraian tentang kompetensi pengawas

diatas dapat dipahami bahwa kompetensi pengawas adalah kesesuaian

antara pengetahuan, kecakapan dan kepribadian pengawas dengan

perilaku, tindakan dan aktifitas-aktifitasnya dalam melaksanakan tugas dan

tanggungjawabnya sebagai seorang pembina, pembimbing, penilai kinerja

dan pemberi bantuan profesional, mulai dari program,pelaksanaan dan

evaluasi program (h.196).

E. Kompetensi Profesionalisme Guru

Menurut undang-undang republik indonesia no.19 thun 2005

tentang standar nasional pendidikan dalam Mulyasa (2009) terdapat empat

kompetensi guru yaitu; kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,

kompetensi sosial.dan kompetensi profesional.

16
1. Pengertian kompetensi profesionalisme guru

Menurut Zainin (2015) Kompetensi berasal dari bahasa Inggris

“compete qwce” yang berarti kecakapan dan kemampuaan, sedangkan

kompetensi guru merupakan kemampuan seorang guru dalam

melaksanakan kewajiban-kewajiban serta tanggung jawab dan layak

mengajar. Maka kompetensi akademik guru dapat diartikan sebagai

kamampuan dan kewenangan guru dalam menjalankan profesi

keguruannya berdasarkan profesi akademik keilmuan yang dimilikinya

(h.1-2). Definisi lain menurut Saudagar dan Idrus (2009) kompetensi

( competency) dapat diartikan dengan kemampuan, kecakapan, dan/atau

wewenang (h.31).

Kompetensi menurut MC Ashan dalam E Mulyasa (2004) juga

diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang

dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya

sehingga seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya sehingga

seseorang dapat melakukan perilaku – perilaku kognitif, afektif, dan

psikomotorik dengan sebaik-baiknya (h.12). Sementara itu menurut

Finc dan Crunkilton, kompetensi adalah penguasaan terhadap suatu

tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi yang diperlukan untuk

menunjang keberhasilan.

Profesional dapat diartikan sebagai sifat sesuatu yang berkenaan

dengan profesi, penampilan dlam menjalankan jabatan sesuai dengan

tuntunan profesi. Menurut ketentuan umum dalam undang – undang

17
guru dinyatakan bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang

dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghsilan kehidupan

yang memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi

standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.

Danim (2019) mengartikan profesional adalah sebagai komitmen

para anggota suatau profesi untuk meningkatkan kemampuan

profesionalnya dan terus menerus mengembangkan strategi – syrategi

yang digunakannya dlam melakukan pekerjaan sesuai dengan

profesinya itu (h.50). Secara etimologi, menurut Ramayulis (2004) guru

sering disebut pendidik. Sedangkan secara etimologis, guru sering

diartikan sebagai orang yang betanggung jawab terhadap perkembangan

siswa dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi (fitrah)

siswa,baik potensi kognitif, potensi afektif, maupun potensi

psikomotorik (h.86).

Secara normatif, guru adalah mereka yang bekerja disekolah atau

madrasah, mengajar, membimbing, melatih para siswa agar mereka

memiliki kemampuan dan keterampilan untuk melanjutkan ke jenjang

pendidikan yang lebih tinggi, juga dapat menjalani kehidupannya

denganbaik. Inilah makna guru dalam arti sempi dan secara umum dan

dalam makna yang luas, guru adalah orang yang mengajari orang lain

atau kelompok orang, baik dilembaga formal maupun non formal,

bahkan di lingkungan keluarga sekalipun.

18
Berdasarkan uraian diatas disimpulkan bahwa kompetensi

profesional guru adalah kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang

keguruan yang dimiliki guru sehingga ia mampu melakukan tugas dan

fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal sehingga

memungkinkan guru dapat membimbing peserta didik memenuhi standar

kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan.

2. Indikator kompetensi profesionalisme guru

Menurut permendiknas nomor 16 tahun 2007 dalam depdiknas

yang dikutip oleh Ingtyas (2020) indikator kompetensi profesional

adalah sebagai berikut :

a. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang


mendukung mata pelajaran yang diampu
b. Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran
yang diampu.
(1) Memahami standar kompetensi mata pelajaran yang diampu
(2) Memahami kompetensi dasar mata pelajaran yang diampu
(3) Memahami tujuan pembelajaran yang diampi
c. mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif
(1) memilih materi pembelajaran yang diampu sesuai dengan
tingkat perkembangan peserta didik
(2) mengelolah materi pelajaran yang diampu secara kreatif sesuai
dengan tingkat perkembangan sisiwa
d. mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif.
e. memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
mengembangkan diri
(1) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam
berkomunikasi
(2) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
pengembangan diri (h.6-7).
Adapun menurut Kholik dan Ahmad (2020) indikator guru

profesional yaitu sebagai berikut:

a. Kemampuan merencanakan program belajar mengajar


b. Menguasai bahan pelajaran

19
c. Melaksanakan/mengelola proses belajar mengajar
d. Menilai kemajuan proses belajar mengajar (h.26)

Keahlian yang dimaksud adalah keahlian di bidang keguruan

yang mampu melaksanakan tugas dan fungsi guru dengan sebaik-

baiknya meliputi kemampuan merencanakan, melakukan, serta

melaksanakan evaluasi pembelajaran

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kompetensi profesionalisme guru

Menurut Fathurrahman (2006) Ada beberapa faktor yang

mempengaruhi kompetensi profesional guru antara lain adalah sebagai

berikut:

a. Latar belakang pendidikan. Menurut Pupuh Fathurrahman latar


belakang pendidikan dan pengalaman belajar akan mempengaruhi
kompetensi guru dalam mengajar. Guru pemula dengan latar
belakang pendidikan, ia akan lebih mudah dan menyesuaikan diri
dengan lingkungan sekolahnya.
b. Pengetahuan (Knowledge). Pengetahuan adalah sesuatu yang dapat
dari membaca pengalaman untuk dapat mentransferkan ilmu
pengetahuan kepada peserta didiknya, seorang guru tentu saja harus
memiliki dan menguasai ilmu pengetahuan itu sendiri. Oleh karena
itu sorang guru harus memiliki pengetahuan agar mampu menambah
wawasan pengetahuan yang diberikan oleh guru tersebut.
c. Kemampuan (Ability). Abailitas adalah faktor yang penting dalam
meningkatkan produktifitas kerja, abilitas berhubungan dengan
pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki individu. Abilitas
dalam artian kecakapan guru yaitu berupa kecakapan profesional
guru yang menunjukan pada satu tindakan kependidikan yang
berdampak positif bagi proses pembelajaran dan perkembangan
pribadi siswa. Bentuk tindakan dalam pendidikan dapat berwujud
keterampilan mengajar (Teaching Skill) sebagai akumulasi dari
pengetahuan (Knowledge) yang diperoleh para guru pada saat
menempuh pendidikan seperti SPG, PGMI, PGRA, dan lain
sebagainya.
d. Kemampuan (Skill). Keterampilan atau skill merupakan salah satu
unsur kemampuan yang terdapat pada unsur penerapannya.
Keterampilan merupakan suatu kepandaian atau keahlian istimewa
dalam suatu pekerjaan yang bermanfaat untuk jaka panjang. Guru
diharapkan memiliki 8 keterampilan yaitu seperti: keterampilan

20
bertanya (Questioning Skill), keterampilan memberikan penguatan
(Reirforsement Skill), keterampilan menjelaskan (Eksplaning Skill),
keterampilan mengadakan variasi, keterampilan membuka dan
menutup pelajaran (Set Inductional and Closure Skill), keterampilan
membimbing diskusi kelompok kecil, keterampilan mengelola kelas,
keterampilan pembelajaran perseorangan.
e. Sikap (Attitude). Sikap diri merupakan keprbadian seorang individu.
Kepribadian adalah bentuk sikap yang menyangkut keseluruhan
aspek seseorang baik fisik ataupun psikis, baik yang diperoleh sejak
lahir ataupun dieroleh dari pengalaman. Sikap diri yang sangat
diperlukan dalam pengembangan profesionalisme adalah disiplin
yang tinggi. Percaya diri yang positif, akrab dan ramah tamah
(berwibawa) dan terampil berkata yang sopan dan santun (h.138).
Sementara itu, Buchari dalam Ahmad (2016) mengemukakan ada tiga

faktor yang dapat mempengaruhi yaitu: (1) ciri seseorang (2)

lingkungan luar (3) sikap terhadap profesi pegawai. Lingkungan luar

meliputi budaya, politik, hukum, ekonomi dan sosial. Sikap terhadap

profesi pegawai meliputi kebijakan management, gaya kepemimpinan

dan syarat kerja

F. Hasil-Hasil Penelitian terdahulu

Hasil penelitian yang memiliki relevansi dengan penelitian ini,

diataranya :

1. Muslimin (2021). Judul Penelitian Peranan Pengawas Madrasah Untuk

Meningkatkan Profesionalisme Guru Rumpun Pai Pada Masa Covid 19

Menuju Tatanan Kehidupan Baru” (Penelitian Di Madrasah

Tsanawiyah Mpili Kecamatan Donggo Kabupaten Bima Propinsi Nusa

Tenggara Barat). Hasil penelitian menunjukkan, bahwa (1) Pengawas

Menyusun program tahunan, program semester, silabus dan rencana

Kerja Pengawas (RKP) sebagai bukti fisik bahwa guru-gurunya layak

21
mengajar dan memenuhi standar kualifikasi pendidikan Strata satu (S1)

disertai sertifikat pendidik. (2) melaksanakan supervisi akademik

tentang kinerja guru di lembaga ini dibantu oleh wakil kepala sekolah

dengan penuh tanggung jawab, dan guru diberikan kewenangan penuh

untuk mengikuti berbagai kegiatan dalam rangka meningkatkan

kompetensinya (3) melaksanakan supervisi manajerial dan

mengevaluasi kemajuan pelaksanaan program pengawasan kinerja

Kepala madrasah dillembaga ini dengan memperhatikan komponen-

komponen administrasi serta berupaya untuk membenahinya

2. Meidy Astarina (2016). Judul penelitian Strategi Pengawas Pai

Smp/Mts Dalam Meningkatkan Kinerja Guru Pai Kabupaten Bengkulu

Tengah. Hasil penelitian menunjukkan pengawas PAI dan juga kepala

sekolah bersama-sama melakukan perbaikan-perbaikan kepada guru

ketika terjadi kesalahan dan kekurangan pelaksanaan pembelajaran baik

yang berhubungan dengan administrasi pembelajaran maupun dalam

pelaksanaan pembelajaran itu sendiri sehingga strategi yang dipakai

berdampak positif terhadap guru dalam peningkatan kinerja guru baik

dalam proses pembelajaran maupun dari administrasi guru seperti

pembuatan RPP, Silabus, Prota, Prosem dan juga laporan bulanan untuk

kelengkapan sertifikasi.

3. Eko Mulyadi (2017) Judul penelitian Strategi Pengawas Madrasah

Dalam Meningkatkan Kompetensi Kepala Madrasah Di Kelompok

Kerja Madrasah Tsanawiyah Negeri 2 Jember Kabupaten Jember. Hasil

22
penelitian adalah sebagai berikut, Strategi yang dilakukan pengawas

madrasah dalam meningkatkan kualitas manajerial dan kualitas

supervisi akademik madrasah dilakukan dengan pembinaan yang

terjadwal dan terencana, mengadakan pendampingan dan pelatihan dan

berbagai ii kegiatan manajerial yang aplikatif konstruktif yaitu meliputi

kegiatan; pertama, Monitoring dan Evaluasi., kedua, focused group

discussion (FGD), dan Strategi Pengawas Madrasah dalam

meningkatkan kompetensi supervisi akademik Kepala Madrasah di

KKM MTs Negeri 2 Jember, dengan menggunakan pertama workshop,

kedua; kunjungan kelas dan ketiga; pertemuan individual.

23
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan jenis penelitian studi

kasus. Menurut Yusuf (2019) penelitian kualitatif merupakan suatu strategi yang

menekankan pada pencarian makna, pengertian, konsep, simbol, karakteristik,

deskripsi maupun gejala untuk suatu fenomena; bersifat alami serta holistik; fokus

dan multimetode; memakai beberapa teknik, memprioritaskan kualitas, serta

datanya disajikan dalam bentuk deskriptif atau naratif (h.47). Tujuan dari

penelitian kualitatif untuk menemukan jawaban pada suatu fenomena atau

pernyataan dengan prosedur ilmiah yang sistematis menggunakan pendekatan

kualitatif. Penelitian ini mencoba untuk memahami suatu makna dari suatu

kejadian atau peristiwa dengan cara berinteraksi kepada orangorang dalam

keadaan atau fenomena tersebut. Menurut Mulyana (2018) Studi kasus merupakan

sebuah uraian serta penjelasan kompehensir mengenai berbagai aspek yang

dimiliki seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi, atau suatu progam,

maupun suatu situasi social (h.247). Menurut Robert K Yin (dalam Nuraini, 2020)

metode penelitian studi kasus ialah strategi yang tepat digunakan dalam sebuah

penelitian yang didalamnnya menggunakan pokok pertanyaan penelitian how dan

why, memiliki sedikit waktu untuk mengontrol peristiwa yang diteliti, serta fokus

penelitiannya ialah fenomena kontemporer (h.93). Penelitian ini memusatkan diri

secara intensif pada satu obyek tertentu yang mempelajarinya sebagai suatu kasus.

24
Berdasarkan penjelasan diatas peneliti memahami bahwa penelitian ini

menggunakan motode kualitatif deskriptif dengan jenis studi kasus, yang mana

peneliti menganalisis terkait strategi pengawas dalam pembinaan kompetensi

profesionalisme guru yang ada di SD 24 Sungai Raya. Jadi pada dasarnya

penelitian ini mendeskripsikan atau menjelaskan peristiwa yang terjadi pada objek

penelitian berkaitan dengan strategi pengawas dalam pembinaan kompetensi

profesionalisme guru di SD 24 Sungai Raya.

B. Kehadiran Penelitian

Dalam penelitian kualitatif, kehadiran peneliti bertindak sebagai instrumen

sekaligus pengumpul data. Kehadiran peneliti mutlak diperlukan, karena di

samping itu kehadiran peneliti juga sebagai pengumpul data. Sebagaimana salah

satu ciri penelitian kualitatif dalam pengumpulan data dilakukan sendiri oleh

peneliti. Sedangkan kehadiran peneliti dalam penelitian ini sebagai pengamat

partisipan/berperan serta, artinya dalam proses pengumpulan data peneliti

mengadakan pengamatan dan mendengarkan secermat mungkin sampai pada yang

sekecil-kecilnya sekalipun

C. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah di SD 24 Sungai Raya yang terletak di

Jl. KH. Abdurahman Wahid No.60, Limbung, Kec. Sungai Raya, Kabupaten

Kubu Raya, Kalimantan Barat 78391. Alasan peneliti memilih SD 24 Sungai

Raya dikarnakan bentuk penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan

mutu Pendidikan di sekolah tersebut, yang mana sekolah tersebut sebelumnya

berakreditasi C.

25
D. Partisipan Penelitian

Dalam menentukan partisipan penelitian adalah dengan cara menentukan

sumber data sebenarnya dengan tetap memperhatikan sifat-sifat dan penyebaran

populasi, supaya memperoleh informan yang benar-benar mewakili populasi.

Sugiyono (2014) mengatakan bahwa: Penentuan sampel dalam penelitian

kualitatif dilakukan saat peneliti mulai memasuki lapangan dan selama penelitian

berlangsung. Caranya yaitu, peneliti memilih orang tertentu yang

dipertimbangkan akan memberikan data yang diperlukan, selanjutnya berdasarkan

data atau informasi yang diperoleh dari sampel sebelumnya itu, peneliti dapat

menetapkan sampel lainnya yang dipertimbangkan akan memberikan data lebih

lengkap (h.219).

Rencana Teknik Sampling yang digunakan dari penelitian ini adalah

purposive sampling, Sugiyono (2014) mengatakan bahwa: Purposive sampling

yaitu teknik pengambilan sumber data sampel dengan pertimbangan

tertentu,pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling

tahu tentang apa yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga

akan memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti (h.219).

Maka dari itu Partisipan dalam penelitian ini adalah pengawas, guru SD 24 Sungai

raya.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah bagian paling penting dalam penelitian

dikarenakan tujuan utama dari sebuah penelitian ialah mendapatkan informasi

atau data-data yang diperlukan.

26
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan untuk

mengetahui atau menyelidiki tingkah laku maupun aktivitas nonverbal baik

yang terjadi dilingkungan internal maupun eksternal menurut Yusuf (2019).

Terdapat dua bentuk observasi yaitu: Participant observer artinya pengamatan

secara terlibat langsung dan Non – participant observer artinya pengamatan

secara tidak terlibat langsung. Peneliti menggunakan teknik observasi secara

langsung agar dapat berpartisipasi atau terlibat ditempat kejadian untuk

mengamati secara langsung kegiatan operasional (h.66). Dalam penelitian ini

untuk memperoleh data yang akurat mengenai strategi pengawasan untuk

meningkatkan profesionalisme guru peneliti melakukan observasi dengan

melihat langsung proses pengawasan yang dilakukan oleh pengawas

dilapangan.

2. Wawancara

Wawancara adalah penelitian yang berlangsung secara lisan antara dua orang

atau lebih dalam bentuk tata muka, untuk mendapatkan informasi secara

langsung dari yang diteliti. Metode ini digunakan dalam penelitian yang

bertujuan untuk memperoleh data atau keterangan secara langsung dari

responden. Hal senada di kemukakan Lexi J. Melong (2013) bahwa

wawancara adalah percakapan dengan maksud, percakapan itu dilakukan oleh

dua pihak yaitu Pewawancara (Interviewer) yaitu yang mengajukan

pertanyaan, dan yang diwawancarai (Interviewee) yang memberikan jawaban

27
atas pertanyaan itu (h.189). Wawancara dengan pengawas SD 24 Sungai Raya

dilakukan untuk menggali informasi tentang strategi dalam pembinaan

kompetensi guru. Data atau informasi yang diperoleh akan dipadukan dengan

data hasil observasi. Dengan demikian, peneliti akan mewawancarai informan-

informan yaitu pengawas mengenai startegi yang diterapkannya dalam proses

pembelajaran agar dapat meningkatkan kompetensi profesionalisme guru.

3. Dokumentasi

Sugiono (2014) menyatakan observasi yaitu pengumpulan data yag

dilakukan melalui suatu pengamatan, dengan disertai pencatatan-pencatatan

terhadap keadaan atau perilaku obyek sasaran (h.310). Pengumpulan data yang

diambil untuk mendapatkan data yang berkenaan dengan tujuan penelitian

terutama strategi yang diterapkan pengawas di SD 24 Sungai Raya.

Dokumentasi ini merupakan data-data tentang pengawas,guru dan sekolah.

F. Instrumen Pengumpulan Data

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrumen atau alat penelitian

adalah peneliti sendiri. Menurut Sugiono(2014) Peneliti sebagai human

instrument berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informasi sebagai

sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data,

menafsirkan dan membuat kesimpulan atas temuannya (h.306). Dalam penelitian

kualitatif tersebut dapat dipahami bahwa, penelitian kualitatif pada awalnya

pemasalahan belum jelas dan pasti, maka yang menjadi instrumen adalah peneliti

sendiri. setelah masalahnya jelas, maka dapat dikembangkan suatu instrumen.

Ataupun alat bantu untuk memperkuat setiap kegiatan wawancara yang dilakukan

28
oleh peneliti. Instrumen yang tepat digunakan oleh peneliti yaitu: Lembar

observasi, lembar wawancara, kamera, ataupun alat bantu lainnya.

G. Analisis Data

Penyajian data dilakukan saat penelitian berlangsung sampai selesai

pengumpulan data. Penyajian data kualitatif bersifat induktif yang berarti

berlandaskan dari data yang didapatkan yang selanjutnya dikembangkan menjadi

pola hubungan tertentu. Teknik penyajian data yang digunakan dalam penelitian

ini dari model Miles dan Huberman pada Hamzah (2020). Penyajian data terdiri

dari reduksi data, penyajian data, lalu penarikan kesimpulan dan verifikasi.

1. Reduksi data Reduksi data merupakan kegiatan mencatatan secara teliti dan

terperinci. Reduksi data dapat melakukan rangkuman, memilih hal inti,

memfokuskan untuk hal penting sampai memberikan gambaran yang lebih

nyata serta mempermudah dalam pengumpulan data selanjunya. Peneliti

membuat catatan data yang dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan

studi dokumentasi yang merupakan catatan data lapangan yang berkaitan

dengan strategi pengawasan dalam pembinaan profesionalisme guru SD 24

Sungai Raya.

2. Penyajian data Selanjutnya pada tahap ini, data akan ditampilkan dalam

bentuk teks naratif dan matrix untuk mempermudah pengklasifikasian dan

penyusunan pada pola hubungan. Setelah mereduksi data langkah selanjutnya

penyajian atau display data. Langkah ini merupakan upaya penulis dalam

menyajikan data yang utuh dari data yang diperoleh untuk melihat gambaran

keseluruhan atau bagian tertentu dari penelitian ini sesuai dengan masalah

29
penelitian dan melihat keterkaitan anatara aspek satu dengan aspek lainnya.

Penyajian data akan dilaksanakan dengan mendeskripsikan berdasarkan hasil

wawancara dan observasi.

3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi Bagian ini merupakan langkah terakhir

untuk menarik kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan merupakan pernyataan

dari bukti-bukti yang kuat dan mendukung tahap pengumpulan data berikutnya

dari suatu penelitian. Peneliti dapat menyimpulkan hasil dari penelitian yang

dilakukannya di SD 24 sungai raya dengan analisis dan rumusan masalah yang

diciptakan dari fakta-fakta yang ditemukan. Bertujuan untuk menyediakan

rangkuman informasi kepada peneliti selanjutnya maupun pembaca terkait

dengan hasil penelitian yang dilaksakan

H. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Keabsahan data dilakukan untuk terjaminnya keakuratan data. Data yang salah

akan menghasilkan penarikan kesimpulan yang salah, demikian pula sebaliknya,

data yang valid akan menghasilkan kesimpulan hasil penelitian yang benar.

Keabsahan data merupakan konsep yang sangat penting yang diperbaharui dari

konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas) menurut versi

positivisme dan disesuaikan dengan tuntutan, kriteria dan paradigmanya sendiri.

Uji keabsahan data dalam penelitian studi kasus ini yaitu triangulasi. Triangulasi

merupakan kegiatan pengecekan data dari berbagai teknik pengumpulan data

untuk mendapatkan data yang sama (Sugiyono, 2017. h.125-126). Triangulasi

membantu peneliti untuk memeriksa keabsahan data melalui pengecekan dan

30
pembandingan data (Kusmarni, 2012. h. 10). Triangulasi terdiri dari sumber,

metode, dan waktu untuk mengecek keabsahan data.

1. Triangulasi dengan menggunakan sumber yaitu dengan cara membandingkan

dan mengecek kembali derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh

dari lapangan penelitian melalui sumber yang ada

2. Triangulasi dengan menggunakan metode yaitu dengan cara membandingkan

hasil data observasi dengan data dari hasil wawancara, sehingga dapat

disimpulkan kembali untuk memperoleh derajat dan sumber sehingga menjadi

data akhir autentik sesuai masalah pada penelitian ini.

3. Triangulasi dengan menggunakan waktu yaitu dengan melakukan pengecekan

wawancara, observasi atau metode lain dalam waktu dan situasi yang berbeda

untuk menghasilkan data yang valid sesuai dengan masalah penelitian.

(Sugiono, 2014. h. 273-274)

Pengecekan keabsahan data yang dilakukan peneliti adalah membandingkan

data yang telah terkumpul dari responden utama yakni pengawas, dan guru serta

responden pendukung seperti kepala Madrasah dan wakil kepala Madrasah serta

peserta didik, dari hasil data observasi dan wawancara tersebut diambil suatu

kesimpulan dan menghasilkan data yang valid.

31
Daftar Pustaka

A. Muri, Yusuf. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian


Gabungan Edisi Pertama Cetakan ke-5. Jakarta. Kencana
Prenadamedia Group.

Ahmad Susanto. (2016).Manajemen Peningkatan Kinerja Guru Konsep, Strategi,


dan Implementasinya. Jakarta: Prenadamedia Group

Ali, Z. (2017). Analisis Pemetaan Kompetensi Pengawas Sekolah Menengah


Kabupaten Boalemo. Jurnal Riset dan Pengembangan Ilmu
Pengetahuan, Vol. 2, No. 1.

Danim, Sudarman. (2002). Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan


Profesionalisme Tenaga Kependidikan. Bandung: Pustaka Setia.

Danim, Sudarwan. (2019). Profesionalisasi dan Etika Profesi Guru,


Bandung:Alfabeta

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Arah


Pengembangan Manajemen Pendidikan Dasar dan menengah.
Depdiknas Tahun 2006.

Ingtyas, Fatma Tresno, dkk. (2020). Model Micro-Teaching Berorientasi


Kecerdasan Emotional. Purwodadi: Sarnu Untung. Cet. 1

32
Jelantik, A. A. K. (2019). Dinamika Pendidikan Dan Era Revolusi Industri 4.0.
Yogyakarta: Deepublish.

Kholik, Nur & Ahmad Mufit A. (2020). Politik dan Kebijakan Kementrian
Agama (Upaya Membangun Profesionalisme Guru dan Dosen.
Selayo, CV. Insan Cendekia Mandiri. Cet. 1

Kusmarni, Y. (2012). Studi Kasus. UGM Jurnal Edu UGM Press.

Mc. Ashan dalam E. Mulyasa (2004). Kompetensi Menjadi Guru Profesional,


Bandung: PT. Renaja Rosdakarya Suparlan.

Miles, Matthew B. and A. Michael Huberman. 2005. Qualitative Data Analysis


(terjemahan). Jakarta : UI Press.

Moleong, Lexy J. (2013). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya Offset.

Mulyana, Deddy, (2018).Metodologi Penelitian Kualitatif,Edisi Revisi, PT


REMAJA ROSDAKARYA, Bandung

Munarika, N. (2018). Strategi dalam Meningkatkan Kepuasan Anggota Penabung


dengan Akad Wadi’ah di Kantor Pusat Baitul Maal Wat Tamwil
(BMT) Pahlawan Tulungagung. Retrieved from
http://repo.iaintulungagung.ac.id/8443/

Pemerintah Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang


Guru dan Dosen. Jakarta: BP. Panca Bhakti, 2006.

Pemerintah Republik Indonesia. Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah RI


tentang Pendidikan, Direktorat RI Jenderal Pendidikan Islam Tahun
2006.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No 12 Tahun 2007 tentang Standar


Pengawas Sekolah/Madrasah.

Rachmayani, Murniati, Nasir. 2019. Strategi pengawas dalam meningkatkan


kompetensi pedagogik guru di madrasah ibtidaiyah negeri bungcala
kabupaten Aceh besar. Jurnal Magister Administrasi Pendidikan.Vol
7(1)

Ramayulis. (2004).Metodologi Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Kalam Mulia.

Sarwoto, (2011). Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Ghalia


Indonesia

33
Sahertian, Piet A. (2011). Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan Dalam
Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta: Rineka
Cipta.

Siregar, N. (2018). Belajar dan Pembelajaran. Akademik.Uhn.Ac.Id, 1–212

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:


Alfabeta.

Sugiyono. (2017). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :


Alfabeta, CV.

Wiles, Jon, Bondi Joseph, 2007. Supervision A Guide to Practice, Second Edition,
Columbus: Charles F. Merrill Publishing Company

Yin, R. K. (2009). Case Study Research Design and Methods(4th ed. Vo).
Sage Publication

Zainin, Herman. 2015. Kompetensi Guru PAI. Palembang: Noer Fikri

34

Anda mungkin juga menyukai