MAGANG
Di PT KHAZANAH HIJAU INDONESIA (Rekosistem)
Disusun oleh:
Nama: Walter Felix Hiumawan
NPM: 6132001166
Disusun oleh:
Nama: Walter Felix Hiumawan
NPM: 6132001166
disetujui sebagai
Laporan Magang/Wirausaha/Penelitian/Ekologi/Design Thinking* MBKM
(*coret yang tidak sesuai)
Bandung,
Pembimbing MBKM
(Clara Theresia)
NIK: 20180349
ABSTRAK
PT. Khazanah Hijau Indonesia atau yang lebih dikenal dengan Rekosistem merupakan
sebuah perusahaan yang bergerak pada pengelolaan sampah secara bertanggung jawab.
Dalam menjalani aktivitas bisnisnya, diperlukan marketing sebagai penunjang bisnis. Pada
program magang MBKM kali ini, peserta magang diposisikan sebagai content marketing
intern yang merupakan bagian dari divisi Marketing & Partnership. Pekerjaan yang
dilakukan adalah bertanggung jawab atas konten untuk sosial media dari Rekosistem yaitu
Instagram. Pembuatan konten dimulai dari perancangan ide awal, perekaman konten,
hingga pengunggahan konten dan evaluasi hasil. Peserta magang juga berhasil merancang
campaign #GakDibuang yang berfokus untuk mengedukasi masyarakat terkait pemilahan
sampah dan penyetoran sampah anorganik untuk diolah lebih lanjut. Selain itu, peserta
magang juga turut aktif dalam proyek kerja sama Rekosistem seperti proyek waste station
RDTX Place WWF yang dipromosikan di akun Instagram Rekosistem. Content marketing
intern bertanggung jawab atas konten yang diunggah pada akun Instagram @rekosistem.
Setelah mengikuti kegiatan magang MBKM selama hampir 6 bulan, peserta magang telah
berhasil memproduksi 21 konten dan meliput 3 event yang bekerja sama dengan
Rekosistem.
i
ABSTRACT
PT. Khazanah Hijau Indonesia or better known as Rekosistem is a company that operates
in responsible waste management. In carrying out business activities, marketing is needed
to support the business. In this MBKM internship program, intern participants are positioned
as content marketing interns who are part of the Marketing & Partnership division. The work
carried out is responsible for content for Rekosistem's social media, Instagram. Content
creation starts from designing the initial idea, recording the content, to uploading the content
and evaluating the results. The interns also succeeded in designing the #GakDibuang
campaign which focused on educating the public regarding waste sorting and depositing
inorganic waste for further processing. Apart from that, interns also actively participate in
Rekosistem collaboration projects such as the RDTX Place WWF waste station project
which is promoted on the Rekosistem Instagram account. Content marketing intern is
responsible for content uploaded to the Instagram account @rekosistem. After participating
in MBKM internship activities for almost 6 months, the intern participant have succeeded in
producing 21 content and covering 3 events in collaboration with Rekosistem.
ii
KATA PENGANTAR
Penulis memanjatkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan program magang MBKM
di PT Khazanah Hijau Indonesia (Rekosistem) sebagai content marketing intern dan
juga dapat menyelesaikan laporan magang MBKM ini. Penyusunan laporan magang ini
tidak terlepas dari banyaknya dukungan, doa, dan nasehat yang diberikan kepada
penulis dari berbagai pihak. Maka dari itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih
secara tulus kepada, yakni:
1. Bapak Nadiem Anwar Makarim, B.A., M.B.A. selaku Menteri Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia karena telah
mengadakan program magang MBKM yang memberikan kesempatan
kepada mahasiswa/i di Indonesia untuk mendapatkan pengalaman kerja
secara langsung di perusahaan.
2. PT Khazanah Hijau Indonesia (Rekosistem), Ernest Christian Layman, dan
Joshua Valentino selaku pihak mitra program MBKM karena telah
memberikan kesempatan kepada penulis magang sebagai content
marketing intern dan membagikan berbagai ilmu yang berharga di dunia
kerja.
3. Ibu Ir. Clara Theresia, S.T., M.T. selaku dosen pembimbing penulis selama
program magang MBKM.
4. Bapak Giovano Alberto, S.T., M.T. dan seluruh pengurus Kampus
Merdeka UNPAR selaku penanggung jawab kegiatan Kampus Merdeka
Universitas Katolik Parahyangan yang telah membantu berjalannya
program magang MBKM di UNPAR.
5. Anissa Lubiana selaku pembimbing magang yang telah membimbing
penulis selama 6 bulan sebagai content marketing intern di Rekosistem.
6. Angga Adhitya Fritz Radhana, Inezha Taswin, Kenisha Amelia, Gilbert
Steven, dan seluruh rekan kerja Rekosistem yang telah bekerja bersama
penulis serta membantu penulis untuk menyelesaikan kegiatan magang
dengan baik.
7. Orang tua dan kakak dari penulis yang telah memberikan dukungan
secara mental dan material selama kegiatan magang berlangsung.
iii
8. Samuel Hasibuan dan Debora Pandiangan selaku sahabat penulis yang
telah membantu dan menemani penulis untuk menyelesaikan laporan
magang.
9. Angela Aldadorena, Ivana Loren, Clara Wibowo, dan seluruh teman-teman
sesame magang yang membantu penulis selama kegiatan magang dan
pembuatan laporan sebagai sesama peserta magang di Rekosistem.
Laporan akhir magang MBKM ini masih jauh dari kata sempurna. Maka
dari itu, penulis memohon maaf jika terdapat kesalahan pada penulisan laporan ini.
Penulis berharap saran dan kritik dari seluruh pihak dapat membantu untuk
memperbaiki laporan magang ini menjadi lebih baik lagi. Akhir kata, penulis ingin
mengucapkan terima kasih atas kesempatan yang diberikan oleh Kemendikbud,
Universitas Katolik Parahyangan, dan PT Khazanah Hijau Indonesia (Rekosistem)
mendukung pengembangan profesional dan akademik penulis.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
ABSTRAK ……………………………………………………………………………… i
ABSTRACT ………………………………………………………………………………ii
KATA PENGANTAR ………………………………………………………………….. iii
DAFTAR ISI ………………………………….…………………………………………..v
DAFTAR TABEL .………………………………………………………………………vii
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………………ix
DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………………..xi
BAB I TINJAUAN PERUSAHAAN ...................................................................... II-1
I.1 Penjelasan Mitra Program MBKM ............................................................. II-1
I.2. Struktur Organisasi ................................................................................ II-2
I.3. Deskripsi Divisi ....................................................................................... II-3
I.4. Deskripsi Magang .................................................................................. II-3
BAB II PROYEK ................................................................................................... II-1
II.1 Proyek Campaign #GakDibuang ........................................................... II-1
II.1.1 Identifikasi Masalah ........................................................................... II-1
II.1.2 Metodologi.......................................................................................... II-2
II.1.3 Perancangan Usulan ......................................................................... II-4
II.1.4 Analisis Usulan .................................................................................. II-8
II.1.5 Analisis Keterkaitan Proyek terhadap Mata Kuliah yang Dikonversi .. II-
10
II.2 Proyek Plastic Smart Cities dari World Wide Fund for Nature (WWF) ... II-
12
II.2.1 Identifikasi Masalah ......................................................................... II-12
II.2.2 Metodologi........................................................................................ II-14
II.2.3 Perancangan Usulan ....................................................................... II-15
II.2.4 Analisis Usulan ................................................................................ II-18
II.2.5 Analisis Keterkaitan Proyek terhadap Mata Kuliah yang Dikonversi. . II-
20
II.3 Proyek Perancangan Tata Letak Fasilitas Waste Hub ....................... II-22
v
II.3.1 Identifikasi Masalah..........................................................................II-22
II.3.2 Metodologi ........................................................................................II-25
II.3.3 Perancangan Usulan .......................................................................II-26
II.3.4 Analisis Usulan.................................................................................II-40
II.3.5 Analisis Keterkaitan Proyek terhadap Mata Kuliah yang Dikonversi. .II-
42
II.3.6 Proyek Pemenuhan CPMK 4 ...........................................................II-43
IBAB III KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................III-1
III.1 Kesimpulan dan Manfaat ......................................................................III-1
III.2 Saran .....................................................................................................III-1
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
vi
DAFTAR TABEL
vii
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
x
DAFTAR LAMPIRAN
xi
BAB I TINJAUAN PERUSAHAAN
I. BAB I
TINJAUAN PERUSAHAAN
II-1
BAB I TINJAUAN PERUSAHAAN
dan efisien. Infrastruktur ini membantu untuk memastikan bahwa limbah dikelola
dengan cara yang tepat dan aman.
Selain itu, Rekosistem juga meningkatkan kesadaran masyarakat akan
pentingnya pengelolaan limbah dan konservasi lingkungan. Perusahaan ini
melakukan berbagai kegiatan edukasi dan sosialisasi untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat akan masalah lingkungan. Rekosistem juga membangun
kemitraan strategis dengan berbagai pihak dan perusahaan untuk mendukung
pengelolaan limbah dan konservasi lingkungan. Kemitraan ini membantu untuk
meningkatkan skala dan efektivitas upaya pengelolaan limbah dan konservasi
lingkungan.
II-2
BAB I TINJAUAN PERUSAHAAN
II-3
BAB II PROYEK
II. BAB II
PROYEK
II-1
BAB II PROYEK
II.1.2 Metodologi
Proyek campaign #GakDibuang ini dilakukan dengan beberapa tahapan
sebelum mencapai tujuan akhirnya. Keseluruhan tahapan tersebut telah dirangkum
dalam bentuk flowchart. Flowchart tersebut dapat dilihat pada Gambar II-1
Metodologi Proyek Campaign #GakDibuang di bawah ini.
II-2
BAB II PROYEK
II-3
BAB II PROYEK
II-4
BAB II PROYEK
II-5
BAB II PROYEK
II-6
BAB II PROYEK
(lanjut)
II-7
BAB II PROYEK
II-8
BAB II PROYEK
sama yang dilakukan berupa kolaborasi dalam pembuatan video yang diunggah
pada tanggal 19 November 2023 di akun Instagram Bule Sampah dan Rekosistem
mengenai video penyetoran sampah ke waste station Rekosistem. Setelah video
tersebut diunggah, terjadi peningkatan jumlah pengikut pada akun Rekosistem
yang semula berjumlah 38.641 di tanggal 13 November 2023 menjadi 40.328 di
tanggal 27 November 2023. Tautan video kerja sama Rekosistem dengan Bule
Sampah dapat dilihat pada Lampiran B. Dengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa Instagram menjadi platform yang tepat untuk melaksanakan campaign
#GakDibuang.
Influencer yang diajak bekerja sama dalam campaign ini berlatar belakang
dari beauty enthusiast, ibu rumah tangga, pekerja kantor, fashion enthusiast,
sustainability enthusiast, dan sport enthusiast. Adapun alasan pemilihan influencer
berlatar belakang beauty enthusiast adalah pada saat ini banyak sekali sampah
plastik yang berasal dari dunia kecantikan. Jumlah sampah plastik yang dihasilkan
dari industri kecantikan mencapai 6,8 juta ton pada tahun 2022. Oleh karena itu,
penting untuk diketahui oleh penggemar kosmetik bahwa kemasan plastik dari
kosmetik ataupun produk perawatan wajah yang mereka gunakan dapat didaur
ulang sehingga tidak dibuang begitu saja ke tempat sampah yang berakhir di TPA.
Kemudian, adapun alasan pemilihan influencer berlatar belakang ibu
rumah tangga dan pekerja kantor adalah banyaknya sampah anorganik yang dapat
didaur ulang dari sampah rumah tangga. Contohnya seperti plastik, kaleng, kaca,
dan kertas. Sampah berbahan dari keempat bahan yang disebutkan sebelumnya
sering kali dihasilkan dari sampah rumah tangga, seperti kaleng bekas sarden,
botol plastik, jerigen minyak, botol beling, dan lain-lain. Oleh karena itu, ibu rumah
tangga dan pekerja kantor dapat berperan penting pada pengurangan jumlah
sampah anorganik yang dibuang secara cuma-cuma ke TPA.
Lalu, pemilihan influencer berlatar belakang fashion enthusiast karena
sering kali gaya hidup dari fashion influencer dianggap sesuatu yang keren oleh
masyarakat. Selain dengan gaya baju yang dikenakan, fashion influencer juga
menjadi role model bagi masyarakat karena gaya hidupnya juga. Oleh karena itu,
fashion influencer yang menunjukkan aktivitas pemilahnan sampah sebagai bagian
dari gaya hidupnya diharapkan berdampak baik pada publik untuk turut memilah
sampah mereka sebelum dibuang.
II-9
BAB II PROYEK
II-10
BAB II PROYEK
II-11
BAB II PROYEK
pelaksanaan proyek ini akan dilakukan dengan platform media sosial yaitu
Instagram yang saat ini digunakan lebih dari 100 juta pengguna di
Indonesia.
II.2 Proyek Plastic Smart Cities dari World Wide Fund for Nature (WWF)
Plastic Smart Cities (PSC) merupakan program yang diluncurkan oleh
World Wide Fund for Nature (WWF) pada tahun 2018. PSC bertujuan untuk
menginspirasi dan mendorong masyarakat perkotaan untuk menghentikan
terjadinya kebocoran sampah plastik ke alam pada tahun 2030. Adapun tujuan dari
PSC ini adalah 1.000 kota berkomitmen untuk menjadi kota bijak plastik pada tahun
2030, mengurangi pencemaran di lautan, dan 30% pengurangan terjadinya
kebocoran plastik ke lingkungan di 25 kota pada tahun 2025.
Pada proyek ini, Rekosistem hadir sebagai figur suporter bagi program
PSC ini dengan menjadi solusi untuk pengelolaan sampah plastik di perkotaan.
Dengan adanya waste station yang dibangun oleh Rekosistem dan WWF,
diharapkan sampah plastik yang biasanya dibuang begitu saja oleh masyarakat
dapat dikumpulkan terlebih dahulu kemudian disetorkan ke waste station hasil
kolaborasi antara Rekosistem dengan WWF. Dengan demikian, sampah plastik
yang terbuang ke alam dapat berkurang demi keberlanjutan lingkungan.
II-12
BAB II PROYEK
II-13
BAB II PROYEK
A : Karena selama ini fasilitas tersebut hanya berupa bank sampah yang
bersifat konvensional dan dikelola oleh perangkat masyarakat setempat
tanpa adanya aturan yang jelas
Oleh karena itu, dibutuhkan fasilitas penghubung antara masyarakat
dengan pendaur ulang sampah plastik yang terstruktur agar sampah plastik dapat
dikelola dengan baik.
II.2.2 Metodologi
Proyek Plastic Smart Cities dari World Wide Fund for Nature (WWF) ini
dilaksanakan dengan beberapa tahapan sebelum mencapai tujuan dari proyek ini
dilakukan. Seluruh tahapan tersebut telah dirangkum dalam bentuk flowchart.
Flowchart tersebut dapat dilihat pada Gambar II-2 Metodologi Proyek Plastic Smart
Cities dari World Wide Fund for Nature (WWF) di bawah ini.
Gambar II.2 Metodologi Proyek Plastic Smart Cities dari World Wide Fund for Nature
(WWF)
II-14
BAB II PROYEK
II-15
BAB II PROYEK
jam operasional delapan jam per hari dengan enam hari kerja. Pilihan
pertama adalah waste station standar dengan ukuran 4x3x3 meter
berbahan spandex dan hollow pilihan kedua adalah waste station
berbahan aluminium dengan ukuran 3,6 x 2,4 meter, dan pilihan ketiga
adalah waste station berbahan plastik daur ulang dengan ukuran 3,6 x 2,4
meter.
3. Penentuan pilihan penawaran kerja sama oleh pihak WWF Setelah
diberikan penawaran oleh pihak Rekosistem, pihak WWF pun menentukan
pilihannya pada opsi waste station yang terpilih sesuai dengan kebutuhan
dan anggarannya, yaitu pilihan pertama waste station berbahan spandex
dan hollow dengan ukuran 4x3x3 meter.
Setelah ditemukan solusi yang feasible untuk dilakukan oleh kedua pihak,
dibangun waste station hasil kerja sama Rekosistem dengan WWF di RDTX Place
Jakarta. Waste station yang dibangun berukuran 4x3x3 meter dengan bahan
spandex dan hollow. Pada Gambar di bawah ini terlihat bentuk waste station hasil
kerja sama antara Rekosistem dengan WWF.
II-16
BAB II PROYEK
II-17
BAB II PROYEK
anorganik mereka ke waste station ini. Dengan demikian, jumlah sampah plastik
yang terbuang begitu saja dapat berkurang sehingga tujuan dari Plastic Smart
Cities dapat tercapai.
II-18
BAB II PROYEK
Gambar II.5 Data Analitik Instagram Reels Konten Promosi Waste Station
II-19
BAB II PROYEK
Gambar II.6 Data Setoran Sampah Anorganik Waste Station RDTX Place
II-20
BAB II PROYEK
II-21
BAB II PROYEK
II-22
BAB II PROYEK
bagi pemilah sampah di sana. Selain itu, tempat inventory sampah pun juga sangat
berantakan karena semua sampah digabung menjadi satu tanpa adanya pembeda
atau pembatas yang jelas antar jenis sampah yang ada. Kondisi waste hub dapat
dilihat pada Gambar II-7 Waste Hub Jagakarsa di bawah ini.
II-23
BAB II PROYEK
II-24
BAB II PROYEK
II.3.2 Metodologi
Berdasarkan permasalahan yang ada, dirancang layout usulan untuk
waste hub Rekosistem. Proyek layout ini memiliki beberapa tahapan dalam proses
penentuan layout yang akan dijabarkan pada Gambar II-9 Metodologi Proyek
Perancangan Tata Letak Fasilitas Waste Hub di bawah ini.
II-25
BAB II PROYEK
Gambar II.9 Metodologi Proyek Perancangan Tata Letak Fasilitas Waste Hub
II-26
BAB II PROYEK
sampah PET, proses pilah halus, dan proses pilah kasar. Proses pembersihan
sampah PET menjadi masalah karena prosesnya yang membutuhkan waktu yang
lama untuk dilaksanakan sehingga sering kali proses ini dilewatkan begitu saja oleh
para pemilah agar sampah PET dapat cepat dijual ke pihak ketiga. Padahal,
sampah PET yang telah dibersihkan berharga lebih mahal daripada sampah PET
yang belum dibersihkan. Oleh karena itu, proses pembersihan sampah PET dapat
dilakukan dengan mesin blow let PET agar lebih cepat proses pengerjaannya.
Selain itu, dengan adanya mesin ini proses pembersihan dan proses pengeringan
PET dapat dilewatkan karena output dari mesin ini adalah PET yang sudah bersih
dan kering.
Kemudian, proses pilah halus dan pilah kasar menjadi masalah pada
waste hub ini karena tidak adanya pembagian pekerjaan yang jelas di antara para
pemilah sehingga pekerjaaan pemilahan ini tidak jelas dilakukan oleh pemilah yang
mana. Para pemilah dapat memilah halus saja, memilah kasar saja, atau bahkan
melakukan keduanya. Oleh karena itu, diusulkan untuk menggunakan material
handling machine yaitu conveyor di stasiun pilah halus. Dengan adanya conveyor
di stasiun pilah halus, pemilah halus dan pemilah kasar dapat dibedakan dengan
jelas sesuai dengan pekerjaannya masing-masing. Conveyor diusulkan untuk
diletakkan sebelah timbangan sehingga setelah pemilah kasar telah menimbang
sampahnya, sampah tersebut dapat diletakkan di atas conveyor untuk dilanjutkan
dipilah halus oleh para pemilah halus.
Lalu, usulan mengenai jumlah pekerja yang ada di waste hub diusulkan
sebanyak sebelas orang dengan pembagian jabatan yaitu satu orang team leader,
satu orang satpam, satu orang petugas kebersihan, dua orang pemilah kasar,
empat orang pemilah halus, satu orang operator mesin blow let PET dan satu orang
operator mesin press. Kemudian, empat orang pemilah halus diklasifikasikan
berdasarkan jenis sampah yang akan dipilah. Klasifikasi pemilah halus dapat dilihat
pada Tabel II.3 di bawah ini.
Tabel II.3 Klasifikasi Pemilah Halus
Pemilah Jenis Sampah
Pemilah halus I Asoy, PET, dan PE
Pemilah halus II Naso, PP, dan HDPE
Pemilah halus III Beling, besi, kaleng, dan aluminium
Pemilah halus IV SWL dan boncos
II-27
BAB II PROYEK
II-28
BAB II PROYEK
jumlahnya cenderung lebih sedikit daripada sampah plastik dan kertas. Biasanya
jenis sampah lain dijemput dengan frekuensi satu hingga dua kali dalam satu bulan.
Kemudian, sebelum dijelaskan lebih lanjut mengenai penentuan inventory
untuk masing-masing jenis sampah akan dipaparkan gambar layout usulan untuk
waste hub Rekosistem. Layout usulan dapat terlihat pada Gambar II-10 Layout
Usulan Waste Hub Rekosistem di bawah ini.
Pada penentuan layout usulan waste hub ini akan dilakukan dengan
metode warehous layout model. Pada pelaksanaannya akan terdapat batasan yaitu
metode ini dapat digunakan hanya pada fixed storage. Berdasarkan layout usulan
pada Gambar II-10 Layout Usulan Waste Hub Rekosistem, terdapat satu pintu
masuk dan satu pintu keluar di ujung kanan atas. Maka dari itu, peluang untuk
masing-masing pintu adalah 0,5. Akan tetapi, terdapat perbedaan untuk pintu
masuk karena terdapat tiga pintu masuk selain dari pintu masuk yang berada di
ujung kanan atas, pemilah halus II dan pemilah halus III pun diperhitungkan sebagai
pintu masuk. Kedua pemilah tersebut diperhitungkan menjadi pintu masuk karena
terdapat beberapa jenis sampah yang harus melewati stasiun kerja lainnya
II-29
BAB II PROYEK
sebelum memasuki inventory. Perhitungan peluang pintu masuk dapat dilihat pada
Persamaan II-1 di bawah ini.
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ
𝑝1 = 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑖𝑛𝑣𝑒𝑛𝑡𝑜𝑟𝑦 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑥 0.5 (Pers. II-1)
1
𝑝1 = 𝑥 0.5
6
𝑝1 = 0.083
Proses perhitungan 𝑝1 dilakukan dengan mengalikan hasil pembagian
jumlah inventory sampah dengan jumlah inventory sampah keseluruhan dengan
peluang awal pintu masuk. Sebagai contoh, jumlah inventory sampah pada proses
perhitungan 𝑝1 sebesar satu karena peluang ini berada di pemilah halus II yang
mana seluruh jenis sampah yang dipilah olehnya disimpan pada satu inventory
yang sama. Kemudian, jumlah inventory sampah keseluruhan sebesar enam
karena hanya terdapat enam jenis sampah yang melalui proses pemilahan dan
press.
Proses perhitungan 𝑝2 dilakukan dengan cara yang sama seperti pada
proses perhitungan 𝑝1. Namun, ada proses perhitungan 𝑝3 tidak dilakukan dengan
angka yang sama pada proses perhitungan 𝑝1 dan 𝑝2. Terdapat perbedaan pada
jumlah inventory sampah yaitu sebesar empat. Hal ini disebabkan oleh terdapat
perbedaan tempat inventory pada masing-masing jenis sampah yang masuk dari
pintu masuk, yaitu PET, asoy, kertas, dan kardus. Hasil perhitungan dari 𝑝3 sebesar
0,333.
Setelah dilakukan proses perhitungan peluang untuk keempat pintu
masuk, dilakukan pula perhitungan berdasarkan teori untuk masing-masing tempat
inventory. Perhitungan tersebut dilakukan dengan tujuan untuk menentukan
peletakkan inventory setiap jenis sampah. Perhitungan dilakukan pada kesembilan
kotak inventory pada layout. Contoh perhitungan pada kotak inventory satu dapat
dilihat pada Persamaan II-2 di bawah ini.
𝑓1 = ((𝑝1 𝑑1 ) + (𝑝2 𝑑2 ) + (𝑝3 𝑑3 ) + (𝑝4 𝑑4 )) 𝑥 250 𝑚𝑚 (Pers. II-2)
𝑓1 = ((0.083 𝑥 13) + (0.083 𝑥 11) + (0.333 𝑥 9) + (0.5 𝑥 3)) 𝑥 250 𝑚𝑚
𝑓1 = 1622.25
𝑓1 ≈ 1622
Berdasarkan perhitungan pada Persamaan II-2, hasil yang didapatkan
sebesar 1622 untuk inventory pertama. Pada hasil akhir perkalian distance dan
probability dikalikan kembali dengan 250 milimeter karena ukuran satu grid adalah
II-30
BAB II PROYEK
sebesar 250 milimeter. Menurut teori, nilai inventory terkecil akan menjadi inventory
bagi jenis sampah yang memiliki frekuensi penjemputan terbanyak. Oleh karena
itu, kertas akan disimpan pada inventory pertama dan kedua karena kertas memiliki
frekuensi dan jumlah sampah yang terbanyak di dalam waste hub. Penempatan
inventory sampah dapat dilihat pada Tabel II.6 di bawah ini.
Tabel II.6 Penempatan Inventory Sampah
Inventory Sampah
1 Kertas
2 Kertas
3 Kardus
4 Kardus
5 Plastik kasar
6 PET
7 Plastik halus
8 Logam, beling, dan e-waste
9 Minyak jelantah
II-31
BAB II PROYEK
Alur perhitungan jarak dimulai dari sampah masuk ke dalam waste hub
hingga sampah keluar dari waste hub. Hasil dari alur perhitungan jarak tersebut
sebesar 52.009. Perhitungan lebih lengkap dapat dilihat pada Tabel II.7 di bawah
ini.
Tabel II.7 Perhitungan Jarak
Alur rectilinear Jumlah
Sampah masuk ke timbangan 11.250
Timbangan ke pemilah I 5.188
Pemilah I ke blow let PET 22.755
Blow let pet ke buffer 7.300
Buffer ke mesin press 1.166
Mesin press ke inventory 6.324
Inventory ke pintu keluar 9.276
Total 52.009
II-32
BAB II PROYEK
II-33
BAB II PROYEK
Adapun alur kerja dari layout tersebut dimulai dari sampah datang dari
pintu masuk yang akan diletakkan di tempat sampah masuk. Kemudian, sampah
yang baru datang tersebut akan dipilah secara kasar oleh pemilah kasar dan
ditimbang dalam bentuk karung untuk dimasukkan ke dalam data laporan sampah.
Setelah ditimbang, isi karung sampah tersebut akan dituangkan di atas conveyor
untuk dipilah halus oleh para pemilah halus.
Kemudian, sampah yang telah dipilah halus akan disimpan di area pemilah
masing-masing. Apabila terdapat sampah yang terlewat untuk dipilah halus,
sampah tersebut akan masuk ke dalam inventory sementara. Sampah yang telah
dipilah halus akan dibawa oleh pemilah kasar ke tujuannya masing-masing, seperti
inventory, mesin press, dan mesin blow let PET. Alur kerja lebih lengkap dapat
dilihat pada flowchart pada Gambar II-13 Flowchart Layout Usulan di halamann
selanjutnya.
II-34
BAB II PROYEK
II-35
BAB II PROYEK
Berdasarkan diagram aliran PET pada Gambar Ii-14 Diagram Aliran PET,
terlihat bahwa proses dimulai dari daerah sampah masuk ke tempat pilah kasar
yang kemudian dilanjutkan dengan transportasi melalui conveyor untuk dilakukan
pemilahan halus. Setelah itu, terdapat delay pada saat PET selesai dipilah halus
karena sampah hasil pilah halus akan disimpan di daerah pemilah terlebih dahulu
II-36
BAB II PROYEK
kemudian baru dibawa ke area let PET. Lalu, PET yang sudah melalui proses di
mesin blow let PET akan dibawa ke buffer dan mengalami delay sebelum
memasuki proses press di mesin press. Buffer merupakan area tunggu untuk PET
sebelum di-press. Setelah PET di-press, PET akan dibawa ke tempat inventory dan
siap dijemput oleh pihak ketiga untuk dikelola lebih lanjut.
Selanjutnya, akan dijelaskan mengenai diagram aliran dari sampah kertas
dan asoy. Kedua jenis sampah tersebut memiliki diagram aliran yang mirip dengan
diagram aliran PET. Akan tetapi, terdapat perbedaan pada proses setelah
pemilahan halus, yaitu kedua jenis sampah langsung dibawa ke mesin press tidak
perlu melalui mesin blow let PET. Diagram aliran untuk sampah kertas dan asoy
dapat dilihat pada Gambar II-15 Diagram Aliran Kertas, Asoy, dan Kardus di bawah
ini.
II-37
BAB II PROYEK
Lalu, terdapat jenis sampah yang hanya dipilah kasar dan halus tanpa
memasuki mesin press ataupun mesin blow let PET, yaitu sampah logam, beling,
dan e-waste. Ketiga jenis sampah tersebut langsung memasuki area inventory
setelah dipilah halus. Diagram aliran untuk sampah logam, beling, dan e-waste
II-38
BAB II PROYEK
dapat dilihat pada Gambar II-17 Diagram Aliran Logam, Beling, dan e-Waste di
bawah ini.
II-39
BAB II PROYEK
II-40
BAB II PROYEK
dirancang sedemikian rupa oleh peserta magang. Berikut ini merupakan hasil
analisis terkait usulan untuk Proyek Perancangan Tata Letak Fasilitas Waste Hub.
1. Penambahan mesin blow let PET dilakukan karena selama ini yang terjad
di waste hub adalah penjualan hasil pilah sampah PET yang utuh tanpa
dipisah-pisahkan tutup botolnya, label, dan botol plastik itu sendiri. Hal ini
sebenarnya merugikan pihak Rekosistem karena apabila sampah PET
sudah dibersihkan dan dipisahkan, maka harga jualnya akan meningkat
hingga dua kali lipat daripada sampah PET yang masih kotor dan dalam
bentuk satu kesatuan. Namun, PET kotor tersebut terus-menerus dijual
begitu saja karena jumlahnya yang terlalu banyak di dalam waste hub
untuk dibersihkan secara manual. Oleh karena itu, dengan adanya mesin
blow let PET diharapkan dapat mempercepat proses pembersihan dan
pemisahan sampah PET agar dapat dijual dengan harga yang lebih tinggi.
2. Penempatan inventory kardus dan kertas bersebelahan karena pihak
ketiga yang mengelola lebih lanjut kedua jenis sampah tersebut biasanya
mengambil keduanya sekaligus. Selain itu, penempatan kedua inventory
sampah tersebut paling dekat dengan pintu masuk & keluar karena jenis
sampah tersebut cukup sering dijemput oleh pihak ketiga pengelola
sampah dan memiliki volume yang terbesar di antara jenis sampah
lainnya. Sedangkan, penempatan minyak jelantah di bagian paling jauh
dari pintu masuk & keluar karena penjemputannya oleh pihak ketiga paling
jarang dilakukan. Kemudian, ukuran tempatnya juga lebih kecil karena
minyak jelantah tidak selalu ada disetorkan.
3. Layout secara teori tidak diimplementasikan pada usulan proyek ini karena
layout tersebut kurang efektif jika memperhatikan aktivitas nyata di waste
hub. Pada layout usulan secara teori peletakkan inventory sampah plastik
halus berada lebih jauh dari pintu masuk & keluar waste hub. Sedangkan,
peletakkan inventory sampah PET diletakkan lebih dekat ke pintu masuk
& keluar waste hub. Padahal, kenyataannya frekuensi penjemputan
sampah PET tidak sesering penjemputan sampah plastik halus oleh pihak
ketiga. Oleh karena itu, dilakukan penukaran tempat untuk sampah PET
dan sampah plastik halus. Selain itu, PET membutuhkan ruang lebih besar
untuk penempatan inventory karena volume sampahnya yang banyak
sehingga lebih baik diletakkan di bagian dalam yang masih memiliki space
II-41
BAB II PROYEK
sebab di area inventory depan sudah ada inventory sampah kertas dan
kardus yang membutuhkan space lebih besar. Hal ini juga dibuktikan
dengan perhitungan jarak rectilinear pada sampah plastik halus di layout
secara teori yaitu sebesar 36.545 mm. Sedangkan, hasil perhitungan jarak
sampah plastik halus di layout usulan sebesar 36.042 mm. Dengan selisih
503 mm, penempatan inventory sampah plastik halus terbukti lebih efektif
pada layout usulan.
II-42
BAB II PROYEK
II-43
BAB II PROYEK
II-44
BAB II PROYEK
1
1
4 1
4 1
II-45
BAB II PROYEK
6 6
4 1
4 1
6 6
4 1
4 1
2
6 6
4 1
4 1 3
2 3
II-46
BAB II PROYEK
memiliki hubungan I sehingga nilai placing rating yaitu sebesar 108. Berdasarkan
urutan penempatan departemen, departemen keenam yang ditempatkan yaitu
departemen 5. Berikut merupakan tabel hasil penempatan departemen 5.
Tabel II.18 Penempatan Departemen 5
6 6 5
4 1 5
4 1 3
2 3
II-47
BAB II PROYEK
1 1
II-48
BAB II PROYEK
1 1
4 4
1 1 6
4 4 6
2
1 1 6
4 4 6
2 3 3
1 1 6
4 4 6
II-49
BAB II PROYEK
2 3 3
5 1 1 6
5 4 4 6
II-50
BAB II PROYEK
II-51
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
III.2 Saran
Adapun beberapa saran yang dapat disampaikan oleh peserta magang
setelah mengikuti program magang MBKM selama 6 bulan. Berikut merupakan
saran untuk perusahaan dan program MBKM selanjutnya.
III-1
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
III-2
DAFTAR PUSTAKA
Evan, V. (2022). Beauty Industry, Ugly Truth: Limbah Industri Kecantikan Nggak
Cuma Soal Packaging!. Diakses dari
https://editorial.femaledaily.com/blog/2022/04/13/beauty-industry-ugly-
truth-limbah-industri-kecantikan-nggak-cuma-soal-packaging
Ihsanuddin. (2022). TPA Cipayung Melebihi Kapasitas sejak 2019, Tumpukan
Sampah Menggunung dan Sempat Longsor. Diakses dari
https://megapolitan.kompas.com/read/2022/05/24/13524001/tpa-
cipayung-melebihi-kapasitas-sejak-2019-tumpukan-sampah-
menggunung-dan
Juru, N. A. (2020). Analisis Struktur Organisasi Terhadap Kinerja Sekretariat
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kabupaten Buleleng. Jurnal Ilmiah
MEA (Manajemen, Ekonomi, dan Akuntansi), 4(2), 408-421.
Maghfira, A. (2023). Pengaruh Sampah Plastik dalam Pencemaran Air Laur di Kota
Makassar. SENSISTEK. 6(1),25-29
Plastic Smart Cities. (n.d.). Plastic Smart Citues WWF-Indonesia. Diakses dari
https://plasticsmartcities.wwf.id/
Rizaty, M. (2023). Pengguna Instagram di RI Sebanyak 111,19 Juta per September
2023. Diakses dari https://dataindonesia.id/internet/detail/pengguna-
instagram-di-ri-sebanyak-11119-juta-per-september-2023
Salim, N. (2021). Bayi Kura-kura Lebih Sering Menelan Serpihan Plastik yang Dikira
Makanan. Diakses dari https://news.detik.com/abc-australia/d-
5670800/bayi-kura-kura-lebih-sering-menelan-serpihan-plastik-yang-
dikira-makanan
Yonatan, A. (2023). Pengguna Instagram Berdasarkan Rentang Usia 2023.
Diakses dari
https://data.goodstats.id/statistic/agneszefanyayonatan/pengguna-
instagram-berdasarkan-rentang-usia-2023-MEdzz
A. LAMPIRAN A
STRUKTUR ORGANISASI
A-1
B. LAMPIRAN B
TAUTAN VIDEO PROYEK
B-0
Video Bule Sampah dapat dilihat pada tautan berikut:
https://drive.google.com/drive/folders/1EHWHTALGn9OB3a3SxWH8CtA25jqDKjT
u?usp=sharing
B-1
C. LAMPIRAN C
MESIN
C-0
Mesin Blow Let PET:
https://www.tokopedia.com/chillnclean/mesin-semi-auto-manual-pet-stretch-blow-
160jt-300-400rb-btl-bln
Conveyor:
https://tokopedia.link/ePWspBDWKFb
C-1
D. LAMPIRAN D
RECTILINEAR
D-0
Lampiran D-1 Rectilinear Plastik Halus
D-1
Lampiran D-2 Rectilinear Plastik Kasar
D-2
Lampiran D-3 Rectilinear PET
D-3
Lampiran D-4 Rectilinear Kardus
D-4
Lampiran D-5 Rectilinear Kertas
D-5
Lampiran D-6 Rectilinear Minyak Jelantah
D-6
E. LAMPIRAN E
LEARNING AGREEMENT
E-0
E-1
E-2
Lembar Bimbingan MBKM
NPM : 6132001166