Anda di halaman 1dari 3

VIKTIMOLOGI

Pengalaman Dalam Pendampingan Kasus Anak Dan Perempuan Disabilitas Korban


Kekerasan, Tantangan Dan Keberhasilan
Dosen tamu: Sarli Zulhendra, S.H., M.H

Nama : Gladys Donna Karina


NIM : 23/526547/PHK/12492
Tanggal : Jumat, 3 November 2023

1. Bagaimana tantangan penanganan kasus terhadap korban kekerasan Disabilitas


menurut Dosen Tmu (Sigap)?
Terdapat berbagai macam tantangan mengenai penanganan kasus terhadap
korban kekerasan disabilitas dalam proses pendampingan hukum oleh SIGAB.
Menururt sigab yang sering menjadi kendala dalam penanganan kasus disabilitas
adalah ketidak mampuan dalam berinteraksi dan berkomunikasi, karena perbedaan
dari banyak macamnya disabilitas (sensorik,intelektual,mental,fisik) karena memiliki
penanganan yang berbeda beda, sudah seharusnya ditangani sesuai tingkatannya.
Upaya pemulihan bagi korban disabilitas juga masih dianggab tidak mudah.
Kemudian tantangan dalam proses tersebut dapat diidentifikasi sebagai
berikut; 1) Pendampingan awal wajib memhami hambatan pada difabel yang menjadi
korban; 2) Pemeriksaan kedisibilitasan (penilaian personal) yang masih jarang
dilakukan; 3) Sarana prasarana fisik dan mobilitas yang tidak asksibel; 4) Minimnya
penyediaan akomodasi yang layak bagi difabel yang berhadapan dengan hukum; 5)
perilaku APH yang diskriminatif; 6) Hukum dan Prosedurnya yang tidak inklusif; 7)
Hambatan teknologi, informasi, dan komunikasi (TIK) yang tidak aksesibel; 8)
Stigma terhadap difabel; 9) Kerentanan berlapis yang terkadang sulit dipahami oleh
aparat penegak hukum.
2. Apa makna “Normal” dalam konteks Disabilitas?
Tidak ada diksi “Normal” di kamus disabilitas karena mereka para
penyandang disabilitas juga normal seperti kita pada umumnya, hanya saja mereka
memiliki sedikit hambatan dan kemampuan yang berbeda. Kata normal sering
menimbulkan stigma tidak baik yang akan menormalisasi pendiskriminasian pada
penyanadang disabilitas. Diksi “cacat” atau “tidak normal” yang berkembang luas
menyebabkan kasus yang berhubungan dengan disabilitas dianggap remeh kemudian
menimbulkan korelasi korban tidak ingin melaporkan kasusnya kepada aparat
penegak hukum.
3. Jika dihubungkan dengan teori-teori viktimologi, maka teori apa yang pas
dalam menganalisis problem tersebut?
Dari yang telah disampaikan oleh SIGAB bahwasanya mereka memiliki
prinsip perlindungan bagi penyandang difabel yang mananya mengutamakan
pemenuhan kemudahan aksesibilitas dan akomodasi yang layak, serta adanya
penilaian personal dalam pendampingan agar bisa melihat bagaimana penilaian
difabel sebagai korban ini bisa teridentifikasi kebutuhan dan hambatan yang ia alami.
Sehingga dari yang disampaikan oleh SIGAB bahwa teori yang berkaitan dengan
difabel menggunakan pendekatan teori viktimologi kritis, karena aliran ini berfokus
terhadap hak dan perlindungan korban, sehingga viktimologi kritis ini merupayak titik
awal yang diperlukan untuk memahami apa yang terjadi langsung dengan korban dari
bagaimana penyebab timbulnya korban dan akibat-akibat yang dirasakan korban dan
sekitarnya. Adapun aliran ini juga menegaskan bahwa pengalaman korban adalah
dasar untuk menganalisis kebijakan atau konstitusi yang berkaitan dengan
pengalaman ataupun perlindungan dari korban, sehingga dapat melihat bagaimana
hukum mengakomodir.
Viktimologi kritis adalah pendekatan kritis terhadap studi korban kejahatan
yang menyoroti aspek-aspek sosial, politik, dan struktural dari tindak pidana serta
dampaknya pada korban. Viktimisasi merupakan proses invasi terhadap diri
seseorang. Oleh karena itu, ketika kejahatan terjadi maka sesungguhnya tingkat
keparahannya kejahatan akan terlihat dari dampaknya kepada diri seseorang. 1
Wolhuter mengutip pandangan spalek mengatakan bahwa viktimologi kritis yang
digagas oleh Mawby dan Walklate dikembangkan sebagai respons terhadap
kekurangan viktimologi positif dan radikal.2 Mawby dan Walklate juga menantang
asumsi fungsionalis viktimologi positivis mengenai tatanan sosial dan adanya
konsensus mengenai hakikat hukum dan definisi korban. Psikologi korban positivis
berasumsi bahwa korban adalah mereka yang menderita di tangan para pelanggar

1
Ufran, et al, “Korban Kekerasan dalam rumah tangga perspektif viktimologi kritis”, Jurnal Kompilasi Hukum
7, Universitas Mataram, (2022): 215, https://doi.org/10.29303/jkh.v7i2.115
2
Wolhuter Lorraine, et al. Victimization and Victims’ rights, (New York: Routledge-Cavendish, 2009), 26.
hukum dan gagal mempertimbangkan cara hukum atau negara berkontribusi
terhadap pemahaman korban.3
Selain itu terdapat kerentanan berlapis dalam kasus yang ditangani ini karena
korban merupakan anak, perempuan, disabilitas, dan terlebih lagi jika berada di garis
kemiskinan.

3
ibid

Anda mungkin juga menyukai