Anda di halaman 1dari 6

RESUME

PENDAMPINGAN DI LEMBAGA ABK AUD

“ Teknik Pendampingan ”

DISUSUN OLEH

Hamidah Azzahra
A1I021017
VI. A

DOSEN PENGAMPU :

Mona Ardina,S.Psi.M.Si

PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERISTAS BENGKULU

2024
Teknik pendampingan

Pemberian layanan pendidikan pada anak usia dini yang berkebutuhan khusus juga didasari
dengan Peraturan Presiden No 60 Tahun 2013 tentang Pengembangan Anak Usia Dini Holistik –
Integratif, yang menjelaskan bahwa “pengembangan anak usia dini dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan perkembangan anak yang beragam agar dapat berkembang dengan optimal, dan dalam
pemberian pelayanannya tidaklah diskriminasi.”

1. Penerapan strategi dan teknik pendampingan yang efektif seperti,


1) Diferensiasi Pembelajaran
Pembelajaran diferensiasi di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) untuk Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah suatu pendekatan yang dirancang untuk
memenuhi kebutuhan belajar yang beragam dari anak-anak dalam kelompok usia
dini yang mungkin memiliki kebutuhan khusus. Berikut adalah beberapa prinsip
dan strategi pembelajaran diferensiasi di PAUD untuk ABK:
a. Pengenalan kebutuhan individual,Guru PAUD harus memahami
kebutuhan individual setiap anak ABK dalam hal pengembangan fisik,
kognitif, emosional, dan sosial. Ini dapat mencakup pemahaman tentang
jenis kebutuhan khusus yang dimiliki anak, seperti autisme, gangguan
perkembangan, atau kesulitan belajar lainnya.
b. Penyediaan lingkungan inklusif,Guru harus menciptakan lingkungan
pembelajaran yang inklusif dan mendukung bagi semua anak, termasuk
anak-anak ABK. Ini dapat melibatkan penyediaan fasilitas, sumber daya,
dan dukungan yang diperlukan untuk memfasilitasi partisipasi dan
keterlibatan anak ABK dalam kegiatan pembelajaran.
c. Penyesuaian materi dan metode, Guru harus menyesuaikan materi
pembelajaran dan metode pengajaran sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan anak ABK. Ini bisa berarti menggunakan bahan pembelajaran
yang disesuaikan, mengurangi kompleksitas tugas, atau menggunakan
pendekatan pengajaran yang lebih visual atau praktis.
d. Pemberian dukungan individual,Guru harus memberikan dukungan
individual kepada anak ABK sesuai dengan kebutuhan mereka. Ini bisa
berupa bimbingan langsung, bantuan dalam menyelesaikan tugas, atau
bantuan dalam mengelola emosi atau perilaku yang mungkin timbul.
e. Kolaborasi dengan orang tua dan ahli,Kolaborasi antara guru, orang tua,
dan ahli (seperti terapis, psikolog, atau ahli pendidikan khusus) sangat
penting dalam mendukung pembelajaran anak ABK di PAUD. Kolaborasi
ini dapat membantu dalam mengidentifikasi kebutuhan anak,
merencanakan strategi pembelajaran yang sesuai, dan menyediakan
dukungan yang konsisten di rumah dan di sekolah.
f. Evaluasi dan pemantauan terus-menerus,Guru harus secara terus-menerus
mengevaluasi kemajuan anak ABK dan menyesuaikan pendekatan
pembelajaran mereka sesuai dengan perkembangan mereka. Evaluasi ini
harus holistik, mencakup berbagai aspek perkembangan anak, bukan
hanya pencapaian akademis.

2) Modifikasi Kurikulum
Pendidikan inklusi f pada dasarnya adalah pendidikan yang mengikutsertakan
anak-anak yang memiliki kebutuhan khusus (ABK/penyandang cacat) untuk
belajar bersama-sama dengan anak-anak lain sebayanya di sekolah umum.
Menurut Konferensi Dunia tentang Pendidikan Luar Biasa pada bulan Juni 1994
di Salamanca bahwa prinsip mendasar dari pendidikan inklusif adalah selama
memungkinkan, semua anak seyogyanya belajar bersama-sama tanpa memandang
kesulitan ataupun perbedaan yang ada pada mereka. Secara skematik kebutuhan
pengembangan kurikulum khusus di sekolah inklusif. menunjukkan bahwa di
sekolah inklusif terdapat:
a. kurikulum reguler atau KTSP yang dikembangkan berpedoman pada SK
dan KD yang dikembangkan BSNP (Badan Standar Nasional
Pendidikan),
b. IEP(individu pendidikan terealisasi program) atau PPI(program
pembelajaran individu) yang dikembangkan berdasarkan “Kurikulum
Khusus” atau “Kurikulum Modifikasi”. Mengingat kurikulum khusus
atau untuk sekolah inklusif belum ada maka kurikulum modifikasi
tersebut mendesak dikembangkan. SK(standar kempetensi) dan
KD(kompetensi dasr) yang ada dalam kurikulum modifikasi akan
menjadi arah dan landasan untuk mengembangkan materi pokok,
kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian kompetensi untuk
penilaian, dengan mempertimbangkan kemampuan individual peserta
didik. Hasilnya dituangkan dalam IEP atau PPI yang dikembangkan oleh
Guru Pendidikan Khusus (GPK).
3) Penggunaan Bantuan Teknologi.
Anak berkebutuhan khusus ketika mengikuti kegiatan pembelajaran seringkali
mengalami kesulitan, contohnya peserta didik dengan gangguan pendengaran,
yang manamereka melihat pergerakan bibir lawan bicara untuk mengetahui apa
yang dikatakanolehlawan bicaranya. Dengan begitu itu, pendidik diharuskan
untuk memperkenalkan teknologi asistif yang dapat membantu siswa dalam
proses pembelajaran. Untuk itu, sekolah inklusi diharuskan untuk menggunakan
teknologi asistif untuk membantu peserta didik. Teknologi asistif sebagai sarana
pembelajaran dapat membantu anak berkebutuhan khusus, terorganisir untuk
memanfaatkannya sebaik mungkin. Teknologi asistif yang digunakan di
Pendidikan luar biasa harus disesuaikan denganjenis anak berkebutuhan khusus.
Dengan demi,ian, penggunaan media pembelajaran dapat digunakan sesuai
dengan situasi anak berkebutuhan khusus. Berikut merupakan teknologi media
pembelajaran yang dapat dipadu padankan dengan karakteristik anak
berkebutuhankhusus:
a. Teknologi asistif bagi penyandang tunanetra. Berikut teknologi yang
dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran bagi penyandang
tunanetra, diantaranya adalahScreen Reader NVDA (Non-Visual Desktop
Access) merupakan aplikasi pembaca layar yang dapat memudahkan anak
berkebutuhan khusus dalam menggunakan komputer terkhusus bagi
penyandang disabilitas tuna netra. Aplikasi NVDA merupakan aplikasi
yangdapat diakses oleh semua orang dan dapat didapatkan secara gratis.
Aplikasi NVDAsendiri memiliki sistem kerja dengan cara membaca teks
pada layar yang sedang ditampilkan (Perianto et al., 2021). Job Access
with speech atau yang biasa disebut JAWSadalahperangkat lunak dan
perangkat keras yang dapat menghasilkan suara bacaan, baik secaracetak
maupun braille. Penggunaan JAWS dapat mendukung proses
pelaksanaanpembelajaran bagi tunanetra, sehingga peserta didik dengan
gangguan tunanetra dapat memahami materi dan tugas yang telah
diberikan oleh guru (Mayangsari et al., 2020). MitraNetra Braille
Converter (MBC) merupakan aplikasi yang dapat merubah huruf alphabet
menjadi huruf braille (Eviani, 2021).
b. Teknologi asistif bagi penyandang tunarungu. Untuk membantu
terselenggaranya kegiatan belajar yang efektif bagi anak
berkebutuhankhusus dengan gangguan pendengaran maka dapat
memanfaatkan media seperti Bahasaisyarat dan dapat menggunakan
aplikasi I-Chat. Aplikasi I-Chat (I Can Hear and Talk) merupakan aplikasi
pembelajaran yang menggunakan bahasa isyarat berbasis teknologi
berperangkat lunak yang telah dirancang khusus agar dapat digunakan
oleh penyandangtunarungu. Aplikasi ini tidak hanya digunakan untuk
pelaksanaan pembelajaran namundapat digunakan bagi semua orang yang
memang membutuhkan. Aplikasi I-Chat juga telahtersedia dalam bahasa
isyarat Indonesia dan Melayu. Selain itu penyandang tunarungudapat
menggunakan Hearing Aid sebagai alat bantu pendengaran bagi
penyandangtunarungu yang masih memungkinakan mendengar suara.
Selain menggunakan aplikasi I- Chat, peserta didik dengan gangguan
pendengaran dapat menggunakan automatic speechrecognition atau yang
biasa disebut ASR. ASR merupakan salah satu teknologi yang dapat
mengenali suara secara otomatis serta dapat ,mengubah suara menjadi
tulisan. Denganmenggunakan ASR, peserta didik mampu mendapatkan
informasi dengan mudah secaravisual. Teknologi ASR memiliki
keunggulan yang terdapat pada biayanya yang relatif lebihmurah
dibandingkan dengan layanan penerjemah lainnya.
c. Teknologi asistif bagi penyandang tunagrahita. Bagi penyandang
tunagrahita dapat memanfaatkan videoatauanimasi sebagai media
pembelajaran. Dengan adanya video atau animasi
pembelajarandiharapkan peserta didik dapat lebih tertarik untuk mengikuti
pembelajaran. Peserta didikpenyadang tunagrahita dapat memanfaatkan
aplikasi Adobe Flash dalam penggunaan mediapembelajaran. Aplikasi
Adobe Flash merupakan aplikasi animasi yang didalamnya terdapat
gambar dan teks (Maulidiyah, 2020). Selain itu dalam kegiatan mengajar,
seorang pendidikdapat memanfaatkan media seperti papan bilangan,
gradasi kubus, gradasi balok untukmata pelajaran matematika.
d. Teknologi asistif bagi penyandang tunadaksa. Pada dasarnya siswa yang
memiliki gangguan dalam gerak media yang dapat digunakan sama seperti
siswa normal lainnya. Hanya saja dalam penggunaan media pembelajaran
membutuhkan bantuan orang lain. Salah satu teknologi yang dapat
membantu anak berkebutuhan khusus dengan gangguan tuna daksa adalah
menggunakan perangkat lunak berupa virtual keyboard bagi siswa yang
hanya memungkinkan jarinya untuk bergerak.(Kapitang et al., 2023)
2. Keterampilan dalam mengamati,menilai,dan merencanakan pendekatan yang sesuai untuk
setiap anak.
Keterampilan dalam mengamati, menilai, dan merencanakan pendekatan yang sesuai
untuk setiap anak berkebutuhan khusus (ABK) sangat penting dalam konteks pendidikan
inklusif di semua tingkatan pendidikan, termasuk PAUD. Berikut adalah penjelasan lebih
lanjut tentang keterampilan-keterampilan tersebut dalam konteks ABK:
a. Mengamati anak ABK adalah Keterampilan mengamati ABK mencakup
kemampuan untuk memperhatikan dengan seksama perilaku, kebutuhan, minat,
dan kemampuan individu setiap anak ABK. Observasi ini harus dilakukan secara
holistik, memperhatikan aspek-aspek seperti komunikasi verbal dan non-verbal,
kebutuhan sensorik, preferensi belajar, tingkat keterlibatan, dan interaksi sosial.
b. Menilai ABk adalah Keterampilan menilai ABK melibatkan kemampuan untuk
mengevaluasi kemajuan belajar, perkembangan, dan kebutuhan individu anak
ABK. Ini mencakup penggunaan berbagai alat dan teknik penilaian yang sesuai
dengan kebutuhan anak, termasuk penilaian formal dan informal, observasi rutin,
penggunaan skala penilaian khusus, serta melibatkan orang tua dan profesional
lainnya.
c. Merencanakan Pendekatan yang Sesuai Keterampilan merencanakan pendekatan
yang sesuai untuk setiap anak ABK membutuhkan kemampuan untuk merancang
dan mengimplementasikan strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan
kebutuhan, minat, dan kemampuan setiap anak. Ini melibatkan kolaborasi dengan
berbagai pihak, termasuk orang tua, tenaga ahli, dan spesialis pendidikan khusus,
untuk mengidentifikasi kebutuhan dan kepentingan anak serta merancang rencana
pembelajaran yang sesuai.
Pertanyaan :

1. Apa yang bisa dilakukan orang tua dan guru untuk memberikan pelatihan dan dukungan
yang memadai dalam penggunaan teknologi bagi anak-anak berkebutuhan khusus?

Referensi

Andarwati, M., & Amrullah, F. (1991). Pembelajaran Multimedia Interaktif Untuk


AnakBerkebutuhan Khusus ( Abk ) Di Sekolah Inklusi Abk River Kids Dan. 2(1), 1–63

Kapitang, F., Lutfio, M. I., Wijaya, M. I., Azizah, Y. L., & Husna, D. (2023). Penggunaan
Teknologi sebagai Media Pembelajaran pada Anak Berkebutuhan Khusus. Jurnal
Pendidikan, 32(1), 123–124.
http://journal.univetbantara.ac.id/index.php/jp/article/view/3489

Anda mungkin juga menyukai