Anda di halaman 1dari 19

TOPENG KAYU TRADISIONAL DAN

KEBERLANGSUNGANNYA DI ERA MODERN

Oleh :

Amalia Zalfa Putri (5)

Feliza Putri Riyanti (15)

Rizky Arum Anggraeni (32)

SMA N 1 BANGUNTAPAN 2024


HALAMAN PENGESAHAN

Telah diketahui dan disetujui oleh pembimbing dan telah disahkan oleh Kepala
Sekolah SMA Negri 1 Banguntapan untuk memenuhi tugas Ujian Praktek Sosiologi
kelas XII SMA Negri 1 Banguntapan.

Telah disetujui dan disahkan pada:

Hari, tanggal :

Tempat : SMA Negeri 1 Banguntapan

Mengetahui,

Kepala SMA N 1 Banguntapan Guru Sosiologi

Dra. Yati Utami Purwaningsih, M.Pd Setya Legawa, S.Pd.


NIP. 196506151988032020 NIP.197203042006042014

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karenan rahmat dan
hidayah-nya, penulis dapat menyelesaikan penilitian yang berjudul “Topeng Kayu
Tradisional dan Keberlangsungannya di Era Modern” ini sesuai rencana.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui alasan bertahannya kearifan


lokal topeng kayu di era modern.

Dalam penelitian ini, penulis mendapat dukungan dari berbagai pihak. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Dra. Yati Utami Purwaningsih, M.Pd selaku Kepala SMA N 1 Banguntapan
yang telah memberikan izin kepada penulis untuk menyelesaikan tugas ujian
praktik sosiologi.
2. Bapak Setya Legawa yang telah memberikan bimbingan penelitian ini.
3. Orang tua dan juga teman-teman yang telah memberikan dukungan serta membantu
dalam membuat penelitian.
4. Semua pihak yang telah membantu penelitian ini.

Penulis menyadari bahwa karya ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik
dan saran yang konstruktif dari pembaca sangat diharapkan demi kesempurnaan karya
penulis selanjutnya.

Bantul, 29 Februari 2024

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................................... i


KATA PENGANTAR......................................................................................................................ii
BAB I .......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................................... 2
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................................... 2
D. Manfaat Penelitian........................................................................................................ 2
BAB II ......................................................................................................................................... 3
LANDASAN TEORI ...................................................................................................................... 3
A. Kajian Teori ................................................................................................................... 3
B. Metodologi.................................................................................................................... 7
BAB III ...................................................................................................................................... 10
PEMBAHASAN ......................................................................................................................... 10
BAB IV...................................................................................................................................... 12
PENUTUP ................................................................................................................................. 12
A. Kesimpulan .................................................................................................................. 12
B. Saran ........................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 13
LAMPIRAN 1 ............................................................................................................................ 14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Topeng merupakan suatu karya seni yang estetik dan memiliki sisi
misteri yang tersimpan diraut wajah topeng sehingga memancarkan aura dari
tipe topeng itu sendiri. Topeng di Indonesia sudah ada sejak zaman prasejarah.
Pada jaman dahulu topeng digunakan untuk tarian yang menjadi bagian dari
upacara adat yang menceritakan kembali cerita-cerita kuno para leluhur. Pada
jaman dahulu, topeng digunakan untuk tujuan ritual bahkan banyak ditemukan
diberbagai dunia. Pada beberapa suku, topeng masih menghiasi berbagai
kegiatan kesenian dan acara adat. Secara umum, topeng memiliki bentuk dan
tampilan yang serupa namun memiliki perbedaan dalam hal gaya dan cara
pembuatan.

Proses pembuatan topeng cukup unik dan artistik karena merupakan


hasil karya seni kriya. Topeng memiliki keunikan dari segi bentuk dan
filosofinya, ada yang digambarkan lengkap sesuai anatomi tubuh manusia dan
ada yang tidak lengkap, bahkan cacat. Penggambaran bentuk topeng di
beberapa daerah mengalami pasang surut karena disebabkan oleh faktor
ekonomi, kepercayaan dan kesadaran tentang penghargaan terhadap warisan
nenek moyang.

Topeng sebagai karya seni kriya yang memiliki nilai adiluhung banyak
ditemukan disemua daerah pelosok Indonesia. Selain itu topeng banyak
ditemukan di luar Indonesia seperti Afrika dan Amerika Serikat. Menurut
fungsinya topeng memiliki fungsi praktis seperti topeng menjadi sarana hiasan
dinding suatu bangunan rumah tinggal.

Suatu benda atau topeng dapat memiliki satu fungsi atau fungsi ganda
karena topeng selain digunakan sebagaii alat pemenuhan kebutuhan yang
bersifat praktis, juga digunakan sebagai pemenuhan kebutuhan estetis yang
bersifat sosditeknik. Secara umum topeng dibuat dengan tujuan untuk dipakai
karena memiliki fungsi utama yaitu penggunaan pada wajah, sehingga dapat
menyembunyikan Sebagian wajah atau seluruh muka orang yang memakainya.

1
Sehingga topeng sering digunakan untuk media cerita yang sangat menarik dan
mudah menyebar ke berbagai daerah. Hal ini menimbulkan munculnya
dongeng-dongeng yang muncul berpangkal pada cerita tersebut.

B. Rumusan Masalah

1. Apa faktor yang menyebabkan ketertarikan terhadap topeng kayu di era


modern?
2. Bagaimana cara kerajinan topeng kayu dapat sesuai dengan preferensi
masyarakat modern tanpa kehilangan nilai-nilai tradisionalnnya?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui faktor yang menyebabkan ketertarikan terhadap topeng


kayu di era modern.
2. Untuk mengetahui cara kerajinan topeng kayu dapat sesuai dengan
preferensi masyarakat modern tanpa kehilangan nilai-nilai tradisionalnnya.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis
Untuk pemenuhan tugas ujian praktek sosiologi, serta menambah referensi
pengetahuan tentang kearifan lokal yang bertahan hingga di zaman
sekarang.
2. Bagi pembaca
Untuk menambah pengetahuan dan wawasan mengenai topeng kayu
tradisional dan keberlangsungannya di era modern.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kajian Teori

1. Topeng
Kata topeng sendiri dalam arti yang sempit memiliki arti sebagai
penutup muka. Arti tersebut menunjukan fungsinya yang sempit pula,
karena fungsi luasnya menyangkut berbagai kepentingan dalam
kehidupan. Topeng bisa berfungsi sebagai souvenir, hiasan, dan
sebagainya. Dalam kehidupan sehari-hari topeng (bukan sebagai benda
seni) dipergunakan untuk berbagai kepentingan, misalnya sebagai
pelindung, keamanan, kesehatan, mainan, dan sebagainya (Suanda,
1995:43).
Menurut pemahaman kami, topeng adalah sebuah objek atau
benda yang digunakan untuk menutup atau menyamarkan wajah
seseorang. Namun, topeng juga memiliki makna lebih luas, tidak hanya
sebagai alat penutup wajah, tetapi juga dapat berfungsi sebagai simbol,
alat ekspresi, atau bahkan sebagai representasi dari suatu karakter atau
makna tertentu. Unsur-unsur topeng meliputi :
a. Garis
Garis-garis pada topeng dapat menentukan bentuk wajah atau
karakter yang diwakilinya. Garis-garis bisa halus atau tegas,
melengkung atau lurus, dan memberikan dimensi atau karakteristik
tertentu pada topeng.
b. Bentuk
Bentuk topeng mencakup ukuran, proporsi, dan struktur
keseluruhan. Bentuk topeng dapat bervariasi dari yang sederhana
hingga yang kompleks, dan dapat mencerminkan berbagai ekspresi
atau emosi.
c. Ruang
Ruang dalam konteks topeng mengacu pada dimensi tiga dari
topeng itu sendiri serta ruang di sekitarnya ketika dipakai. Ruang di
sekitar topeng dapat memengaruhi bagaimana topeng dilihat dan
dirasakan oleh penonton.

3
d. Raut

Raut wajah yang direpresentasikan oleh topeng dapat mencakup


ekspresi emosi seperti senyum, kemarahan, kesedihan, atau
kegembiraan. Raut wajah yang dipilih dapat memberikan karakter
atau kepribadian kepada topeng.

e. Warna
Warna adalah unsur penting dalam topeng karena dapat
mengkomunikasikan emosi, kepribadian, atau status sosial karakter
yang diwakilinya. Warna juga dapat memengaruhi persepsi
penonton terhadap topeng dan karakter yang diwakilinya.
f. Gelap Terang
Kontras antara area gelap dan terang pada topeng dapat
memberikan dimensi dan kedalaman visual. Gelap terang dapat
digunakan untuk menyoroti fitur-fitur topeng atau menciptakan efek
dramatis.
g. Tekstur
Tekstur topeng merujuk pada tampilan dan rasa permukaannya.
Tekstur bisa halus, kasar, bercorak, atau polos, dan dapat
menambahkan elemen visual atau taktil yang menarik pada topeng.

Pada dasarnya benda topeng tidak sekadar sebagai benda seni saja,
lebih dari itu juga merupakan media yang digunakan manusia dalam
melakukan fungsi ritualnya. Topeng tersebut digunakan di wajah untuk
memberikan penonjolan, distorsi wajah, dan membangkitkan emosi
selama upacara ritual berlangsung. Baik itu upacara berburu, festival,
dan berbagai pertunjukan teatrikal di dalam momentum budaya.
Alat dan bahan yang digunakan dalam pembuatan topeng kayu
yaitu, gergaji potong yang digunakan untuk memotong kayu, kapak
digunakan untuk membuang bagian-bagian kayu yang tidak diperlukan,
pahat yang digunakan untuk membentuk sebuah kayu menjadi sebuah
bentuk yang diinginkan, bor digunakan untuk mempermudah dalam
proses melubangi kayu, lem kayu sebagai perekat, apabila pada proses
pemahatan ada kayu yang patah atau harus disambung, amplas untuk
menghaluskan kayu yang telah diukir, dan kuas yang digunakan pada
proses akhir, yakni untuk mengoleskan cat dalam pewarnaan topeng.

4
Proses pembuatan topeng yang pertama, potong kayu sesuai
ukurang yang diinginkan menggunakan gergaji potong dan bisa
membuang bagian-bagian yang tidak digunakan menggunakan kapak.
Ukir pola dasar untuk membentuk mata, hidung, mulut dan motif
tambahan lainnya menggunakan alat pahat sehingga terbentuk sesuai
yang inginkan. Haluskan kayu yang telah diukir menggunakan amplas
sampai benar benar halus agar mempermudah proses pewarnaan.
Setelah permukaan topeng halus, seluruh permukaan diolesi wood filler
atau bahan finishing untuk menutupi pori-pori kayu, kemudian haluskan
kembali menggunakan amplas. Ketika cat sudah kering, hiasai wajah
topeng menggunakan cat warna sesuaikan dengan jenis topengnya.

2. Kayu
Dumanauw (1990) menjelaskan bahwa kayu merupakan hasil
hutan dari sumber kekayaan alam, merupakan bahan mentah yang
mudah diproses untuk dijadikan barang sesuai kemajuan teknologi.
Menurut Haygreen (1993) kayu merupakan material yang termasuk
salah satu bahan bangunan yang berasal dari tumbuhan.
Kayu dapat didefinisikan sebagai bahan mentah yang berasal
dari tumbuhan, khususnya hasil hutan, yang memiliki kemampuan
untuk diolah dan diproses sesuai dengan kemajuan teknologi.
Kayu yang biasa digunakan dalam pembuatan topeng adalah
kayu sengon dan kayu pule. Kayu sengon merupakan salah satu jenis
tanaman yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat karena memiliki
sifat yang cepat tumbuh sehingga dapat dipanen dalam waktu yang tidak
terlalu lama. Selain untuk digunakan sebagai pembuatan topeng kayu,
sengon juga layak untuk berbagai kegunaan, antara lain untuk bahan
bangunan, furnitur, dan peti kayu. Sedangkan, kayu Pule cenderung
lebih empuk, seratnya halus, warnanya putih bersih sehingga mudah
untuk dibentuk. Namun kayu pule membutuhkan waktu yang lama
untuk bertumbuh. Dengan masing-masing karakteristik tersebut
keduanya disatukan untuk menghasilkan hasil karya kerajinan topeng
kayu yang indah dan bernilai seni tinggi.

5
3. Tradisional
Tradisional berasa dari kata Traditio (Latin) yang berarti
kebiasaan yang sifatnya turun temurun. Kata tradisional itu sendiri
adalah sifat yang berarti berpegang teguh terhadap kebiasaan yang turun
temurun (Salim dan Salim, 1991 : 1636).
Tradisi berasal dari kata tradisi yang berarti sesuatu yang turun
temurun (adat, kepercayaan, kebiasaan, ajaran) dari nenek moyang.
Dengan kata lain, tradisi adalah kebiasaan yang diwariskan dari satu
generasi ke generasi berikutnya secara turun temurun. Dipertegas lagi
oleh Esten (1993 : 11) bahwa tradisi adalah kebiasaan turun–temurun
sekelompok masyarakat berdasarkan nilai–nilai budaya masyarakat
yang bersangkutan.
(Ensiklopedi Nasional Indonesia, 91990 : 4141) mendefinisikan
tradisi sebagai kebiasaan yang diwariskan dari suatu generasi ke
generasi berikutnya secara turun temurun, Kebiasaan yang diwariskan
mencakup berbagai nilai budaya, meliputi adat istiadat, sistem
kemasyarakatan, sisstem pengetahuan, bahasa, kesenian dan sistem
kepercayan.
Tradisional adalah warisan nilai, kebiasaan, dan praktik yang
diwariskan dari generasi sebelumnya kepada generasi berikutnya secara
turun temurun. Hal ini mencakup beragam aspek kehidupan, termasuk
adat istiadat, sistem kemasyarakatan, pengetahuan, bahasa, seni, dan
keyakinan, yang membentuk identitas dan kultural suatu masyarakat.
Tradisional juga mencerminkan kearifan lokal dan keberagaman budaya
yang memperkaya dan memperkuat jati diri suatu bangsa.

4. Keberlangsungan
Menurut American Institute of Architect, Sustainability
(keberlangsungan) adalah kemampuan masyarakat untuk bertahan
hidup dengan menggunakan sumber daya alam yang mereka miliki
tanpa perlu menghabiskan atau menggunakan secara berlebih dimana
sistem yang mereka gunakan membutuhkan sumber daya tersebut.

6
Keberlangsungan adalah kemampuan suatu sistem, baik itu
masyarakat, lingkungan, atau organisasi, untuk memenuhi kebutuhan
dan mempertahankan keseimbangan dengan sumber daya alam yang
tersedia, tanpa merusak atau mengurasnya secara berlebihan.

5. Era Modern
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata era sama
artinya dengan zaman juga dapat diartikan sebagai sejumlah tahun
dalam jangka waktu antara beberapa peristiwa penting dalam sejarah.
Modern menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti
terbaru atau mutakhir sebagai kata sifat. Sedangkan sebagai kata benda
diartikan sebagai sikap dan cara berpikir serta cara bertindak sesuai
dengan tuntutan zaman.
Era modern adalah periode waktu dalam sejarah di mana terjadi
perubahan signifikan dalam berbagai aspek kehidupan manusia,
termasuk teknologi, budaya, sosial, ekonomi, dan politik. Era modern
ditandai dengan adopsi teknologi baru, perkembangan ilmu
pengetahuan, globalisasi, dan perubahan dalam cara manusia
berinteraksi dan beradaptasi dengan lingkungannya.

B. Metodologi

1. Jenis Penelitian
Penelitian kualitatif dapat dipahami sebagai metode penelitian yang
menggunakan data deskriptif berupa bahasa tertulis atau lisan dari orang
dan pelaku yang dapat diamati. Pendekatan kualitatif ini dilakukan untuk
menjelaskan dan menganalisis fenomena individu atau kelompok,
peristiwa, dinamika sosial, sikap, keyakinan, dan persepsi.
proses penelitian pendekatan kualitatif dimulai dengan pengembangan
asumsi-asumsi dasar. Kemudian dikaitkan dengan kaidah-kaidah
pemikiran yang digunakan dalam penelitian. Data yang dikumpulkan
dalam survei kemudian diinterpretasikan.
Subjek penelitian dengan pendekatan kualitatif mencakup semua aspek
atau bidang kehidupan manusia, yakni manusia dan semua yang
dipengaruhi olehnya. Metode kualitatif tidak secepat dalam menganalisis
data seperti halnya penelitian kuantitatif.

7
2. Metode Peniltian
a. Wawancara
Wawancara adalah percakapan dua orang atau lebih yang
berlangsung antara narasumber dan pewawancara dengan tujuan
mengumpulkan data-data berupa informasi. Oleh karena itu, teknik
wawancara adalah salah satu cara pengumpulan data, misalnya untuk
penelitian tertentu.
Merujuk dari KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia),
wawancara adalah tanya jawab dengan seseorang (pejabat dan
sebagainya) untuk dimintai keterangan atau pendapatnya mengenai
suatu hal, dimuat dalam surat kabar, disiarkan melalui radio, atau
ditayangkan pada layar televisi.Kegiatan wawancara dapat dilakukan
untuk berbagai tujuan dan oleh siapa saja, seperti jurnalis, pencari
kerja, peneliti, dan sebagainya.
Metode wawancara sering digunakan dalam penelitian kualitatif
untuk mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang pengalaman,
pendapat, dan sikap responden terhadap topik tertentu. Metode
wawancara sering digunakan dalam penelitian kualitatif untuk
mendapatkan pemahaman yang lebih dalam tentang pengalaman,
pendapat, dan sikap responden terhadap topik tertentu.

b. Kajian Pustaka
Kajian pustaka adalah kumpulan teori yang didapatkan dari
berbagai macam sumber yang akan digunakan sebagai bahan rujukan
dalam melakukan kegiatan penelitian atau membuat karya tulis ilmiah.
Dalam hal ini, landasan teori bisa diambil dari berbagai macam media,
seperti jurnal, skripsi, artikel, berita, koran, dan masih banyak lagi.
Namun, dalam memilih teori yang akan digunakan, sebaiknya pilihlah
yang ada relevansinya dengan topik permasalahan penelitian atau karya
tulis ilmiah.
Kajian pustaka sering juga dikenal landasan teori. Kajian
pustaka ini bertujuan untuk menjawab atau menemukan solusi dari
suatu topik permasalahan yang akan diteliti. Maka dari itu, teori yang
dipilih harus valid agar hasil penelitian bisa dipertanggungjawabkan

8
dan bisa memberikan manfaat serta solusi bagi pembaca terhadap topik
permasalahan yang diangkat.

9
BAB III

PEMBAHASAN

Kearifan topeng kayu di Yogyakarta mencerminkan warisan budaya yang kaya,


unik dan berharga dari daerah tersebut. Kearifan lokal dalam pembuatan topeng kayu
ini mencakup beberapa aspek, termasuk teknik pembuatan, makna simbolis, serta peran
social dan budaya dalam masyarakat. Pembuatan topeng kayu melibatkan keterampilan
tinggi dari pengrajin yang mewarisi tradisi ini secara turun-temurun. Proses pembuatan
meliputi pemilihan kayu yang sesuai, pemahatan dengan tangan, pemberian warna dan
hiasan detail seperti ukiran atau lukisan yang rumit.Bahan-bahan yang digunakan
merupakan bahan alami dengan teknik tradisional dalam proses pembuatan yang
memerlukan ketelatenan dan kesabaran yang tinggi. Beberapa faktor yang
menyebabkan ketertarikan terhadap topeng kayu di era modern:
1. Nilai Tradisi:
Topeng kayu sering kali terkait dengan cerita dan tradisi yang kaya, yang dapat
menjadi sumber inspirasi dan kekaguman bagi banyak orang. Minat terhadap
topeng kayu dapat muncul karena ingin memahami lebih dalam tentang sejarah dan
budaya di baliknya, serta menghargai nilai-nilai yang terkandung dalam tradisi
tersebut.
2. Pelestarian Budaya:
Di tengah arus globalisasi dan modernisasi, masyarakat mulai menyadari
pentingnya melestarikan warisan budaya mereka. Topeng kayu merupakan bagian
penting dari warisan budaya suatu daerah atau bangsa, dan ketertarikan terhadap
topeng kayu dapat muncul sebagai upaya untuk mempertahankan dan merayakan
identitas budaya.
3. Estetika:
Topeng kayu sering kali memiliki desain yang unik dan menarik, dengan
berbagai motif dan detail yang rumit. Ketertarikan terhadap topeng kayu bisa
muncul karena estetika dan keindahan seni yang terkandung di dalamnya, baik
sebagai objek seni dekoratif maupun sebagai barang koleksi.
4. Penggunaan dalam Seni Pertunjukan dan Media:
Topeng kayu sering digunakan dalam seni pertunjukan tradisional seperti tari
topeng, teater, dan upacara adat. Selain itu, topeng kayu juga sering muncul dalam
media seperti film, video musik, dan iklan, yang dapat meningkatkan eksposur dan
ketertarikan terhadap topeng kayu di kalangan masyarakat luas.

Topeng kayu Yogyakarta sering kali menggabungkan unsur-unsur budaya Jawa


dengan elemen-elemen dari kepercayaan Hindu-Buddha, seperti dewa-dewi atau
tokoh-tokoh mitologis dari epik Ramayana dan Mahabharata. Topeng kayu Yogyakarta
memiliki ragam motif dan karakter yang khas, mencakup tokoh-tokoh dari cerita epik
seperti Ramayana dan Mahabharata, tokoh-tokoh wayang seperti Semar, Gareng,
Petruk, dan Bagong, serta tokoh-tokoh mitologi dan tradisional lainnya salah satunya
yaitu Cepot. Setiap karakter memiliki ciri khas dan makna tersendiri yang diwujudkan
dalam desain dan detail ukiran topeng.

10
Topeng kayu Yogyakarta dikenal dengan teknik ukirannya yang halus dan detail.
Pengrajin topeng Yogyakarta menggunakan alat-alat tradisional seperti pahat kayu dan
gergaji untuk menghasilkan ukiran yang presisi dan indah. Keahlian ini merupakan
warisan turun temurun yang telah terjaga dengan baik di kalangan pengrajin lokal.
Topeng kayu memiliki keunikan tersendiri disetiap daerah. Dengan keunikan
tersebut banyak upaya yang dilakukan untuk mempertahankannya salah satunya,
diintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan firmal dan informal sebagai bagian dari
pembelajaran seni dan budaya lokal. Dengan begitu, generasi muda akan terlibat secara
aktif dalam memahami, menghargai, dan mempraktikkan kerajinan topeng kayu
sebagai bagian dari warisan budaya mereka.

11
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kearifan lokal di Indonesia saat ini masih kurang peminatnya. karna di


era modern ini kebanyakan orang tidak lagi memperhatikan nilai - nilai budaya
dari kearifan lokal. Hanya orang - orang tertentu saja yang masih
memperhatikan kearifan.
Sebagai contoh salah satu pengrajin yang masih melestarikan kearifan
lokal adalah pengrajin topeng lukis milik pak surodjo. Beliau melanjutkan
usaha dari keluarganya dan beliau tetap mempertahankan ciri khas yang ada.
Kearifan lokal di Indonesia saat ini masih kurang peminat, karena di era
modern ini kebanyakan orang tidak lagi memperhatikan nilai-nilai budaya dari
kearifan lokal. Hanya orang-orang tertentu saja yang masih memperhatikan
kearifan lokal. Sebagai contoh, salah satu pengrajin yang masih melestarikan
kearifan lokal adalah pengrajin topeng kayu milik Pak Surodjo. Beliau,
melanjutkan usaha dari keluarganya dan tetap mempertahankan ciri khas yang
ada.
Upaya dari pelestarian kearifan lokal dapat kita lakukan, salah satunya
dengan cara memperkenalkan kearifan lokal pada masyarakat terutama
generasi muda dengan memasukkan budaya kearifan lokal di mata pelajaran
sekolah. Dengan demikian, generasi muda menjadi lebih mengenal tentang
kearifan lokal indonesia terutama kearifan daerah masing-masing.

B. Saran

1. Pembaca dan masyarakat


a. Belajar dan memahami sejarah dan makna topeng kayu.
b. Melakukan kunjungan ke desa atau daerah yang terkenal dengan
kerajinan topeng kayu untuk belajar langsung dari para pengrajin.
c. Mengunjungi museum atau galeri seni yang menampilkan koleksi
topeng kayu untuk memperluas pengetahuan tentang kerajinan ini.
d. Menghargai keberlanjutan tradisi topeng kayu dengan mendukung
pengrajin lokal atau membeli produknya
e. Menjujung tinggi nilai tradisional yang terkandung dalam topeng
kayu.

12
DAFTAR PUSTAKA

Ginoga, B. (1995). Sifat pengerjaan kayu sengon. Jurnal Penelitian Hasil Hutan,
13(4), 127-131.

Herawati, I., Taryati, T., & Sadilah, E. (2013). Kerajinan tradisional.

Hidajat, R. (2014). Fungsi dan proses pembuatan topeng di kabupaten malang jawa
timur. Indonesian Ministry of Industry.

Karmadi, A. D. (2007). Budaya lokal sebagai warisan budaya dan upaya


pelestariannya.

Martono, M., Iswahyudi, I., & Handoko, A. (2017). Topeng Etnik Nusantara Dalam
Perkembanagan Budaya Global. MUDRA Jurnal Seni Budaya, 32(1).

Sumardiana, I. P. G. P., Sukadana, I. W., & Winyana, I. N. (2023). KAYU PULE


SEBAGAI MEDIA PEMBUAT TOPENG BALI. WIDYANATYA, 5(1),
105-110.

Tandire, O. P., & Sutrisna, I. K. Analisis Skala Ekonomi Industri Kerajinan Topeng
Kayu Bali di Kecamatan Sukawati Kabupaten Gianyar. E-Jurnal EP Unud,
8(2), 420-452.

Wijayanti, T. (2016). Nilai Estetik Topeng Kayu Karya Edy Kurnia Di Desa Bandar
Lor Kecamatan Mojoroto Kota Kediri (Doctoral dissertation, State University
of Surabaya)

13
LAMPIRAN 1

14
15

Anda mungkin juga menyukai