Anda di halaman 1dari 91

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-
Nya Buku Panduan Teknis Bangunan Gedung-Bangunan Sederhana Tahun 2022
dapat kami selesaikan sesuai dengan yang diharapkan.

Buku saku ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mensosialisasikan secara ringkas
panduan teknis bangunan gedung sederhana dengan harapan masyarakat Kota
Bandung dapat lebih mudah memahami dan mengimplementasikan pada
bangunannya masing-masing.

Saat ini tuntutan kehandalan bangunan gedung, khususnya yang dibangun secara
swadaya oleh masyarakat, menjadi sangat penting dalam rangka menjamin kualitas
bangunan yang aman, nyaman dan sehat bagi penggunanya juga berkelanjutan bagi
lingkungan.

Secara garis besar buku saku ini berisi tentang panduan teknis untuk bangunan
sederhana pada aspek arsitektur, struktur dan utilitas bangunan gedung. Buku saku
ini juga memuat contoh-contoh baik berupa gambar teknis, perhitungan teknis sampai
dengan format penyajian dalam dokumen perizinan.

Dengan menerapkan isi buku saku ini, masyarakat dapat lebih mudah dalam
menerapkan standar teknis bangunan gedung dan membuat bangunannya menjadi
handal dan berwawasan lingkungan.

Terima kasih yang tak terhingga kami ucapkan kepada semua pihak yang telah
berkontribusi dalam penyusunan buku saku ini.

Akhir kata semoga Allah SWT senantiasa membukakan mata dan hati kepedulian kita
untuk bersama-sama mewujudkan tertib bangunan gedung di Kota Bandung.

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar i
Daftar Isi ii
Panduan Pengajuan PBG untuk Bangunan Gedung Sederhana 1
Lingkup Arsitektur
g
A. Umum 1
B. Lingkup Bangunan 1
C. Glossary 1
D. Tapak dan Intensitas Bangunan 2
E. Dokumen PBG Arsitektur untuk Bangunan dengan Kompleksitas 2
Sederhana
F. Contoh Dokumen Arsitektur untuk Pengajuan PBG 10

Panduan Pengajuan PBG untuk Bangunan Gedung Sederhana 22


Lingkup Struktur
h
A. Latar Belakang 22
B. Prinsip yang Digunakan untuk Perencanaan Rumah dan Ruko Standar 22
C. Penggunaan Perencanaan Rumah dan Gedung Standar 23
D. Pembagian Kategori 23
E. Desain Fondasi 24
F. Form Check Awal 25
G. Tabel Bangunan Sederhana Standar 26
H. Metode Analisis dan Desain 26
I. Soil Test dan Konsultan Perencana 27
J. Contoh Gambar Desain Struktur untuk Pengajuan PBG 28

Panduan Pengajuan PBG untuk Bangunan Gedung Sederhana 62


Lingkup Utilitas

A. Penjelasan Umum Dokumen Gambar PBG Utilitas/MEP 62


B. Bangunan Karakter Sederhana dengan Kompleksitas dan Teknologi 62
Sederhana
C. Bangunan Karakter Sederhana dengan Kompleksitas dan Teknologi Tidak 65
Sederhana
D. Contoh Tata Cara Perencanaan dan Gambar-Gambar Perencanaan Utilitas 71
/ MEP Bangunan Sederhana

ii
ARSITEKTUR
PANDUAN PENGAJUAN PERSETUJUAN BANGUNAN GEDUNG UNTUK
BANGUNAN SEDERHANA - LINGKUP ARSITEKTUR

A. Umum
• Persetujuan Bangunan Gedung atau disingkat PBG adalah perizinan yang
diberikan kepada pemilik bangunan gedung untuk membangun bangunan
baru, mengubah, memperluas, mengurangi dan/atau merawat bangunan
gedung sesuai dengan standar teknis bangunan gedung.
• PBG merupakan pengganti IMB (Izin Mendirikan Bangunan), sesuai
ketentuan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.
• Dasar dan Persyaratan pengajuan PBG mengacu pada Peraturan
Pemerintah Nomor 16 Tahun 2021 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung atau disingkat
PP 16-2021.

B. Lingkup Bangunan
B.1. Sederhana Tipe A
• Bangunan Tipe A adalah Bangunan Gedung dengan karakter
sederhana serta memiliki kompleksitas dan teknologi sederhana.
• Luas lantai bangunan tidak melebihi 100 m2 dengan jumlah lantai tidak
lebih dari 2 (dua) lapis dan tidak terdapat basemen pada bangunan
tersebut.
• Bangunan yang termasuk dalam kategori ini antara lain:
a. hunian rumah tinggal tunggal;
b. hunian campuran seperti rumah toko (ruko) atau rumah kantor
(rukan);
c. non-hunian seperti toko, café, restoran, kantor, tempat ibadah, dll.

B.2. Sederhana Tipe B


• Bangunan Tipe B adalah Bangunan Gedung dengan karakter
sederhana serta memiliki kompleksitas dan teknologi tidak sederhana.
• Luas lantai bangunan tidak melebihi 500 m2 dengan jumlah lantai
antara 2 (dua) sampai dengan 3 (tiga) lapis dan tidak terdapat basemen
pada bangunan tersebut.
• Bangunan yang termasuk dalam kategori ini antara lain:
a. hunian rumah tinggal tunggal;
b. hunian campuran seperti rumah toko (ruko) atau rumah kantor
(rukan);
c. non-hunian seperti toko, café, restoran, kantor, tempat ibadah, dll.

C. Glossary
• BCB : Bangunan Cagar Budaya
• BGCB : Bangunan Cagar Budaya
• IMB : Izin Mendirikan Bangunan
• IRK : Informasi Rencana Kota
• KDB : Koefisien Dasar Bangunan
• KDH : Koefisien Dasar Hijau
• KLB : Koefisien Lantai Bangunan

1
• KTB : Koefisien Tapak Basemen
• KRK : Kerangka Rencana Kota
• PBG : Persetujuan Bangunan Gedung
• PKKPR : Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang
• RTHA : Ruang Terbuka Hijau Abadi
• SKA : Sertifikat Keahlian
• SKK : Sertifikat Kompetensi Kerja
• STRA : Surat Tanda Registrasi Arsitek
• TACB : Tim Ahli Cagar Budaya
• VHU : Verifikasi Hasil Ukur

D. Tapak dan Intensitas Bangunan


• Luas Tanah adalah luas bidang tapak perencanaan sesuai dengan luas
pada sertifikat.
• Luas Hasil Ukur adalah luas tanah berdasarkan hasil pengukuran langsung
di lokasi oleh tenaga ahli bersertifikat atau dari Dinas terkait.
• Luas Persil adalah luas tanah setelah dikurangi dengan area yang terkena
rencana kota, seperti rencana jalan, rencana riool/brandgang, rencana jalur
hijau/taman dan rencana normalisasi kali/saluran.
• Perhitungan Intensitas Bangunan mengacu pada luas persil, bukan terhadap
luas tapak.
• Intensitas Bangunan Rencana tidak boleh melebihi ketentuan
KRK/PKKPR/IRK.
• Nilai KDH dihitung berdasarkan luas RTHA berbanding luas persil.
• Perkerasan berpori (porous) seperti grassblock tidak termasuk dalam RTHA
dan tidak diperhitungkan dalam nilai KDH minimum.
• Perhitungan luas lantai bangunan adalah jumlah luas lantai yang
diperhitungkan sampai batas dinding terluar, bukan as kolom. (Permen PU
No. 29 Tahun 2006).

E. Dokumen PBG Arsitektur untuk Bangunan dengan Kompleksitas


Sederhana
I. Kop Gambar
• Semua gambar yang disyaratkan untuk pengajuan PBG harus
dimasukkan di dalam kop gambar standar PBG.
• Kop gambar menggunakan standar PBG yang dikeluarkan oleh Dinas
Cipta Karya, Bina Konstruksi dan Tata Ruang Kota Bandung.
• Contoh kop gambar dapat dilihat/diunduh dari: bit.ly/formatpbgbdg
• Pada kop gambar harus dicantumkan keterangan-keterangan sebagai
berikut:
a. Nomor surat tanah di bagian kanan atas.
b. Informasi luas tanah, luas hasil ukur, area yang terkena rencana dan
luas persil sesuai ketentuan yang tercantum pada KRK/PKKPR/IRK.
c. Data luas lantai-lantai Bangunan yang direncanakan.
d. Data luas bangun-bangunan yang direncanakan, meliputi: teras,
pagar/benteng, perkerasan, balkon, pohon dan sumur resapan.
e. Data Intensitas Bangunan yang direncanakan, meliputi: KDB, KLB,
KTB dan KDH dalam bentuk angka dan persentase.
f. Judul gambar sesuai dengan persyaratan dokumen PBG

2
g. Nama, alamat dan tandatangan pemohon/pemilik bangunan.
h. Nama dan nomor SKA/SKK/STRA dari perencana bangunan, yang
terdiri dari Arsitek, Ahli Struktur, Ahli Mekanikal/Plumbing dan Ahli
Elektrikal.
i. Skala, nomor lembar dan jumlah lembar gambar.

II. Kelengkapan Dokumen Pengajuan Fungsi Hunian Sederhana


No Dokumen Keluaran Keterangan
1. Situasi • Gambar situasi persil • Menginformasikan
yang menunjukkan jarak bebas antar
blok massa bangunan bangunan dalam persil
berikut kondisi dan antar persil (jika
eksisting lingkungan di disyaratkan oleh
sekitar persil. ketentuan).
• Menginformasikan
jumlah lantai
bangunan terdesain.
• Memperlihatkan
bentuk atap bangunan
terdesain.
2. Rencana • Gambar situasi persil • Harus dilengkapi
Tapak yang berisi denah dengan:
lantai dasar bangunan - Nama ruang
berikut kondisi - Elevasi/peil jalan di
lingkungan sekitar. depan tapak,
• Sesuai dengan taman/RTH,
Keterangan Rencana perkerasan dan lantai
Kota bangunan
(KRK)/PKKPR/IRK. - Dimensi tapak sesuai
VHU (Verifikasi Hasil
Ukur)
- Fasilitas dan
Aksesibilitas
Hubungan Ke, Dari,
dan Di Dalam
Bangunan Gedung
sesuai Standar
Teknis yang berlaku
pada PP 16/2021
(ramp, tangga, dll.)
3. Denah • Gambar rencana Tata • Minimum dilengkapi
Ruang Dalam dengan:
bangunan setiap - Nama ruang
lantai. - Elevasi/peil lantai
• Memperlihatkan pola bangunan
ruang, pencapaian dan - Bukaan: pintu,
sirkulasi di dalam jendela, bouvenlicht
bangunan. - Arah naik-turun pada
tangga

3
No Dokumen Keluaran Keterangan
- Kelengkapan
Prasarana dan
Sarana Pemanfaatan
Bangunan Gedung
sesuai Standar
Teknis yang berlaku
pada PP 16/2021
(ruang ibadah, ruang
ganti, toilet, dll.)
4. Tampak • Gambar rencana • Dari 4 (empat) sisi
Tampak bangunan bangunan.
terdesain dari semua • Desain dan dimensi
sisi bangunan. bukaan (jendela,
bouvenlicht) harus
diperhitungkan sesuai
ketentuan persentase
luas ventilasi minimum
terhadap luas ruang.
5. Potongan • Gambar rencana • Minimum dilengkapi
Potongan bangunan dengan:
terdesain secara - Ukuran jarak antar
melintang dan kolom
memanjang - Elevasi per lantai
(minimum 2 buah). - Keterangan bahan,
• Salah satu potongan dimensi dan finishing
sebaiknya memotong komponen arsitektur
sirkulasi vertikal bangunan
(tangga dan/atau lift). • Mengikuti kaidah-
kaidah dan standar
Gambar Teknik
Bangunan Gedung.
6. Detail • Gambar Potongan • Minimum dilengkapi
Arsitektur Prinsip dengan:
Bangunan yang dapat - Ukuran/dimensi
memperlihatkan komponen arsitektur
prinsip desain utama yang didetailkan
dari bangunan dan - Elevasi per lantai.
dilengkapi informasi - Keterangan bahan,
teknis komponen dimensi dan finishing
arsitektural bangunan komponen arsitektur
gedung (jenis, bangunan
material, dimensi, • Mengikuti kaidah-
finishing), atau: kaidah dan standar
• Gambar Detail Gambar Teknik
Arsitektur yang Bangunan Gedung.
memperlihatkan fitur
khusus dari desain
bangunan.

4
No Dokumen Keluaran Keterangan
7. Spesifikasi • Berupa • Minimum
Teknis Tabel/Laporan menjelaskan:
Arsitektur Spesifikasi Teknis a. Komponen lantai
Komponen b. Komponen dinding
Arsitektural sesuai c. Komponen bukaan
desain. (pintu, jendela)
• Meliputi spesifikasi d. Komponen plafond
umum dan spesifikasi e. Komponen atap
khusus berupa jenis,
tipe dan karakteristik
material/bahan yang
digunakan secara
lebih detail dan
menyeluruh untuk
komponen
arsitektural terdesain.
8. Rekomendasi • Khusus untuk lokasi Surat Rekomendasi
TACB tanah dan bangunan TACB dan scan
sebagai berikut: dokumen perencanaan
a. Bangunan Cagar yang sudah dicap dan
Budaya (BCB) ditandatangani TACB
Golongan A, B agar dilampirkan dalam
atau C. pengajuan PBG.
b. Berada dalam
tapak yang
didalamnya
terdapat
Bangunan Cagar
Budaya.
c. Berada di
Kawasan Cagar
Budaya sesuai
Perda.
9. Rekomendasi • Apabila diperlukan
Peil Banjir

III. Kelengkapan Dokumen Pengajuan Fungsi Hunian Campuran dan Non-


Hunian Sederhana
No Dokumen Keluaran Keterangan
1. Konsep • Menjelaskan rencana • Minimum memuat
Perancangan fungsi bangunan, informasi:
Arsitektur jumlah lantai dan - Fungsi
perhitungan luas, serta - Jumlah Lantai
zonasi bangunan - Luas per lantai
terdesain. - Luas total bangunan
• Menjelaskan konsep - Zonasi Fungsi dan
bentuk, orientasi dan Antar Fungsi (untuk

5
No Dokumen Keluaran Keterangan
perletakan massa fungsi
terhadap tapak. Campuran/Lebih dari
• Menjelaskan konsep satu fungsi)
pencapaian, sirkulasi - Perhitungan
dan area parkir pada Kebutuhan Parkir
tapak (termasuk untuk minimum
mobil pemadam
kebakaran apabila
disyaratkan).
2. Situasi • Gambar situasi persil • Menginformasikan
yang menunjukkan jarak bebas antar
blok massa bangunan bangunan dalam persil
berikut kondisi dan antar persil (jika
eksisting lingkungan di disyaratkan oleh
sekitar persil. ketentuan).
• Menginformasikan
jumlah lantai
bangunan terdesain.
• Memperlihatkan
bentuk atap bangunan
terdesain.
3. Rencana • Gambar situasi persil • Harus dilengkapi
Tapak yang berisi denah dengan:
lantai dasar bangunan - Nama ruang
berikut kondisi - Elevasi/peil lantai
lingkungan sekitar. tapak, taman,
• Sesuai dengan perkerasan dan lantai
Keterangan Rencana bangunan
Kota (KRK)/ - Dimensi tapak sesuai
PKKPR/IRK. VHU (Verifikasi Hasil
Ukur)
- Fasilitas dan
Aksesibilitas
Hubungan Ke, Dari,
dan Di Dalam
Bangunan Gedung
sesuai Standar
Teknis yang berlaku
pada PP 16/2021
(ramp, tangga, dll.)
4. Denah • Gambar rencana Tata • Minimum dilengkapi
Ruang Dalam dengan:
bangunan setiap - Nama ruang
lantai. - Elevasi/peil lantai
• Memperlihatkan pola bangunan
ruang, pencapaian dan - Bukaan: pintu,
sirkulasi di dalam jendela, bouvenlicht
bangunan. - Arah naik-turun pada
tangga

6
No Dokumen Keluaran Keterangan
- Kelengkapan
Prasarana dan
Sarana Pemanfaatan
Bangunan Gedung
sesuai Standar
Teknis yang berlaku
pada PP 16/2021
(ruang ibadah, ruang
ganti, toilet, dll.)
5. Tampak • Gambar rencana • Dari 4 (empat) sisi
Tampak bangunan bangunan
terdesain dari semua • Desain dan dimensi
sisi bangunan. bukaan (jendela,
bouvenlicht) harus
diperhitungkan sesuai
ketentuan persentase
luas ventilasi minimum
terhadap luas ruang.
6. Potongan • Gambar rencana • Minimum dilengkapi
Potongan bangunan dengan:
terdesain secara - Ukuran jarak antar
melintang dan kolom.
memanjang - Elevasi per lantai.
(minimum 2 buah). - Keterangan bahan,
• Salah satu potongan dimensi dan finishing
sebaiknya memotong komponen arsitektur
sirkulasi vertikal bangunan
(tangga dan/atau lift). • Mengikuti kaidah-
kaidah dan standar
Gambar Teknik
Bangunan Gedung.
7. Detail • Gambar Potongan • Minimum dilengkapi
Arsitektur Prinsip Bangunan dengan:
yang dapat - Ukuran/dimensi
memperlihatkan komponen arsitektur
prinsip desain utama yang didetailkan.
dari bangunan dan - Elevasi per lantai.
dilengkapi informasi - Keterangan bahan,
teknis komponen dimensi dan finishing
arsitektural bangunan komponen arsitektur
gedung (jenis, bangunan
material, dimensi, • Mengikuti kaidah-
finishing), atau: kaidah dan standar
• Gambar Detail Gambar Teknik
Arsitektur yang Bangunan Gedung.
memperlihatkan fitur
khusus dari desain
bangunan.

7
No Dokumen Keluaran Keterangan
8. Rencana Tata • Gambar Rencana • Diberi perbedaan
Ruang Luar Tapak yang notasi pada gambar
memperlihatkan area (hatch) untuk RTHA,
ruang terbuka hijau perkerasan berpori
abadi (RTHA), dan tidak berpori.
perkerasan berpori
(misal: grassblock)
dan perkerasan tidak
berpori (paving,
semen, aspal, dll.)
• Dilengkapi dengan
Tabel Perhitungan
luas dan Persentase
untuk RTHA,
perkerasan berpori
dan perkerasan tidak
berpori terhadap KDH
minimum.
9. Rencana Tata • Gambar Denah per • Jalur jalan evakuasi
Ruang Dalam Lantai yang berupa garis dan
dilengkapi tata panah dari ujung buntu
perabot (furniture) (apabila ada) ke akses
dalam ruang. eksit (pintu keluar atau
• Memperlihatkan jalur tangga).
jalan evakuasi dari
ujung/koridor buntu
bangunan (apabila
ada) ke akses eksit
berupa pintu/tangga
berikut jarak
tempuhnya.
10. Spesifikasi • Berupa • Minimum
Teknis Tabel/Laporan menjelaskan:
Arsitektur Spesifikasi Teknis a. Komponen lantai
Komponen b. Komponen dinding
Arsitektural sesuai c. Komponen bukaan
desain. (pintu, jendela)
• Meliputi spesifikasi d. Komponen plafond
umum dan spesifikasi e. Komponen atap
khusus berupa jenis,
tipe dan karakteristik
material/bahan yang
digunakan secara
lebih detail dan
menyeluruh untuk
komponen
arsitektural terdesain.

8
No Dokumen Keluaran Keterangan
11. Rekomendasi • Khusus untuk lokasi Surat Rekomendasi
TACB tanah dan bangunan TACB dan scan
sebagai berikut: dokumen perencanaan
a. Bangunan Cagar yang sudah dicap dan
Budaya (BCB) ditandatangani TACB
Golongan A, B agar dilampirkan dalam
atau C. pengajuan PBG.
b. Berada dalam
tapak yang
didalamnya
terdapat
Bangunan Cagar
Budaya.
c. Berada di
Kawasan Cagar
Budaya.
12. Rekomendasi • Apabila diperlukan
Peil Banjir

9
Contoh Dokumen Arsitektur untuk Pengajuan PBG

10
Contoh Dokumen Arsitektur untuk Pengajuan PBG

11
Contoh Dokumen Arsitektur untuk Pengajuan PBG

12
Contoh Dokumen Arsitektur untuk Pengajuan PBG

13
Contoh Dokumen Arsitektur untuk Pengajuan PBG

14
Contoh Dokumen Arsitektur untuk Pengajuan PBG

15
Contoh Dokumen Arsitektur untuk Pengajuan PBG

16
Contoh Dokumen Arsitektur untuk Pengajuan PBG

17
Contoh Dokumen Arsitektur untuk Pengajuan PBG

18
Contoh Dokumen Arsitektur untuk Pengajuan PBG

19
Contoh Dokumen Arsitektur untuk Pengajuan PBG

20
21
STRUKTUR

1
PANDUAN PENGAJUAN PERSETUJUAN BANGUNAN GEDUNG UNTUK
BANGUNAN SEDERHANA - LINGKUP STRUKTUR

A. Latar Belakang
Dalam rangka meningkatkan mutu perencanaan struktur di Kota Bandung telah
diterapkan persyaratan untuk semua proyek melalui pemeriksaan Tim Profesi
Ahli (TPA) sebelum mendapatkan persetujuan PBG. Untuk mempercepat
proses ini, khusus untuk bangunan beraturan dan sederhana dengan
persyaratan tertentu, Pemerintah Kota Bandung mengupayakan menyediakan
desain standar yang dapat digunakan dalam proyek yang diajukan. Desain
standar ini berupa laporan dan gambar standar yang disusun oleh Tim Profesi
Ahli (TPA) Kota Bandung untuk Bangunan Gedung Sederhana. Dengan
mengikuti standar minimum yang diberikan maka proses pengajuan PBG untuk
proyek yang diajukan diharapkan dapat berlangsung lebih lancar dan cepat.

B. Prinsip yang digunakan untuk Perencanaan Rumah dan Ruko Standar


Mengingat setiap proyek memiliki denah, jumlah tingkat dan lokasi yang
berbeda, maka akan sangat banyak desain standar yang diperlukan untuk
mencakup semua proyek. Oleh karena itu, desain standar ini dibatasi hanya
untuk bangunan dengan persyaratan tertentu sesuai dalam form check awal.

Adapun prinsip yang digunakan dalam penyusunan desain standar ini adalah
sebagai berikut:

1. Pondasi dan struktur yang aman, nyaman dan ekonomis digunakan;


2. Memenuhi persyaratan material, beban, desain dan detail minimum dari
SNI yang berlaku;
3. SNI yang digunakan adalah: Material, Beban, Konstruksi, Geoteknik dan
Struktur;
4. Memenuhi persyaratan tambahan detail minimum dari PUPR;
5. Gedung dengan denah horizontal dan potongan vertikal simetris dan
beraturan;
6. Jarak kolom ≤ 3m, tinggi tingkat ≤ 3.5m;
7. Ukuran kolom ≥ 30cm, Ukuran balok b ≥ 25 cm;
8. Jenis tanah bukan timbunan/urugan dan tidak berada diatas atau dibawah
lereng;
9. Tidak berada pada radius 5 km dari garis Patahan Lembang;
10. Tidak berdiri diatas tanah yang berpotensi liquifaksi;
11. Kolom dan Balok Ruko terpisah untuk masing-masing Ruko;
12. Kalau Kolom dan Balok Ruko digunakan bersama, maka laporan
perencanaan Ruko harus disampaikan per 1 blok Ruko, dan luas total lantai
untuk menentukan kategori struktur diambil dari 1 blok Ruko;

22
13. Pedoman dibuat untuk kategori I dan II saja, sementara untuk Kategori III
dan IV perlu perencanaan khusus;
14. Material yang digunakan untuk beton adalah Beton C21, atau fc' = 21 MPa;
dan
15. Material yang digunakan untuk baja tulangan adalah BJTS-420B, Ulir.

C. Penggunaan Perencanaan Rumah dan Gedung Standar


Prosedur penggunaan buku ini adalah sebagai berikut :
1. Pemohon yang akan mengajukan PBG mengisi Form Check Awal;
2. Apabila proyek yang diajukan memenuhi kriteria Rumah dan Gedung
Sederhana pada form tersebut maka dapat dipilih desain standar yang
paling mendekati dari tabel yang tersedia;
3. Pemohon mengunduh Contoh Laporan Perhitungan dan Contoh Gambar
Standar yang tersedia pada link bit.ly/lampiranstruktur;
4. Pemohon memodifikasi laporan dan gambar standar ang diberikan sesuai
dengan data proyek yang ada;
5. Laporan dan gambar yang sudah dimodifikasi diajukan untuk kelengkapan
dokumen PBG struktur; dan
6. TPA melakukan evaluasi dokumen yang diberikan dan memberikan
persetujuan PBG.

D. Pembagian Kategori
Sesuai dengan Permen PUPR yang berlaku, tim TPA Kota Bandung membagi
kategori bangunan sederhana dan tidak sederhana sebagai berikut:

1. Rumah Tinggal dan Ruko


a. Rumah Tinggal 1 Lantai luas ≤ 70 m2, denah 6 x 12 m2
b. Rumah Tinggal 1 Lantai luas > 70 m2
c. Rumah Tinggal 2 Lantai luas ≤ 90 m2, denah 6 x 10 m2
d. Rumah Tinggal 2 lantai luas > 90 m2
e. Ruko 2 Lantai, denah 4,5 x 15 m2
f. Ruko 2 Lantai, denah 6 x 15 m2
g. Ruko 3 Lantai, denah 4,5 x 15 m2
h. Ruko 3 Lantai, denah 6 x 15 m2

2. Gedung Komersial
a. Gudang 1 Lantai bentang ≤ 10m
b. Gudang bentang > 10m
c. Gedung 1-2 dan 2-4 Lantai
d. Gedung 5-8 Lantai
e. Gedung > 8 Lantai
f. Gedung dengan besmen

23
Untuk Ruko, dibedakan juga antara Ruko yang akan digunakan sebagai
gudang, dan ruko yang berfungsi sebagai rukan dan toko saja (Lihat Tabel
2).

Hanya jenis Rumah Tinggal, Ruko dan Gudang 1 Lantai dengan bentang
≤10m yang tersedia dalam daftar desain standar yang diberikan,
sedangkan jenis bangunan lainnya yang tidak tersedia, memerlukan
perencanaan khusus oleh konsultan perencana struktur dan geoteknik yang
kompeten.

E. Desain Fondasi
Mengingat kondisi tanah pada setiap proyek tidak sama, maka perlu dilakukan
Soil Test sesuai persyaratan yang diberikan dalam Tabel 2. Untuk rumah 1
Lantai dapat digunakan Tes Sondir, sedangkan untuk gedung lainnya perlu
dilakukan Boring Test.

Untuk itu disediakan 3 (tiga) pilihan pondasi yaitu: Telapak, PC Pile dan Strauss
Pile/Sumuran yang dapat dipilih sesuai dengan kondisi tanah yang ada.
Adapun batasan yang digunakan adalah sebagai berikut:

Tabel 1. Pilihan Tipe Pondasi Sesuai Dengan Kondisi Tanah


Jenis Pondasi Daya dukung ijin Kedalaman
2
Pondasi telapak qa ≥ 10 ton/m Minimal -1m
PC Pile 20x20 15 ton 16m atau sampai tanah
keras +2m
Strauss Pile D30 20 ton 16m atau sampai tanah
keras +2m

Pemilihan jenis pondasi yang digunakan perlu memperhatikan lokasi proyek


yang ada. Untuk lokasi proyek yang berada di daerah Bandung Utara umumnya
tanah keras dangkal, sedangkan di daerah Bandung Selatan tanah keras
cukup dalam.

Untuk nilai daya dukung dan kondisi tanah diluar yang diberikan diatas,
memerlukan disain khusus oleh perencana struktur dan pondasi.

Tabel 2. Kategori Gedung Sederhana dan Tidak Sederhana


No Kategori Soil Mutu Mutu Baja Jarak Analisis Disain
Test Beton Tul. & Profil Kolom dan
fc' (MPa) (MPa), Ulir maks Detail
1 RT1-70 Sondir fc’21 420, SS-400 3m Statik SRPMK
2 RT2-90 Sondir fc’21 420, SS-400 3m Statik SRPMK
3 RT3 (lainnya) Boring fc’25 420, SS-400 - Dinamik SRPMK
4 RK2A-4.5x15 Sondir fc’21 420, SS-400 3m Statik SRPMK
5 RK2B-6x15 Sondir fc’21 420, SS-400 3m Statik SRPMK
6 RK3A-4.5x15 Sondir fc’21 420, SS-400 3m Statik SRPMK

24
No Kategori Soil Mutu Mutu Baja Jarak Analisis Disain
Test Beton Tul. & Profil Kolom dan
fc' (MPa) (MPa), Ulir maks Detail
7 RK3B-6x15 Sondir fc’21 420, SS-400 3m Statik SRPMK
8 RK4 (lainnya) Boring fc’25 420, SS-400 3m Dinamik SRPMK
9 Gudang L ≤ Sondir fc’21 420, SS-400 Statik Braced
10m
10 Gudang L > Boring fc’25 420, SS-400 3m Statik Braced
10m
11 GK-A, 1-2 Lt, Sondir fc’21 420, SS-400 3m Statik SRPMK
< 500 m2
12 GK-B, 2-4 Lt, Boring fc’21 420, SS-400 3m Statik SRPMK
< 500 m2
13 GK-C, 2- 4 Lt, Boring fc’21 420, SS-400 - Statik SRPMK
Lainnya
14 GK-D, 5-8 Lt Boring fc’25 420, SS-400 - Dinamik SRPMK
15 GK-E, > 8 Lt Boring fc’30 420, SS-400 - Dinamik SRPMK,
Dual
System

Catatan:
Untuk kode hijau dan biru, akan dibuatkan laporan perencanaan standar
dengan menggunakan beban gempa maksimal Kota Bandung dan jenis tanah
lunak dan sedang yang dapat digunakan sebagai contoh untuk laporan yang
akan diajukan.

F. Form Check Awal


Untuk menggunakan gambar dan laporan standar pada dokumen ini,
bangunan yang didisain harus memenuhi kriteria berikut ini:

Tabel 3. Form Check Awal Kategori Bangunan


No. Kriteria Memenuhi Tidak memenuhi
1 Lokasi tidak berada < 5km dari patahan
Lembang
2 Lokasi tidak berada di area tanah lunak/urugan
dan/atau berpotensi ekspansif atau liquifaksi
3 Tidak memiliki besmen
4 Jumlah lantai kurang dari 4
5 Denah simetri beraturan secara horizontal dan
vertical dan tidak ada iregularitas horizontal dan
vertikal
6 Rumah tinggal atau Ruko ≤ 3 Lantai
7 Gudang 1 Lantai dengan Lebar ≤ 10m, P ≤ 20m
8 Jarak kolom maks. 3m

25
No. Kriteria Memenuhi Tidak memenuhi
9 Tinggi tingkat maks. 3.5m
10 Lebar Ruko maks. 4.5-6m
11 Rumah 1 Lt, Luas ≤ 70 m2
Rumah 2 Lt, Luas <≤ 90 m2
Denah 6x6 dan 8x8 m2
12 Gedung Komersial 1-2 Lt, Luas ≤ 500 m2

G. Tabel bangunan sederhana standar


Selanjutnya dapat dipilih tipe gedung standar yang paling mendekati gedung
yang didesain :

Tabel 4. Kategori Bangunan sederhana yang tersedia disain standarnya


No Kategori Soil Mutu Mutu Baja Jarak Analisis Disain
Test Beton Tul & Profil Kolom dan
fc' (MPa) (Mpa), Ulir maks Detail
1 RT1-70 Sondir fc’21 420, SS-400 3m Statik SRPMK
2 RT2-90 Sondir fc’21 420, SS-400 3m Statik SRPMK
3 RT3 (lainnya) Boring fc’25 420, SS-400 - Dinamik SRPMK
4 RK2A-4.5x15 Sondir fc’21 420, SS-400 3m Statik SRPMK
5 RK2B-6x15 Sondir fc’21 420, SS-400 3m Statik SRPMK
6 RK3A-4.5x15 Sondir fc’21 420, SS-400 3m Statik SRPMK
7 RK3B-6x15 Sondir fc’21 420, SS-400 3m Statik SRPMK
9 Gudang L ≤ 10m Sondir fc’21 420, SS-400 Statik Braced
11 GK-A, 1-2 Lt, < Sondir fc’21 420, SS-400 3m Statik SRPMK
500 m2

Selanjutnya digunakan gambar detail dan laporan standar yang sudah


disediakan tanpa memerlukan konsultan struktur dan geoteknik (kecuali
bangunan tidak memenuhi kriteria gedung sederhana diatas).

H. Metode Analisis dan Desain


1. Metode analisis yang digunakan dalam penyusunan disain standar ini
adalah sebagai berikut :
a. Gedung 1-2 Lantai : Analisis statik sederhana
b. Gedung 2-3 Lantai : Analisis statik
c. Gedung ≥ 4 Lantai : Analisis dinamik

2. Beban hidup :
a. Ruko : 250 kg/m2
b. Gudang : 500 kg/m2

3. Beban Gempa Area Kota Bandung adalah sebagai berikut:


a. Ss : 1.25
b. S1 : 0.525

26
c. Ie : 1.0
d. Rho : 1.0
e. Soil Class : Sedang

Untuk nilai diluar ini perlu dicek koordinat lokasinya.

I. Soil Test dan Konsultan Perencana


Ketentuan mengenai soil test dan kebutuhan konsultan perencana adalah
sebagai berikut:
1. Untuk semua bangunan perlu laporan soil test;
2. Untuk bangunan dengan denah tidak beraturan perlu konsultan struktur;
3. Untuk bangunan non-standar dan bangunan diatas 4 lantai perlu konsultan
struktur;
4. Untuk bangunan dengan besmen dan bangunan diatas 4 lantai perlu
konsultan geoteknik;
5. Untuk bangunan di area dekat Patahan Lembang perlu konsultan struktur;
dan
6. Untuk bangunan di area tanah lunak perlu konsultan struktur dan geoteknik.

27
Contoh Gambar Struktur untuk Pengajuan PBG

Catatan: Gambar di atas dapat digunakan apabila gambar arsitektur menyesuaikan dengan gambar struktur

28
DETAIL PELAT, KOLOM DAN
BALOK

Catatan: Gambar di atas dapat digunakan apabila gambar arsitektur menyesuaikan dengan gambar struktur

29
Catatan: Gambar di atas dapat digunakan apabila gambar arsitektur menyesuaikan dengan gambar struktur

30
DETAIL PONDASI

Catatan: Gambar di atas dapat digunakan apabila gambar arsitektur menyesuaikan dengan gambar struktur

31
Catatan: Gambar di atas dapat digunakan apabila gambar arsitektur menyesuaikan dengan gambar struktur

32
DETAIL PELAT, KOLOM
DAN BALOK

Catatan: Gambar di atas dapat digunakan apabila gambar arsitektur menyesuaikan dengan gambar struktur

33
DETAIL PONDASI

Catatan: Gambar di atas dapat digunakan apabila gambar arsitektur menyesuaikan dengan gambar struktur

34
DENAH KOLOM, BALOK DAN
PELAT

Catatan: Gambar di atas dapat digunakan apabila gambar arsitektur menyesuaikan dengan gambar struktur

35
DETAIL KOLOM, BALOK DAN
PELAT

Catatan: Gambar di atas dapat digunakan apabila gambar arsitektur menyesuaikan dengan gambar struktur

36
Catatan: Gambar di atas dapat digunakan apabila gambar arsitektur menyesuaikan dengan gambar struktur

37
DETAIL PONDASI

Catatan: Gambar di atas dapat digunakan apabila gambar arsitektur menyesuaikan dengan gambar struktur

38
DETAIL PONDASI

Catatan: Gambar di atas dapat digunakan apabila gambar arsitektur menyesuaikan dengan gambar struktur

39
DENAH KOLOM, BALOK DAN
PELAT

Catatan: Gambar di atas dapat digunakan apabila gambar arsitektur menyesuaikan dengan gambar struktur

40
DETAIL KOLOM, BALOK DAN
PELAT

Catatan: Gambar di atas dapat digunakan apabila gambar arsitektur menyesuaikan dengan gambar struktur

41
Catatan: Gambar di atas dapat digunakan apabila gambar arsitektur menyesuaikan dengan gambar struktur

42
DETAIL PONDASI

Catatan: Gambar di atas dapat digunakan apabila gambar arsitektur menyesuaikan dengan gambar struktur

43
DETAIL PONDASI

Catatan: Gambar di atas dapat digunakan apabila gambar arsitektur menyesuaikan dengan gambar struktur

44
DENAH KOLOM, BALOK DAN
PELAT

Catatan: Gambar di atas dapat digunakan apabila gambar arsitektur menyesuaikan dengan gambar struktur

45
DETAIL KOLOM, BALOK DAN
PELAT

Catatan: Gambar di atas dapat digunakan apabila gambar arsitektur menyesuaikan dengan gambar struktur

46
Catatan: Gambar di atas dapat digunakan apabila gambar arsitektur menyesuaikan dengan gambar struktur

47
DETAIL PONDASI

Catatan: Gambar di atas dapat digunakan apabila gambar arsitektur menyesuaikan dengan gambar struktur

48
DETAIL PONDASI

Catatan: Gambar di atas dapat digunakan apabila gambar arsitektur menyesuaikan dengan gambar struktur

49
DENAH KOLOM, BALOK DAN
PELAT

Catatan: Gambar di atas dapat digunakan apabila gambar arsitektur menyesuaikan dengan gambar struktur

50
DETAIL KOLOM, BALOK DAN
PELAT

Catatan: Gambar di atas dapat digunakan apabila gambar arsitektur menyesuaikan dengan gambar struktur

51
Catatan: Gambar di atas dapat digunakan apabila gambar arsitektur menyesuaikan dengan gambar struktur

52
DETAIL PONDASI

Catatan: Gambar di atas dapat digunakan apabila gambar arsitektur menyesuaikan dengan gambar struktur

53
DETAIL PONDASI

Catatan: Gambar di atas dapat digunakan apabila gambar arsitektur menyesuaikan dengan gambar struktur

54
55
56
57
58
59
60
61
UTILITAS
PANDUAN PENGAJUAN PERSETUJUAN BANGUNAN GEDUNG UNTUK
BANGUNAN SEDERHANA - LINGKUP UTILITAS

A. Penjelasan Umum Dokumen Gambar PBG Utilitas/MEP


Gambar yang diajukan dilengkapi dengan kop-gambar standar PBG yang diisi
keterangan-keterangan sebagai berikut ini:

B. Bangunan Karakter Sederhana dengan Kompleksitas dan Teknologi


Sederhana
Adalah hunian dengan luas lantai tidak melebihi 100 m 2 dengan jumlah lantai
tidak lebih dari 2 lapis dan tidak terdapat basemen pada bangunan tersebut.

Sesuai PP.16-2021 Pasal 13 Standar Teknis butir i Ketentuan Dokumen yang


diuraikan pada Bagian Kesepuluh Pasal 186-189, dan Lampiran PP.16:2021
Tabel VIII.1, kelengkapan dokumen untuk pengajuan PBG meliputi berikut ini:
1. Perhitungan Teknis Sederhana dan Gambar Jaringan Listrik yang terdiri
dari gambar sumber, jaringan, dan pencahayaan:
a. Ketentuan dan Syarat: PP.16-2021 mewajibkan setiap Bangunan
Gedung memiliki keandalan terhadap bahaya listrik;
b. Rujukan standar:
1) SNI 0225-2020: Persyaratan Umum Instalasi Listrik; dan
2) SNI 6197-2020: Penghematan Energi Sistem Pencahayaan.

c. Kelengkapan dokumen:
1) Gambar Diagram Satu-garis dan Tabel Beban Sistem Listrik yang
menjelaskan sumber listrik (PLN), kapasitas MCB (Miniatur Circuit

62
Breaker), jenis dan ukuran kabel, dan tabel perhitungan beban
listrik terpasang (dalam satuan Ampere atau Volt.Ampere) dan
perhitungan kebutuhan listrik;
2) Gambar denah lantai-lantai yang menunjukkan tata-letak titik-titik
lampu penerangan, sakelar (kotak kontak), stop kontak (tusuk
kontak), letak box-panel PLN, letak box-panel gedung dan letak
bak-kontrol pengetanahan;
3) Catatan: Pada bangunan 2 lantai, di lantai 2 harus dilengkapi
dengan box-panel tersendiri untuk melayani jaringan listrik (titik-titik
lampu dan stop-kontak) di lantai 2 tersebut;
4) Gambar detil pengetanahan (grounding) sistem listrik,
5) Disarankan agar dilengkapi dengan ELCB (Earth Leakage Circuit
Breaker) untuk perlindungan dari arus bocor, dengan sensitivitas
sekurang-kurangnya 300 mA atau lebih baik bila sensitivitas 30
mA; dan
6) Contoh gambar perencanaan yang mencakup perhitungan listrik
sederhana terlampir.
2. Perhitungan Teknis dan Gambar Rencana Sistem Sanitasi yang terdiri
Pengelolaan Air Bersih, Air Limbah, Air Hujan dan Drainase:
a. Ketentuan dan Syarat: PP.16-2021 mewajibkan setiap bangunan
gedung memiliki keandalan terhadap aspek kesehatan;
b. Rujukan standar:
1) SNI 8415-2015: Sistem Plambing pada Bangunan Gedung;
2) SNI 03-2398-2017: Perencanaan tanki septik dengan sistem
resapan;
3) SNI 8456-2017: Sumur dan Parit resapan air hujan.
c. Kelengkapan dokumen:
1) Gambar tata-letak pemipaan Air Bersih yang menjelaskan jalur
pipa, sumber air, volume dan letak ground-tank atau tanki
penyimpan air bawah tanah (bila ada), volume dan letak menara-
air atau roof tank (bila ada) dan kapasitas-aliran dan tinggi-angkat
(head) pompa air bersih;
2) Gambar tata-letak pemipaan Air Limbah yang menjelaskan jalur
pipa, letak tanki septik, letak bidang/sumur resapan air limbah.
Catatan:
• Disarankan pemipaan air limbah yang berasal dari kloset
dipisahkan dengan pemipaan air limbah yang berasal dari floor-
drain dan wastafel.
• Limpasan bidang/sumur resapan dari air limbah hanya boleh
dibuang ke riool air kotor kota dan tidak boleh dibuang ke
saluran drainase kota.

63
3) Gambar tata-letak talang air hujan yang menunjukkan roof-drain,
jalur talang-atap, letak bak-kontrol air hujan dan jalur drainase
sekeliling bangunan menuju ke sumur resapan air-hujan; dan
4) Gambar detil tanki septik, bidang/sumur resapan tanki septik dan
air-hujan.
d. Metoda perhitungan kebutuhan air -bersih dan penentuan kapasitas
serta tinggi angkat (head) pompa dan contoh gambar perencanaan
terlampir.
3. Gambar Rencana Sistem Proteksi Kebakaran dengan Alat Pemadam Api
Portabel - APAP (d/h: Alat Pemadam Api Ringan – APAR):
a. Ketentuan dan Syarat: PP.16-2021 mewajibkan setiap bangunan
memiliki keandalan terhadap bahaya kebakaran;
b. Rujukan standar:
1) SNI 180-1:2022, Bagian 1: Syarat Mutu APAR;
2) SNI 180-2:2022, Bagian 2: Penempatan APAR.
c. Kelengkapan dokumen:
3) Gambar tata-letak APAP;
4) Gambar detil pemasangan APAP;
d. Contoh gambar terlampir.
4. Sistem Proteksi Petir:
a. Ketentuan dan Syarat: PP.16-2021 mewajibkan setiap bangunan
gedung memiliki keandalan terhadap bahaya petir;
b. Apabila terdapat salah satu kondisi di bawah ini maka bangunan
gedung harus dilengkapi dengan Sistem Proteksi Petir eksternal:
1) Memiliki ketinggian ujung atap 9 m atau lebih (Pendekatan
Optimistik berbasis SNI 03-7015-2004);
2) Berada di area terbuka yang luas, atau bangunan lain di sekitar
memiliki ujung tertinggi atap yang lebih rendah dari bangunan ini;
3) Gedung Pelayanan Umum seperti: Fasilitas Pendidikan, Fasilitas
Kesehatan, Kantor-Kantor Pemerintah Daerah, Kantor Pos, Rumah
Ibadah, Stasiun, dll.
c. Rujukan standar:
SNI 03-7015-2004: Tata cara perencanaan Sistem Proteksi Petir;
d. Kelengkapan dokumen:
1) Gambar tata-letak Air-Terminal (atau splitzen) dan horizontal
conductor (kabel yang menghubungkan air-terminal (splitzen) yang
satu dengan lainnya);
2) Gambar tata-letak Bak Kontrol Titik Pengetanahan;
3) Gambar Tampak Bangunan (sekurang-kurangnya dua arah
tampak bangunan) untuk menunjukkan jalur down-conductor (atau
kabel turun) dari air-terminal (kepala penangkal petir) menuju ke
titik pembumian (grounding);

64
4) Gambar Detil Air-Terminal (splitzen) dan pemasangannya, Detil
Pembumian, Detil klem penguat/pengikat kabel turun;
e. Contoh gambar rencana terlampir.

5. Spesifikasi teknis bahan dan peralatan Mekanikal dan Elektrikal yang


menjelaskan bahan-bahan dan peralatan yang akan dipasang:
a. Bahan dan peralatan yang perlu dijelaskan spesifikasinya adalah:
1) Jenis dan ukuran kabel-kabel listrik;
2) Jenis dan ukuran pipa-pipa air bersih dan pipa-pipa air limbah,
3) Jenis, kapasitas dan tinggi angkat (head) pompa air;
4) Jenis dan kapasitas Alat Pemadam Api Ringan;
5) Bahan-bahan dan peralatan lainnya (bila ada).
b. Tidak diperbolehkan mencantumkan merk produk;
c. Contoh list spesifikasi teknis terlampir.

C. Bangunan dengan Karakter Sederhana dengan Kompleksitas dan


Teknologi tidak Sederhana
Adalah bangunan gedung yang jumlah total luas lantainya lebih dari 100 m 2
dan/atau jumlah lapis lantainya lebih dari 2 (dua) lantai dengan ketentuan
jumlah lapis lantai tidak lebih dari 3 (tiga) lantai dan jumlah total luas lantainya
tidak melebihi 500 m2 dan tidak terdapat basemen.

Sesuai PP.16-2021 Pasal 13 Standar Teknis butir i Ketentuan Dokumen yang


diuraikan pada Bagian Kesepuluh Pasal 186-189, dan Lampiran PP.16:2021
Tabel VIII.3 dan/atau Tabel VIII.10, kelengkapan dokumen untuk pengajuan
PBG meliputi berikut ini:
1. Perhitungan Teknis dan Gambar Rencana Detil Sistem Transportasi
dalam Gedung (Lift atau Elevator Penumpang dan/atau Barang dan
Eskalator).
a. Ketentuan dan Syarat: Bilamana suatu bangunan sesuai dengan
fungsi dan/atau kegiatannya memerlukan lift dan/atau eskalator, maka
harus dibuatkan gambar rencana detil untuk sistem lift dan/atau
eskalator tersebut;
b. Standar Teknis:
1) SNI 03-6573-2001: Tatacara Perencanaan Lift;
2) SNI 05-7052-2004: Syarat-syarat umum konstruksi lift penumpang
yang dijalankan dengan motor traksi tanpa kamar mesin.
c. Kelengkapan dokumen:
1) Untuk Lift/Elevator: Gambar skematik atau skedul Lift yang
menyatakan jenis lift (penumpang atau barang atau service),
kapasitas lift, kecepatan lift, lebar dan jenis pintu dan jenis motor
penggerak;

65
2) Untuk Eskalator: Gambar lebar step, sudut kemiringan dan
kecepatan;
3) Untuk Lift/Elevator: Gambar denah ruang luncur, tampak pintu dan
potongan ruang luncur (hoistway) yang menjelaskan posisi tombol
panggilan, kedalaman pit, ketinggian overhead dan jarak tempuh
vertikal;
4) Laporan singkat yang menjelaskan sistem kendali operasi dan
sistem pengaman operasi Lift dan/atau Eskalator.
2. Perhitungan tingkat kebisingan dan getaran yang berdampak pada
lingkungan sekitar termasuk gambar detail:
a. Ketentuan dan Syarat:
1) Bilamana bangunan dilengkapi dengan Diesel Genset atau
adanya kegiatan di dalam bangunan yang berpotensi
menimbulkan kebisingan/getaran ke lingkungan maka harus
dilengkapi dengan gambar rencana Sistem Peredam Suara
dan/atau getaran;
2) Batas maksimal tingkat kebisingan yang diperbolehkan dibuang
ke lingkungan ditentukan sesuai Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup Nomor 48 Tahun 1996 tentang baku tingkat kebisingan.
b. Standar Teknis:
1) SNI 8427-2017 tentang pengukuran tingkat kebisingan
lingkungan;
c. Kelengkapan dokumen:
1) Perhitungan kemampuan peredaman suara/getaran dari sistem
peredam suara/getaran sehingga memenuhi syarat kebisingan
dan getaran yang diijinkan untuk lingkungan tersebut;
2) Gambar Rencana Detil Sistem Peredam Suara/Getaran.
3. Gambar rencana teknis sistem jaringan listrik yang terdiri dari gambar
sumber, jaringan, dan pencahayaan umum (general lighting),
pencahayaan khusus (special lighting dan energi terbarukan (renewable
energy):
a. Ketentuan dan Syarat: PP.16-2021 mewajibkan setiap bangunan
gedung memiliki keandalan terhadap bahaya listrik;
b. Rujukan standar yang disebutkan pada PP.16-2021:
1) SNI 0225-2020 tentang Persyaratan Umum Instalasi Listrik;
2) SNI 6197-2020 tentang Penghematan Energi Sistem
Pencahayaan.
c. Kelengkapan dokumen:
1) Laporan singkat perhitungan daya listrik bangunan dan
kebutuhan sambungan daya PLN;
Catatan: Kebutuhan listrik dihitung dengan satuan Ampere,
bukan dengan satuan watt;

66
2) Gambar Diagram Satu-garis dan Tabel Beban Sistem Listrik yang
menjelaskan sumber listrik (PLN), box-box panel, kapasitas MCB
(Miniatur Circuit Breaker), jenis dan ukuran kabel, dan tabel
beban listrik.
Catatan: Beban listrik dihitung dengan satuan Ampere, bukan
dengan satuan watt;
3) Gambar tata-letak titik lampu penerangan, titik stop kontak, dan
gambar tata-letak box-panel PLN dan box-panel gedung.
Catatan:
• Bangunan 2 lantai, di lantai 2 harus dilengkapi dengan box-
panel tersendiri untuk melayani jaringan listrik (titik-titik lampu
dan stop-kontak) di lantai 2;
• Bangunan 3 lantai, di lantai 2 dan 3 harus dilengkapi dengan
box-panel tersendiri, masing-masing melayani jaringan listrik
(titik-titik lampu dan stop-kontak) di lantai 2 dan 3.
4) Gambar detil pengetanahan (grounding).
4. Perhitungan Teknis dan Gambar rencana detail Sistem Proteksi Petir:
a. Ketentuan dan Syarat: PP.16-2021 mewajibkan setiap bangunan
gedung memiliki keandalan terhadap bahaya petir, dengan
perencanaan Sistem Proteksi Petir mengikuti SNI 03-7015-2004:
1) PP.16-2021 Lampiran II.D.1.i.1).a).(3) mewajibkan bangunan
berikut ini harus dilengkapi dengan Sistem Proteksi Petir: Gedung
Sekolah, Rumah Ibadah, Fasilitas Kesehatan, Bangunan
Pelayanan Umum (Stasiun, Kantor Pos, dll.);
2) Bangunan untuk kegiatan usaha selain dari yang disebutkan
pada butir 1) di atas dan memiliki ketinggian atap 8 m atau lebih
harus dilengkapi dengan Sistem Proteksi Petir.
b. Rujukan standar yang disebutkan pada PP.16-2021:
1) SNI 03-7015-2004 tentang Sistem Proteksi Petir pada Bangunan
Gedung;
c. Kelengkapan dokumen:
1) Laporan perencanaan yang menjelaskan kriteria Sistem Proteksi
Petir yang dipasang, perhitungan kebutuhan jumlah air-terminal
(splitzen), dan uraian singkat instalasi Sistem Proteksi Petir.
Catatan: Sistem yang diterapkan dan perhitungan merujuk ke SNI
03-7015-2004.
2) Gambar tata-letak Air-Terminal (atau splitzen) dan horizontal
conductor (kabel yang menghubungkan air-terminal (splitzen)
yang satu dengan lainnya);
3) Gambar tata-letak Bak Kontrol Titik Pengetanahan;
4) Gambar Tampak Bangunan (sekurang-kurangnya dua sisi
tampak bangunan) yang menunjukkan jalur down-conductor

67
(atau kabel turun) dari air-terminal (kepala penangkal petir)
menuju ke titik pengetanahan;
5) Gambar detil pemasangan Air-Terminal (splitzen), detil klem
penguat atau pengikat dan pelindung down-conductor (atau kabel
turun) dan detil Pengetanahan.
5. Perhitungan Teknis dan Gambar rencana detail sistem Komunikasi
Internal & External, sistem data (lT)
a. Ketentuan dan Syarat: disesuaikan dengan kebutuhan pemilik
bangunan dan/atau pengguna bangunan gedung;
b. Kelengkapan dokumen:
1) Gambar diagram sistem kominikasi fixed phone dan wifi phone;
2) Gambar tata letak access point wifi.
6. Perhitungan Teknis dan Gambar rencana detail sistem Tata Suara dan
Tata Suara Evakuasi
a. Ketentuan dan Syarat: disesuaikan dengan kebutuhan pemilik
bangunan dan/atau pengguna Bangunan Gedung.
b. Kelengkapan dokumen:
1) Gambar diagram sistem tata suara dan lokasi pusat kendali sistem;
2) Gambar titik-titik penempatan speaker.
7. Perhitungan teknis dan gambar rencana detail sistem keamanan (security
system) dan kontrol akses (access control)
a. Ketentuan dan Syarat: disesuaikan dengan kebutuhan pemilik
bangunan dan/atau pengguna Bangunan Gedung.
b. Kelengkapan dokumen:
1) Gambar diagram sistem sekuriti dan lokasi pusat kendali sistem;
2) Gambar titik-titik penempatan kamera.
8. Perhitungan Teknis dan Gambar Rencana detail Sistem Sanitasi Plambing
yang terdiri Pengelolaan Air Bersih, Air Limbah, Air Hujan dan Drainase.
a. Ketentuan dan Syarat: disesuaikan dengan kebutuhan pemilik
bangunan dan/atau pengguna Bangunan Gedung.
b. Rujukan standar yang disebutkan pada PP.16-2021:
1) SNI 8153-2015 tentang Sistem Plambing Bangunan Gedung;
2) SNI 8456-2017 tentang Sumur dan Parit Resapan Air-hujan;
3) SNI 03-2398-2017 tentang Tanki Septik dengan Sistem Resapan.
c. Kelengkapan dokumen:
1) Laporan singkat perhitungan Air-bersih meliputi kebutuhan air bersih
harian, kebutuhan cadangan air bersih dan sistem distribusi air
bersih (misalnya: apakah dilengkapi dengan menara air atau roof
tank);
2) Gambar rencana pemipaan Air-bersih yang mejelaskan sumber air-
bersih, tanki penyimpanan dan pompa distribusi (bila ada); Gambar

68
tata-letak pemipaan Air Bersih yang menjelaskan jalur pipa, sumber
air, volume dan letak ground-tank atau tanki penyimpan air bawah
tanah (bila ada), volume dan letak menara-air atau roof tank (bila
ada) dan kapasitas-aliran dan tinggi-angkat (head) pompa air bersih;
3) Gambar rencana pemipaan Air-limbah dan pemipaan Vent; Gambar
tata-letak pemipaan Air Limbah yang menjelaskan jalur pipa, letak
tanki septik, letak bidang/sumur resapan air limbah. Catatan:
Disarankan pemipaan air limbah yang berasal dari kloset dipisahkan
dengan pemipaan air limbah yang berasal dari floor-drain dan
wastafel. Limpasan bidang/sumur resapan dari air limbah hanya
boleh dibuang ke riool air kotor kota dan tidak boleh dibuang ke
saluran drainase kota;
4) Khusus untuk bangunan 3 lantai lengkapi dengan gambar isometri
pemipaan air-bersih, air limbah dan vent;
5) Gambar tata-letak talang air hujan yang menunjukkan roof-drain,
jalur talang-atap, letak bak-kontrol air hujan, jalur drainase sekeliling
bangunan menuju ke sumur resapan air hujan;
6) Gambar detil tanki septik dan bidang resapan, bak kontrol dan
sumur resapan Air-hujan;
9. Perhitungan Teknis dan Gambar Rencana detail Sistem Proteksi
Kebakaran (fire alarm, hidran, sprinkler, smoke extractor, pressurized fan,
dan APAR) yang disesuaikan dengan tingkat risiko kebakaran.
a. Ketentuan dan Syarat:
1) PP.16-2021 mewajibkan setiap bangunan gedung harus memiliki
keandalan terhadap bahaya kebakaran;
2) PP.16-2021 Lampiran II.D dan Permen PU No.26-2008 Pasal 5.2
mewajibkan bangunan berikut ini dilengkapi dengan Sistem Pipa
Tegak Hidran Klas 1:
a) Lebih dari 3 tingkat di atas tanah;
b) Lebih dari 15 m di atas tanah dan ada lantai antara atau balkon.
3) Permen PU No.26-2008 Pasal 5.3.2.56 Gedung Pertemuan,
Restauran, Kafe, Gedung Pertunjukan (atau lainnya yang semacam
itu sebagaimana yang disebutkan di atas) dengan jumlah
pengunjung/hadirin yang lebih dari 300 orang harus dilengkapi
dengan Sistem Sprinkler Otomatis;
4) Permen PU No.26-2008 Pasal 5.3.2.25-26 mewajibkan bangunan
Gudang Penyimpanan dan/atau Bengkel Pengerjaan Kayu yang
luasnya melebihi 232 m2 harus dilengkapi dengan Sistem Sprinkler
Otomatis;
5) Permen PU No.26-2008 Pasal 5.6.2-7 tentang kewajiban
pemasangan APAR;

69
b. Rujukan standar:
1) SNI 03-3989-2000 tentang Sistem Sprinkler Otomatis, SNI 03-1745-
2000 tentang Pipa Tegak dan Selang Hidran, dan SNI 03-6570-2001
tentang Pompa yang dipasang tetap untuk Proteksi Kebakaran;
2) SNI 03-3985-2000 tentang Sistem Deteksi dan Alarm Kebakaran;
3) SNI 03-3987-1995, SNI 180-1-2022 dan 180-2-2022 tentang Syarat
Mutu dan Penempatan Alat Pemadam Api Portabel (atau Alat
Pemadam Api Ringan).
c. Kelengkapan dokumen:
1) Bila disyaratkan: Laporan Teknik Perencanaan Sistem Sprinkler
Otomatis yang menjelaskan Kriteria Perencanaan (al. Jenis sistem
yang dipilih, Penentuan kelas bahaya, Kerapatan Air, dll.),
Spesifikasi teknis dari jenis Kepala Sprinkler yang dipasang,
Perhitungan Hidrolik, Kebutuhan Cadangan Air, dan Sistem Pompa;
2) Bila disyaratkan: Laporan Teknik Perencanaan Sistem Pipa Tegak
Hidran (bila disyaratkan) yang menjelaskan Kriteria Perencanaan,
Perhitungan Hidrolik, Kebutuhan Cadangan Air, dan Sistem Pompa;
3) Bila disyaratkan: Gambar denah tata-letak Kepala Sprinkler, denah
pemipaan Sistem Sprinkler, dan denah serta detil Ruang Pompa
(bila disyaratkan);
4) Bila disyaratkan: Gambar denah tata-letak Pipa Tegak, Katup PK
(landing-valve) 2½ inch, Kotak Selang Hidran, dan denah serta detil
Ruang Pompa (bila disyaratkan);
5) Bila disyaratkan: Gambar Sistem Fire Deteksi dan Alarm
Kebakaran, gambar denah tata-letak detektor, tata-letak box panel
terminal kabel, dan lokasi Master Control Fire Alarm;
6) Gambar denah tata-letak Alat Pemadam Api Portabel (Alat
Pemadam Api Ringan) dan detil pemasangan.
10. Perhitungan Teknis dan Gambar Rencana detail sistem Tata Udara
Gedung.
a. Ketentuan dan Syarat: PP.16-2021 mensyaratkan bahwa setiap
bangunan gedung harus dilengkapi dengan sistem penghawaan untuk
menjaga kesehatan dan memberikan kenyamanan kepada pemakai
ruangan.
b. Rujukan standar:
1) SNI 03-6572-2001 tentang Sistem Ventilasi dan Pengondisian-
udara;
2) SNI 6390-2020 tentang Konservasi Energi Sistem Tata Udara.
c. Kelengkapan dokumen:
1) Laporan singkat yang menjelaskan kriteria perencanaan dan
perhitungan beban pendinginan pengondisian udara dan kebutuhan
udara ventilasi;

70
2) Gambar diagram sistem Pengondisian Udara dan skedul (atau
tabel) kapsitas mesin-mesin Pengondisian-udara dan Fan;
3) Gambar denah tata-letak indoor-unit dan outdoor-unit AC, pemipaan
refrijeran, pemipaan drain kondensat dan tata-letak Fan Exhaust
dan/atau Fan Intake;
11. Spesifikasi Teknis (Jenis, tipe, dan karakteristik material/ bahan yang
digunakan secara lebih detail dan menyeluruh untuk komponen
mekanikal, elektrikal, dan plambing)
a. Bahan dan peralatan yang perlu dijelaskan spesifikasinya adalah:
1) Jenis dan ukuran kabel listrik;
2) Jenis dan ukuran pipa-pipa air bersih;
3) Jenis dan ukuran pipa-pipa air limbah,
4) Jenis, kapasitas dan tinggi angkat (head) pompa air;
5) Jenis dan kapasitas Alat Pemadam Api Ringan;
6) Bahan-bahan dan peralatan lainnya (bila ada).
b. Dalam penulisan spesifikasi bahan dan peralatan tidak diperbolehkan
mencantumkan merk produk.

D. Contoh Tata Cara Perencanaan dan Gambar-Gambar Perencanaan MEP


Bangunan Sederhana
1. Perhitungan Sederhana dan Gambar Rencana Sistem Listrik
a. Diagram Satu Garis dan Tabel Perhitungan Beban Instalasi Listrik
Bangunan 1 Lantai

71
b. Tata Letak Titik Lampu Saklar, Stop Kontak dan APAP dan Detil
Pengetanahan

c. Pengukuran tahanan pengetanahan

Pengukuran tahanan pada batang pengetanahan dengan


menggunakan Earth Tester seperti gambar di atas, dari jenis Analog
Tester maupun Digital Tester. Alat ini harus dimiliki oleh pelaksana
atau kontraktor yang akan mengerjakan Instalasi Pengetanahan
Sistem Listrik dan Instalasi Pengetanahan Sistem Proteksi Petir.

72
2. Perhitungan sederhana dan gambar rencana Sistem Sanitasi
a. Gambar Instalasi dan Isometri Pemipaan Plambing

b. Panduan menentukan ukuran pipa Air Bersih, Air Limbah dan Vent

Panduan menghitung kebutuhan Air Bersih dan menentukan kapasitas


dan tinggi angkat (head) pompa Distribusi
Kebutuhan Air-Bersih bangunan gedung dihitung dengan terlebih
dahulu menentukan jumlah penghuni pada gedung tersebut.
Kebutuhan air per-orang atau per-kapita untuk berbagai jenis gedung
dapat dilihat pada tabel berikut.

73
Contoh perhitungan untuk rumah tinggal seperti gambar di atas:
1) Kebutuhan Air-Bersih harian:
Penghuni rumah terdiri dari 2 orang dewasa dan 2 orang anak,
maka kebutuhan Air- Bersih per-hari adalah: 4 x 125 liter/orang/hari
= 500 liter/hari.
Bila cadangan Air-Bersih dikehendaki untuk kebutuhan 2 hari,
maka diperlukan tandon-air berukuran 2 hari x 500 liter/hari atau
sebesar 1000 liter.
Pada umumnya, cadangan kebutuhan air disimpan di tandon-air
bawah tanah. Bisa berupa bak dari beton bertulang atau tandon air
polyethylene jenis yang ditempatkan di dalam bak dari konstruksi
pasangan bata atau jenis yang bisa ditanam langsung.
2) Kapasitas Pompa Distribusi:
Tekanan Air pada alat-alat plambing berkisar antara 3-7 meter.
Data teknis kebutuhan aliran air dan tekanan dari berbagai jenis
alat plambing seperti pada tabel berikut.

74
Bila menerapkan sistem distribusi dengan pompa distribusi
otomatis (pompa dengan tanki tekan dan pressure-switch), maka
perlu ditentukan terlebih dahulu alat-alat plambing mana saja yang
mungkin akan digunakan secara bersama-sama.
Pada contoh di atas, kloset tanki gelontor, wastafel dan bak cuci
mungkin digunakan pada saat yang bersamaan. Menggunakan
tabel pemakaian air, kebutuhan aliran air untuk tiga alat plambing
tersebut adalah: 9 + 9 + 6 = 24 liter/menit.
Anggapan bahwa tidak semua kran alat plambing dibuka secara
penuh, diberikan faktor koreksi 0.8 terhadap kebutuhan aliran.
Kapasitas pompa yang dibutuhkan adalah 0.8 x 24 = 19 liter/menit.
Tinggi angkat atau head pompa, sesuai kebutuhan tekanan air
pada alat plambing ditambah dengan kehilangan tekanan pada
pipa dan kran, dibutuhkan tekanan kurang lebih sebesar 7-8 meter.

3) Ketinggian Menara-Air:
Bila hendak menerapkan sistem distribusi air secara gravitasi
dengan tandon-air atas maka diperlukan ketinggian tandon sekitar
3-4 meter diukur dari alat plambing tertinggi. Bila dikehendaki
tekanan air yang lebih besar maka letak tandon-air atas harus lebih
tinggi. Kapasitas tandon-air atas cukup dengan 200 liter.
Kebutuhan pompa angkat untuk memindahkan air dari tandon-
bawah ke atas cukup dengan 20 liter/menit pada tinggi angkat
(head) 4-5 meter.
Tandon air atas dilengkapi dengan sensor tinggi muka-air (dikenal
dengan istilah radar) yang akan menghidupkan pompa angkat
secara otomatis bila volume air pada tandon atas tersisa 25-30 %
volume semula.

c. Panduan menentukan ukuran Tanki Septik Konvensional dan Bidang


Resapan
Ada 2 tipe tanki septik. Jenis tanpa pemisah atau kompartemen
tunggal (1 kompartemen) dan jenis dengan pemisah atau

75
kompartemen ganda (2 kompartemen). Jenis dengan pemisah akan
lebih kecil ukurannya pada jumlah pemakai yang lebih banyak.
Ukuran atau volume tanki septik ditentukan dengan mengikuti tabel
berikut ini:
Tabel MEP.5: Ukuran Tanki Septik dengan perioda pengurasan
3 tahun
Pemakai Sistem tercampur (1 Sistem terpisah (2
(orang) kompartemen) kompartemen)
Ukuran (m) Volum Ukuran (m) Volum
Panjan Lebar Tinggi e Panjan Leba Ting e
g Total g r gi Total
m3 m3
5 1.6 0.8 1.6 2.1
10 2.1 1.0 1.8 3.9 1.6 0.8 1.3 1.7
15 2.5 1.3 1.8 5.8 1.8 1.0 1.4 2.5
20 2.8 1.4 2.0 7.8 2.1 1.0 1.4 2.9
Sumber: SNI 03-2398-2017 Tabel 2

Dari tabel di atas, bila jumlah pemakai 15 orang atau lebih, ukuran tanki
septik menjadi cukup besar. Pada kadaan ini, disarankan agar
menggunakan tanki septik dengan teknologi biologis (biologycal
technolgy septic tank system). Ukuran tanki septik jenis ini silahkan
dilihat pada brosur teknik dari merk-merk produk yang banyak di
pasaran.

Contoh tanki septik dan bidang resapannya, SNI 03-2398-2017, untuk


penghuni rumah 4-5 orang:
Bidang Resapan dan Konstruksi Tanki Septik

76
Ukuran bidang resapan di atas, dihitung berdasarkan kondisi area
dengan kemampuan atau daya resap tanah (permeabilitas tanah)
sedang sampai agak cepat.

Bila pipa peresapan dikehendaki hanya 1 (satu) jalur maka panjang


pipa peresapan menjadi 1.4-1.6 meter (dua kali ukuran panjang pipa
peresapan ganda).
Gambar disamping adalah detil
pemasangan pipa-pipa influen dan pipa
efluen pada tanki septik.

Perbedaan jarak vertikal antara kedua pipa


tersebut diperlukan agar air limbah tidak
mengalir balik dan untuk menjamin agar
aliran efluen hanya berasal dari bagian
ruang bersih pada tanki septik.

Pada lahan yang sempit, fungsi bidang resapan di atas dapat


digantikan dengan sumur resapan yang konstruksinya sama dengan
sumur resapan untuk air hujan.

Ukuran sumur resapan pengganti bidang resapan di atas cukup


dengan sumur diameter dalam 800 mm kedalaman efektif 1200 mm
untuk rumah tinggal 4-5 orang.

Penting untuk dicatat bahwa limpasan dari bidang resapan maupun


dari sumur resapan tanki septik tidak diperkenankan disalurkan ke
saluran air-hujan kota. Bila di depan atau belakang persil terdapat riool
kota (sewerage) maka limpasan dari bidang resapan (atau sumur
resapan) dapat disalurkan ke riool tersebut dengan persetujuan dari
instansi yang berwenang.

Pada penerapan di daerah dengan muka air tanah yang relatif tinggi
atau daerah dengan daya resap tanah yang rendah sehingga tidak
memungkinkan dibuat bidang resapan atau sumur resapan maka tanki
septik dapat dilengkapi dengan up-flow filter agar kualitas limpasan
(effluent) menjadi lebih bersih dan memenuhi syarat untuk dibuang ke
saluran drainase kota.

d. Panduan menentukan jumlah dan ukuran Sumur Resapan Air Hujan


Untuk memudahkan penentuan volume sumur resapan yang harus
disediakan di suatu persil bangunan, digunakan hasil studi yang dibuat
untuk Bangunan Gedung Hijau kota Bandung sebagai berikut: Volume
sumur resapan yang diperlukan adalah 0.025 m3 per satuan luas m2
lantai bangunan gedung.

77
Konstruksi sumur resapan sesuai SNI 8456-2017. Konstruksi yang
disarankan adalah tipe II, pasangan bata tanpa diplester dan diantara
pasangan diberi celah lubang.

Sebagai contoh, untuk bangunan hunian dengan luas lantai 100 m2,
jumlah total volume sumur resapan yang harus disediakan adalah 2.5
m3. Bila diameter ditentukan 1000 mm dan kedalaman efektif sumur
ditentukan sebesar 1200 mm maka diperlukan 4 (empat) buah sumur.

Di dalam pengelolaan air-hujan, dikenal istilah zero run-off yang


pengertiannya adalah tidak ada aliran air-hujan dari suatu persil yang
dibuang ke saluran drainase kota. Artinya semua air-hujan yang jatuh
pada persil itu diresapkan ke dalam tanah di dalam area persil itu
sendiri. Tujuannya adalah mengurangi beban saluran drainase kota
yang mana akan mengurangi potensi banjir di wilayah kota yang
berada di elevasi yang lebih rendah.

Dalam hal hendak menerapkan konsep ini, yang perlu dilakukan


adalah menambah jumlah sumur resapan air-hujan.
Untuk kota Bandung, yang sebagian besar wilayahnya berada di area
dengan tanah yang memiliki permeabilitas sedang, maka konsep zero
run-off sangat memungkinkan untuk diterapkan.

Dalam hal contoh hunian dengan luas lantai 100 m 2 di atas, zero run-
off diharapkan dapat terpenuhi dengan menambah 1 atau 2 buah
sumur resapan.

Contoh sumur resapan, merujuk ke SNI 8456-2017, dipilih konstruksi


tipe II pasangan bata tanpa diplester:
Konstruksi Sumur Resapan Air Hujan

78
3. Gambar Rencana Sistem Proteksi Kebakaran Aktif
a. Alat Pemadam Api Portabel, APAP (d/h Alat Pemadam Api Ringan -
APAR)
APAP (d/h APAR) untuk bangunan gedung
seperti hunian, kantor, toko dan sejenisnya,
pada umumnya adalah bahaya kebakaran
kelas A berupa kebakaran bahan padat
kecuali logam meliputi kayu, kain, kertas,
karet dan plastik. Bahan aktif pemadam
dapat dipilih dari jenis Serbuk Kimia Kering
Serbaguna atau jenis Air bertekanan.

Kapasitas untuk jenis APAP Serbuk Kimia Skematik Pemasangan APAR


Kering Serbaguna yang harus dipasang agar tidak kurang dari 2 kg
bahan aktif dalam tabung dengan waktu penyemprotan (discharge)
minimum selama 8 detik untuk kebakaran bahan padat kecuali logam
meliputi kayu, kain, kertas, karet dan plastik. Jarak penempatan diatur
sedemikinan rupa agar setiap titik pada satu lantai dalam bangunan
berada pada jarak tidak lebih dari 25 m terhadap APAP.

Untuk bangunan dengan ruang yang khusus maka harus dipilih jenis
APAP yang sesuai dengan bahan atau material yang ada di ruangan
tersebut.

Edisi baru SNI untuk Alat Pemadam Api Ringan, SNI 180-1:2022 Alat
Pemadam Api Portabel (APAP) Bagian-1 Syarat Mutu dan SNI 180-
2:2022 Alat Pemadam Api Portabel (APAP) Bagian-2 Penempatan,
Inspeksi dan pemeliharaan.
Gambar rencana Alat Pemadam Api Portabel dapat disatukan dengan
gambar lainnya, misalnya gambar sistem listrik seperti pada contoh
gambar Sistem Listrik.
b. Sistem Deteksi Asap dan Alarm Kebakaran.
Merujuk ke Lampiran PP.16/2021, setiap bangunan
gedung kecuali hunian tunggal harus dilengkapi
dengan sistem deteksi asap dan alarm kebakaran.
Ada 2 macam sistem yag dapat dipasang, sistem Stand-alone
individual atau stand-alone alarm-detector dan Alarm-Detector

sistem sentral otomatis.

Stand-alone detector adalah sensor deteksi asap yang berdiri sendiri,


dipasang pada plafond tanpa harus dihubungkan dengan panel sentral
fire-alarm. Sudah dilengkapi dengan batere dan alarm atau sirine.

79
Sistem ini tepat untuk digunakan pada bangunan gedung sederhana,
1 atau 2 lantai, yang luasnya tidak lebih dari 150-200 m2.
Alat ini juga dapat dipasang pada bangunan gedung hunian tunggal,
walaupun tidak disyaratkan, misalnya di ruang tidur, gudang dan dapur
untuk pencegahan terhadap bahaya kebakaran.

4. Gambar Rencana Sistem Proteksi Petir


Sistem Proteksi Petir dapat dibagi menjadi 2 kelompok, Sistem Proteksi
Petir Eksternal dan Sistem Proteksi Internal (tidak dibahas disini).

Peraturan Pemerintah No. 16:2021 menunjuk SNI 03-7015-2004 untuk


digunakan sebagai tata-cara perencanaan. Sistem Proteksi Petir yang
dibahas dalam standar tersebut adalah jenis konvensional. Jarak
maksimum antara air-terminal adalah 8.4 meter.
Contoh gambar rencana seperti di bawah ini.

80
5. Gambar Rencana Sistem Tata Udara & Penghawaan
a. Panduan merencanakan Sistem Tata Udara dan Penghawaan untuk
Bangunan Gedung Sederhana
Peraturan Pemerintah No. 16:2021 menunjuk SNI 03-6572-2001 dan
SNI 6390:2020 sebagai rujukan dalam membuat perencanaan Sistem
Tata Udara dan Penghawaan.
Sistem Penghawaan atau Ventilasi dihitung berdasarkan panduan
tabel di bawah ini:

Contoh perhitungan: Kamar Mandi dengan ukuran 1.75 m x 1.5 m,


tinggi 2.5 m, volume ruangan = 6.56 m3. Dengan syarat ACH 10 kali
per jam maka kebutuhan aliran udara ventilasi (minimum) adalah 6.56
m3 x 10/jam = 65.6 m3/jam atau 39 cfm.
Contoh gambar rencana sistem tata udara:

81
6. Uraian Spesifikasi Teknis Peralatan dan bahan-bahan MEP

82
83
PENULIS

Dr. Ir. Anindhita N. Sunartio, MT, IAI, GP


Lahir di Jakarta, 28 September 1973. Menempuh pendidikan S-1
Arsitektur di Universitas Katolik Parahyangan, S-2 Arsitektur (Rancang
Kota) di Institut Teknologi Bandung dan S-3 Arsitektur di Universitas
Katolik Parahyangan. Berkarir sebagai Arsitek sejak tahun 1993 dan
sebagai Dosen di Universitas Katolik Parahyangan sejak tahun 1999.
serta aktif sebagai Tim Profesi Ahli (TPA) di Kota Bandung.

Dr. Ir. Nathan Madutujuh, M.Sc


Lahir di Kalabahi, Alor, 2 Desember 1965. Menempuh pendidikan S-1 di
Teknik Sipil Universitas Katolik Parahyangan, S-2 di Structural
Engineering, Virginia Tech dan S-3 di Teknik Sipil Universitas Katolik
Parahyangan. Berkarir sebagai perencana struktur sejak tahun 1989
dengan pengalaman antara lain dalam perencanaan bangunan tinggi,
infrastruktur bandara, pelabuhan, Elevated Toll Road dan Elevated
Railway, serta aktif sebagai Tim Profesi Ahli (TPA) di Kota Bandung.

Ir. Widjaja Wreksoatmodjo, IPM


Lahir di Semarang, 30 November 1954. Menempuh pendidikan S-1 di
Teknik Mesin, Institut Teknologi Bandung. Berkecimpung sebagai
perencana MEP (Mekanikal Elektrikal Plumbing) sejak tahun 1980
dengan keahlian pada Sistem Tata Udara dan Refrigerasi, Plambing dan
Pompa Mekanik, Teknik Proteksi Kebakaran dan Transportasi Dalam
Gedung dan Beliau juga aktif sebagai Tim Profesi Ahli (TPA) di Kota
Bandung .
PEMERINTAH KOTA BANDUNG
DINAS CIPTA KARYA, BINA KONSTRUKSI
DAN TATA RUANG
Jalan Cianjur Nomor 34 Bandung Telepon (022) 7217451 Faksimili (022) 7228801
Pos Elektronik : diciptabintar@bandung.go.id Situs Web : http://www.diciptabintar.bandung.go.id

Anda mungkin juga menyukai