Disusun Oleh :
Sinta Purwadani
K3219071
Teori – B
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan berkat, rakhmat, dan hidayah-Nya, sehingga makalah ini dapat saya
selesaikan sesuai dengan yang diharapkan. Saya juga bersyukur atas rizki dan
kesehatan yang telah diberikan oleh-Nya sehingga saya dapat menyusun makalah
ini.
Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Sosiologi Antropologi Seni dengan judul “ TOPENG BATIK DESA BOBUNG”.
Laporan ini berisikan mengenai pengalaman pribadi saya mengunjungi dan
membuat topeng batik di Desa Bobung. Saya mengakui bahwa dalam menyusun
makalah ini tidak dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak.
Pada kesempatan ini, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak yang
membantu saya untuk menyusun laporan ini.
Sinta Purwadani
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II ISI
B. PEMBAHASAN.............................................................................................4
A. KESIMPULAN ..............................................................................................7
B. SARAN...........................................................................................................7
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Seni topeng di Indonesia pada awalnya digunakan untuk keperluan ritual
pemujaan, dan mulai populer di masyarakat sejak zaman kerajaan Hindu. Di
zaman sekarang, topeng berkembang bukan hanya untuk acara ritual atau
pemujaan. Topeng dapat juga difungsikan menjadi kerajinan atau benda hias
dalam interior bangunan. Yang berfungsi untuk memperindah atau
mempercantik ruangan. Jenis topeng yang digunakan untuk interior adalah
jenis topeng kreasi atau topeng pengembangan.
Karena alasan ini, topeng kreasi batik di Desa Bobung muncul. Karena ada
permintaan atau peminat dari konsumen. Pembuatan topeng kreasi tidak
memiliki ukuran pakem. Dan memiliki ukuran dari yang kecil hingga besar.
Pembuatan topeng kreasi termasuk mudah, karena memiliki bentuk tidak
terlalu sulit, berbeda dengan topeng klasik yang memiliki tokoh dan karakter
dalam pembuatannya.
Desa Bobung merupakan salah satu desa yang memprosuksi berbagai
macam jenis topeng dari topeng klasik dan topeng kreasi. Topeng klasik
adalah topeng yang difungsikan untuk keperluan tari, yang memiliki bentuk
dan ukuran yang sudah ditentukan atau sudah paten. Sedangkan topeng kreasi
merupakan topeng pengembangan topeng klasik, yang tidak memiliki bentuk
atau ukuran yang paten. Sehingga pengrajin bebas untuk mengembangkan
topeng, salah satunya dengan kreasi finishing batik.
Topeng kreasi dengan finishing batik ini merupakan aplikasi batik pada
topeng kayu. Untuk proses membatiknya tidak berbeda jauh dengan
membatik pada kain. Hanya beberapa tahap yang berbeda, salah satunya pada
tahap pewarnaan. Pada tahap pewarnaan pada topeng kayu batik ini dimulai
dengan warna yang terang dahulu baru tahap terakhir dengan warna yang
gelap.
1
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Topeng Batik Desa Bobung?
2. Bagaimana cara membuat Topeng Batik Desa Bobung?
3. Apa saja pengalaman yang didapatkan dalam mengikuti workshop
pembuatan Topeng Batik Desa Bobung?
C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Untuk mengetahu apa yang dimaksud dengan Topeng Batik Desa Bobung?
2. Untuk mengetahui bagaimana cara membuat Topeng Batik Desa Bobung?
3. Untuk membagikan apa saja pengalaman yang didapatkan dalam
mengikuti workshop pembuatan Topeng Batik Desa Bobung?
2
BAB II
ISI
A. LANDASAN TEORI
1. Pengertian Topeng
Pengertian topeng menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
adalah penutup muka (dari kayu, kertas, dan sebagainya) yang meneyerupai
muka orang, binatang, dan sebagainya. Sedangkan menurut Timbul
Haryono kata “topeng” dalam bahasa Jawa Kuno disebut “tapuk”, ”tapel”,
dan “atapukan” atau “atapelan” yang artinya tarian topeng.
Topeng dalam Bahasa Jawa Tengahan disebut “kedhok” yang secara
metaforis sering digunakan untuk mengidentifikasi jati diri orang yang
melakukan tindakan penyamaran. Topeng secara tradisional adalah benda
yang menggambarkan suatu figur atau wajah tertentu, baik manusia,
raksasa, binatang, atau makhluk-makhluk yang berwajah mistis.
3
B. PEMBAHASAN
1. Topeng Batik Desa Bobung
Topeng batik dari Desa Bobung termasuk jenis topeng kreasi. Disebut
topeng kreasi karena dalam proses finishingnya menggunakan finishing
batik. Pola batik yang dipakai atau diterapkan untuk topeng tidak pakem,
karena topeng digunakan untuk hiasan atau pajangan sehingga tidak terlalu
mempermasalahkan pola batik yang digunakan.
Topeng batik ini merupakan topeng perkembangan dari topeng klasik yang
lebih dikenal dengan topeng hias atau hiasan dinding. Karakter pada topeng
batik ini lebih bervariasi. Variasi tersebut antara lain bentuk, warna, ukuran,
finishing atau pola batik.
4
e) Pencelupan pada warna napthol yang tua
Jika proses penutupan warna dengan lilin sudah selesai, tahap
selanjutnya adalah pencelupan warna pada napthol yang lebih tua.
f) Proses pelorodan dan pencucian topeng
Proses dalam membatik topeng batik adalah nglorot. Nglorot
adalah proses pelepasan malam atau lilin pada media kayu atu kain saat
proses batik. Pelorodan ini menggunakan air yang mendidih dan soda
abu. Selanjutnya setelah proses pelorodan, topeng kayu dicuci
menggunakan air bersih.
g) Diangin-anginkan
Setelah proses pelorodan selesai, topeng kayu dijemur dengan cara
diangin-anginkan.
h) Proses clear
Setelah kering, proses akhir dari pembuatan topeng adalah proses clear
yang berfungsi untuk mengkilapkan topeng batik kayu.
5
Berikut adalah dokumentasi saat saya melakukan workshop topeng batik
di Desa Bobung, Gunung Kidul :
6
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Topeng kreasi merupakan salah satu hal yang dapat dikembangankan lagi,
apalagi untuk salah satu objek pariwisata yang memiliki banyak peminat.
Topeng kreasi batik ini merupakan salah satu topeng kreasi yang mempunyai
finishing dengan batik. Hal ini dapat dijadikan salah satu inovasi dari media
batik, sehingga batik tidak harus di kain, melainkan bisa dikayu juga.
Untuk pengalaman membatik di topeng yang penulis alami, merupakan
salah satu pengalaman membatik dengan berbeda media. Yang biasanya
membatik dikain yang halus. Dalam hal ini penulis, membatik pada
permukaan yang tidak rata, hal ini dapat dijadikan pengalaman yang belum
pernah dirasakan penulis.
B. SARAN
Dari hasil observasi dan pengalaman yang dirasakan, penulis mendapat
banyak pembbelajaran tentang proses membatik diatas topeng kayu yang
tidak biasa. Sehingga penulis sendiri ingin mempelajari dan mengobservasi
lebih banyak lagi untuk kedepannya. Dan untuk pembaca semoga hal yang
penulis sampaikan dapat bermanfaat dan dijadikan informasi yang berguna
bagi pembaca.
7
DAFTAR PUSTAKA