Anda di halaman 1dari 5

Nama Anggota :

1. Ananta Naviagata Dheandini (112211576)


2. Queen Zoya Hajaraswad (112210593)
3. Sheilla Putri Haryanti (112210903)
4. Yogiana Estu Panca Ningsih (112210068)

Kelas MA.22.CA.01

Dosen : Bu Yuramanti S.E.,M.S.M

Manajemen Perubahan PTM 1 Sabtu, 9 Maret 2024

Contoh perusahaan yang mengalami kebangkrutan

Kisah PT Sariwangi: Pencetus Inovasi Teh Celup Pertama di Indonesia Hingga Harus
Gulung Tikar Pada Tahun 2018

Teh Sariwangi

Kisah PT Sariwangi: Pencetus Inovasi Teh Celup Pertama di Indonesia Hingga Harus Gulung
Tikar Pada Tahun 2018

Oleh : Ahmad Haidar Abiyyu Yassar

ARTIKEL – PT sariwangi, perusahaan yang telah berdiri selama 56 tahun lamanya,


mendadak telah membuat sebuah sensasi tersendiri bagi tanah air Indonesia. Pasalnya,
perusahaan yang berlokasi di wilayah Gunungputri kabupaten bogor kini terbengkalai dan tak
berpenghuni. Dikabarkan PT sariwangi yang menghasilkan inovasi berupa produk teh celup
pertama di Indonesia ini telah berstatus pailit. Kejadian ini bermula setelah pengadilan niaga
Jakarta mengabulkan pembatalan perjanjian perdamaian antara pihak PT Bank ICBC
Indonesia terhadap PT Sariwangi Agricultural estate Agency dan PT Maskapai Perkebunan
Indorub Sumber wadung.

Sebelum mengetahui penyebab kebangkrutan PT Sariwangi, alangkah baiknya jika kita


menilik sedikit sejarah dan sepak terjang PT sariwangi sebagai penghasil produk yang
digemari hampir seluruh rakyat indonesia. PT sariwangi Agricultural Estate Agency
(Sariwangi AEA) atau yang lebih dikenal PT sariwangi awalnya adalah perusahaan yang
bergerak di bidang trading komoditas teh, yang kemudian perusahaan ini bertransformasi
menjadi produsen teh.

Perusahaan ini didirikan oleh Johan Alexander Supit pada tahun 1962 dan berkantor di
Gunung Putri Bogor Jawa Barat. Sebelum mendirikan perusahaan ini, Johan diketahui
sebelumnya telah bekerja pada perusahaan lain seperti Peek, Frean & Co. Ltd dan Joseph
Tetley & Company.

Dalam perjalanannya, pada tahun 1973, PT sariwangi memperkenalkan inovasinya kepada


perkembangan tren komoditas teh di Indonesia, yaitu teh celup.

Sebelum inovasi teh celup ini dipopulerkan oleh PT sariwangi dan merebak di kalangan
masyarakat Indonesia, sebetulnya konsep teh celup ini sudah lama ada. Ide ini ditemukan
secara tidak sengaja oleh thomas sullivan, seorang pedagang kecil teh dan kopi dari new
york.

Thomas Sullivan menggunakan kain sutra untuk mengemas teh yang akan dijual kepada para
pelanggannya. Cara ini dilakukannya untuk menghemat biaya pengemasan yang masih
menggunakan kaleng dan memotong biaya produksi teh yang harus disuplai dalam jumlah
banyak.
Para pelanggan yang telah menerimanya, akhirnya menyadari bahwa cara menyeduh teh di
dalam kain lebih praktis ketimbang menyedu teh dengan penyaringan metal, sehingga
permintaan akan teh celup melonjak. Hingga akhirnya teh celup semakin populer dan
dikomersilkan dalam pasar pada tahun 1904.

Kembali pada sepak terjang PT Sariwangi, pada tahun yang sama pula dengan pertama kali
teh celup ini diperkenalkan, perusahaan ini juga mulai resmi berdiri. Setelah berhasil
memasarkan produknya pada pasar di dalam negeri, pada tahun 1985 PT Sariwangi mulai
mengekspor produknya ke mancanegara termasuk di dalamnya Amerika serikat, australia,
Inggris, negara kawasan Timur Tengah, dan Rusia.

Dengan kondisi pasar yang dimiliki perusahaan sedang bagus-bagusnya, PT Sariwangi yang
berada dalam perjalanan melebarkan sayapnya juga mulai bekerja sama dengan perusahaan
raksasa global, unilever pada tahun 1989. Kerjasama ini menghasilkan kesepakatan dimana
pihak unilever yang ingin mendapatkan teh bertindak sebagai distributor dan pada tahun ini
juga pihak unilever mengakuisi produk dan brand sariwangi kedalam perusahaannya.

Walaupun sebagian perusahaan telah diakuisisi oleh unilever, PT Sariwangi tetap


melanjutkan bisnisnya sebagai perusahaan yang bergerak di bidang trading, produksi, dan
pengemasan teh. Sariwangi masih menjual produk teh dengan merek SariWangi Teh Asli,
SariWangi Teh Wangi Melati, SariWangi Teh Hijau Asli, SariWangi Gold Selection,
SariMurni Teh Kantong Bundar.

Hingga beberapa tahun lalu, penjualan perusahaan ini pernah menyentuh 46.000 ton teh per
tahun. Termasuk PT Indorub sendiri, anak usaha dari Sariwangi Group yang bergerak dalam
pengelolaan kebun teh itu juga mampu memproduksi hingga 5 ribu ton teh Pada 2002.
Selain itu, PT Sariwangi ini juga menjadi penyuplai teh dalam kantong dengan produksi
mencapai 8 juta kantong per tahun. Terlepas dari kegemilangan PT Sariwangi dalam
membangun dan mempertahankan usahanya, tentunya akan ada masa masa buruk yang harus
dihadapi perusahaan untuk tetap bertahan.

Pada tahun 2018 tepatnya pada tanggal 17 oktober, Majelis Hakim Pengadilan Niaga Jakarta
Pusat mengabulkan permohonan pembatalan homologasi dari salah satu kreditur yakni PT
Bank ICBC Indonesia terhadap Sariwangi Agricultural Estate Agency, dan Maskapai
Perkebunan Indorub Sumber Wadung.

Akibat dari putusan ini, PT Sariwangi dan anak perusahaannya resmi dinyatakan pailit.
Penyebab kepailitan PT Sariwangi ini adalah perusahaan salah menginvestasikan modalnya
untuk pembuatan sistem drainase untuk penyiraman air namun hasil yang diharapkan tidak
sesuai hasil yang didapatkan.

Penyebab lainnya juga adalah perusahaan sedang mengalami kesulitan keuangan untuk
investasi dengan tujuan untuk meningkatkan produksi perkebunan. Dengan kondisi yang
seperti ini, membuat perusahaan kesulitan dalam membayar cicilan kepada sejumlah kreditur.
Kreditur yang tidak segera mendapat uang mereka kembali membuat sejumlah kreditur
melayangkan tagihan.

Diantara para kreditur itu terdapat 5 bank yang melayangkan tagihannya seperti PT HSBC
Indonesia, PT Bank ICBC Indonesia, PT Bank Rabobank International Indonesia, PT Bank
Panin Indonesia Tbk, dan PT Bank Commonwealth. Walaupun, PT Sariwangi telah
dinyatakan pailit, tetapi produk Teh sariwangi tetap akan diproduksi. Hal ini dikabarkan
langsung melalui akun Facebook Unilever.

Dalam siaran pers tersebut dijelaskan bahwa Unilever merupakan pemilik brand dari Teh
Sariwangi. Selain itu, Unilever tak ada kaitannya dengan PT Sariwangi AEA dan PT
MPISW. Unilever juga menyebut kalau PT Sariwangi AEA pernah menjadi rekanan usaha
ntuk memproduksi teh Sariwangi, namun sudah tidak lagi.

Walaupun PT Sariwangi telah tidak beroperasi kembali, namun hasil produknya tetap dapat
dinikmati oleh rakyat indonesia. Pihak sariwangi juga mengklaim, berkat mereka juga
minuman teh dapat naik kelas sebagai minuman pilihan rakyat indonesia dan sebagai gaya
hidup masyarakat.

Selain hal itu dibalik cerita bangkrutnya PT Sariwangi, terdapat pelajaran yang dapat diambil
tentang bagaimana suatu instansi harus berhati-hati dalam mengelola keuangan terhadap
suatu hal yang bernilai besar. Walaupun mempunyai modal dalam jumlah banyak, juga harus
mempunyai cadangan yang memadai untuk menutup kerugian.

Analisa kenapa Perusahaan gagal berubah:

Penyebab kepailitan PT Sariwangi ini adalah perusahaan salah menginvestasikan modalnya


untuk pembuatan sistem drainase untuk penyiraman air namun hasil yang diharapkan tidak
sesuai hasil yang didapatkan.

Penyebab lainnya juga adalah perusahaan sedang mengalami kesulitan keuangan untuk
investasi dengan tujuan untuk meningkatkan produksi perkebunan. Dengan kondisi yang
seperti ini, membuat perusahaan kesulitan dalam membayar cicilan kepada sejumlah kreditur.
Kreditur yang tidak segera mendapat uang mereka kembali membuat sejumlah kreditur
melayangkan tagihan.

Diantara para kreditur itu terdapat 5 bank yang melayangkan tagihannya seperti PT HSBC
Indonesia, PT Bank ICBC Indonesia, PT Bank Rabobank International Indonesia, PT Bank
Panin Indonesia Tbk, dan PT Bank Commonwealth. Walaupun, PT Sariwangi telah
dinyatakan pailit, tetapi produk Teh sariwangi tetap akan diproduksi. Hal ini dikabarkan
langsung melalui akun Facebook Unilever.

Anda mungkin juga menyukai