Anda di halaman 1dari 98

LAPORAN AKHIR

MAGANG
Di PT KHAZANAH HIJAU INDONESIA (Rekosistem)

Semester Ganjil 2022/2023

Disusun oleh:
Nama: Walter Felix Hiumawan
NPM: 6132001166

PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK INDUSTRI


FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN
2023
LEMBAR PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING
MAGANG / KEWIRAUSAHAAN
Di PT KHAZANAH HIJAU INDONESIA (Rekosistem)

Disusun oleh:
Nama: Walter Felix Hiumawan
NPM: 6132001166

disetujui sebagai
Laporan Magang/Wirausaha/Penelitian/Ekologi/Design Thinking* MBKM
(*coret yang tidak sesuai)

Bandung,
Pembimbing MBKM

(Clara Theresia)
NIK: 20180349
ABSTRAK

PT. Khazanah Hijau Indonesia atau yang lebih dikenal dengan Rekosistem merupakan
sebuah perusahaan yang bergerak pada pengelolaan sampah secara bertanggung jawab.
Dalam menjalani aktivitas bisnisnya, diperlukan marketing sebagai penunjang bisnis. Pada
program magang MBKM kali ini, peserta magang diposisikan sebagai content marketing
intern yang merupakan bagian dari divisi Marketing & Partnership. Pekerjaan yang
dilakukan adalah bertanggung jawab atas konten untuk sosial media dari Rekosistem yaitu
Instagram. Pembuatan konten dimulai dari perancangan ide awal, perekaman konten,
hingga pengunggahan konten dan evaluasi hasil. Peserta magang juga berhasil merancang
campaign #GakDibuang yang berfokus untuk mengedukasi masyarakat terkait pemilahan
sampah dan penyetoran sampah anorganik untuk diolah lebih lanjut. Selain itu, peserta
magang juga turut aktif dalam proyek kerja sama Rekosistem seperti proyek waste station
RDTX Place WWF yang dipromosikan di akun Instagram Rekosistem. Content marketing
intern bertanggung jawab atas konten yang diunggah pada akun Instagram @rekosistem.
Setelah mengikuti kegiatan magang MBKM selama hampir 6 bulan, peserta magang telah
berhasil memproduksi 21 konten dan meliput 3 event yang bekerja sama dengan
Rekosistem.

i
ABSTRACT

PT. Khazanah Hijau Indonesia or better known as Rekosistem is a company that operates
in responsible waste management. In carrying out business activities, marketing is needed
to support the business. In this MBKM internship program, intern participants are positioned
as content marketing interns who are part of the Marketing & Partnership division. The work
carried out is responsible for content for Rekosistem's social media, Instagram. Content
creation starts from designing the initial idea, recording the content, to uploading the content
and evaluating the results. The interns also succeeded in designing the #GakDibuang
campaign which focused on educating the public regarding waste sorting and depositing
inorganic waste for further processing. Apart from that, interns also actively participate in
Rekosistem collaboration projects such as the RDTX Place WWF waste station project
which is promoted on the Rekosistem Instagram account. Content marketing intern is
responsible for content uploaded to the Instagram account @rekosistem. After participating
in MBKM internship activities for almost 6 months, the intern participant have succeeded in
producing 21 content and covering 3 events in collaboration with Rekosistem.

ii
KATA PENGANTAR

Penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan program magang MBKM
di PT Khazanah Hijau Indonesia (Rekosistem) sebagai content marketing intern dan
juga dapat menyelesaikan laporan magang MBKM ini. Penyusunan laporan magang ini
tidak terlepas dari banyaknya dukungan, doa, dan nasehat yang diberikan kepada
penulis dari berbagai pihak. Maka dari itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih
secara tulus kepada, yakni:
1. Bapak Nadiem Anwar Makarim, B.A., M.B.A. selaku Menteri Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia karena telah
mengadakan program magang MBKM yang memberikan kesempatan
kepada mahasiswa/i di Indonesia untuk mendapatkan pengalaman kerja
secara langsung di perusahaan.
2. PT Khazanah Hijau Indonesia (Rekosistem), Ernest Christian Layman, dan
Joshua Valentino selaku pihak mitra program MBKM karena telah
memberikan kesempatan kepada penulis magang sebagai content
marketing intern dan membagikan berbagai ilmu yang berharga di dunia
kerja.
3. Ibu Ir. Clara Theresia, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing penulis selama
program magang MBKM.
4. Bapak Giovano Alberto, S.T., M.T. dan seluruh pengurus Kampus
Merdeka UNPAR selaku penanggung jawab kegiatan Kampus Merdeka
Universitas Katolik Parahyangan yang telah membantu berjalannya
program magang MBKM di UNPAR.
5. Anissa Lubiana selaku pembimbing magang yang telah membimbing
penulis selama 6 bulan sebagai content marketing intern di Rekosistem.
6. Angga Adhitya Fritz Radhana, Inezha Taswin, Kenisha Amelia, Gilbert
Steven, dan seluruh rekan kerja Rekosistem yang telah bekerja bersama
penulis serta membantu penulis untuk menyelesaikan kegiatan magang
dengan baik.
7. Orang tua dan kakak dari penulis yang telah memberikan dukungan
secara mental dan material selama kegiatan magang berlangsung.

iii
8. Samuel Hasibuan dan Debora Pandiangan selaku sahabat penulis yang
telah membantu dan menemani penulis untuk menyelesaikan laporan
magang.
9. Angela Aldadorena, Ivana Loren, Clara Wibowo, dan seluruh teman-teman
sesame magang yang membantu penulis selama kegiatan magang dan
pembuatan laporan sebagai sesama peserta magang di Rekosistem.

Laporan akhir magang MBKM ini masih jauh dari kata sempurna. Maka
dari itu, penulis memohon maaf jika terdapat kesalahan pada penulisan laporan ini.
Penulis berharap saran dan kritik dari seluruh pihak dapat membantu untuk
memperbaiki laporan magang ini menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, penulis ingin
mengucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan oleh Kemendikbud,
Universitas Katolik Parahyangan, dan PT Khazanah Hijau Indonesia (Rekosistem)
mendukung pengembangan profesional dan akademik penulis.

Bandung, 31 Desember 2023

Penulis

iv
DAFTAR ISI

ABSTRAK ……………………………………………………………………………… i
ABSTRACT ………………………………………………………………………………ii
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………….. iii
DAFTAR ISI ………………………………….…………………………………………..v
DAFTAR TABEL .………………………………………………………………………vii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………………ix
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………………..xi
BAB I TINJAUAN PERUSAHAAN ...................................................................... II-1
I.1 Penjelasan Mitra Program MBKM ............................................................. II-1
I.2. Struktur Organisasi ................................................................................ II-2
I.3. Deskripsi Divisi ....................................................................................... II-3
I.4. Deskripsi Magang .................................................................................. II-3
BAB II PROYEK ................................................................................................... II-1
II.1 Proyek Campaign #GakDibuang ........................................................... II-1
II.1.1 Identifikasi Masalah ........................................................................... II-1
II.1.2 Metodologi.......................................................................................... II-2
II.1.3 Perancangan Usulan ......................................................................... II-4
II.1.4 Analisis Usulan .................................................................................. II-8
II.1.5 Analisis Keterkaitan Proyek terhadap Mata Kuliah yang Dikonversi .. II-
10
II.2 Proyek Plastic Smart Cities dari World Wide Fund for Nature (WWF) ... II-
12
II.2.1 Identifikasi Masalah ......................................................................... II-12
II.2.2 Metodologi........................................................................................ II-14
II.2.3 Perancangan Usulan ....................................................................... II-15
II.2.4 Analisis Usulan ................................................................................ II-18
II.2.5 Analisis Keterkaitan Proyek terhadap Mata Kuliah yang Dikonversi. . II-
20
II.3 Proyek Perancangan Tata Letak Fasilitas Waste Hub ....................... II-22

v
II.3.1 Identifikasi Masalah..........................................................................II-22
II.3.2 Metodologi ........................................................................................II-25
II.3.3 Perancangan Usulan .......................................................................II-26
II.3.4 Analisis Usulan.................................................................................II-40
II.3.5 Analisis Keterkaitan Proyek terhadap Mata Kuliah yang Dikonversi. .II-
42
II.3.6 Proyek Pemenuhan CPMK 4 ...........................................................II-43
IBAB III KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................III-1
III.1 Kesimpulan dan Manfaat ......................................................................III-1
III.2 Saran .....................................................................................................III-1
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

vi
DAFTAR TABEL

Tabel II.1 Alur Cerita Jenis Influencer ................................................................... II-5


Tabel II.2 Perbandingan Antara Waste Station dengan Bank Sampah Konvensional
.............................................................................................................................. II-18
Tabel II.3 Klasifikasi Pemilah Halus .................................................................... II-27
Tabel II.4 Jumlah Sampah yang Masuk ke Waste Hub ...................................... II-28
Tabel II.5 Jadwal Penjemputan Sampah............................................................. II-28
Tabel II.6 Penempatan Inventory Sampah .......................................................... II-31
Tabel II.7 Perhitungan Jarak ............................................................................... II-32
Tabel II.8 Hasil Perhitungan Rectilinear Semua Jenis Sampah ......................... II-32
Tabel II.9 Rancangan Penempatan Inventory Sampah ...................................... II-33
Tabel II.10 Hasil Perhitungan TCR Masing-Masing Departemen....................... II-43
Tabel II.11 Urutan Penempatan Departemen ..................................................... II-44
Tabel II.12 Jumlah UAT Awal Masing-Masing Departemen ............................... II-44
Tabel II.13 Penempatan Departemen 1 .............................................................. II-45
Tabel II.14 Penempatan Departemen 4 .............................................................. II-45
Tabel II.15 Penempatan Departemen 6 .............................................................. II-46
Tabel II.16 Penempatan Departemen 2 .............................................................. II-46
Tabel II.17 Penempatan Departemen 3 .............................................................. II-46
Tabel II.18 Penempatan Departemen 5 .............................................................. II-47
Tabel II.19 Penempatan Departemen 7 .............................................................. II-47
Tabel II.20 Layout Score Alternatif 1 ................................................................... II-47
Tabel II.21 Penempatan Departemen 1 .............................................................. II-48
Tabel II.22 Penempatan Departemen 4 .............................................................. II-49
Tabel II.23 Penempatan Departemen 6 .............................................................. II-49
Tabel II.24 Penempatan Departemen 2 .............................................................. II-49
Tabel II.25 Penempatan Departemen 3 .............................................................. II-49
Tabel II.26 Penempatan Departemen 5 .............................................................. II-50
Tabel II.27 Penempatan Departemen 7 .............................................................. II-50
Tabel II.28 Layout Score Alternatif 2 ................................................................... II-50

vii
viii
DAFTAR GAMBAR

Gambar I.1 Struktur Organisasi ............................................................................. II-2


Gambar II.1 Metodologi Proyek Campaign #GakDibuang .................................... II-3
Gambar II.2 Metodologi Proyek Plastic Smart Cities dari World Wide Fund for
Nature (WWF) ...................................................................................................... II-14
Gambar II.3 Waste Station RDTX Place WWF ................................................... II-16
Gambar II.4 Flowchart Tahapan Kerja Waste Station ........................................ II-17
Gambar II.5 Data Analitik Instagram Reels Konten Promosi Waste Station ...... II-19
Gambar II.6 Data Setoran Sampah Anorganik Waste Station RDTX Place ...... II-20
Gambar II.7 Waste Hub Jagakarsa ..................................................................... II-23
Gambar II.8 Layout Awal Waste Hub Jagakarsa ................................................ II-24
Gambar II.9 Metodologi Proyek Perancangan Tata Letak Fasilitas Waste Hub II-26
Gambar II.10 Layout Usulan Waste Hub Rekosistem ........................................ II-29
Gambar II.11 Alur Perhitungan Jarak PET .......................................................... II-31
Gambar II.12 Final Layout Waste Hub ................................................................ II-33
Gambar II.13 Flowchart Layout Usulan ............................................................... II-35
Gambar II.14 Diagram Aliran PET ....................................................................... II-36
Gambar II.15 Diagram Aliran Kertas dan Asoy ................................................... II-37
Gambar II.16 Diagram Aliran Kardus .................................................................. II-38
Gambar II.17 Diagram Aliran Logam, Beling, dan e-Waste................................ II-39
Gambar II.18 Diagram Aliran Minyak Jelantah ................................................... II-40

ix
x
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A STRUKTUR ORGANISASI


LAMPIRAN B TAUTAN VIDEO PROYEK
LAMPIRAN C MESIN
LAMPIRAN D RECTILINEAR
LAMPIRAN E LEARNING AGREEMENT

xi
BAB I TINJAUAN PERUSAHAAN

I. BAB I
TINJAUAN PERUSAHAAN

Pada kesempatan magang MBKM ini, peserta magang berkesempatan


untuk menjalani kegiatan magang di PT Khazanah Hijau Indonesia dengan merek
dagang Rekosistem. Pertama-tama akan dijelaskan tentang perusahaan
Rekosistem terlebih dahulu sebelum dibahas lebih lanjut mengenai hasil magang
MBKM ini. Penjelasan mengenai perusahaan akan disajikan pada Bab I.

I.1 Penjelasan Mitra Program MBKM


PT Khazanah Hijau Indonesia yang dikenal dengan merek Rekosistem,
adalah sebuah perusahaan rintisan atau start-up yang didirikan pada tahun 2018
oleh Ernest Layman dan Joshua Valentino. Perusahaan ini berfokus pada layanan
pengelolaan sampah, pengangkutan sampah, penyortiran sampah, dan
pengolahan lanjutan sampah. Nama 'Rekosistem' sendiri terdiri dari dua kata, yaitu
're-' dan '-ekosistem'. 'Re-' menggambarkan lima prinsip yang berkaitan dengan
pengelolaan sampah, yaitu penggunaan kembali (reuse), pengurangan (reduce),
daur ulang (recycle), sumber energi terbarukan (renewable), dan prinsip-prinsip
keberlanjutan yang akan diterapkan oleh Rekosistem. Sedangkan '-ekosistem'
mencerminkan visi bahwa solusi yang ditawarkan oleh Rekosistem akan mengubah
perilaku saat ini menuju masyarakat yang lebih ramah lingkungan.
Rekosistem memiliki visi dan misi yang sejalan dengan upaya pemerintah
Indonesia untuk meningkatkan kualitas lingkungan dan mendorong pertumbuhan
ekonomi hijau. Pemerintah Indonesia telah menetapkan target untuk mengurangi
emisi gas rumah kaca sebesar 29% pada tahun 2030. Maka dari itu, pemerintah
perlu meningkatkan pengelolaan limbah dan konservasi lingkungan.
Demi mendukung kesuksesan program tersebut, Rekosistem berperan
penting dalam mendukung upaya pemerintah Indonesia ini. Perusahaan ini
mengembangkan dan menerapkan teknologi pengelolaan limbah yang inovatif dan
berkelanjutan. Teknologi ini membantu untuk mengurangi jumlah limbah yang
dibuang ke lingkungan dan meningkatkan efisiensi pengelolaan limbah.
Rekosistem juga membangun infrastruktur pengelolaan limbah yang terintegrasi

II-1
BAB I TINJAUAN PERUSAHAAN

dan efisien. Infrastruktur ini membantu untuk memastikan bahwa limbah dikelola
dengan cara yang tepat dan aman.
Selain itu, Rekosistem juga meningkatkan kesadaran masyarakat akan
pentingnya pengelolaan limbah dan konservasi lingkungan. Perusahaan ini
melakukan berbagai kegiatan edukasi dan sosialisasi untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat akan masalah lingkungan. Rekosistem juga membangun
kemitraan strategis dengan berbagai pihak dan perusahaan untuk mendukung
pengelolaan limbah dan konservasi lingkungan. Kemitraan ini membantu untuk
meningkatkan skala dan efektivitas upaya pengelolaan limbah dan konservasi
lingkungan.

I.2. Struktur Organisasi


Struktur organisasi adalah suatu gambar yang menggambarkan tipe
organisasi, pendepartemenan organisasi kedudukan, dan jenis wewenang pejabat,
bidang dan hubungan pekerjaan, garis perintah dan tanggung jawab, rentang
kendali dan sistem pimpinan organisasi (Hasibuan, 2010). Pada Gambar I-1
Struktur Organisasi, dapat terlihat bahwa PT. Khazanah Hijau Indonesia
(Rekosistem) dipimpin oleh seorang Chief Executive Officer (CEO) yang
membawahi Chief Operating Officer (COO), VP of IT Engineering, CEO Office, SVP
of Marketing and Partnership, VP of Business Development, dan Chief Financial
Officer (CFO).

Gambar I.1 Struktur Organisasi

Lalu, di bawah SVP of Marketing and Partnership juga membawahi Head


of B2B Growth Marketing, Head of B2C Growth Marketing, Head of Brand
Marketing. Content Marketing Intern dibawahi oleh divisi Brand Marketing yang
dipimpin oleh Head of Brand Marketing. Selain itu, content marketing intern
dikepalai langsung oleh Brand and Digital Marketing Manager.

II-2
BAB I TINJAUAN PERUSAHAAN

I.3. Deskripsi Divisi


Divisi Marketing & Partnership dari Rekosistem bertanggung jawab untuk
mengembangkan dan mengimplementasikan strategi pemasaran dan kemitraan
yang efektif. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan
pentingnya pengelolaan sampah dan konservasi lingkungan. Divisi ini juga
bertanggung jawab untuk membangun hubungan dengan berbagai pihak, termasuk
pemerintah, perusahaan, dan organisasi non-pemerintah demi mendukung upaya
pengelolaan sampah dan konservasi lingkungan.

I.4. Deskripsi Magang


Pada posisi yang saya jalani sebagai content marketing intern, tugas dan
tanggung jawab yang saya lakukan mayoritas mengenai pembuatan konten untuk
sosial media Rekosistem. Konten yang dibuat harus sesuai dengan brand concept
yang sudah ditentukan sebelumnya. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan
kata-kata dan jenis konten yang dibuat agar tetap sesuai dengan konsep
Rekosistem. Setelah mengetahui brand concept, tugas yang harus dilakukan
selanjutnya adalah membuat draf konten sesuai dengan kebutuhan dari tim
Rekosistem. Berdasarkan kebutuhan dari tim, jenis-jenis konten yang akan dibuat
dikategorikan menjadi edukasi, hari raya, promosi produk & jasa, campaign, dan
partnership/collaboration.
Lalu, setelah pembuatan draf konten selesai dibuat akan dilanjut dengan
proses shooting untuk draf yang berbentuk video. Proses shooting dilakukan
dengan mengumpulkan berbagai footage yang diperlukan. Kemudian, penulis juga
menjadi talent pada konten tersebut jika diperlukan. Setelah proses shooting
selesai, seluruh footage akan dikirimkan ke tim desain untuk diedit menjadi video.
Apabila konten tersebut membutuhkan voice over, maka penulis juga akan
melakukan proses perekaman voice over setelah konten diedit oleh tim desain.
Selain itu, penulis juga perlu mengecek kembali konten yang sudah diedit oleh tim
desain apakah sudah sesuai dengan draf yang dirancang atau belum. Jika belum
sesuai, maka penulis akan memberikan catatan revisi kepada tim desain untuk
memperbaiki konten tersebut.

II-3
BAB II PROYEK

II. BAB II
PROYEK

Pada proses pelaksanaan magang di Rekosistem, terdapat beberapa


proyek yang harus dilakukan sebagai tanggung jawab penulis sebagai pegawai
magang. Proyek yang dikerjakan memiliki tujuannya masing-masing sesuai dengan
kebutuhan dari Rekosistem. Oleh karena itu, proses pelaksanaan masing-masing
proyek dilakukan dengan cara yang berbeda-beda. Berikut merupakan penjelasan
dari masing-masing proyek.

II.1 Proyek Campaign #GakDibuang


Campaign #GakDibuang merupakan salah satu proyek yang bertujuan
untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya memilah
sampah sebelum dibuang ke tempat sampah begitu saja. Dengan kampanye ini,
diharapkan masyarakat dapat mulai memilah sampah pribadinya terlebih dahulu
kemudian menyetorkan sampah anorganik yang telah dipilah ke waste station
Rekosistem. Dengan demikian, masyarakat dapat lebih bertanggung jawab atas
sampahnya masing-masing karena sampah tersebut berpotensi untuk memberikan
dampak negatif terhadap lingkungan.

II.1.1 Identifikasi Masalah


Berdasarkan Data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional
(SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) tahun 2022,
terdapat 7,2 juta ton sampah yang tidak dapat terkelola dengan baik di Indonesia.
Menurut Ketua Tim Evaluasi Tata Laksana Kemenko PMK Gatot Hendarto, hal ini
dapat terjadi karena masyarakat Indonesia masih menganut prinsip “kumpul –
buang – angkut”. Sedangkan, prinsip tersebut tidak bisa lagi diterapkan sekarang
karena apabila terus dilakukan maka penumpukan sampah secara masal di TPA
tidak dapat dihindari. Kemudian, penumpukan sampah tersebut dapat berpotensi
untuk memberikan dampak negatif terhadap lingkungan seperti pencemaran air,
udara, dan tanah.

II-1
BAB II PROYEK

Berdasarkan permasalahan jumlah sampah tidak terkelola dengan baik


yang begitu banyak, digunakan metode five whys untuk mencari tahu akar
permasalahan dari tingginya jumlah sampah tersebut.
Q1 : Mengapa jumlah sampah tidak terkelola dengan baik di Indonesia bisa
mencapai 7,2 juta ton?
A : Karena jumlah sampah yang dibuang ke TPA terlalu banyak jumlahnya
melebihi kapasitas yang ada
Q2 : Mengapa jumlah sampah yang dibuang ke TPA lebih banyak daripada
kapasitas TPA
A : Karena masyarakat Indonesia cenderung langsung membuang
sampahnya tanpa dipilah mana yang masih bisa dipakai dan didaur ulang
Q3 : Mengapa masyarakat Indonesia langsung membuang sampahnya tanpa
dipilah atau didaur ulang terlebih dahulu?
A : Karena kurangnya pengetahuan masyarakat terkait cara memilah
sampah
Q4 : Mengapa masyarakat memiliki pengetahuan yang kurang terkait cara
memilah sampah?
A : Karena kurangnya edukasi terhadap masyarakat di Indonesia terkait cara
pemilahan sampah

Berdasarkan permasalahan di atas, dapat disimpulkan bahwa yang menjadi


akar permasalahan besarnya jumlah sampah tidak terkelola dengan baik adalah
kurangnya edukasi pada masyarakat di Indonesia terkait cara pemilahan sampah.
Oleh karena itu, diperlukan media edukasi bagi masyarakat Indonesia mengenai
tata cara pemilahan sampah. Dengan demikian, Rekosistem sebagai salah satu
perusahaan yang bergerak di bidang pengelolaan sampah dapat berperan sebagai
edukator terkait tata cara pemilahan sampah tersebut.

II.1.2 Metodologi
Proyek campaign #GakDibuang ini dilakukan dengan beberapa tahapan
sebelum mencapai tujuan akhirnya. Keseluruhan tahapan tersebut telah dirangkum
dalam bentuk flowchart. Flowchart tersebut dapat dilihat pada Gambar II-1
Metodologi Proyek Campaign #GakDibuang di bawah ini.

II-2
BAB II PROYEK

Gambar II.1 Metodologi Proyek Campaign #GakDibuang

Pada proses pelaksanaan proyek campaign #GakDibuang, diperlukan


beberapa tahapan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan sebelum proyek
berjalan. Mula-mula, dilakukan proses identifikasi masalah terkait dengan
permasalahan sampah yang ada di Indonesia. Kemudian, dirancanglah sebuah
kampanye mengenai pemilahan sampah melalui sosial media dengan bekerja
sama dengan influencer dari berbagai bidang. Penjelasan mengenai setiap proses
pada flowchart akan dijelaskan lebih lanjut di subbab II.1.3.

II-3
BAB II PROYEK

II.1.3 Perancangan Usulan


Setelah dilakukan proses identifikasi masalah pada subbab sebelumnya,
telah dilakukan perancangan usulan sebagai solusi dari masalah tersebut. Usulan
yang dapat dilakukan oleh Rekosistem adalah menjadi edukator terkait tata cara
pemilahan sampah dan menjangkau masyarakat agar dapat teredukasi dengan
baik. Edukasi diberikan dalam bentuk campaign yaitu #GakDibuang dan dieksekusi
di platform media sosial yaitu Instagram yang dilakukan bersama para influencer
dari berbagai bidang. Campaign #GakDibuang memiliki tiga dasar tujuan
perubahan pada masyarakat, yaitu:
1. Reimagine: Pikirkan kembali potensi penggunaan kembali barang-barang
yang akan dibuang sebagai sampah sebelum dibuang begitu saja
2. Mindful resource: Menyoroti pentingnya membuat pilihan yang bijaksana
sebelum membuang sampahnya untuk melestarikan sumber daya dan
mengurangi dampak negatif limbah terhadap lingkungan.
3. Empowering responsibility: Memberdayakan masyarakat untuk
bertanggung jawab atas tindakan mereka. Dengan memilih untuk tidak
membuang barang secara cuma-cuma, mereka dapat menjadi salah satu
pihak yang mengurangi kerusakan lingkungan akibat sampah
Berdasarkan ketiga dasar tujuan dari campaign ini, diharapkan
Rekosistem dapat lebih dikenal publik sebagai perusahaan yang bergerak di bidang
pengelolaan sampah dan dipercaya sebagai pemimpin industri sampah. Selain itu,
diharapkan pula agar terjadi peningkatan pada jumlah pengguna aplikasi
Rekosistem dan jumlah setoran sampah yang disetor di waste station.
Pada proses pelaksanaan campaign, Rekosistem juga bekerja sama
dengan para influencer di Instagram dari berbagai latar belakang, seperti beauty
enthusiast, ibu rumah tangga, pekerja kantor, fashion enthusiast, sustainability
enthusiast, dan sport enthusiast. Tentu saja setiap jenis influencer memiliki
cakupan audiens yang berbeda-beda, maka dari itu telah dirancang pula berbagai
susunan video yang menyesuaikan audiens dari masing-masing influencer.
Adapun poin pembicaraan yang harus disampaikan setiap influencer pada
kontennya yaitu seperti berikut.
1. Sampah di rumah jangan langsung dibuang.
2. Pilah sampahnya dulu sebelum dibuang
3. Pakai aplikasi Rekosistem untuk #PIlahKemasSetor dengan mudah

II-4
BAB II PROYEK

Ketiga poin pembicaraan tersebut harus disebutkan pada konten yang


dibuat agar tujuan konten dapat dimengerti dan dipahami dengan baik oleh
audiens. Kemudian, terdapat juga susunan urutan konten secara keseluruhan yang
harus diikuti oleh influencer dan diterapkan pada kontennya. Berikut merupakan
susunan urutan konten secara keseluruhan untuk campaign #GakDibuang.
1. Mengawali video dengan kalimat hook yang menarik dengan pendekatan
storytelling
2. Ceritakan angle content dengan jelas dan ringkas (tidak bertele-tele)
3. Menyebut #GakDibuang dengan jelas pada saat menunjukkan sampah
anorganik
4. Menunjukkan proses #PilahKemasSetor secara implisit
5. Memberikan call-to-action bagi audiens untuk turut #GakDibuang terlebih
dahulu sampahnya
Setelah penyusunan poin pembicaraan dan susunan urutan konten yang
harus diterapkan oleh influencer pada kontennya, diperlukan juga alur cerita yang
jelas untuk masing-masing jenis influencer. Alur cerita dijabarkan dalam bentuk
poin-poin yang dapat dijadikan referensi bagi influencer pada saat pembuatan
konten. Alur cerita ini hanya bersifat sebagai pedoman sehingga tidak perlu diikuti
secara persis, tetapi konten tetap harus memiliki makna sesuai dengan alur yang
telah dirancang. Tabel II.1 di bawah merupakan penjelasan lebih lanjut mengenai
alur cerita untuk setiap jenis influencer.
Tabel II.1 Alur Cerita Jenis Influencer
Jenis Influencer Alur Cerita
• Influencer memulai video dengan
intro yang menyebutkan mengenai
tumpukan botol kosong bekas
skincare yang tidak tahu dibuang
kemana jadi menyampah di
rumah.
• Influencer melanjutkan video
dengan menunjukkan tumpukan
Beauty enthusiast
sampah yang ada botol-botol
kosong bekas skincare di
antaranya
• Influencer menunjukkan aktivitas
memilah sampah dengan
mengumpulkan botol kosong
bekas skincare menjadi 1 di dalam
1 kantong/boks
(lanjut)

II-5
BAB II PROYEK

Tabel II.1 Alur Cerita Jenis Influencer (lanjutan)


Jenis Influencer Alur Cerita
• Influencer menyebutkan akan
menyetor sampah botol tersebut
ke Rekosistem untuk didaur ulang
dan mendapatkan RekoPoints
yang dapat ditukarkan menjadi
Gopay
• Influencer menunjukkan hasil
Beauty enthusiast screen record cara menyetor
sampah pakai aplikasi Rekosistem
• KOL menyebutkan call-to-action
bagi audiens untuk mulai
#GakDibuang terlebih dahulu
sampah botol bekas skincare di
rumahnya

• Influencer memulai video dengan


awalan yang menunjukkan kondisi
rumah berantakan karena sampah
yang berserakan
• Influencer menunjukkan aktivitas
memilah sampah dengan
mengumpulkan sampah anorganik
seperti plastik dan kertas/karton
menjadi 1 di dalam 1 kantong/boks
• Influencer menyebutkan akan
menyetor sampah anorganik
tersebut ke Rekosistem untuk
Fashion enthusiast & pekerja kantor
didaur ulang dan mendapatkan
RekoPoints yang bisa ditukarkan
menjadi Gopay
• Influencer menunjukkan hasil
screen record cara menyetor
sampah pakai aplikasi
Rekosistem
• Influencer menyebutkan call-to-
action bagi audience untuk mulai
#GakDibuang terlebih dahulu
sampah anorganik di rumahnya

• Influencer memulai video dengan


awalan yang membicarakan berita
perubahan iklim / panas di Jakarta
yang saat ini sangat
mengkhawatirkan
Ibu rumah tangga • Influencer melanjutkan video
dengan menjelaskan hal termudah
yang bisa dilakukan sebagai
masyarakat yaitu membuang
sampah dengan bijak (dipilah dulu
sebelum dibuang)
(lanjut)

II-6
BAB II PROYEK

Tabel II.1 Alur Cerita Jenis Influencer (lanjutan)


Jenis Influencer Alur Cerita
• Influencer menunjukkan aktivitas
cara memilah sampah dengan
mengumpulkan sampah anorganik
bersama anak menjadi 1 di dalam
1 kantong/boks
• Influencer menyebutkan akan
menyetor sampah anorganik
tersebut ke Rekosistem untuk
didaur ulang dan mendapatkan
RekoPoints yang bisa ditukarkan
Ibu rumah tangga
menjadi Gopay
• Influencer menunjukkan hasil
screen record cara menyetor
sampah pakai aplikasi
Rekosistem
• Influencer menyebutkan call-to-
action bagi audiens untuk mulai
#GakDibuang dulu sampah
anorganik di rumahnya

• Influencer memulai video dengan


awalan yang menunjukkan
keseruan bermain futsal bersama
teman-teman
• Influencer menunjukkan pada saat
aktivitas futsal berakhir, banyak
sampah botol minum sekali pakai
yang berserakan di sekitar
lapangan
• Influencer menunjukkan aktivitas
mengumpulkan sampah botol
minum sekali pakai tersebut ke
dalam 1 dus/plastik
• Influencer menyebutkan akan
Sport enthusiast menyetor sampah botol minum
sekali pakai tersebut ke
Rekosistem untuk didaur ulang
dan mendapatkan RekoPoints
yang bisa ditukarkan menjadi
Gopay
• Influencer menunjukkan hasil
screen record cara menyetor
sampah pakai aplikasi
Rekosistem
• Influencer menyebutkan call-to-
action bagi audiens untuk mulai
#GakDibuang dulu sampah botol
minum bekas pakainya

(lanjut)

II-7
BAB II PROYEK

Tabel II.1 Alur Cerita Jenis Influencer (lanjutan)


Jenis Influencer Alur Cerita
• Influencer memulai video dengan
awalan yang menunjukkan akan
memulai hari dengan olahraga di
acara Car Free Day
• Influencer melanjutkan video
dengan mengatakan sebelum itu
akan memilah sampah anorganik
yang ada di rumah untuk
disetorkan nanti sekalian saat
olahraga
• Influencer menunjukkan keseruan
olahraga di acara Car Free Day
• Influencer menyebutkan akan
menyetor sampah anorganik
Sustainability enthusiast tersebut ke Rekosistem untuk
didaur ulang dan mendapatkan
RekoPoints yang bisa ditukarkan
menjadi Gopay di Waste Station
Rekosistem yang sedaerah
dengan Car Free Day area (SCBD,
Blok M, Dukuh Atas)
• Influencer menunjukkan hasil
screen record cara menyetor
sampah pakai aplikasi
Rekosistem
• Influencer menyebutkan call-to-
action bagi audiens untuk mulai
#GakDibuang dulu sampah
anorganiknya.

Setiap alur cerita yang dirancang untuk masing-masing jenis influencer


telah dibuat sesuai dengan karakteristiknya sehingga sesuai dengan audiens
mereka. Dengan demikian, diharapkan dengan setiap alur cerita yang ada dapat
mengait audiens dari setiap influencer untuk mulai melakukan pemilahan sampah
sesuai dengan tujuan campaign #GakDibuang.

II.1.4 Analisis Usulan


Pelaksanaan campaign #GakDibuang dilaksanakan di platform Instagram
karena platform ini memiliki lebih dari 100 juta pengguna di Indonesia. Selain itu,
30,8% dari pengguna Instagram di Indonesia merupakan individu kelompok usia
16-24 tahun dan 30,3% dari jumlah penggunanya merupakan individu kelompok
usia 25-34 tahun. Kedua kelompok individu tersebut merupakan target audiens
yang dituju dengan campaign #GakDibuang. Selain itu, telah dilakukan kerja sama
dengan influencer yang bergerak di bidang sustainability yaitu Bule Sampah. Kerja

II-8
BAB II PROYEK

sama yang dilakukan berupa kolaborasi dalam pembuatan video yang diunggah
pada tanggal 19 November 2023 di akun Instagram Bule Sampah dan Rekosistem
mengenai video penyetoran sampah ke waste station Rekosistem. Setelah video
tersebut diunggah, terjadi peningkatan jumlah pengikut pada akun Rekosistem
yang semula berjumlah 38.641 di tanggal 13 November 2023 menjadi 40.328 di
tanggal 27 November 2023. Tautan video kerja sama Rekosistem dengan Bule
Sampah dapat dilihat pada Lampiran B. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa Instagram menjadi platform yang tepat untuk melaksanakan campaign
#GakDibuang.
Influencer yang diajak bekerja sama dalam campaign ini berlatar belakang
dari beauty enthusiast, ibu rumah tangga, pekerja kantor, fashion enthusiast,
sustainability enthusiast, dan sport enthusiast. Adapun alasan pemilihan influencer
berlatar belakang beauty enthusiast adalah pada saat ini banyak sekali sampah
plastik yang berasal dari dunia kecantikan. Jumlah sampah plastik yang dihasilkan
dari industri kecantikan mencapai 6,8 juta ton pada tahun 2022. Oleh karena itu,
penting untuk diketahui oleh penggemar kosmetik bahwa kemasan plastik dari
kosmetik ataupun produk perawatan wajah yang mereka gunakan dapat didaur
ulang sehingga tidak dibuang begitu saja ke tempat sampah yang berakhir di TPA.
Kemudian, adapun alasan pemilihan influencer berlatar belakang ibu
rumah tangga dan pekerja kantor adalah banyaknya sampah anorganik yang dapat
didaur ulang dari sampah rumah tangga. Contohnya seperti plastik, kaleng, kaca,
dan kertas. Sampah berbahan dari keempat bahan yang disebutkan sebelumnya
sering kali dihasilkan dari sampah rumah tangga, seperti kaleng bekas sarden,
botol plastik, jerigen minyak, botol beling, dan lain-lain. Oleh karena itu, ibu rumah
tangga dan pekerja kantor dapat berperan penting pada pengurangan jumlah
sampah anorganik yang dibuang secara cuma-cuma ke TPA.
Lalu, pemilihan influencer berlatar belakang fashion enthusiast karena
sering kali gaya hidup dari fashion influencer dianggap sesuatu yang keren oleh
masyarakat. Selain dengan gaya baju yang dikenakan, fashion influencer juga
menjadi role model bagi masyarakat karena gaya hidupnya juga. Oleh karena itu,
fashion influencer yang menunjukkan aktivitas pemilahnan sampah sebagai bagian
dari gaya hidupnya diharapkan berdampak baik pada publik untuk turut memilah
sampah mereka sebelum dibuang.

II-9
BAB II PROYEK

Selanjutnya, pemilihan influencer berlatar belakang sustainability


enthusiast juga dipilih untuk melaksanakan campaign #GakDibuang karena
mereka terkenal dengan peduli akan lingkungan yang berkelanjutan. Selain itu,
mereka juga dapat memberikan dampak positif bagi masyarakat agar turut peduli
akan lingkungan dengan memberikan contoh untuk memilah sampah di dalam
kesehariannya sebelum sampahnya dibuang ke tempat sampah.
Lalu, influencer berlatar belakang sport enthusiast turut dipilih untuk
menjadi bagian dari campaign #GakDibuang karena banyak sampah botol plastik
yang dihasilkan dari acara olahraga seperti lomba maraton. Menurut data dari
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), sampah yang dihasilkan
oleh acara lari maraton rata-rata mencapai lebih dari 600 kilogram setiap acaranya.
Oleh karena itu, dengan menunjukkan kegiatan pengumpulan dan pemilahan
sampah botol plastik, diharapkan para penggemar olahraga juga akan turut
melakukan hal yang sama selepas mereka berolahraga sehingga sampah botol
plastik yang masih bisa didaur ulang tidak dibuang begitu saja.

II.1.5 Analisis Keterkaitan Proyek terhadap Mata Kuliah yang Dikonversi


Pada proses pengerjaan proyek campaign #GakDibuang ini, terdapat
beberapa Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) yang tepenuhi. Berikut merupakan
penjelasan keterkaitan CPL dengan proyek campaign #GakDibuang.
1. CPL 2 dari mata kuliah Perancangan Sistem Terpadu berbunyi
kemampuan untuk merancang sistem terintegrasi dengan memenuhi
standar yang diperlukan dan berbagai batasan yang memperhatikan
aspek ekonomi, kesehatan, dan keselamatan publik, kultural, sosial, dan
keberlanjutan dalam era digital dengan melibatkan berbagai pihak. CPL ini
terkait dengan proyek ini karena pada proyek ini peserta magang
merancang seluruh campaign untuk menjawab permasalahan yang ada
dengan memperhatikan anggaran yang diberikan oleh perusahaan. Selain
itu, dengan adanya campaign yang dirancang oleh peserta magang
diharapkan berdampak positif terhadap publik untuk menerapkan
kebiasaan baru yaitu memilah sampah anorganik sehingga sampah di
Indonesia tidak terus menumpuk dan merusak lingkungan.
2. CPL 4 dari mata kuliah Perancangan Sistem Terpadu, Magang I, dan
Softskill and Personal Development berbunyi kemampuan untuk

II-10
BAB II PROYEK

mengidentifikasi, merumuskan, menganalisis dan menyelesaikan


permasalahan kompleks nyata di bidang teknik industri dalam berbagai
jenis organisasi. CPL ini terkait dengan proyek ini karena pada proyek ini
dilakukan proses identifikasi, perumusan, dan analisis masalah terkait
besarnya jumlah sampah yang tidak terkelola secara baik dengan metode
five whys dan didapatkan akar masalahnya merupakan kurangnya edukasi
terkait pemilahan sampah bagi masyarakat di Indonesia.
3. CPL 6 dari mata kuliah Perancangan Sistem Terpadu, Magang I, dan
Softskill and Personal Development berbunyi kemampuan untuk
merencanakan, menyelesaikan, dan mengevaluasi tugas dengan
memperhatikan batasan dan isu keberlanjutan, baik secara mandiri
ataupun dalam tim multidisiplin dan multibudaya. CPL ini terkait dengan
proyek ini karena pada proyek ini membahas isu terkait dampak negatif
sampah yang jumlahnya terus meningkat sehingga mengancam
keberlanjutan lingkungan dan dirancang solusi untuk memberikan edukasi
kepada masyarakat terkait permasalahan sampah tersebut karena sumber
masalahnya terletak pada masyarakat itu sendiri.
4. CPL 7 dari mata kuliah Perancangan Sistem Terpadu dan Magang I
berbunyi kemampuan untuk bertanggungjawab kepada masyarakat,
akuntabel, dan menjalankan etika profesi dalam menyelesaikan
permasalahan keteknikindustrian. CPL ini terkait dengan proyek ini karena
pada proyek ini yang menjadi objek adalah masyarakat itu sendiri untuk
diselesaikan permasalahannya yang berdampak buruk pada
keberlanjutan lingkungan.
5. CPL 9 dari mata kuliah Magang I berbunyi mahasiswa mampu
mengomunikasikan gagasan - gagasan secara sistematis dan kreatif serta
berkinerja baik secara mandiri maupun interdisiplin. CPL ini terkait dengan
proyek ini karena pada proses pengerjaan proyek ini diperlukan pemikiran
kreatif untuk merancang kampanye daring sedemikian rupa secara mandiri
dan mengkomunikasikannya kepada user dan SVP divisi Marketing &
Partnership secara runtut.
6. CPL 5 dari mata kuliah Softskill and Personal Development berbunyi
kemampuan untuk memanfaatkan teknologi terbaru dalam era digital
secara adaptif. CPL ini terkait dengan proyek ini karena pada perencanaan

II-11
BAB II PROYEK

pelaksanaan proyek ini akan dilakukan dengan platform media sosial yaitu
Instagram yang saat ini digunakan lebih dari 100 juta pengguna di
Indonesia.

II.2 Proyek Plastic Smart Cities dari World Wide Fund for Nature (WWF)
Plastic Smart Cities (PSC) merupakan program yang diluncurkan oleh
World Wide Fund for Nature (WWF) pada tahun 2018. PSC bertujuan untuk
menginspirasi dan mendorong masyarakat perkotaan untuk menghentikan
terjadinya kebocoran sampah plastik ke alam pada tahun 2030. Adapun tujuan dari
PSC ini adalah 1.000 kota berkomitmen untuk menjadi kota bijak plastik pada tahun
2030, mengurangi pencemaran di lautan, dan 30% pengurangan terjadinya
kebocoran plastik ke lingkungan di 25 kota pada tahun 2025.
Pada proyek ini, Rekosistem hadir sebagai figur suporter bagi program
PSC ini dengan menjadi solusi untuk pengelolaan sampah plastik di perkotaan.
Dengan adanya waste station yang dibangun oleh Rekosistem dan WWF,
diharapkan sampah plastik yang biasanya dibuang begitu saja oleh masyarakat
dapat dikumpulkan terlebih dahulu kemudian disetorkan ke waste station hasil
kolaborasi antara Rekosistem dengan WWF. Dengan demikian, sampah plastik
yang terbuang ke alam dapat berkurang demi keberlanjutan lingkungan.

II.2.1 Identifikasi Masalah


Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(KLHK), tertulis bahwa jumlah sampah plastik yang dihasilkan di Indonesia pada
tahun 2022 mencapai 68,5 juta ton. Dari jumlah tersebut, hanya sekitar 12,8 juta
ton atau 19% yang dapat didaur ulang. Hal ini membuktikan bahwa kebocoran
sampah plastik ke lingkungan masih tinggi. Dengan besarnya jumlah sampah
plastik yang ada dapat membahayakan keadaan lingkungan seperti pencemaran
laut. Berdasarkan penelitian Mark Hamann, banyak kura-kura kecil yang memakan
serpihan plastik karena salah mengira plastik sebagai makanannya. Hal ini
tentunya sangat membahayakan ekosistem di bawah laut. Oleh karena itu, penting
sekali untuk membiasakan kebiasaan daur ulang plastik agar tidak terbuang begitu
saja dan berdampak buruk pada lingkungan kita.
Akan tetapi, tingginya jumlah plastik yang terbuang begitu saja tidak terjadi
tanpa alasan. Berdasarkan data dari WWF Indonesia, tertulis bahwa tingkat

II-12
BAB II PROYEK

kesadaran masyarakat Indonesia mengenai pentingnya pengelolaan sampah


plastik masih rendah. Sebuah survei yang dilakukan oleh WWF Indonesia pada
tahun 2022 menunjukkan bahwa hanya 40% masyarakat Indonesia yang
mengetahui bahwa sampah plastik dapat mencemari lingkungan. Dengan
demikian, dapat disimpulkan bahwa edukasi mengenai pengelolaan sampah plastik
di Indonesia masih tergolong rendah dan perlu ditingkatkan supaya keberlanjutan
lingkungan dapat berlangsung.
Selain dari pengetahuan mengenai sampah plastik yang tergolong rendah,
belum sinerginya para pihak yang terlibat dalam penanganan sampah plastik
(bisnis, pemerintah, masyarakat, organisasi/lembaga, dsbnya) juga menjadi salah
satu alasan mengapa sampah plastik terus-terusan dibuang ke alam. Salah satu
fasilitas penghubung antara masyarakat dan pendaur ulang sampah adalah bank
sampah. Akan tetapi, bank sampah yang ada di perkotaan dikelola oleh perangkat
masyarakat setempat seperti ketua RT atau RW sehingga tata cara kerjanya tidak
terstruktur dengan baik. Bank sampah yang dikelola oleh pihak perseorangan
seperti itu biasanya memiliki jam operasional yang tidak pasti atau tentatif, tidak
memiliki laporan sampah yang jelas, dan tidak terstruktur sistem kerjanya.
Berdasarkan permasalahan sampah plastik yang mencemari lingkungan,
digunakan metode five whys untuk mencari tahu akar permasalahan dari masalah
tersebut.
Q1 : Mengapa sampah plastik bisa sampai terbuang ke laut hingga mencemari
laut tersebut?
A : Karena jumlah sampah plastik yang sangat banyak dibuang begitu saja
Q2 : Mengapa sampah plastik banyak dibuang begitu saja?
A : Karena masyarakat hanya mengetahui hal terpenting untuk dilakukan
terhadap sampah adalah membuang sampah tersebut pada tempatnya
tanpa dipilah terlebih dahulu
Q3 : Mengapa masyarakat membuang sampahnya tanpa dipilah tersebut?
A : Karena tidak ada fasilitas yang jelas untuk menjadi wadah pengelolaan
sampah
Q4 : Mengapa tidak ada fasilitas yang jelas untuk menjadi wadah pengelolaan
sampah?

II-13
BAB II PROYEK

A : Karena selama ini fasilitas tersebut hanya berupa bank sampah yang
bersifat konvensional dan dikelola oleh perangkat masyarakat setempat
tanpa adanya aturan yang jelas
Oleh karena itu, dibutuhkan fasilitas penghubung antara masyarakat
dengan pendaur ulang sampah plastik yang terstruktur agar sampah plastik dapat
dikelola dengan baik.

II.2.2 Metodologi
Proyek Plastic Smart Cities dari World Wide Fund for Nature (WWF) ini
dilaksanakan dengan beberapa tahapan sebelum mencapai tujuan dari proyek ini
dilakukan. Seluruh tahapan tersebut telah dirangkum dalam bentuk flowchart.
Flowchart tersebut dapat dilihat pada Gambar II-2 Metodologi Proyek Plastic Smart
Cities dari World Wide Fund for Nature (WWF) di bawah ini.

Gambar II.2 Metodologi Proyek Plastic Smart Cities dari World Wide Fund for Nature
(WWF)

II-14
BAB II PROYEK

Proyek ini diawali dengan identifikasi masalah oleh pihak Rekosistem


untuk menemukan masalah yang dihadapi oleh program PCS sehingga dapat
dirancang solusi untuk menjawab permasalahan tersebut. Perancangan solusi
tersebut berupa pembangunan waste station hasil kerja sama antara WWF dengan
Rekosistem yang dibangun di RDTX Place Jakarta. Setelah waste station
dibangun, dilakukan sosialisasi kepada perangkat pemerintahan sekitar untuk
memperkenalkan waste station kepada lingkungan setempat. Kemudian, dilakukan
pembukaan secara resmi untuk memperkenalkan waste station kepada publik.

II.2.3 Perancangan Usulan


Berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan pada subbab
sebelumnya, dilakukan perancangan usulan sebagai solusi dari masalah tersebut.
Peran Rekosistem bagi WWF adalah sebagai figur suporter untuk program Plastic
Smart Cities dan melalui beberapa tahapan untuk ditemukan solusi yang feasible
untuk dilakukan oleh Rekosistem. Berikut tahapan komunikasi antara Rekosistem
dengan WWF untuk menemukan solusi tersebut.
1. Berdiskusi bersama pihak WWF mengenai proyek Plastic Smart Cities
Pertama-tama dilakukan diskusi antara pihak WWF dengan pihak
Rekosistem untuk menjelaskan apa itu proyek Plastic Smart Cities.
Adapun tujuan dari proyek ini adalah untuk menginspirasi dan mendorong
masyarakat perkotaan untuk menghentikan terjadinya kebocoran sampah
plastik ke alam pada tahun 2030. Berdasarkan tujuan dari proyek Plastic
Smart Cities, pihak Rekosistem menemukan peran yang dapat diambil
untuk mendukung proyek tersebut yaitu sebagai pihak perantara antara
masyarakat dengan pendaur ulang sampah plastik sehingga sampah
plastik tidak terbuang begitu saja dan merusak lingkungan. Peran tersebut
dapat terlaksana dengan hadirnya waste station Rekosistem.
2. Pengajuan penawaran kerja sama oleh Rekosistem kepada pihak WWF
Pada penawaran tersebut, ditawarkan berbagai jenis dengan variasi harga
waste station berdasarkan perbedaan ukuran dan bahan material. Selain
itu, harga yang ditawarkan kepada pihak WWF juga termasuk dengan
instalasi waste station, pencantuman nama dan logo WWF pada waste
station, pengangkutan sampah anorganik dari waste station tersebut,
laporan input dan output waste station per bulan, dan biaya operator untuk

II-15
BAB II PROYEK

jam operasional delapan jam per hari dengan enam hari kerja. Pilihan
pertama adalah waste station standar dengan ukuran 4x3x3 meter
berbahan spandex dan hollow pilihan kedua adalah waste station
berbahan aluminium dengan ukuran 3,6 x 2,4 meter, dan pilihan ketiga
adalah waste station berbahan plastik daur ulang dengan ukuran 3,6 x 2,4
meter.
3. Penentuan pilihan penawaran kerja sama oleh pihak WWF Setelah
diberikan penawaran oleh pihak Rekosistem, pihak WWF pun menentukan
pilihannya pada opsi waste station yang terpilih sesuai dengan kebutuhan
dan anggarannya, yaitu pilihan pertama waste station berbahan spandex
dan hollow dengan ukuran 4x3x3 meter.
Setelah ditemukan solusi yang feasible untuk dilakukan oleh kedua pihak,
dibangun waste station hasil kerja sama Rekosistem dengan WWF di RDTX Place
Jakarta. Waste station yang dibangun berukuran 4x3x3 meter dengan bahan
spandex dan hollow. Pada Gambar di bawah ini terlihat bentuk waste station hasil
kerja sama antara Rekosistem dengan WWF.

Gambar II.3 Waste Station RDTX Place WWF

II-16
BAB II PROYEK

Waste station ini tentunya memiliki beberapa tahapan dalam proses


pengelolaan sampah anorganik. Berawal dari penerimaan sampah anorganik dari
konsumen hingga pengiriman sampah anorganik terpilah ke waste hub. Tahapan
lebih detail yang akan dijabarkan pada flowchart di Gambar II-4 Flowchart Tahapan
Kerja Waste Station.

Gambar II.4 Flowchart Tahapan Kerja Waste Station

Selain pembangunan waste station, Rekosistem juga turut


mempromosikan waste station tersebut dengan pembuatan konten video yang
diunggah di Instagram @rekosistem. Konten tersebut berupa arahan untuk
mengunjungi waste station RDTX Place dan apa saja yang boleh dan tidak boleh
dilakukan di waste station. Kemudian, konten tersebut juga dijadikan iklan di
Instagram untuk memberikan visibilitas terhadap waste station tersebut pada
publik. Tautan konten tersebut dapat dilihat pada Lampiran B. Setelah waste station
resmi beroperasi, diharapkan masyarakat dan publik dapat menyetorkan sampah

II-17
BAB II PROYEK

anorganik mereka ke waste station ini. Dengan demikian, jumlah sampah plastik
yang terbuang begitu saja dapat berkurang sehingga tujuan dari Plastic Smart
Cities dapat tercapai.

II.2.4 Analisis Usulan


RDTX Place menjadi tempat pilihan untuk dibangun waste station tersebut
karena tempatnya tergolong strategis dengan dikelilingi berbagai gedung kantor,
apartemen, dan rumah warga sekitar. Sebelum bekerja sama dengan Rekosistem,
WWF telah melakukan kerja sama dengan bank sampah konvensional. Akan tetapi,
sistem kerjanya masih tergolong konvensional tanpa sentuhan digital. Oleh karena
itu, WWF bekerja sama dengan Rekosistem yang dapat menyediakan aplikasi
digital untuk pengelolaan sampah anorganik.
Waste station yang dibangun hasil kerja sama antara Rekosistem dan
WWF memiliki beberapa keunggulan yang sesuai dengan tujuan dari program
Plastic Smart Cities dan lebih terstruktur daripada mitra WWF yang sebelumnya
yaitu bank sampah konvensional. Berikut merupakan tabel perbandingan antara
waste station dengan bank sampah konvensional.
Tabel II.2 Perbandingan Antara Waste Station dengan Bank Sampah Konvensional
Waste Station Rekosistem Bank Sampah Konvensional
Memiliki aplikasi pada ponsel secara
digital sehingga mudah untuk diakses
Belum terkoneksi dengan sistem digital
masyarakat di era kemajuan teknologi
zaman sekarang
Jam operasional pasti dan dapat dilihat Jam operasional yang tidak menentu
pada aplikasi jika ada perubahan tergantung dengan kesediaan operatornya
Data setoran sampah yang disajikan
secara rinci pada laporan setoran sampah Data setoran sampah dicatat secara
dan dapat diakses melalui aplikasi manual di buku tabungan sampah
kapanpun dimanapun

Oleh karena konten yang diunggah di Instagram Reels di Instagram


@rekosistem dijadikan iklan, visibilitas waste station di publik pun meningkat. Data
analitik yang menunjukkan performa dari konten reels tersebut dapat dilihat pada
Gambar II-5 Data Analitik Instagram Reels Konten Promosi Waste Station.

II-18
BAB II PROYEK

Gambar II.5 Data Analitik Instagram Reels Konten Promosi Waste Station

Berdasarkan gambar di atas, dapat terlihat bahwa konten tersebut berhasil


ditonton sejumlah 65.539 kali, disukai oleh 488 pengguna Instagram, dikomentari
sebanyak 46 kali, dibagikan oleh 169 pengguna, dan disimpan pada koleksi pribadi
255 pengguna sehingga jumlah interaksi dari unggahan ini berjumlah sebanyak 958
interaksi. Kemudian, terdapat 89.174 akun yang telah melihat unggahan ini. Selain
itu, profil dari akun @rekosistem telah dikunjungi sebanyak 651 kali oleh pengguna
yang melihat unggahan iklan tersebut. Dengan demikian, unggahan tersebut telah
memberikan visibilitas yang sangat baik terhadap publik. Selain itu, hal ini
dibuktikan dengan peningkatan jumlah setoran sampah di waste station RDTX
Place. Data peningkatan setoran sampah anorganik dapat dilihat pada Gambar II-
6 Data Setoran Sampah Anorganik Waste Station RDTX Place di bawah ini.

II-19
BAB II PROYEK

Gambar II.6 Data Setoran Sampah Anorganik Waste Station RDTX Place

Menurut data di atas, dapat terlihat bahwa terdapat peningkatan setoran


sampah anorganik pada bulan September 2023. Terjadi peningkatan sejumlah
102,29 kilogram dari bulan Agustus. Selain itu, transaksi yang terjadi pada waste
station RDTX juga meningkat sejumlah 7 kali transaksi.

II.2.5 Analisis Keterkaitan Proyek terhadap Mata Kuliah yang Dikonversi.


Pada proses pengerjaan proyek Plastic Smart Cities dari World Wide Fund
for Nature (WWF) ini, terdapat beberapa Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL)
yang tepenuhi. Berikut merupakan penjelasan keterkaitan CPL dengan proyek
Plastic Smart Cities dari World Wide Fund for Nature (WWF).
1. CPL 2 dari mata kuliah Perancangan Sistem Terpadu berbunyi
kemampuan untuk merancang sistem terintegrasi dengan memenuhi
standar yang diperlukan dan berbagai batasan yang memperhatikan
aspek ekonomi, kesehatan, dan keselamatan publik, kultural, sosial, dan
keberlanjutan dalam era digital dengan melibatkan berbagai pihak. CPL ini
terkait dengan proyek ini karena peserta magang terlibat pada proses
pencarian dan pengimplementasian solusi untuk pihak WWF terkait proyek
Plastic Smart Cities. Solusi tersebut merupakan pembangunan waste
station guna mengurangi sampah plastik yang terbuang begitu saja
sehingga merusak lingkungan alam yang tertera pada tujuan proyek ini.

II-20
BAB II PROYEK

2. CPL 4 dari mata kuliah Perancangan Sistem Terpadu, Magang I, dan


Softskill and Personal Development berbunyi kemampuan untuk
mengidentifikasi, merumuskan, menganalisis dan menyelesaikan
permasalahan kompleks nyata di bidang teknik industri dalam berbagai
jenis organisasi. CPL ini terkait dengan proyek ini karena pada proses
pengerjaan proyek ini diperlukan proses identifikasi masalah dan
dilanjutkan dengan perumusan masalah terkait sampah plastik yang kian
meningkat dan berdampak buruk pada alam. Selain itu, dilakukan pula
analisis untuk menyelesaikan permasalahan yang sampah plastik tersebut
dengan menjadi figur suporter bagi WWF dalam program Plastic Smart
Cities.
3. CPL 6 dari mata kuliah Perancangan Sistem Terpadu, Magang I, dan
Softskill and Personal Development berbunyi kemampuan untuk
merencanakan, menyelesaikan, dan mengevaluasi tugas dengan
memperhatikan batasan dan isu keberlanjutan, baik secara mandiri
ataupun dalam tim multidisiplin dan multibudaya. CPL ini terkait dengan
proyek ini karena pada proyek ini dilakukan perencanaan untuk
membangun waste station yang menjadi solusi permasalahan
keberlanjutan terkait sampah plastik yang terbuang begitu saja ke alam.
4. CPL 7 dari mata kuliah Perancangan Sistem Terpadu dan Magang I
berbunyi kemampuan untuk bertanggungjawab kepada masyarakat,
akuntabel, dan menjalankan etika profesi dalam menyelesaikan
permasalahan keteknikindustrian. CPL ini terkait dengan proyek ini karena
pada proyek ini bertujuan untuk menjawab permasalahan sampah plastik
yang berdampak lingkungan dan secara tidak langsung juga berdampak
negatif pada masyarakat Indonesia jika tidak dilakukan tindakan
penanganan terkait hal tersebut.
5. CPL 9 dari mata kuliah Magang I berbunyi mahasiswa mampu
mengomunikasikan gagasan - gagasan secara sistematis dan kreatif serta
berkinerja baik secara mandiri maupun interdisiplin. CPL ini terkait dengan
proyek ini karena pada proses pengerjaan proyek ini diperlukan pencarian
ide kreatif untuk membuat konten yang diperlukan guna mempromosikan
waste station yang digagas secara mandiri.

II-21
BAB II PROYEK

6. CPL 5 dari mata kuliah Softskill and Personal Development berbunyi


kemampuan untuk memanfaatkan teknologi terbaru dalam era digital
secara adaptif. CPL ini terkait dengan proyek ini karena pada pelaksanaan
promosi waste station dilaksanakan dengan bantuan platform Instagram
sebagai wadah untuk mengunggah konten yang telah diproduksi serta
mengiklankan konten tersebut.

II.3 Proyek Perancangan Tata Letak Fasilitas Waste Hub


Waste hub merupakan pusat gudang pemulihan material berupa sampah
anorganik yang terkumpul baik dari waste station Rekosistem maupun perusahaan
pelanggan yang dijemput sampah anorganiknya untuk dipilah. Proses pemilahan
sampah anorganik yang dilakukan di waste hub dibagi menjadi dua, yaitu pilah
halus dan pilah kasar. Pertama-tama dilakukan pilah kasar yang
mengklasifikasikan sampah menjadi enam jenis yaitu kardus, kertas, plastik, beling,
styrofoam, dan logam. Lalu, dilanjutkan dengan proses pilah halus yang
memisahkan sampah lebih kompleks dari keenam jenis sampah yang telah dipilah
pada proses pilah kasar. Sampah kertas dibagi menjadi dua jenis yaitu kertas
boncos dan kertas SWL. Sampah plastik dibagi menjadi dua jenis yaitu plastik keras
dan plastik halus. Sedangkan, sampah beling dipisahkan kembali berdasarkan
warnanya. Lalu, sampah logam dibagi menjadi tiga jenis yaitu besi, kaleng, dan
aluminium. Setelah sampah anorganik dipilah secara halus dan kasar, sampah-
sampah hasil pilahan tersebut akan dijual kepada pihak ketiga untuk diolah lebih
lanjut sesuai dengan jenisnya masing-masing.
Kemudian, adapun tujuan dari proyek perancangan tata letak fasilitas
waste hub Rekosistem ini dilakukan adalah untuk merancang kembali layout dari
waste hub tersebut guna meningkatkan efektivitas dari waste hub. Hal ini perlu
dilakukan karena pada saat ini kondisi waste hub Rekosistem belum tertata dan
terstruktur dengan baik mulai dari layout hingga sistem kerjanya. Penjelasan
mengenai masalah yang terjadi di waste hub Rekosistem akan dibahas lebih lanjut
pada subbab selanjutnya.

II.3.1 Identifikasi Masalah


Berdasarkan observasi secara langsung ke waste hub Rekosistem,
ditemukan bahwa tempatnya sangat berantakan dan tidak nyaman untuk bekerja

II-22
BAB II PROYEK

bagi pemilah sampah di sana. Selain itu, tempat inventory sampah pun juga sangat
berantakan karena semua sampah digabung menjadi satu tanpa adanya pembeda
atau pembatas yang jelas antar jenis sampah yang ada. Kondisi waste hub dapat
dilihat pada Gambar II-7 Waste Hub Jagakarsa di bawah ini.

Gambar II.7 Waste Hub Jagakarsa

Berdasarkan gambar waste hub di atas, dapat terlihat bahwa kondisinya


sangat berantakan dan tidak tertata apabila dibandingkan dengan layout awalnya.
Sampah yang berserakan di lantai masih sangat banyak sehingga waste hub
menjadi kotor dan muncul bau tidak sedap. Layout awal waste hub dapat dilihat
pada Gambar II-8 Layout Awal Waste Hub Jagakarsa di bawah ini.

II-23
BAB II PROYEK

Gambar II.8 Layout Awal Waste Hub Jagakarsa

Setelah melihat kondisi waste hub sedemikian rupa, dilakukanlah analisis


identifikasi masalah mengapa hal tersebut bisa terjadi. Proses identifikasi masalah
dilakukan dengan menggunakan metode five whys seperti berikut.
Q1 : Mengapa kondisi waste hub sangat berantakan dan tidak tertata sesuai
layout awal?
A : Karena sampah masuk ke dalam waste hub secara terus-menerus
hingga sampah-sampah tersebut menumpuk
Q2 : Mengapa sampah dapat terus masuk secara terus-menerus hingga
menumpuk di dalam waste hub?
A : Karena belum ada peraturan mengenai batasan inventory waste hub
Q3 : Mengapa belum ada peraturan yang jelas mengenai batasan inventory
waste hub?
A : Karena implementasi layout awal di waste hub belum terlaksana dengan
baik
Q4 : Mengapa layout awal tidak terimplementasi dengan baik di waste hub?
A : Karena belum ada alur kerja yang jelas pada setiap stasiun kerjanya

II-24
BAB II PROYEK

Berdasarkan proses identifikasi masalah dengan metode five whys di atas,


dapat diketahui akar permasalahannya merupakan tidak adanya alur kerja yang
jelas pada setiap stasiun kerja di waste hub Rekosistem. Alur kerja yang dimaksud
merupakan alur kerja mulai dari sampah anorganik masuk ke waste hub hingga
keluar dari waste hub. Pertama-tama, sampah masuk dan dipilah kasar dan hasil
pilahan tersebut akan ditimbang. Setelah ditimbang, data berat sampah hasil pilah
akan dimasukkan ke dalam sistem untuk menjadi laporan sampah yang masuk ke
dalam waste hub. Kemudian, sampah tersebut akan dipilah halus di stasiun kerja
pilah halu. Akan tetapi, hal ini tidak terlaksana sesuai alur kerja yang seharusnya
karena stasiun pilah halus dan pilah kasar posisinya bersebelahan serta terisi oleh
banyak sampah yang menumpuk sehingga tidak dapat dibedakan sampah mana
yang telah terpilah halus ataupun kasar. Hal ini menyulitkan pekerja dalam
melakukan pekerjaannya karena pemilah harus melakukan pengecekan pada
setiap karung sampah hasil pilah sebelum mengisi karung tersebut dengan sampah
hasil pilahan mereka. Setelah selesai seluruh proses pemilahan, sampah yang
perlu di-press akan dibawa ke mesin press kemudian dibawa ke inventory dan
sampah yang tidak perlu di-press akan langsung dibawa ke tempat inventory.
Selain itu, sampah PET yang perlu dibersihkan terlebih dahulu harus dibawa ke
stasiun pembersihan PET lalu dibawa ke tempat inventory.

II.3.2 Metodologi
Berdasarkan permasalahan yang ada, dirancang layout usulan untuk
waste hub Rekosistem. Proyek layout ini memiliki beberapa tahapan dalam proses
penentuan layout yang akan dijabarkan pada Gambar II-9 Metodologi Proyek
Perancangan Tata Letak Fasilitas Waste Hub di bawah ini.

II-25
BAB II PROYEK

Gambar II.9 Metodologi Proyek Perancangan Tata Letak Fasilitas Waste Hub

Mula-mula, akan dilakukan identifikasi masalah yang terjadi di waste hub.


Setelah ditemukan akar permasalahan yang terjadi, dilakukan penentuan ide awal
usulan sebagai gagasan untuk merancang usulan. Kemudian, dilakukan
perancangan usulan lebih lanjut secara detail. Setelah usulan dirancang secara
lengkap, dilakukan pengecekan apakah usulan tersebut feasible atau tidak feasible.
Apabila menurut waste hub manager bahwa usulan feasible untuk
diimplementasikan, maka akan dilanjutkan dengan proses budgeting terkait harga
mesin yang digunakan untuk usulan tersebut. Sedangkan, jika menurut waste hub
manager bahwa usulan tidak feasible untuk diimplementasikan, maka akan
dilakukan penentuan ide awal usulan kembali.

II.3.3 Perancangan Usulan


Perancangan usulan dilakukan guna meningkatkan efektivitas kerja dan
output dari para pekerja di waste hub Rekosistem. Pada proyek ini, masalah yang
menghambat pekerjaan para pekerja di waste hub adalah proses pembersihan

II-26
BAB II PROYEK

sampah PET, proses pilah halus, dan proses pilah kasar. Proses pembersihan
sampah PET menjadi masalah karena prosesnya yang membutuhkan waktu yang
lama untuk dilaksanakan sehingga sering kali proses ini dilewatkan begitu saja oleh
para pemilah agar sampah PET dapat cepat dijual ke pihak ketiga. Padahal,
sampah PET yang telah dibersihkan berharga lebih mahal daripada sampah PET
yang belum dibersihkan. Oleh karena itu, proses pembersihan sampah PET dapat
dilakukan dengan mesin blow let PET agar lebih cepat proses pengerjaannya.
Selain itu, dengan adanya mesin ini proses pembersihan dan proses pengeringan
PET dapat dilewatkan karena output dari mesin ini adalah PET yang sudah bersih
dan kering.
Kemudian, proses pilah halus dan pilah kasar menjadi masalah pada
waste hub ini karena tidak adanya pembagian pekerjaan yang jelas di antara para
pemilah sehingga pekerjaaan pemilahan ini tidak jelas dilakukan oleh pemilah yang
mana. Para pemilah dapat memilah halus saja, memilah kasar saja, atau bahkan
melakukan keduanya. Oleh karena itu, diusulkan untuk menggunakan material
handling machine yaitu conveyor di stasiun pilah halus. Dengan adanya conveyor
di stasiun pilah halus, pemilah halus dan pemilah kasar dapat dibedakan dengan
jelas sesuai dengan pekerjaannya masing-masing. Conveyor diusulkan untuk
diletakkan sebelah timbangan sehingga setelah pemilah kasar telah menimbang
sampahnya, sampah tersebut dapat diletakkan di atas conveyor untuk dilanjutkan
dipilah halus oleh para pemilah halus.
Lalu, usulan mengenai jumlah pekerja yang ada di waste hub diusulkan
sebanyak sebelas orang dengan pembagian jabatan yaitu satu orang team leader,
satu orang satpam, satu orang petugas kebersihan, dua orang pemilah kasar,
empat orang pemilah halus, satu orang operator mesin blow let PET dan satu orang
operator mesin press. Kemudian, empat orang pemilah halus diklasifikasikan
berdasarkan jenis sampah yang akan dipilah. Klasifikasi pemilah halus dapat dilihat
pada Tabel II.3 di bawah ini.
Tabel II.3 Klasifikasi Pemilah Halus
Pemilah Jenis Sampah
Pemilah halus I Asoy, PET, dan PE
Pemilah halus II Naso, PP, dan HDPE
Pemilah halus III Beling, besi, kaleng, dan aluminium
Pemilah halus IV SWL dan boncos

II-27
BAB II PROYEK

Selanjutnya, akan dibahas mengenai penentuan inventory di dalam waste


hub. Hal ini akan ditentukan berdasarkan jumlah sampah yang terbanyak yang
masuk ke dalam waste hub setiap minggunya. Semakin banyak jumlah sampahnya
tentu semakin besar juga ukuran inventory untuk jenis sampah tersebut. Jumlah
sampah yang masuk ke waste hub per minggunya dapat dilihat pada Tabel II.4 di
bawah ini.
Tabel II.4 Jumlah Sampah yang Masuk ke Waste Hub
Data sampah/minggu Prioritas
Beling 822.9020833 kg 5
E-Waste 55.52141667 kg 9
Kardus 1844.545 kg 3
Kertas 2226.434583 kg 1
Logam 395.2329167 kg 6
Minyak Jelantah 144.11 kg 7
MLP 142.04 kg 8
PET 1670.02 kg 4
Plastik 2154.88375 kg 2
Total 9455.68975 kg

Berdasarkan Tabel II.4, dapat terlihat bahwa sampah kertas menjadi


sampah dengan jumlah terbanyak yang masuk ke dalam waste hub per minggunya
dengan jumlah lebih dari 2000 kilogram. Diketahui pula bahwa seluruh sampah
yang telah dipilah akan dijual kepada pihak ketiga untuk diolah lebih lanjut. Adapun
jadwal penjemputan sampah hasil pilahan untuk setiap jenis sampah tertera pada
Tabel II.5 di bawah ini.
Tabel II.5 Jadwal Penjemputan Sampah
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu
Plastik (kasar) X X X
Kardus dan boncos X X X
Plastik (halus) X X

Menurut Tabel II.5, sampah yang memiliki frekuensi penjemputan


terbanyak adalah sampah plastik kasar dan sampah kardus & boncos yaitu
sebanyak tiga kali penjemputan. Lalu, sampah plastik halus hanya dijemput
sebanyak dua kali. Sedangkan, untuk jenis sampah lainnya dijual secara situasional
karena jumlah sampah yang masuk ke dalam waste hub tidak menentu dan

II-28
BAB II PROYEK

jumlahnya cenderung lebih sedikit daripada sampah plastik dan kertas. Biasanya
jenis sampah lain dijemput dengan frekuensi satu hingga dua kali dalam satu bulan.
Kemudian, sebelum dijelaskan lebih lanjut mengenai penentuan inventory
untuk masing-masing jenis sampah akan dipaparkan gambar layout usulan untuk
waste hub Rekosistem. Layout usulan dapat terlihat pada Gambar II-10 Layout
Usulan Waste Hub Rekosistem di bawah ini.

Gambar II.10 Layout Usulan Waste Hub Rekosistem

Pada penentuan layout usulan waste hub ini akan dilakukan dengan
metode warehous layout model. Pada pelaksanaannya akan terdapat batasan yaitu
metode ini dapat digunakan hanya pada fixed storage. Berdasarkan layout usulan
pada Gambar II-10 Layout Usulan Waste Hub Rekosistem, terdapat satu pintu
masuk dan satu pintu keluar di ujung kanan atas. Maka dari itu, peluang untuk
masing-masing pintu adalah 0,5. Akan tetapi, terdapat perbedaan untuk pintu
masuk karena terdapat tiga pintu masuk selain dari pintu masuk yang berada di
ujung kanan atas, pemilah halus II dan pemilah halus III pun diperhitungkan sebagai
pintu masuk. Kedua pemilah tersebut diperhitungkan menjadi pintu masuk karena
terdapat beberapa jenis sampah yang harus melewati stasiun kerja lainnya

II-29
BAB II PROYEK

sebelum memasuki inventory. Perhitungan peluang pintu masuk dapat dilihat pada
Persamaan II-1 di bawah ini.
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ
𝑝1 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑥 0.5 (Pers. II-1)

1
𝑝1 = 𝑥 0.5
6
𝑝1 = 0.083
Proses perhitungan 𝑝1 dilakukan dengan mengalikan hasil pembagian
jumlah inventory sampah dengan jumlah inventory sampah keseluruhan dengan
peluang awal pintu masuk. Sebagai contoh, jumlah inventory sampah pada proses
perhitungan 𝑝1 sebesar satu karena peluang ini berada di pemilah halus II yang
mana seluruh jenis sampah yang dipilah olehnya disimpan pada satu inventory
yang sama. Kemudian, jumlah inventory sampah keseluruhan sebesar enam
karena hanya terdapat enam jenis sampah yang melalui proses pemilahan dan
press.
Proses perhitungan 𝑝2 dilakukan dengan cara yang sama seperti pada
proses perhitungan 𝑝1. Namun, ada proses perhitungan 𝑝3 tidak dilakukan dengan
angka yang sama pada proses perhitungan 𝑝1 dan 𝑝2. Terdapat perbedaan pada
jumlah inventory sampah yaitu sebesar empat. Hal ini disebabkan oleh terdapat
perbedaan tempat inventory pada masing-masing jenis sampah yang masuk dari
pintu masuk, yaitu PET, asoy, kertas, dan kardus. Hasil perhitungan dari 𝑝3 sebesar
0,333.
Setelah dilakukan proses perhitungan peluang untuk keempat pintu
masuk, dilakukan pula perhitungan berdasarkan teori untuk masing-masing tempat
inventory. Perhitungan tersebut dilakukan dengan tujuan untuk menentukan
peletakkan inventory setiap jenis sampah. Perhitungan dilakukan pada kesembilan
kotak inventory pada layout. Contoh perhitungan pada kotak inventory satu dapat
dilihat pada Persamaan II-2 di bawah ini.
𝑓1 = ((𝑝1 𝑑1 ) + (𝑝2 𝑑2 ) + (𝑝3 𝑑3 ) + (𝑝4 𝑑4 )) 𝑥 250 𝑚𝑚 (Pers. II-2)
𝑓1 = ((0.083 𝑥 13) + (0.083 𝑥 11) + (0.333 𝑥 9) + (0.5 𝑥 3)) 𝑥 250 𝑚𝑚
𝑓1 = 1622.25
𝑓1 ≈ 1622
Berdasarkan perhitungan pada Persamaan II-2, hasil yang didapatkan
sebesar 1622 untuk inventory pertama. Pada hasil akhir perkalian distance dan
probability dikalikan kembali dengan 250 milimeter karena ukuran satu grid adalah

II-30
BAB II PROYEK

sebesar 250 milimeter. Menurut teori, nilai inventory terkecil akan menjadi inventory
bagi jenis sampah yang memiliki frekuensi penjemputan terbanyak. Oleh karena
itu, kertas akan disimpan pada inventory pertama dan kedua karena kertas memiliki
frekuensi dan jumlah sampah yang terbanyak di dalam waste hub. Penempatan
inventory sampah dapat dilihat pada Tabel II.6 di bawah ini.
Tabel II.6 Penempatan Inventory Sampah
Inventory Sampah
1 Kertas
2 Kertas
3 Kardus
4 Kardus
5 Plastik kasar
6 PET
7 Plastik halus
8 Logam, beling, dan e-waste
9 Minyak jelantah

Setelah penentuan inventory bagi setiap jenis sampah, akan dilakukan


perhitungan jarak dengan metode rectilinear. Tujuan dari perhitungan dengan
metode rectilinear dalam perhitungan jarak adalah untuk menghitung jarak antara
dua titik dengan menggunakan garis lurus. Contoh perhitungan jarak dengan
metode rectilinear untuk jenis sampah PET dapat dilihat pada Gambar II-11 Alur
Perhitungan Jarak PET di bawah ini.

Gambar II.11 Alur Perhitungan Jarak PET

II-31
BAB II PROYEK

Alur perhitungan jarak dimulai dari sampah masuk ke dalam waste hub
hingga sampah keluar dari waste hub. Hasil dari alur perhitungan jarak tersebut
sebesar 52.009. Perhitungan lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel II.7 di bawah
ini.
Tabel II.7 Perhitungan Jarak
Alur rectilinear Jumlah
Sampah masuk ke timbangan 11.250
Timbangan ke pemilah I 5.188
Pemilah I ke blow let PET 22.755
Blow let pet ke buffer 7.300
Buffer ke mesin press 1.166
Mesin press ke inventory 6.324
Inventory ke pintu keluar 9.276
Total 52.009

Metode perhitungan yang sama dilakukan terhadap semua jenis sampah


lainnya. Oleh karena itu akan terdapat tujuh buah hasil perhitungan metode
rectilinear. Seluruh hasil perhitungan rectilinear bagi semua jenis sampah tersajikan
pada Tabel II.8 di bawah ini.
Tabel II.8 Hasil Perhitungan Rectilinear Semua Jenis Sampah
Inventory Jenis Sampah Total Jarak
1 dan 2 Kertas 38.681
3 dan 4 Kardus 36.994
5 Plastik kasar 33.540
6 PET 52.009
7 Plastik halus 36.545
8 Logam, beling, dan e-waste 29.272
9 Minyak jelantah 30.632
Total 257.673

Berdasarkan hasil perhitungan untuk seluruh jenis sampah dengan


metode rectilinear, dinilai kurang efektif jika diterapkan untuk penempatan inventory
sampahnya. Oleh karena itu, penempatan inventory sampah yang baru pun
dirancang oleh peserta magang. Rancangan penempatan inventory sampah yang
baru dapat dilihat di Tabel II.9 di bawah ini.

II-32
BAB II PROYEK

Tabel II.9 Rancangan Penempatan Inventory Sampah


Inventory Jenis Sampah Total Jarak
1 dan 2 Kertas 38.681
3 dan 4 Kardus 36.994
5 Plastik kasar 33.540
6 Plastik halus 36.042
7 PET 50.955
8 Logam, beling, dan e-waste 29.272
9 Minyak jelantah 30.632
Total 256.116

Dengan diaplikasikannya rancangan penempatan inventory yang baru,


dapat dihemat hingga 1.557 milimeter total jarak. Setelah dirancang jarak rectilinear
yang baru, maka akan diimplementasikan pada layout usulan yang sudah
ditambahkan mesin dan seluruh inventory. Layout usulan dibuat dengan bantuan
aplikasi AutoCad yang dapat dilihat pada Gambar II-12 Final Layout Waste Hub di
bawah ini.

Gambar II.12 Final Layout Waste Hub

II-33
BAB II PROYEK

Adapun alur kerja dari layout tersebut dimulai dari sampah datang dari
pintu masuk yang akan diletakkan di tempat sampah masuk. Kemudian, sampah
yang baru datang tersebut akan dipilah secara kasar oleh pemilah kasar dan
ditimbang dalam bentuk karung untuk dimasukkan ke dalam data laporan sampah.
Setelah ditimbang, isi karung sampah tersebut akan dituangkan di atas conveyor
untuk dipilah halus oleh para pemilah halus.
Kemudian, sampah yang telah dipilah halus akan disimpan di area pemilah
masing-masing. Apabila terdapat sampah yang terlewat untuk dipilah halus,
sampah tersebut akan masuk ke dalam inventory sementara. Sampah yang telah
dipilah halus akan dibawa oleh pemilah kasar ke tujuannya masing-masing, seperti
inventory, mesin press, dan mesin blow let PET. Alur kerja lebih lengkap dapat
dilihat pada flowchart pada Gambar II-13 Flowchart Layout Usulan di halamann
selanjutnya.

II-34
BAB II PROYEK

Gambar II.13 Flowchart Layout Usulan

II-35
BAB II PROYEK

Setelah dirancang flowchart dari layout usulan, akan dijelaskan mengenai


diagram aliran bagi masing-masing kategori sampah. Akan tetapi, tidak semua
kategori memiliki alur yang sama. Oleh karena itu, terdapat lima diagram aliran
untuk masing-masing kategori sampah. Diagram aliran dari sampah jenis PET
dapat dilihat pada Gambar II-14 Diagram Aliran PET di bawah ini.

Gambar II.14 Diagram Aliran PET

Berdasarkan diagram aliran PET pada Gambar Ii-14 Diagram Aliran PET,
terlihat bahwa proses dimulai dari daerah sampah masuk ke tempat pilah kasar
yang kemudian dilanjutkan dengan transportasi melalui conveyor untuk dilakukan
pemilahan halus. Setelah itu, terdapat delay pada saat PET selesai dipilah halus
karena sampah hasil pilah halus akan disimpan di daerah pemilah terlebih dahulu

II-36
BAB II PROYEK

kemudian baru dibawa ke area let PET. Lalu, PET yang sudah melalui proses di
mesin blow let PET akan dibawa ke buffer dan mengalami delay sebelum
memasuki proses press di mesin press. Buffer merupakan area tunggu untuk PET
sebelum di-press. Setelah PET di-press, PET akan dibawa ke tempat inventory dan
siap dijemput oleh pihak ketiga untuk dikelola lebih lanjut.
Selanjutnya, akan dijelaskan mengenai diagram aliran dari sampah kertas
dan asoy. Kedua jenis sampah tersebut memiliki diagram aliran yang mirip dengan
diagram aliran PET. Akan tetapi, terdapat perbedaan pada proses setelah
pemilahan halus, yaitu kedua jenis sampah langsung dibawa ke mesin press tidak
perlu melalui mesin blow let PET. Diagram aliran untuk sampah kertas dan asoy
dapat dilihat pada Gambar II-15 Diagram Aliran Kertas, Asoy, dan Kardus di bawah
ini.

Gambar II.15 Diagram Aliran Kertas dan Asoy

II-37
BAB II PROYEK

Kemudian, diagram aliran untuk sampah berjenis kardus mirip dengan


diagram aliran dari sampah kertas dan asoy. Namun, sampah berjenis kardus tidak
dipilah secara halus dan langsung memasuki mesin press setelah dipilah secara
kasar. Oleh karena itu, setelah dipilah kasar sampah kardus ini akan memasuki
buffer terlebih dahulu sebelum di-press. Diagram aliran untuk sampah kardus dapat
dilihat pada Gambar II-16 Diagram Aliran Kardus di bawah ini.

Gambar II.16 Diagram Aliran Kardus

Lalu, terdapat jenis sampah yang hanya dipilah kasar dan halus tanpa
memasuki mesin press ataupun mesin blow let PET, yaitu sampah logam, beling,
dan e-waste. Ketiga jenis sampah tersebut langsung memasuki area inventory
setelah dipilah halus. Diagram aliran untuk sampah logam, beling, dan e-waste

II-38
BAB II PROYEK

dapat dilihat pada Gambar II-17 Diagram Aliran Logam, Beling, dan e-Waste di
bawah ini.

Gambar II.17 Diagram Aliran Logam, Beling, dan e-Waste

Selanjutnya, terdapat sampah berjenis minyak jelantah atau used cooking


oil (UCO). Sampah berjenis ini tidak dipilah baik secara kasar maupun halus. Oleh
karena itu, sampah minyak jelantah akan langsung memasuki area inventory
setelah diantar ke waste hub. Diagram aliran untuk sampah minyak jelantah dapat
dilihat pada Gambar II-18 Diagram Aliran Minyak Jelantah di bawah ini.

II-39
BAB II PROYEK

Gambar II.18 Diagram Aliran Minyak Jelantah

Setelah dirancang diagram aliran untuk seluruh jenis sampah, akan


dijelaskan mengenai harga dari seluruh mesin yang ditambahkan pada layout
usulan. Mesin conveyor yang digunakan sebagai alat transportasi dari timbangan
ke pemilah halus memiliki panjang sebesar 12 meter dan lebar sebesar 0,5 meter.
Dengan ukuran tersebut, dibutuhkan anggaran sebesar Rp 80.800.000 untuk
mengadakan conveyor tersebut. Foto dari mesin ini akan dilampirkan pada
lampiran.
Kemudian, mesin kedua yang diusulkan adalah mesin blow let PET yang
memiliki spesifikasi dapat memproses sebanyak 600 botol per harinya dengan
volume sebesar 10.431 kubik. Harga dari mesin blow let PET ini seharga Rp
100.000.000. Foto dari mesin ini akan dilampirkan pada lampiran.

II.3.4 Analisis Usulan


Berdasarkan usulan yang telah dirancang, akan dilakukan analisis terkait
usulan tersebut. Analisis akan berisikan mengenai alasan dari layout usulan

II-40
BAB II PROYEK

dirancang sedemikian rupa oleh peserta magang. Berikut ini merupakan hasil
analisis terkait usulan untuk Proyek Perancangan Tata Letak Fasilitas Waste Hub.
1. Penambahan mesin blow let PET dilakukan karena selama ini yang terjad
di waste hub adalah penjualan hasil pilah sampah PET yang utuh tanpa
dipisah-pisahkan tutup botolnya, label, dan botol plastik itu sendiri. Hal ini
sebenarnya merugikan pihak Rekosistem karena apabila sampah PET
sudah dibersihkan dan dipisahkan, maka harga jualnya akan meningkat
hingga dua kali lipat daripada sampah PET yang masih kotor dan dalam
bentuk satu kesatuan. Namun, PET kotor tersebut terus-menerus dijual
begitu saja karena jumlahnya yang terlalu banyak di dalam waste hub
untuk dibersihkan secara manual. Oleh karena itu, dengan adanya mesin
blow let PET diharapkan dapat mempercepat proses pembersihan dan
pemisahan sampah PET agar dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi.
2. Penempatan inventory kardus dan kertas bersebelahan karena pihak
ketiga yang mengelola lebih lanjut kedua jenis sampah tersebut biasanya
mengambil keduanya sekaligus. Selain itu, penempatan kedua inventory
sampah tersebut paling dekat dengan pintu masuk & keluar karena jenis
sampah tersebut cukup sering dijemput oleh pihak ketiga pengelola
sampah dan memiliki volume yang terbesar di antara jenis sampah
lainnya. Sedangkan, penempatan minyak jelantah di bagian paling jauh
dari pintu masuk & keluar karena penjemputannya oleh pihak ketiga paling
jarang dilakukan. Kemudian, ukuran tempatnya juga lebih kecil karena
minyak jelantah tidak selalu ada disetorkan.
3. Layout secara teori tidak diimplementasikan pada usulan proyek ini karena
layout tersebut kurang efektif jika memperhatikan aktivitas nyata di waste
hub. Pada layout usulan secara teori peletakkan inventory sampah plastik
halus berada lebih jauh dari pintu masuk & keluar waste hub. Sedangkan,
peletakkan inventory sampah PET diletakkan lebih dekat ke pintu masuk
& keluar waste hub. Padahal, kenyataannya frekuensi penjemputan
sampah PET tidak sesering penjemputan sampah plastik halus oleh pihak
ketiga. Oleh karena itu, dilakukan penukaran tempat untuk sampah PET
dan sampah plastik halus. Selain itu, PET membutuhkan ruang lebih besar
untuk penempatan inventory karena volume sampahnya yang banyak
sehingga lebih baik diletakkan di bagian dalam yang masih memiliki space

II-41
BAB II PROYEK

sebab di area inventory depan sudah ada inventory sampah kertas dan
kardus yang membutuhkan space lebih besar. Hal ini juga dibuktikan
dengan perhitungan jarak rectilinear pada sampah plastik halus di layout
secara teori yaitu sebesar 36.545 mm. Sedangkan, hasil perhitungan jarak
sampah plastik halus di layout usulan sebesar 36.042 mm. Dengan selisih
503 mm, penempatan inventory sampah plastik halus terbukti lebih efektif
pada layout usulan.

II.3.5 Analisis Keterkaitan Proyek terhadap Mata Kuliah yang Dikonversi.


Pada proses pengerjaan Proyek Perancangan Tata Letak Fasilitas Waste
Hub ini, terdapat beberapa Capaian Pembelajaran Lulusan (CPL) yang tepenuhi.
Berikut merupakan penjelasan keterkaitan CPL dengan Proyek Perancangan Tata
Letak Fasilitas Waste Hub.
1. CPMK 1 yang berbunyi memahami proses perencanaan fasilitas dan
mampu menentukan jumlah mesin serta luas area yang dibutuhkan. CPL
ini terkait dengan proyek tersebut karena pada proses pengerjaan proyek,
peserta magang mampu menentukan jumlah mesin dan luas areanya
sesuai dengan kebutuhan proyek.
2. CPMK 2 yang berbunyi mampu merancang dan mengevaluasi tata letak
fasilitas berdasarkan pengelompokan mesin dan komponen. CPL ini
terkait dengan proyek tersebut karena pada proses pengerjaan proyek ini,
peserta magang mampu merancang dan mengevaluasi tata letak fasilitas
waste hub Rekosistem sesuai dengan pengelompokkan mesin dan
komponennya. Contohnya adalah merancang pembagian tugas pada
pemilah halus berdasarkan dengan inventory tiap jenis sampah.
3. CPMK 3 yang berbunyi mampu merancang dan mengevaluasi tata letak
fasilitas berdasarkan kedekatan hubungan atau total jarak. CPL ini terkait
dengan proyek tersebut karena pada proses pengerjaan proyek ini,
peserta magang mampu merancang dan mengevaluasi tata letak fasilitas
waste hub Rekosistem berdasarkan kedekatan hubungan dengan metode
rectilinear.
4. CPMK 5 yang berbunyi mampu merancang tata letak gudang. CPL ini
terkait dengan proyek tersebut karena peserta magang mampu

II-42
BAB II PROYEK

merancang tata letak gudang waste hub Rekosistem dengan metode


warehouse layout model.
5. CPMK 6 yang berbunyi mampu menentukan alat material handling dalam
perancangan tata letak fasilitas. CPL ini terkait dengan proyek tersebut
karena peserta magang mampu menentukan alat material handling dalam
perancangan tata letak fasilitas waste hub Rekosistem untuk
meningkatkan output dari waste hub tersebut.

II.3.6 Proyek Pemenuhan CPMK 4


Proyek pemenuhan CPMK 4 ini dirancang sebagai syarat pemenuhan
CPMK 4 dari mata kuliah Praktikum Perancangan Fasilitas dan Perancangan Tata
Letak Fasilitas yang tidak terpenuhi oleh Proyek Perancangan Tata Letak Fasilitas
Waste Hub. Berikut merupakan penjabaran dari pengerjaan proyek pemenuhan
CPMK 4.
Setelah diketahui ARC dan luas untuk masing-masing departemen,
selanjutnya akan dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai TCR masing-
masing departemen. Setiap kode kedekatan hubungan pada ARC memiliki
bobotnya masing-masing, yaitu kode A bernilai 6, kode E bernilai 5, kode I bernilai
4, kode O bernilai 3, dan kode U bernilai 2. Nilai TCR didapatkan dari penjumlahan
bobot setiap kode hubungan antara satu departemen dengan departemen lainnya.
Berikut merupakan tabel hasil perhitungan TCR untuk masing-masing departemen.
Tabel II.10 Hasil Perhitungan TCR Masing-Masing Departemen
Departemen 1 2 3 4 5 6 7 TCR Luas
E E A I U U
1 24 15000
5 5 6 4 2 2
E I U U U I
2 19 6000
5 4 2 2 2 4
E I U U O U
3 18 8000
5 4 2 2 3 2
A U U U A U
4 20 15000
6 2 2 2 6 2
I U U U U E
5 17 8000
4 2 2 2 2 5
U U O A U I
6 19 10000
2 2 3 6 2 4
U I U U E I
7 19 15000
2 4 2 2 5 4

II-43
BAB II PROYEK

Setelah dilakukan perhitungan TCR untuk masing-masing departemen,


akan dilakukan penentuan urutan penempatan departemen. Penentuan urutan
penempatan departemen dilakukan untuk mengetahui urutan departemen yang
akan ditempatkan pada layout terlebih dahulu. Departemen pertama yang akan
ditempatkan pada layout yaitu departemen yang memiliki nilai TCR terbesar.
Kemudian, penentuan departemen selanjutnya yaitu dengan melihat kode
hubungan kedekatan yang paling besar hingga ke kecil. Berikut merupakan tabel
urutan penempatan departemen.
Tabel II.11 Urutan Penempatan Departemen
No Departemen TCR Luas Hubungan
1 1 24 15000 Memiliki nilai TCR tertinggi
Departemen 1 memiliki hubungan A dengan departemen
2 4 20 15000
4
Departemen 4 memiliki hubungan A dengan departemen
3 6 19 10000
6
Departemen 1 memiliki hubungan E dengan departemen
4 2 19 6000
2
Departemen 1 memiliki hubungan E dengan departemen
5 3 18 8000
3
6 5 17 8000 Departemen 1 memiliki hubungan I dengan departemen 5
Departemen 5 memiliki hubungan E dengan departemen
7 7 19 15000
7

Setelah dilakukan penentuan urutan penempatan departemen, akan


dilakukan pembuatan layout dengan menentukan posisi departemen menggunakan
placing rating. Pada placing rating, penempatan posisi departemen dilakukan
secara bertahap berdasarkan urutan penempatan departemen. Demi memudahkan
proses penempatan departemen, dibuat jumlah UAT awal berdasarkan luas
departemen untuk merepresentasikan luas area yang sebenarnya. Berikut
merupakan tabel jumlah UAT awal untuk masing-masing departemen.
Tabel II.12 Jumlah UAT Awal Masing-Masing Departemen
Departemen Luas (ft^2) Jumlah Unit Area Template
1 15000 2
2 6000 1
3 8000 2
(lanjut)

II-44
BAB II PROYEK

Tabel II.12 Jumlah UAT Awal Masing-Masing Departemen (lanjutan)


Departemen Luas (ft^2) Jumlah Unit Area Template
4 15000 2
5 8000 2
6 10000 2
7 15000 2

Pada pembuatan placing rating, akan diketahui kode hubungan departemen


yang bersebelahan dan setiap kode hubungan memiliki bobotnya masing-masing
yaitu hubungan A memiliki bobot 243, hubungan E memiliki bobot 81, hubungan I
memiliki bobot 27, hubungan O memiliki bobot 9, dan hubungan U memiliki bobot
1. Placing rating dilakukan dengan menempatkan posisi departemen yang
bersebelahan serta mencoba semua kemungkinan posisi departemen yang dapat
ditempatkan dan memilih posisi departemen dengan total nilai placing rating yang
terbesar. Placing rating akan dilakukan untuk menghasilkan 2 buah alternatif layout.
Pertama, akan dibuat alternatif layout 1 dengan placing rating. Berdasarkan urutan
penempatan departemen, departemen pertama yang ditempatkan yaitu
departemen 1.
Tabel II.13 Penempatan Departemen 1

1
1

Departemen yang pertama ditempatkan yaitu departemen 1 karena memiliki


nilai TCR terbesar. Berdasarkan urutan penempatan departemen, departemen
kedua yang ditempatkan yaitu departemen 4. Berikut merupakan tabel hasil
penempatan departemen 4.
Tabel II.14 Penempatan Departemen 4

4 1
4 1

II-45
BAB II PROYEK

Departemen 4 diletakkan di sebelah kiri departemen 1. Kedua departemen


tersebut memiliki hubungan A sehingga nilai placing rating yaitu sebesar 243.
Berdasarkan urutan penempatan departemen, departemen ketiga yang
ditempatkan yaitu departemen 6. Berikut merupakan tabel hasil penempatan
departemen 6.
Tabel II.15 Penempatan Departemen 6

6 6
4 1
4 1

Departemen 6 diletakkan di sebelah atas departemen 4 dan departemen 1.


Departemen 4 dan 6 memiliki hubungan A, sedangkan departemen 1 dan 6 memiliki
hubungan U sehingga nilai placing rating yaitu sebesar 244. Berdasarkan urutan
penempatan departemen, departemen keempat yang ditempatkan yaitu
departemen 2. Berikut merupakan tabel hasil penempatan departemen 2.
Tabel II.16 Penempatan Departemen 2

6 6
4 1
4 1
2

Departemen 2 diletakkan di sebelah bawah departemen 1. Kedua


departemen tersebut memiliki hubungan E sehingga nilai placing rating yaitu
sebesar 81. Berdasarkan urutan penempatan departemen, departemen kelima
yang ditempatkan yaitu departemen 3. Berikut merupakan tabel hasil penempatan
departemen 3.
Tabel II.17 Penempatan Departemen 3

6 6
4 1
4 1 3
2 3

Departemen 3 diletakkan di sebelah kanan departemen 1 dan departemen


2. Departemen 1 dan 3 memiliki hubungan E, sedangkan departemen 2 dan 3

II-46
BAB II PROYEK

memiliki hubungan I sehingga nilai placing rating yaitu sebesar 108. Berdasarkan
urutan penempatan departemen, departemen keenam yang ditempatkan yaitu
departemen 5. Berikut merupakan tabel hasil penempatan departemen 5.
Tabel II.18 Penempatan Departemen 5

6 6 5
4 1 5
4 1 3
2 3

Departemen 5 diletakkan di sebelah atas departemen 3, di sebelah kanan


departemen 1 dan departemen 6. Departemen 3 dan 5 memiliki hubungan U,
departemen 1 dan 5 memiliki hubungan I, dan departemen 6 dan 5 memiliki
hubungan U sehingga nilai placing rating yaitu sebesar 29. Berdasarkan urutan
penempatan departemen, departemen ketujuh yang ditempatkan yaitu departemen
7. Berikut merupakan tabel hasil penempatan departemen 7.
Tabel II.19 Penempatan Departemen 7
7 7
6 6 5
4 1 5
4 1 3
2 3

Departemen 7 diletakkan di sebelah atas departemen 6 dan departemen 5.


Departemen 6 dan 7 memiliki hubungan I, sedangkan departemen 5 dan 7 memiliki
hubungan E sehingga nilai placing rating yaitu sebesar 108. Setelah seluruh
departemen ditempatkan, selanjutnya dilakukan perhitungan layout score untuk
layout yang terbentuk dari proses placing rating. Berikut merupakan tabel layout
score untuk alternatif layout 1.
Tabel II.20 Layout Score Alternatif 1
Relationship Value From To Distance Value x Distance
A 6 1 4 0 0
A 6 4 6 0 0
E 5 1 2 0 0
E 5 1 3 0 0
E 5 5 7 0 0
I 4 1 5 0 0
(lanjut)

II-47
BAB II PROYEK

Tabel II.20 Layout Score Alternatif 1 (lanjutan)


Relationship Value From To Distance Value x Distance
I 4 2 3 0 0
I 4 2 7 3 12
I 4 6 7 0 0
O 3 3 6 2 6
U 2 1 6 0 0
U 2 1 7 1 2
U 2 2 4 1 2
U 2 2 5 2 4
U 2 2 6 2 4
U 2 3 4 1 2
U 2 3 5 0 0
U 2 3 7 2 4
U 2 4 5 1 2
U 2 4 7 2 4
U 2 5 6 0 0
Layout Score 42

Perhitungan untuk mendapatkan layout score yaitu dengan menjumlahkan


nilai perkalian antara value setiap hubungan dengan jarak antar departemen
berdasarkan alternatif layout 1 yang terbentuk. Berdasarkan perhitungan,
didapatkan besar layout score untuk alternatif layout 1 yaitu sebesar 42.
Selanjutnya akan dilakukan pembentukan alternatif layout kedua dengan placing
rating. Berdasarkan urutan penempatan departemen, departemen pertama yang
ditempatkan yaitu departemen 1.
Tabel II.21 Penempatan Departemen 1

1 1

Departemen yang pertama ditempatkan yaitu departemen 1 karena memiliki


nilai TCR terbesar. Berdasarkan urutan penempatan departemen, departemen
kedua yang ditempatkan yaitu departemen 4. Berikut merupakan tabel hasil
penempatan departemen 4.

II-48
BAB II PROYEK

Tabel II.22 Penempatan Departemen 4

1 1
4 4

Departemen 4 diletakkan di sebelah bawah departemen 1. Kedua


departemen tersebut memiliki hubungan A sehingga nilai placing rating yaitu
sebesar 243. Berdasarkan urutan penempatan departemen, departemen ketiga
yang ditempatkan yaitu departemen 6. Berikut merupakan tabel hasil penempatan
departemen 6.
Tabel II.23 Penempatan Departemen 6

1 1 6
4 4 6

Departemen 6 diletakkan di sebelah kanan departemen 1 dan departemen


4. Departemen 4 dan 6 memiliki hubungan A, sedangkan departemen 1 dan 6
memiliki hubungan U sehingga nilai placing rating yaitu sebesar 244. Berdasarkan
urutan penempatan departemen, departemen keempat yang ditempatkan yaitu
departemen 2. Berikut merupakan tabel hasil penempatan departemen 2.
Tabel II.24 Penempatan Departemen 2

2
1 1 6
4 4 6

Departemen 2 diletakkan di sebelah atas departemen 1. Kedua departemen


tersebut memiliki hubungan E sehingga nilai placing rating yaitu sebesar 81.
Berdasarkan urutan penempatan departemen, departemen kelima yang
ditempatkan yaitu departemen 3. Berikut merupakan tabel hasil penempatan
departemen 3.
Tabel II.25 Penempatan Departemen 3

2 3 3
1 1 6
4 4 6

II-49
BAB II PROYEK

Departemen 3 diletakkan di sebelah kanan departemen 2 dan di sebelah


atas departemen 1 dan 6. Departemen 2 dan 3 memiliki hubungan I, departemen 1
dan 3 memiliki hubungan E, serta departemen 6 dan 3 memiliki hubungan O
sehingga nilai placing rating yaitu sebesar 117. Berdasarkan urutan penempatan
departemen, departemen keenam yang ditempatkan yaitu departemen 5. Berikut
merupakan tabel hasil penempatan departemen 5.
Tabel II.26 Penempatan Departemen 5

2 3 3
5 1 1 6
5 4 4 6

Departemen 5 diletakkan di sebelah kiri departemen 1 dan 4. Departemen


1 dan 5 memiliki hubungan I, sedangkan departemen 4 dan 5 memiliki hubungan
U sehingga nilai placing rating yaitu sebesar 28. Berdasarkan urutan penempatan
departemen, departemen ketujuh yang ditempatkan yaitu departemen 7. Berikut
merupakan tabel hasil penempatan departemen 7.
Tabel II.27 Penempatan Departemen 7
7
7 2 3 3
5 1 1 6
5 4 4 6

Departemen 7 diletakkan di sebelah atas departemen 5 dan di sebelah kiri


departemen 2. Departemen 5 dan 7 memiliki hubungan E, sedangkan departemen
2 dan 7 memiliki hubungan I sehingga nilai placing rating yaitu sebesar 108. Setelah
seluruh departemen ditempatkan, selanjutnya dilakukan perhitungan layout score
untuk layout yang terbentuk dari proses placing rating. Berikut merupakan tabel
layout score untuk alternatif layout 2.
Tabel II.28 Layout Score Alternatif 2
Relationship Value From To Distance Value x Distance
A 6 1 4 0 0
A 6 4 6 0 0
E 5 1 2 0 0
E 5 1 3 0 0
E 5 5 7 0 0
(lanjut)

II-50
BAB II PROYEK

Tabel II.28 Layout Score Alternatif 2 (lanjutan)


Relationship Value From To Distance Value x Distance
I 4 1 5 0 0
I 4 2 3 0 0
I 4 2 7 0 0
I 4 6 7 3 12
O 3 3 6 0 0
U 2 1 6 0 0
U 2 1 7 1 2
U 2 2 4 1 2
U 2 2 5 1 2
U 2 2 6 2 4
U 2 3 4 1 2
U 2 3 5 2 4
U 2 3 7 1 2
U 2 4 5 0 0
U 2 4 7 2 4
U 2 5 6 2 4
Layout Score 38

Perhitungan untuk mendapatkan layout score yaitu dengan menjumlahkan


nilai perkalian antara value setiap hubungan dengan jarak antar departemen
berdasarkan alternatif layout 2 yang terbentuk. Berdasarkan hasil perhitungan,
didapatkan besar layout score untuk alternatif layout 2 yaitu sebesar 38. Setelah
terbentuk 2 buah alternatif layout dan didapatkan nilai layout score untuk masing-
masing layout, akan dipilih layout dengan besar layout score yang terkecil. Layout
yang dipilih yaitu alternatif layout 2 karena memiliki besar layout score yang lebih
kecil dari alternatif layout 1 yaitu sebesar 38.

II-51
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

III. BAB III


KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah dilakukan identifikasi masalah dan perancangan usulan bagi


setiap proyek, peserta magang dapat memberikan kesimpulan dan saran bagi
perusahaan dan pihak MBKM. Oleh karena itu, pada bab ini akan dijabarkan
seluruh kesimpulan dan saran yang didapatkan dari peserta magang setelah
menjalani kegiatan magang selama 6 bulan. Dengan demikian, diharapkan
program magang MBKM dapat dilaksanakan lebih baik ke depannya.

III.1 Kesimpulan dan Manfaat


Berdasarkan pengalaman dari program magang MBKM, dapat dijabarkan
kesimpulan dan manfaat yang diperoleh peserta magang sebagai berikut:
1. Berpartisipasi aktif pada pengerjaan proyek campaign #GakDibuang dan
pembangunan waste station hasil kolaborasi antara Rekosistem dan
WWF.
2. Berhasil meningkatkan jumlah setoran sampah anorganik dan jumlah
transaksi di waste station RDTX Place WWF melalui iklan konten dengan
media Instagram Reels.
3. Berhasil memproduksi 21 konten untuk akun Instagram @rekosistem
untuk keperluan digital marketing.
4. Berpartisipasi aktif untuk meliput 3 event yang mana Rekosistem menjadi
waste management partner dari event tersebut.
5. Peserta magang mendapatkan pengetahuan mengenai digital marketing
dan pengalaman bekerja di dunia kerja nyata.

III.2 Saran
Adapun beberapa saran yang dapat disampaikan oleh peserta magang
setelah mengikuti program magang MBKM selama 6 bulan. Berikut merupakan
saran untuk perusahaan dan program MBKM selanjutnya.

III-1
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

1. Sebaiknya, jika ada event yang diliput sebagai konten di Instagram,


pemberitahuan yang diberikan tidak dadakan agar peserta magang dapat
melakukan persiapan untuk meliput.
2. Terdapat pekerjaan yang harus dilakukan oleh peserta magang di luar
jobdescription yang dijanjikan di awal sehingga lebih baik seluruh
pekerjaan yang harus dilakukan peserta magang dapat dipaparkan di awal
program magang secara rinci dan jelas.
3. Insentif magang yang perlu diperhatikan sesuai dengan daerah tempat
perusahaan berada sehingga insentif tersebut dapat memenuhi kebutuhan
pokok dari peserta magang seperti biaya makan sehari-hari dan
transportasi.

III-2
DAFTAR PUSTAKA

Evan, V. (2022). Beauty Industry, Ugly Truth: Limbah Industri Kecantikan Nggak
Cuma Soal Packaging!. Diakses dari
https://editorial.femaledaily.com/blog/2022/04/13/beauty-industry-ugly-
truth-limbah-industri-kecantikan-nggak-cuma-soal-packaging
Ihsanuddin. (2022). TPA Cipayung Melebihi Kapasitas sejak 2019, Tumpukan
Sampah Menggunung dan Sempat Longsor. Diakses dari
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/05/24/13524001/tpa-
cipayung-melebihi-kapasitas-sejak-2019-tumpukan-sampah-
menggunung-dan
Juru, N. A. (2020). Analisis Struktur Organisasi Terhadap Kinerja Sekretariat
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Buleleng. Jurnal Ilmiah
MEA (Manajemen, Ekonomi, dan Akuntansi), 4(2), 408-421.
Maghfira, A. (2023). Pengaruh Sampah Plastik dalam Pencemaran Air Laur di Kota
Makassar. SENSISTEK. 6(1),25-29
Plastic Smart Cities. (n.d.). Plastic Smart Citues WWF-Indonesia. Diakses dari
https://plasticsmartcities.wwf.id/
Rizaty, M. (2023). Pengguna Instagram di RI Sebanyak 111,19 Juta per September
2023. Diakses dari https://dataindonesia.id/internet/detail/pengguna-
instagram-di-ri-sebanyak-11119-juta-per-september-2023
Salim, N. (2021). Bayi Kura-kura Lebih Sering Menelan Serpihan Plastik yang Dikira
Makanan. Diakses dari https://news.detik.com/abc-australia/d-
5670800/bayi-kura-kura-lebih-sering-menelan-serpihan-plastik-yang-
dikira-makanan
Yonatan, A. (2023). Pengguna Instagram Berdasarkan Rentang Usia 2023.
Diakses dari
https://data.goodstats.id/statistic/agneszefanyayonatan/pengguna-
instagram-berdasarkan-rentang-usia-2023-MEdzz
A. LAMPIRAN A
STRUKTUR ORGANISASI
A-1
B. LAMPIRAN B
TAUTAN VIDEO PROYEK

B-0
Video Bule Sampah dapat dilihat pada tautan berikut:
https://drive.google.com/drive/folders/1EHWHTALGn9OB3a3SxWH8CtA25jqDKjT
u?usp=sharing

Video promosi WWF dapat dilihat pada tautan berikut:


https://drive.google.com/drive/folders/1XQDaWf_9tA_1mcEkiZDCddi5AEdAi1fy?u
sp=sharing

B-1
C. LAMPIRAN C
MESIN

C-0
Mesin Blow Let PET:
https://www.tokopedia.com/chillnclean/mesin-semi-auto-manual-pet-stretch-blow-
160jt-300-400rb-btl-bln

Conveyor:
https://tokopedia.link/ePWspBDWKFb

C-1
D. LAMPIRAN D
RECTILINEAR

D-0
Lampiran D-1 Rectilinear Plastik Halus

D-1
Lampiran D-2 Rectilinear Plastik Kasar

D-2
Lampiran D-3 Rectilinear PET

D-3
Lampiran D-4 Rectilinear Kardus

D-4
Lampiran D-5 Rectilinear Kertas

D-5
Lampiran D-6 Rectilinear Minyak Jelantah

D-6
E. LAMPIRAN E
LEARNING AGREEMENT

E-0
E-1
E-2
Lembar Bimbingan MBKM

Program MBKM : Magang

Nama : Walter Felix Hiumawan

NPM : 6132001166

Pembimbing : Ir. Clara Theresia, S.T., M.T.

Tanda tangan Tanda


No Deskripsi Bimbingan Peserta tangan
MBKM Pembimbing

1 Perkenalan mengenai program magang

Penjelasan awal mengenai job description


2
sebagai peserta magang

Pengajuan ide awal proyek untuk mata


3
kuliah konversi
Penggagasan ide awal proyek untuk mata
4
kuliah konversi

Penjelasan lebih lanjut mengenai proyek


5
untuk mata kuliah konversi

Konsultasi mengenai keterkaitan proyek


6
dengan mata kuliah konversi

Pengecekan draf laporan akhir magang


7
MBKM

Pengecekan draf laporan akhir magang


8
MBKM

Anda mungkin juga menyukai